Sunday 30 November 2014
Wednesday 26 November 2014
Kelamnya Kehidupan Philosophers: Heraclitus, Socrates, dan Plato
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. (2013). Kelamnya Kehidupan Philosophers: Heraclitus, Socrates, dan Plato. Kompasiana, 4 September 2013.
Tahukah saudara kalau istilah filosofi itu mempunyai latar sejarah yang
panjang, penuh perdebatan dan sebuah perjalanan yang kelam? Filosofi bisa diartikan
sebagai ’sudut pandang atau opini tentang dunia dan bagaimana kehidupan
seharusnya ditempatkan’. Ahli filsafat adalah para perintis ilmu berpikir dan
pengetahuan modern sekarang ini. Namun sayangnya banyak yang masih awam tentang
orang-orang yang berjasa yang membawa kita dari dunia kegelapan, dan salah
satunya adalah saya. Tulisan ini saya rangkum dari tulisan-tulisan kecil pada
waktu saya membaca buku-buku filsafat. Mungkin lebih tepat disebut serpihan
”notes’ kecil daripada tulisan diskusi yang ‘njlimet’.
For Full Text Pdf Download Here
Aristoteles, Kota, dan Rumah bagi Orang Miskin
Arif Rohman
School
of Humanities and Social Sciences
Charles
Sturt University
Cite:
Rohman, Arif.
(2013). Aristoteles, Kota, dan Rumah bagi Orang Miskin. Kompasiana, 4 September 2013.
Ladang dan pepohonan tidak menarik bagiku,
tetapi tidak demikian halnya dengan manusia yang ada di kota (Aristoteles).
Kata-kata
filusuf Aristoteles di masa lampau menunjukkan bahwa isu-isu perkotaan selalu
menarik untuk dibahas, apalagi berkaitan dengan manusia-manusia yang tinggal di
dalamnya. Salah satu masalah yang dianggap penting dalam kajian perkotaan
adalah rumah bagi orang miskin. Tulisan ini khusus menyoroti fungsi dan makna
rumah bagi orang miskin dan bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami orang
miskin dalam mengakses rumah yang layak di perkotaan...............
For Full Text Pdf Download Here
The Strengths and Weakness of Pluralism Theory
Arif Rohman
School of Humanities and
Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif.
(2014). The Strengths and Weakness of Pluralism Theory. Kompasiana, 25 November 2014.
Pluralism
theory is well-known as a theoretical tradition used to analyse political
actions in modern democratic states. This theory is mainly based upon a
perspective that citizens are involved in political arenas through different
interest groups, and that political power should be dispersed to secure its own
legitimate interests and none of these groups will dominate the system (Miller,
1983: 735). This essay will examine both the strengths and weakness of
pluralism theory.............
For Full Text Pdf Download Here
Tuesday 25 November 2014
Apa dan Siapa Anak Punk Itu?
Arif Rohman
School of Humanities and
Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif.
(2013). Apa dan Siapa Anak Punk Itu?. Kompasiana,
3 September 2013.
Indonesia
merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia dengan jumlah populasi
anak jalanan yang lumayan besar. Data dari Kementerian Sosial RI menyebutkan
bahwa pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 135.139 anak
dan tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang,
Bandung dan Yogyakarta (Kemensos RI, 2009). Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk menghapuskan anak jalanan, baik melalui penangkapan maupun
penahanan, dan dalam beberapa kasus ekstrim adalah penyiksaan, namun keberadaan
anak jalanan tetap tidak berkurang secara signifikan. Sebaliknya, ketika
pemerintah cenderung menganggap fenomena anak jalanan sebagai perilaku
menyimpang yang secara potensial mengarah pada kriminalitas, media dan lembaga
non pemerintah justru menganggap mereka sebagai kelompok rawan sekaligus korban
kekerasan secara pasif yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak lagi memiliki
kepedulian dan solidaritas sosial. Perbedaan cara pandang ini semakin rumit
tatkala fenomena anak punk muncul dipermukaan, yang sekaligus meruntuhkan
anggapan bahwa anak jalanan identik dengan kemiskinan dan keterpaksaan. Tulisan
ini mencoba................
For Full Text Pdf Download Here
For Full Text Pdf Download Here
The Positive and Negative Social Capital
Arif Rohman
School of Humanities and
Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. (2014). The Positive and Negative Social Capital. Kompasiana, 25 November 2014.
Social capital
can be defined as trust, norms and networks that facilitate cooperation for
mutual benefit (Putnam, 1993: 167). However, the concept of social capital is
not always positive. This article will discuss positive and negative social
capital.
Social capital
can be useful when cooperation for mutual benefit can be facilitated by social
network and norms of reciprocity (Putnam, 2000: 21). In this context....
For Full Text Pdf Download Here
Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia: Hambatan, Tantangan dan Peluang
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite :
Rohman, Arif. (2014). Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia: Hambatan, Tantangan dan Peluang. Kompasiana, 24 November 2014.
Pendahuluan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai perwujudan dari cita-cita luhur tersebut maka pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama-sama, agar peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar adalah tanggung jawab negara. Negara bertanggung jawab untuk mengatur dan memastikan bahwa hak untuk hidup sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat dipenuhi, khususnya mereka yang hidup tidak layak secara kemanusiaan, seperti : (1) Kemiskinan; (2) Keterlantaran, (3) Kecacatan, (4) Keterpencilan, (5) Ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, (6) Korban bencana, dan (vii) Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi Deklarasi Millennium Development Goals (MDG’s), menjadikan MDG’s sebagai orientasi pembangunan dan mengadopsi tujuan serta target sasarannya ke dalam rencana pembangunan nasional sehingga Kementerian Sosial dalam menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak hanya memiliki keberpihakan pada orang miskin (pro poor) dan keberpihakan pada keadilan (pro justice), namun juga berorientasi pada pencapaian MDG’s.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, terutama dalam mendukung dan mencapai Prioritas Pembangunan Nasional, maka upaya-upaya dalam : (1) Penanggulangan kemiskinan; (2) Pengelolaan bencana, serta (3) Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik, menjadi bagian tugas Kementerian Sosial.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Sosial RI memiliki visi ‘Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat’. Guna mewujudkan visi tersebut, Kementerian Sosial menetapkan tiga misi yang akan dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yaitu : (1) Meningkatkan aksesibilitas masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar melalui rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial serta pemberdayaan sosial dan penanggulangan kemiskinan; (2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kesejahteraan sosial dalam penyelenggraan kesejahteraan sosial; dan (3) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial......
For Full Text Pdf Download Here
Monday 24 November 2014
A Critical Review of Gaylyn Studlar’s Work: ‘Masochism and The Perverse Pleasures of The Cinema (1985)’
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. (2014). A Critical Review of Gaylyn Studlar’s Work: ‘Masochism and The Perverse Pleasures of The Cinema (1985)’. Kompasiana, 24 November 2014.
The domination
of psychoanalysis in criticism of women in Hollywood traditional movies
appeared when Laura Mulvey published her seminal essay ‘visual pleasure and
narrative cinema’ in 1975. However, after dominating for a long time, pros and
cons about her work have appeared.
Gaylyn Studlar
in ‘Masochism and the perverse pleasures of the cinema’ tries to encounter the
‘male gaze’ theory using Peircean semiotic and psychoanalysis. She believes
that Mulvey’s concepts of ‘castration anxiety’ and ‘voyeuristic sadistic’...
For Full Text Pdf Download Here
The Death of Steve Irwin and Its Controversy
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. (2014). The Death of Steve Irwin and Its Controversy. Kompasiana, 24 November 2014.
Steve Irwin
occupied a special place in the Australian psyche which was shown by the
extraordinary reaction to his death. Those who admired Irwin as a hero called
him a wildlife warrior because of his skills and bravery in taking care of many
animals, especially crocodiles. He also made a good impression as a celebrity
and conservationist with his masculinity, enthusiasm and spirit to promote the
wild animals’ conservation. Like any romantic story, Irwin died as a hero doing
what ‘he loved and fought for’ (Himes, 2006). On the contrary, there are other
who claimed that Steve Irwin went to far by invading the animal realm. This
essay will discuss both the positive and negative responses to the Steve
Irwin’s death, and try to identify the reasons behind this debate.
In her
article, Greer (2006) stated that Irwin’s death was basically the revenge of
the animal kingdom. She argued that animals also need space to live in their
natural habitat, but Irwin broke and ignored this conservation ethic and
created a new genre of animal documentary film for entertainment purposes which
was ‘nature nasty’. On the subject of conservation, it is a consensus that
protection of the habitat of wild creatures is an essential part of this process.
Greer was more disappointed in Irwin when in 2004 he fed a crocodile with a
dead chicken in one hand and his baby in the other hand. Although a disaster
did not happen, Greer said that using a baby as part of the show was dangerous
and was a silly thing and she called it child abuse....
For Full Text Pdf Download Here
A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’. Kompasiana, 13 December 2013.
Rohman, Arif. A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’. Kompasiana, 13 December 2013.
The
second feminist wave in the 1960s has influenced feminists to increase their
ideology against patriarchy in almost all areas. One of the areas which made
women very vulnerable is the issue of women in cinema. This is based on the
assumption that Hollywood traditional movies have a strong gender bias and
position women as subordinate (Marshment, 1997: 126). Therefore studying the
representation of women in narrative cinema became a big issue due to the film
fascination which could affect the spectators.
Mulvey
in her seminal essay ‘Visual pleasure
and narrative cinema’ tries to reveal the Hollywood misogyny
which has its visual manipulation in the mainstream of narrative cinema. Using
Freudian and Lacanian works of psychoanalysis, she argues that Hollywood
traditional cinema represented the ideas and values of patriarchy and oppressed
women by ‘male gaze’.
Women were led to become erotic objects by ‘fetishistic
scopophilia’ and ‘voyeuristic
sadism’. By this, using psychoanalysis is
appropriate as a ‘political weapon’ to criticism women and film...
For Full Text Pdf Download Here
The Media and Academic Representation of Princess Diana
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. The Media and Academic Representation of Princess Diana. Kompas, 23 November 2014.
The life of Princess Diana cannot be separated from the media nor can it be discussed aside from academic publications and discussions. Anywhere she went, the media would go and publish news of her as a headline. In other words, the image of Princess Diana was affected by the role of the media. This article will examine why the media always reported on Princess Diana excessively and continually, how it created the image of Princess Diana, and how this image had affected her.
Rohman, Arif. The Media and Academic Representation of Princess Diana. Kompas, 23 November 2014.
The life of Princess Diana cannot be separated from the media nor can it be discussed aside from academic publications and discussions. Anywhere she went, the media would go and publish news of her as a headline. In other words, the image of Princess Diana was affected by the role of the media. This article will examine why the media always reported on Princess Diana excessively and continually, how it created the image of Princess Diana, and how this image had affected her.
It is not a secret
that Princess Diana was considered an icon by the public and highlighted by the
media. The media continually reported most aspects of her lifeand this could be
understood based on three main reasons: (1) The needs of media to find
international news; (2) Princess Diana was a person who was open to the media;
and (3) The high demand from the people who wanted to know the latest news
about her.
Firstly, it cannot
be denied that the media....
For Full Text Pdf Download Here
Thursday 6 November 2014
Gelandangan di Perkotaan dan Kompleksitas Masalahnya
Arif Rohman
School
of Humanities and Social Sciences
Charles
Sturt University
Cite:
Rohman, Arif.
(2013). Gelandangan di Perkotaan dan Kompleksitas Masalahnya. Kompasiana,
2 September 2013.
Gelandangan dan pengemis
memang telah menjadi masalah nasional yang dihadapi di banyak kota, tak
terkecuali di negara maju (Schwab, 1992). Permasalahan gelandangan dan pengemis
sebenarnya telah lama mendapatkan perhatian serius baik dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah maupun LSM. Evers & Korf (2002) bahkan secara ekstrim
mengibaratkan gelandangan sebagai penyakit kanker yang diderita kota karena
keberadaannya yang mengganggu keindahan dan kenyamanan kota, namun begitu susah
dan kompleks dalam penanggulangannya. Tulisan ini ingin menunjukkan
kompleksitas permasalahan gelandangan melalui penyajian data dan fakta yang
dianggap relevan, dan memunculkan pertanyaan tentang kapan persoalan
gelandangan akan selesai kita tangani?
Anomali Istilah
Gelandangan, Pengemis dan Pemulung
Istilah gelandangan
berasal dari kata gelandangan, yang artinya selalu berkeliaran atau tidak
pernah mempunyai tempat kediaman tetap (Suparlan, 1993). Pada umumnya para
gelandangan adalah kaum urban yang berasal dari desa dan mencoba nasib dan
peruntungannya di kota, namun tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang
cukup, keahlian pengetahuan spesialisasi dan tidak mempunyai modal uang.
Sebagai akibatnya, mereka bekerja serabutan dan tidak tetap, terutamanya di
sektor informal, semisal pemulung, pengamen dan pengemis. Weinberg (1970)
menggambarkan bagaimana gelandangan dan pengemis yang masuk dalam kategori
orang miskin di perkotaan sering mengalami..........................
For Full Text Pdf Gelandangan di Perkotaan dan Kompleksitas Masalahnya Download Here
For Full Text Program Desaku Menanti Download Here
For Full Text Program Desaku Menanti Download Here
Permasalahan Orang Gila dan Kompleksitas Penanganannya di Indonesia
Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, Arif. (2014). Permasalahan Orang Gila dan Kompleksitas Penanganannya di Indonesia. Kompasiana, 5 November 2014.
Pendahuluan
Pada pertengahan tahun 2014, ketika saya pulang ke kampung saya di Demak – Jawa Tengah, Ibu saya bercerita tentang almarhum Lek Jupri. Lek Jupri adalah penjual ‘bakso kojek tusuk lidi’ dan ‘es pasah sirup frambos’ yang sangat terkenal dan cukup legend di kampung kami. Sampai sekarang saya belum menemukan tandingan kelezatan bakso kojek bikinannya. Kalau membayangkan bakso kojeknya, langsung terbit selera saya, pun saat saya menulis artikel ini. Pada waktu saya masih SD, saya masih ingat, walaupun mulai berdatangan para tukang siomay dari daerah lain (Bandung – Jawa Barat), yang menawarkan dagangan lebih komplit seperti ada kol, tahu, dan pare-nya, namun penggemar Lek Jupri tidak pernah surut. Mungkin karena rasanya yang yummy dan harganya yang relatif lebih murah, disamping penyajiannya yang sederhana, yaitu bakso tepung kecil-kecil yang direbus dan diberi sambal kacang dan kecap dan sedikit saos yang dimasukkan dalam plastik kecil ukuran ½ ons. Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak orang yang pernah mencicipi makanannya dan saat ini sudah menjadi orang-orang sukses dalam hidupnya. Dia orang yang baik dan taat beribadah di mata masyarakat sekitar.
Namun sayangnya, kenangan tersebut seketika hilang manakala saya tahu bahwa beliau sudah meninggal. Meninggalnya pun boleh dikatakan menurut saya sangat tragis. Bermula dari kondisi fisiknya yang sudah mulai menua, dan pembeli yang semakin berkurang, serta mungkin banyak hutang pada rentenir, akhirnya dia mengalami stress ringan. Atas usul salah satu tokoh masyarakat, dia dikirim ke salah satu panti orang gila di Semarang. Bukannya kondisinya semakin baik, ternyata justru semakin buruk karena di panti itu dia dicampur dengan orang-orang gila beneran hasil razia di jalanan. Banyak orang yang menyayangkan bahwa sebenarnya pada waktu Lek Jupri masih dalam keadaan stress ringan, dia bisa saja sembuh dengan sendirinya, jika masyarakat sekitar lebih peduli pada keadaannya dan bersama-sama memberikan perhatian yang lebih pada kehidupannya, tentu saja dengan mencari akar masalah yang membuat dia merasa tertekan.
Tulisan ini berusaha untuk memotret permasalahan orang gila di Indonesia, dan perlakuan yang sering mereka terima dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dari tulisan ini adalah untuk menunjukkan betapa...............................
For Full Text Pdf Download Here
For Full Text Pdf Download Here
Subscribe to:
Posts (Atom)