Showing posts with label Preman Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Preman Indonesia. Show all posts

Wednesday 20 April 2011

Dua kelompok preman Pasar Tanah Abang bertempur. Para pedagang berharap pengamanan pasar ditingkatkan.

Dua kelompok preman Pasar Tanah Abang bertempur. Para pedagang berharap pengamanan pasar ditingkatkan.

PARA pedagang Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat baru saja buka
"warung". Jarum jam pada Kamis pekan lalu baru menunjuk angka 08.00.
Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, puluhan preman bermunculan dan
menduduki sebuah sudut pasar tempat para pedagang kaki lima berjualan.
Mereka dipimpin Hercules, salah seorang yang mereka kenal sebagai
pentolan preman di situ. Banyak di antara mereka yang membawa senjata
tajam. Kepada para pedagang, mereka menanyakan apakah Iyus dan anak
buahnya -kelompok preman lainnya- sudah terlihat sosoknya.

Sebagaimana diceritakan seorang pedagang yang tak mau disebutkan
namanya, kira-kira satu jam kemudian "pasukan Iyus" yang juga
berjumlah puluhan orang berdatangan. Kedua kelompok pun berhadapan
dalam posisi siap tempur. Sejenak mereka bertengkar mulut. Setelah
diplomasi buntu, kata-kata dilanjutkan dengan perkelahian massal.
Masing-masing mencari lawan. Samurai, pisau, golok, celurit, dan
tongkat beradu. Ada pula yang bertarung dengan tangan kosong.

Pasar Tanah Abang yang macet dan penuh sesak dengan manusia itu
menjadi kacau-balau. Para pedagang buru-buru menutup kios atau warung,
lalu bersembunyi di dalam. Pembeli dan pejalan kaki serabutan. Para
penumpang kendaraan umum berhamburan ke luar. Seorang wanita hamil
tampak terinjak-injak oleh kerumunan manusia yang belingsatan. Entah
bagaimana nasib wanita itu.

Untunglah tak lama kemudian sepasukan tentara segera terjun. Dalam
waktu singkat mereka berhasil melerai perkelahian. Selanjutnya,
sebagaimana diungkapkan Wali Kota Jakarta Pusat, Abdul Kahfi, sehari
kemudian, 24 preman sudah ditangkap dan sudah diserahkan ke kepolisian
untuk diproses secara hukum kalau memang terbukti bersalah. Dari 24
orang itu, 17 di antaranya adalah para preman kelompok Iyus. Sisanya
anggota kelompok Hercules.

Peristiwa itu segera menjadi berita utama di berbagai media massa,
sekaligus menyingkap adanya "keganasan" di suatu tempat: para preman
yang menambang rezeki dengan kegarangan. Pertempuran yang terjadi di
Tanah Abang itu, menurut sejumlah pedagang, tak jauh dari urusan
rebutan rezeki antarkelompok preman. Sejak sekitar dua tahun silam,
menurut para pedagang, Pasar Tanah Abang dikuasai oleh sekelompok
preman yang berasal dari daerah timur Indonesia. Semula mereka
dikomandoi oleh Hercules, pemuda gagah itu.

Entah karena apa, kelompok ini pecah menjadi dua: kelompok Hercules
dan kelompok Iyus -ada yang menyebut kelompok Anis. Boleh jadi "Anis"
dan "Iyus" adalah satu orang. Selama ini mereka berbagi lahan rezeki
dengan "memajak" para pedagang, terutama pedagang kaki lima yang
berjualan di trotoar. Hercules mengusai kawasan tertentu, Iyus kawasan
lain. "Di luar bulan Puasa, kami dipajak Rp 200.000 sebulan untuk
menempati areal satu meter persegi," ujar seorang pedagang kaki lima.
Itu belum termasuk bayaran bila mereka mengadakan kunjungan mendadak.
"Pada bulan Puasa, pajaknya naik. Bulan Puasa ini, misalnya, kami
dikenai Rp 400.000 untuk menempati 1 x 1 meter di trotoar," kata
pedagang itu.

Kalau pajak dan setoran rutin tak dibayar, masih menurut pedagang itu,
mereka tak segan-segan melayangkan pukulan atau tamparan. Pernah suatu hari seorang penjual rokok di pinggir jalan tewas digebuki karena tak
membayar setoran sejumlah yang ditentukan. Para pedagang berniat
mengusung mayatnya beramai-ramai ke Gedung DPR. Tentu untuk mengadukan nasib. Namun niat mereka dihalangi oleh para preman.

Perkelahian yang pecah Kamis pekan lalu terjadi karena kedua kelompok
memperebutkan lahan trotoar di dekat grosir kain dan pakaian jadi,
yang memang paling banyak dihuni pedagang kaki lima. Masing-masing tak
mau mengalah. Dan hasilnya, empat preman luka, termasuk Hercules yang
kini kabarnya dirawat di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta.

Sehubungan dengan kasus tersebut, Wali Kota Jakarta Pusat berjanji
akan membantu petugas keamanan meningkatkan pengamanan Pasar Tanah
Abang dan kawasan ramai lainnya. Dan tentu saja sekitar 6.000 pemilik
kios serta ribuan pedagang kaki lima lainnya, yang selama ini merasa
diperas oleh para preman, menunggu janji itu. "Selama ini kami memang
selalu berharap pengamanan pasar ditingkatkan, agar kami bisa terbebas
dari para preman," ujar seorang pedagang. Ada juga yang menyebutkan
bahwa para preman itu bekerja sama dengan oknum pejabat pasar. Dan
tampaknya apa yang kini terjadi itu bukan cuma ada di Pasar Tanah Abang,
melainkan juga pasar lainnya di ibukota.

HERCULES MEMBANTAH

Kepada Yth.
Media Massa
di
Tempat

Kepada teman-teman Press yang saya hormati.
Saya meminta dengan hormat kepada teman-teman Press untuk memuat surat
bantahan saya di surat pembaca. Atas perhatian dan kerjanya saya ucapkan
banyak terima kasih.

salam
Hercules do Rosario

Kasus Ninja Lewat Tabloit Adil


Sebuhungan dengan berita tentang kasus Ninja yang dimuat oleh Tabloit Adil
pada Nomor 06 KE Tahun 67, tanggal 11 - 17 Nopember 1998 yang melibatkan
saya. Dengan ini saya membantah dengan keras bahwa saya tidak tahu menahu
soal kasus tersebut. Apalagi memberi dana atau terlibat secara langsung
dengan kasus ini. Dan sangat tidak masuk akal kalau saya memberi dana untuk
kasus ini. Dan dari mana saya mendapat dana untuk membiaya untuk kasus ini.
Untuk makan sehari-hari bersama dengan teman-teman saya saja sudah sangat
sulit apalagi mau melakukan hal seperti itu. Dan saya hanya dijadikan
sebagai kambing hitam pada kasus tersebut. Dan saya sudah menghubungi ke
pihak Redaksi Adil tetapi jawaban yang saya terima tidak masuk akal .
Tabloit Adil menyatakan bahwa kami hanya mendapat berita ini dari Kapoltabes
Semarang, Kol. Pol. Soekarko D.A. tanpa konfirmasi terlebih dahulu kepada
saya. Pada hal selama ini aktivitas saya hanyalah mencari makan bersama
dengan teman-teman saya. Dan saya tidak pernah tahu tentang kasus tersebut.
Untuk itu saya sangat keberatan kalau kasus tersebut dikaitkan dengan diri saya.

Untuk itu dengan tegas saya membantah dan menuntut kepada Tabloit Adil
sebagai berikut:

1. Meminta kepada Tabloit Adil untuk mencabut kembali berita tersebut.
2. Meminta kepada Tabloit Adil untuk minta maaf secara tertulis lewat
media massa.
3. Sambil menunggu proses hukum selanjutnya.

Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.


Jakarta, 11 Nopember 1998

Hormat saya,


Hercules do Rosario
Jl. Hayam Wuruk 101, Raja Kota
Jakarta Barat


Lampiran:
Cacatan:
Ditulis berdasarkan Tabloit Adil Nomor: 06 KE Tahun 67 11 - 17 Nopember 1998

KILAS KRIMINALITAS

Ninja Anak Buah Hercules

Santri ponpes Az Zuhri, Ketileng, Semarang, merasa geram. Beberapa kali
K.H. Saiful Anwar pengasuh mereka, di teror orang-orang tidak dikenal.
Karenanya para santri mengintensifkan pengamanan swakarsa. Hasilnya, dua
tukang teror berkedok ninja Rabu (4/10) malam, berhasil mereka tangkap.
Yang mengejutkan, saat interogasi, kedua 'ninja' berlogat bahasa Sunda itu
mengaku bila aksi mereka atas perintah Hercules, preman Tanah Abang,
Jakarta. Untuk setiap nyawa kiai, kami masing-masing dibayar 2 juta rupiah
kata Didi, salah seorang ninja. Dia juga menyebut, kedatangannya bersama
empat kawan lainn didrop dari Jakarta dengan mobil mini bus.
Sebelum beraksi, mereka---- semuanya sehat jasmani dan rohani ---
diturunkan di depan RS Tlogorejo, kemudian disuruh terpencar. Tapi sial. Dua
diantaranya kepergok puluhan santri. Terjadilah perkelahian tak seimbang.
"Mereka mahir ilmu bela diri dan kebal senjata tajam. Jadi saya yakin mereka
sudah dipersiapkan lama sebelum diterjunkan," tutur K.H. Saiful.
Hanya saja, Kapoltabel Semarang Kol. Pol. Soenarko D.A. yang dihubungi Adil
menyebut bila semua 'ninja' - jumlahnya delapan orang - yang ditangkap massa
dan kini ditahan di Mapoltabes, semuanya adalah orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa. johny

Preman "Menguasai" Tanahabang

Preman "Menguasai" Tanahabang

TAWURAN massal dua kelompok preman di Tanahabang, Jakpus, membuktikan
bahwa tekad penguasa keamanan Ibu Kota untuk "menghabisi" kelompok
marjinal itu belum terwujud dengan baik. Preman ternyata bahkan sudah
"menggenggam" beberapa wilayah di pelosok Jakarta ini.

Dari pungutan liar terhadap ratusan pengemudi angkutan umum di
Bendungan Jago, Kemayoran hingga upeti yang harus dibayar para pemilik
hotel, restoran dan tempat hiburan di kawasan Mangga Besar. Dari
tukang palak di terminal Pulogadung hingga debt collector perbankan,
semuanya bertumpuk di Jakarta.

Tanahabang misalnya. Betapa premanisme di situ tumbuh subur. Dan sudah
menjadi rahasia umum, para preman itu bisa merajalela karena ada
oknum-oknum yang berdiri di belakangnya.

Sejak belasan tahun lalu aparat Kecamatan Tanahabang (sama seperti
kecamatan-kecamatan lainnya), "memperkerjakan" sipil untuk "mengelola"
lahan di kawasan itu. Para "pengelola" itu wajib membayar setoran ke
para oknum aparat tersebut. Baik oknum di kecamatan, kelurahan,
koramil hingga polsek.

Tanahabang memang sudah menjadi "tambang emas" para preman sejak lama.
Lama kelamaan, kuku "pengelola" ini semakin tajam mencengkram daerah
itu.

Dari WTS liar, mucikari, pedagang kaki lima, sopir angkutan umum,
perparkiran, toko-toko, hingga pelaku "judi catur" di trotoar harus
membayar uang keamanan kepada preman yang menguasai daerah itu.
Demikian pula dengan judi "bola setan" (cap ji kie), yakni bola yang
dilemparkan ke lubang-lubang bernomor, yang hampir setiap malam
digelar di kawasan WTS di tepi rel KA Tanahabang.

Kerusuhan, yakni pembakaran mobil Tramtib dan kantor kecamatan
Tanahabang beberapa waktu kemudian ujar sumber Kompas di kawasan itu,
karena tak adanya "koordinasi" antara oknum aparat kecamatan dengan
walikota. Hari itu aparat kecamatan, melalui para "pengelola" jalanan
sudah memungut uang "restribusi" harian, yang bahkan ditingkatkan
jumlahnya karena "mendekati" Lebaran.

Ternyata para pedagang itu, masih dibersihkan oleh Tramtib dari kantor
Walikota Jakpus. Akibatnya, pedagang (dan "pengelola") marah. Mereka
bersama-sama membakar dan merusak kantor kecamatan itu.

***

NAMA Hercules sudah menjadi Godfather di daerah itu sejak tahun
1985-an. Warga RW 09 Kelurahan Kebon Kacang ini tak memiliki tubuh
besar seperti putra Dewa Zeus dalam kisah klasik Yunani, justru
sebaliknya bertubuh kurus kerempeng.

Selain, mata kiri palsu, tangan kanannya (hingga sebatas siku) juga
palsu. Dia selalu sesumbar, cacad itu karena ikut berperang membantu
TNI saat pergolakan di Timor Timur, kampung halamannya, Ainaro.

Dalam tempo singkat, nama Hercules semakin tenar di kawasan itu. Dan
hebatnya, anak buahnya tak sebatas pemuda asal Timtim, namun juga dari
daerah-daerah lain, seperti arek-arek Madura, Bugis, Padang,
Palembang, Ambon hingga Batak. Hercules serta adik kandungnya, Fretes
didaulat sebagai pimpinan "dunia hitam" di daerah itu.

Daerah "jajahannya" semakin lama semakin luas. Mereka tak lagi sekadar
memungut uang restribusi dari pedagang, tapi juga ikut memberi izin
ribuan pedagang kaki lima yang biasa disebut "lapak" di daerah itu.
Untuk mendapat izin, satu "lapak" harus membayar Rp 400.000-Rp
500.000. Merasa sudah terlalu kuat, kelompok Hercules semakin berani
menentang petugas yang kurang "sejalan" dengan mereka.

Beberapa pedagang mengungkapkan, pada bulan Desember lalu puluhan
preman anak buah Hercules pernah menyerbu pos polisi di pertigaan
Pasar Kebon Jati.

Keadaan berubah. Salah satu "orang kepercayaannya" yang bernama Yosep,
biasa dipanggil "Ius" mulai enggan jadi bawahan Hercules. Sebuah
sumber menyebutkan, sebenarnya bukan Hercules tapi Ius inilah "anak
asuh" dari seorang perwira tinggi TNI yang membawanya dari Timtim. Dia
lalu memperkenalkan Hercules dengan "bapak asuhnya" tersebut.

Ius, yang kelahiran Flores, NTT itu kemudian mengumpulkan teman-teman
"dekat"nya. Dia mulai berani mengumpulkan restribusi sendiri, tanpa
disetorkan ke Hercules. Salah seorang kawan setia Ius, Nando, adalah
pentolan preman asal Bima yang juga mulai tak senang berada di bawah
pimpinan Hercules. Melihat hal itu, Hercules menyebarkan ancaman ke
kubu Ius.

Merasa "lebih baik mendahului dari pada didahului", Ius lantas
mengumpulkan rekan-rekannya. Dua pekan sebelum tawuran massal itu,
sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Ius serta puluhan rekan-rekannya
(terbanyak dari kelompok Madura) menyatroni rumah Hercules, yang
sedang tidur nyenyak. Lima bacokan langsung bersarang di tubuh
Hercules dan dua di antaranya merambah wajahnya.

Mengira Hercules sudah "lewat", Ius Cs lantas meninggalkan rumah itu.
Ternyata, Hercules selamat dan dilarikan ke RS Gatot Subroto. Beberapa
hari kemudian dia melarikan diri ke Indramayu, kampung istrinya.

Fretes adik Hercules, kemudian menyiapkan Vendetta (balas dendam).
Kelompok Ius sudah mengantisipasinya. Maka terjadilah tawuran massal,
hari Kamis (9/1) tersebut.

Seperti dalam sebuah film cerita tentang gangster ala mafia, tawuran
massal itu sebenarnya disepakati kedua kelompok digelar di tempat
terbuka. Bahkan beberapa di antaranya mengingatkan petugas, jika
sampai terdengar letusan senjata api, maka mereka akan membakar semua
yang ada di sekitar daerah itu.

Petugas tampaknya sudah mengantisipasi hal itu, sehingga berhasil
meredam kejadian itu nyaris tanpa letusan senjata.

***

KASUS preman Tanahabang itu membuktikan premanisme masih marak di Ibu
Kota ini. Sudah menjadi "rahasia umum", masih banyak "Hercules" lain
yang menjadi "Don Corleone" kawasan-kawasan tertentu.

Di Jakarta Timur misalnya, kawasan Kebon Singkong, Klender, diketahui
menjadi "basis" preman. Dari "pemain" 365 (perampokan) hingga pencuri
kendaraan bermotor berkumpul di situ. Di kawasan perparkiran Arion
Rawamangun ada nama "Azis", sedangkan di Jl. Matraman-Pramuka ada nama
"Edison".

Di Jakarta Pusat, nama "Hasan Suwing" masih disegani di kawasan
Lokasari, Manggabesar dan sekitarnya. Kemudian mantan pembunuh bayaran
yang sudah tobat, Arek Foto, juga masih punya nama di Tanah Tinggi.
Atau "Yanto", yang memegang perparkiran di depan Gelanggang "Planet"
Senen.

Pencopet-pencopet Senen diisukan dipimpin "Ical alias Eddy". Dan salah
satu penyebab, mengapa mereka berani langsung mencopet penumpang KA di
Stasiun Senen, konon karena ada beking oknum di kawasan itu. Lalu di
Jl Biak-Roxy, masih ada nama "Amsir Budeg" dan "Tatang Cs" di Jl
Juanda.

Di Jakarta Barat, nama "Margono" sudah cukup kuat di kawasan
Cengkareng. Pemerasan pengemudi angkot setiap hari diduga dikoordinir
olehnya, dan bulan lalu sempat tawuran massal dengan kelompok
Palembang di kawasan itu.

Di Jakarta Selatan, masih ada nama preman yang "sudah sadar", yakni
"Seger" yang memegang perparkiran di kawasan Blok M. Dia terkenal
dalam kasus pemberontakan LP Cipinang tahun 1981, di mana dia diduga
menghabisi anak buah Jhoni Sembiring (almarhum). Rekan seangkatan
"Seger" adalah "Freddy Galur" serta "Plolong" (almarhum).

Di Jakarta Utara, nama "Kadim" masih disegani di kawasan pelabuhan. Di
sekitar kawasan WTS Kramat Tunggak, tepatnya di Jl Kramat Jaya VI ada
"dedengkot" bernama Zazuli. Mantan terhukum seumur hidup ini, dianggap
penguasa kawasan Gudang Baru, Bulog dan lain-lain.

Lalu di Pademangan Barat, ada nama "Rudy Ambon" yang biasa mangkal di
bioskop King. Di kawasan WTS Kalijodo, nama "Daeng Usman, Daeng Patah
dan Daeng Hamid" masih disegani di daerah itu. Kemudian, nama "Royal"
di Gedung Panjang, Kota.

Di Pasar Ikan sudah lama ada nama "Janaan dan Suganda" (satu lagi:
Janaka sudah almarhum). Selain menguasai kuli-kuli di pelabuhan itu,
juga diduga sebagai bos "bajing luncat" di kawasan pelabuhan hingga
Jawa Barat. "Markas" mereka konon di belakang pabrik Bimoli, Pluit.

***

JELAS sudah, sikap tegas dari aparat keamanan kembali dibutuhkan untuk
"membersihkan" Ibu Kota dari premanisme saat ini. Mantan preman, yang
saat ini menjadi mubaliq, H.M. Ramdhan Effendi alias Anton Medan
mengingatkan, perlu diperhatikan masalah "perut" yang membuat
munculnya premanisme itu.

Diungkapkannya, saat ini Yayasan Atta-Ibin yang dikelolanya berupaya
menggalang sekitar 7.000 mantan napi untuk disosialisasikan ke
masyarakat. Ternyata sebagian besar dari mereka sulit memperoleh
pekerjaan karena tak didukung pemerintah. Dia mengimbau, agar
disediakan lapangan pekerjaan padat karya, seperti buruh pabrik untuk
para mantan napi yang sudah sadar itu.

Sekarang pemerintah bukan mendukungnya, malah untuk ceramah agama di
Lembaga Pemasyarakatan (LP) pun dia kena cekal Dirjen Pemasyarakatan.
Penyebabnya, menurut Anton, karena dia sering membeberkan
cerita-cerita "gelap" di seputar LP pada media massa.

Menurut Anton, saat ini sebenarnya yang juga harus menjadi "perhatian"
aparat keamanan adalah kelompok preman elit, yang menguasai
tempat-tempat hiburan hingga perusahaan-perusahaan di Jakarta. Juga
sebagai pengelola beberapa tempat judi liar. Mereka semakin lama
terlihat semakin kuat.

Sementara Ketua Harian Pemuda Pancasila (PP), Yoris Th. Raweyai
menegaskan, organisasi itu menjamin sikap anggota yang takkan
menyimpang dari hukum yang berlaku. Diingatkan, sekitar 40.000 anggota
PP Jakarta memiliki identitas jelas.

Soal pembinaan, lanjutnya, PP senantiasa melakukan upaya agar para
anggotanya berjalan di atas rel. Di antaranya, menanamkan rasa
sosialisasi yang tinggi terhadap keadaan di lingkungan masing-masing.

Wakil Ketua Presidium PP, Ruhut Sitompul menambahkan, tawuran massal
preman yang berdasarkan kelompok kedaerahan itu, pasti tak melibatkan
anak-anak PP. Alasannya, sudah lama di organisasi itu mengkikis habis
rasa kedaerahan, apa lagi kesukuan yang berlebihan.

Apa pun itu, tampaknya pekerjaan besar masih menanti para penegak
keamanan di Ibu Kota ini. Jangan membiarkan Ibu Kota ini berada dalam
"genggaman" para penjahat itu. (barry sihotang)

Preman Hercules Diancam Lima Tahun Penjara

Preman Hercules Diancam Lima Tahun Penjara


TEMPO Interaktif, Jakarta: Lasus pengeroyokan di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, pelaku utama Hercules dan tujuh anak buahnya terancam hukuman penjara selama lima tahun. Polisi menyita alat kekerasan seperti pisau lipat dan bukti video rekaman yang dipasang pengelola hotel. Polisi masih mengejar beberapa tersangka lain yang terlibat kasus ini.

Menurut Kepala Kepolisian Resor Jakarta Barat, Komisaris Besar Iza Padri, Hercules dan gengnya , melanggar Pasal 170 KUHP dan Pasal 351 Jo 55 KUHP dan atau Pasal 335 ayat 1 KUHP. ''Ancaman hukuman lebih dari 5 tahun," kata Iza.

Polisi selain menahan Hercules, juga tujuh anak buahnya terkait perkara pengeroyokan dan penganiayaan berat di lobi Hotel Menara Peninsula . Satu dari dua korban bernama Abraham mengalami luka tusukan pisau lipat. ''Kejadian ini dilatarbelakangi masalah utang piutang,'' Iza menegaskan, Minggu (09/11).

Kasus ini bermula pada Jumat malam, sekitar pukul 23.00. Abraham datang ke lobi hotel bertemu dengan Budiyanto. Keduanya bertengkar menyangkut uang . Kelompok Hercules yang berada di salah satu restoran dan beranda hotel, segera datang dan langsung menyerang korban.

Anggota Satuan Narkoba Polres Jakarta Barat berusaha melerai. Namun, tidak digubris kelompok Hercules. Keributan pecah. Abraham dan Beny berusaha melarikan diri dari keroyokan. Namun, Abraham keburu terkena tusukan pisau di bagian pinggang kiri. Kepala korban berdarah. Adapun Beny mengalami luka memar. ''Anggota yang melerai ditonjok Hercules,'' kata Iza.

Rudy Prasetyo

HERCULES, PREMAN TANAH ABANG

HERCULES, PREMAN TANAH ABANG

Hercules

Hercules Rosario Marshal adalah nama aslinya… ia ternyata merupakan seorang pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Maka tak salah jika sosoknya yang begitu berkarisma ia dipercaya memegang logistik oleh KOPASUS ketika menggelar operasi di Tim-tim. Namun nasib lain hinggap pada dirinya, musibah yang dialaminya di Tim-tim kala itu memaksa dirinya menjalani perawatan intensif di RSPAD Jakarta.

Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antar preman.

Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya

Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.

Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.

Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.

Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas. Bahkan suatu ketika, dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.

Ternyata, di balik sosok yang menyeramkan ini, ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran. Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat. Bahkan juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini.

Maka jangan kaget jika Hercules menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional yang relatif uang sekolahnya mahal. Bukan Cuma itu, ketika Lembaga Pendidikan Kesekretarisan Saint Mary menghadapi masalah, Hercules ikut andil menyelesaikannya, termasuk menyuntikan modal agar lembaga pendidikan itu bisa terus berjalan dan berkembang.
Hercules pun aktif duduk sebagai salah satu pimpinan di situ.

Walau bertahun-tahun mengembara di negeri orang, tapi sosok Hercules tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Timor Leste. Hal ini terlihat jelas saat sejumlah armada Koran ini bertandang ke kediamannya yang terletak daerah Kebun Jeruk, Jakarta, pada medio Juni 2004. Kedatangan armada STL yang dikomandoi Godinho Barros, yang tidak lain adalah saudara sepupu Hercules diterima dengan penuh kekeluargaan.

Penangkapan Hercules Terjerembap di Citra Garden

Penangkapan
Hercules Terjerembap di Citra Garden

Hercules (DOk. GATRA/Astadi Priyanto)Perkembangan yang termonitor di pesawat handy-talky itu membuat panas Komisaris Besar Edward Syah Pernong. Bukan hanya kuping, dadanya pun ikut mendidih. "Preman itu tak boleh dibiarkan besar kepala," ujar Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Metro Jakarta Barat ini, geram.

Di pesawat radio komunikasi polisi tersebut, tertangkap jelas informasi betapa sekelompok pemuda yang disebut Edward sebagai preman itu makin unjuk kekuatan dan tak mengindahkan perintah polisi agar membubarkan diri. Mereka menduduki areal di Perumahan Citra Garden 6, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat.

Selanjutnya, Rabu siang pekan lalu itu, kapolres membrifing anak buahnya. Perintahnya satu: bubarkan atau tangkapi mereka semua. "Tak ada cerita preman bikin kacau di Jakarta," kata Edward, tegas. Bukan hanya memerintah, perwira menengah polisi yang gemar bercelana jins itu memimpin langsung di lapangan.

Kekuatan yang dikerahkan pun tak kepalang tanggung: kurang lebih 125 anggota polisi bersenjata laras panjang. Mereka diangkut dengan truk-truk dan bus polisi yang kacanya dilapisi tralis bercat hitam. Maklum, yang akan dihadapi adalah kelompok pemuda pimpinan Hercules. Jumlahnya pun tak sedikit: 100 orang lebih.

"Aksi premanisme mesti dihadapi dengan kekuatan. Kalau tidak, mana dianggap oleh mereka," ujar Edward kepada Gatra. Terbukti, Hercules dan 114 anak buahnya dengan mudah dilumpuhkan polisi. Bahkan tanpa diwarnai tembakan peringatan. Mungkin mereka keder juga melihat polisi begitu banyak mengusung bedil.

Sebanyak 60 pemuda, termasuk Hercules, diboyong ke tahanan Polres Jakarta Barat. Sisanya, karena ruang tahanan polres tak mencukupi, dititipkan di tahanan di sejumlah markas kepolisian sektor (polsek) di wilayah Jakarta Barat. Personel polisi bersenjata terus berjaga-jaga di sekitar sel tahanan.

Para tersangka dikenai Pasal 31 ayat (1) KUHP karena dinilai melakukan perbuatan tidak menyenangkan. "Mereka memang tidak melakukan kekerasan, tapi perbuatan mereka berkeliaran di tanah orang itu sudah sangat mengganggu," Edward menjelaskan.

***

Hercules, tokoh pemuda asal Timor Timur (sekarang Timor Leste) yang berjaya di dunia preman pada 1990-an, berkeliaran di lahan tersebut setelah mendapat kuasa dari Trisno Darmono. Trisno minta tolong Hercules untuk mengurus tanahnya seluas 37.630 meter persegi, yang masuk dalam area 329.922 meter persegi Perumahan Citra Garden 6 di Kalideres.

Tanah itu diklaim Trisno sebagai miliknya yang diperoleh dari beberapa pemilik sebelumnya. Menurut Ikraman Thalib, ketua tim pengacara Hercules, Trisno menunjukkan bukti berupa Girik C 861 persil 49 S IV atas nama Mamad. Trisno juga punya surat keterangan dari lurah setempat tahun 2005 bahwa tanah tersebut bisa disertifikatkan.

Kata Ikraman, Hercules kemudian mengomunikasikan masalah kliennya itu kepada pihak PT Cakrawala Respati selaku pengembang kompleks perumahan tersebut. Karena kurang ditanggapi, Hercules dan anak buahnya mendatangi areal perumahan, Rabu pagi pekan lalu.

Mereka, menurut Ikraman, tidak bermaksud melakukan kekerasan. Istilah anak buah Hercules, rumput di sana pun mereka tidak cabut. "Klien kami hanya ingin permintaan mereka untuk berdialog bisa didengarkan pihak pengembang," ujar Ikraman.

Tapi, menurut kuasa hukum Cakrawala Respati, Andarias Suman, sebelum itu tidak ada komunikasi sama sekali antara kliennya dengan Hercules. Mereka tahu ada tuntutan pihak Hercules, ya, pada hari penangkapan itu. "Sebelumnya kami tidak tahu-menahu," kata Andarias.

Andarias bilang, kliennya punya sertifikat hak guna bangunan dari Badan Pertanahan Nasional Jakarta Barat No. 5027/Tegal Alur pada 2003. Sertifikat itu merupakan kumpulan beberapa sertifikat hak milik yang dibeli kliennya dari banyak orang, sebagian besar ahli waris Hasan bin Laji.

Kata Andarias pula, sudah banyak pihak yang mengklaim tanah kliennya. "Tapi tidak ada yang bisa membuktikan secara hukum," katanya. Andarias menduga, Trisno adalah korban spekulan tanah.

Toh, bagi Hercules, hukum agaknya urusan kesekian. Lelaki 43 tahun yang akrab dengan masalah tanah ini lebih mengutamakan penekanan secara fisik. Maka, ia pun mengerahkan anak buahnya. Pihak pengembang lapor ke polsek setempat. Tapi polisi tak dapat berbuat banyak.

Pihak polsek minta back-up polres. Aksi pendudukan itu pun berakhir. Hercules dan anak buahnya "terjerembap" di sana. Sampai Selasa lalu, seperti dilaporkan Sholla Taufiq dari Gatra, sejumlah tukang kembali giat mengecor jalan dan membangun rumah di kompleks tersebut, meski belum sesibuk "pra-pendudukan" Hercules.

Hercules dan anak buahnya cukup kerap berurusan dengan aparat penegak hukum. Desember tahun lalu, ia dihukum dua bulan penjara dalam kasus penyerangan terhadap kantor koran Indo Pos. Tapi rasanya belum pernah penangkapan terhadap Hercules dan anak buahnya sampai segegap gempita saat ini.

Baik dari sisi kekuatan besar yang dikerahkan maupun dari jumlah tangkapannya yang mencengangkan. Toh, menurut Loncar Sitinjak, anggota tim pengacara Hercules, sukses penangkapan itu juga lantaran kliennya memang tak ingin bentrok dengan polisi.

"Dia (Hercules) sekarang lebih matang, tidak mau mengandalkan emosi lagi. Buktinya, di Citra Garden itu mereka tidak bikin onar," kata Loncar. Polisi menampik opini ini. "Mereka tak melawan, ya, karena polisi berkekuatan besar dan bersenjata lengkap," ujar seorang polisi.

Kali ini polisi tak mau ambil risiko. Maklum, seperti diprediksi polisi, pasca-penangkapan itu, anak buah Hercules nongkrong di Polres Jakarta Barat. Toh, mereka tak berkutik ketika polisi melarang mereka membesuk bosnya. "Tahanan tidak boleh dibesuk sembarang waktu," kata Edward Syah Pernong.

Ia bertekad menahan Hercules dan kawan-kawan, meskipun ancaman hukumannya di bawah lima tahun --yang berarti tersangka tidak harus ditahan. Caranya, dengan menggunakan Pasal 21 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Dalam pasal itu disebutkan, penahanan dapat dilakukan bagi pelanggar Pasal 335 ayat (1) KUHP.

Penahanan dimaksudkan untuk memberi efek jera pada tersangka. "Polisi tidak mau main-main," Edward menegaskan. Tidak ada penangguhan penahanan untuk Hercules.

Taufik Alwie dan Elmy Diah Larasati
[Apa & Siapa, Gatra Nomor 2 Beredar Kamis, 23 November 2006]

Hercules Anak TL Jadi Raja Preman di Jakarta

Hercules Anak TL Jadi Raja Preman di Jakarta



SETELAH Komandan Polisi Militer (PM) Mayor Alfredo Alves Reinado muncul di Metro TV dalam program Kick Andy pada 24 dan 27 Mei lalu, Minggu (10/6) lalu, dalam program yang sama muncul Hercules Rosario de Marshal.

Dua-duanya adalah putra kelahiran Timor Leste (TL), yang menjadi TBO (Tenaga Bantuan Operasi) TNI di Timor Timur (Timtim) saat pergolakan dulu. Bedanya, Alfredo menjadi tentara, Hercules menjadi raja preman di Jakarta, ibu kota negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Barangkali bagi warga TL yang sempat menonton tayangan Hercules dalam program Kick Andy, Minggu (10/6) lalu, mengenal lebih jauh sepak terjang seorang Hercules. Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.

Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.

Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.

Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas. Bahkan suatu ketika, dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.

Boleh percaya, boleh tidak. Di Kick Andy Hercules mengungkapkan awal mula dia masuk ke Tanah Abang, salah satu wilayah paling keras di Jakarta. Untuk mendapat pengakuan, waktu itu dia harus mengalahkan kelompok-kelompok penguasa di sana.

Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya.

Ternyata, di balik sosok yang menyeramkan ini, ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran. Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat. Bahkan juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini.

Maka jangan kaget jika Hercules menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional yang relatif uang sekolahnya mahal. Bukan Cuma itu, ketika Lembaga Pendidikan Kesekretarisan Saint Mary menghadapi masalah, Hercules ikut andil menyelesaikannya, termasuk menyuntikan modal agar lembaga pendidikan itu bisa terus berjalan dan berkembang.
Hercules pun aktif duduk sebagai salah satu pimpinan di situ. Di Kick Andy, misteri tentang tokoh yang selama ini lebih dikenal namanya ini terkuak. Termasuk masa kecilnya ketika menjadi TBO TNI di Timtim saat pergolakan dulu.

Walau bertahun-tahun mengembara di negeri orang, tapi sosok Hercules tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya TL. Hal ini terlihat jelas saat sejumlah armada Koran ini bertandang ke kediamannya yang terletak daerah Kebun Jeruk, Jakarta, pada medio Juni 2004. Kedatangan armada STL yang dikomandoi Godinho Barros, yang tidak lain adalah saudara sepupu Hercules diterima dengan penuh kekeluargaan.

Dalam kesempatan itu, Hercules menceritakan pengalamannya kepada armada STL dan berjanji suatu ketika akan berkunjung ke tanah kelahirannya. Kapan Hercules berkunjung ke negara baru TL? Kita tunggu jawaban dari Hercules. */ale/sel/vam

Dikutip dari Harian Suara Timor Lorosae….