Monday, 30 June 2008

METODE PENGAMATAN

METODE PENGAMATAN
PARSUDI SUPARLAN
UNIVERSITAS INDONESIA

Pendahuluan

Di antara berbagai metode penelitian dalam ilmu-ilmu sosial yang sekarang berkembang di Indonesia, metode pengamatan adalah yang paling kurang mendapat perhatian secara selayaknya dan telah digunakan oleh para penelitia secara kurang sempurna. Padahal kalau digunakan secara sempurna sesuai dengan persyaratan yang ada dalam tehnik-tehniknya, baik digunakan secara tersendiri maupun digunakan secara bersama-sama dengan metode-metode lainnya dalam suatu kegiatan penelitian di lapangan, akan sangat berguna untuk memperoleh data yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sebab-sebabnya mungkin adalah karena tiadanya ahli ilmu sosial yang memang berpengalaman untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode ini, karena mungkin dianggap sebagai metode yang gampang dan sepele sehingga tidak perlu dilakukan usaha pemahaman yang mendalam. Sebabnya mungkin karena pada setiap saat dan setiap hari, yaitu kalau kita tidak sedang tidur atau memejamkan mata, kita selalu menggunakan mata kita masing-masing untuk melihat dan mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling kita atau yang kita hadapi; bahkan seringkali hal ini kita lakukan tanpa sengaja atau bahkan tanpa ada sesuatu rencana untuk mengamatinya. Sehingga ada anggapan bahwa metode ini bukanlah suatu metode penelitian yang ilmiah, karena nampaknya sederhana dan tidak rumit tehnik-tehniknya dan tidak susah untuk memahami dan menggunakannya; selama si pelaku masih mempunyai mata yang dapat digunakan untuk mengamati.

Atau mungkin juga karena tulisan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh Profesor Harsja W. Bachtiar dalam buku Metode-Metode Penelitian Masyarakat yang di edit oleh Profesor Koentjaraningrat (Gramedia, 1977), yang lebih menekankan pembahasan pada hakekat pengertian pengamatan sebagai metode ilmiah dan bukannya menyajikan uraian yang berisikan petunjuk-petunjuk yang dapat dijasikan sebagai pedoman untuk menggunakan metode pengamatan dalan penelitian di lapangan.

Dalam uraian berikut ini akan dicoba untuk mengungkapkan kegunaan metode pengamatan dan bagaimana menggunakannya dalam penelitian kebudayaan. Uraian akan berisikan pembahasan mengenai : (1) hakekat penelitian kebudayaan dan penggunaan metode pengamatan; dan (2) macam-macam metode pengamatan dan petunjuk-petunjuk penggunaannya.

Penelitian Kebudayaan

Penelitian kebudayaan sebenarnya dapat dilihat sebagai sama dengan penelitian etnografi. Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai kegiatan sosial yang berkaitan dengan itu dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat, yang belandaskan bahan-bahan keterangan tersebut dibuat deskripsi mengenai kebudayaan masyarakat tersebut. Dalam deskripsi mengenai kebudayaan tersebut tercakup deskripsi mengenai makna dari benda-benda, tindakan-tindakan, dan peristiwa-perristiwa yang ada dalam kehidupan sosial mereka, menurut kacamata mereka yang menjadi pelaku-pelakunya.

Sesungguhnya, penelitian etnografi dapat dilihat sebagai suatu kegiatan sistematis untuk dapat memahami cara hidup yang dipunyai oleh suatu masyarakat yang lain atau berbeda dari yang kita punyai, dan yang pemahamanan tersebut harus mengikuti atau sesuai dengan kaca mata pendukung kebudayaan itu sendiri. Karena itu, dalam penelitian etnografi sebenarnya si peneliti lebih banyak bertindak sebagai orang yang belajar dari para pendukung kebudayaan tersebut sehingga peneliti tersebut dapat memahami dan mendeskripsikannya.

Dalam mempelajari kebudayaan, ada tiga aspek yang mendasar dari pengalaman-pengalaman manusia yang harus diperhatikan; yaitu: (1) apa yang mereka lakukan; (2) apa yang mereka ketahui; dan (3) benda-benda apa saja yang mereka buat dan gunakan dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, kegiatan penelitian etnografi harus dapat mencakup ketiga aspek tersebut, dan harus dapat memperlihatkan kaitan hubungan antara satu dengan yang lainnya; sehingga yang mereka lakukan dan benda-benda yang terdapat dalam kehidupan sosial mereka itu dapat diberi makna sesuai dengan yang mereka ketahui.

Dengan adanya tiga aspek yang mendasar seperti tersebut di atas, maka dalam penelitian kebudayaan dapat secara sistematik dipikirkan strategi penelitian yang mencakup sasaran-sasaran penelitian dan masing-masing metode penelitian yang sesuai dengan sasaran yang bersangkutan. Untuk sasaran penelitian mengenai: (1) apa yang mereka lakukan maka metode pengamatan adalah metode yang terbaik, di samping metode wawancara kalau apa yang mereka lakukan itu telah dilakukan; (2) benda-benda/alat-alat yang mereka buat dan gunakan, maka metode pengamatan adalah yang paling tepat; dan apa yang mereka ketahui maka metode wawancaralah yang dapat digunakan.

Dalam sebuah penelitian etnografi, baik metode pengamatan maupun metode wawancara digunakan secara bersama-sama maupun secara terpisah-pisah. Contohnya, dalam mencatat keterangan mengenai benda/alat yang digunakan (misal, lukah duduk yang dipunyai orang Sakai) seorang peneliti dapat mengamati bagaimana lukah duduk tersebut dibuat dan bahan- bahan apa saja yang digunakannya, melihat bagaimana lukah duduk digunakan untuk menangkap ikan, daerah penangkapan ikan dengan lukah duduk yaitu rawa-rawa. Bersamaan dengan itu, si peneliti dapat menanyakan kepada orang Sakai yang bersangkutan mengenai tehnik-tehnik pembuatan dan penggunaan alat tersebut secara lebih terperinci. Sedangkan pada waktu si peneliti harus membuat peta kampung atau denah rumah orang Sakai, si peneliti cukup melakukannya dari hasil pengamatannya. Begitu juga bahan keterangan mengenai sistem kekerabatan, sejarah pemukiman atau hal-hal lain yang mereka ketahui hanya dapat dilakukan pencatatannya dengan metode wawancara.

Metode Pengamatan

Dalam setiap penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode pengamtan, seorang peneliti hendaknya memperhatikan delapan hal, seperrti tersebut di bawah ini:
Ruang atau Tempat. Setiap gerak (benda, peristiwa, orang, hewan) selalu berada dalam ruang atau tempat tertentu. Bahkan keseluruhan dari benda atau gejala yang ada dalam ruang yang menciptakan suatu suasana tertentu patut diperhatikan oleh si peneliti, sepanjang hal itu mempunyai pengaruh terhadap gejala-gejala yang diamatinya.

Pelaku. Pengamatan terhadap pelaku mencakup ciri-ciri tertentu yang dengan ciri-ciri tersebut sistem kategorisasi yang berpengaruh terhadap struktur interaksi dapat terungkapkan.
Kegiatan. Dalam ruang atau tempat tersebut para pelaku tidak hanya berdiam diri saja tetapi melakukan kegiatan-kegiatan, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan yang dapat mewujudkan serangkaian interaksi di antara sesama mereka.

Benda-benda atau Alat-alat. Semua benda-benda atau alat-alat yang berada dalam ruang atau tempat yang digunakan oleh para pelaku dalam melakukan kegiatan-kegiatannya atau ada kaitannya dengan kegiatan-kegiatannya haruslah diperhatikan dan dicatat oleh si peneliti.
Waktu. Setiap kegiatan selalu berada dalam suatu tahap-tahap waktu yang berkesinambungan. Seorang peneliti harus memperhatikan waktu dan urut-urutan kesinambungan dari kegiatan, atau hanya memperhatikan kegiatan dalam satu jangka waktu tertentu saja dan tidak secara keseluruhan.

Peristiwa. Dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku, bisa terjadi sesuatu peristiwa di luar kegiatan-kegiatan yang nampaknya rutin dan teratur itu atau juga terjadi perristiwa-peristiwa yang sebenarnya penting tetapi dianggap biasa oleh para pelakunya. Seorang peneliti yang baik harus tajam pengamatannya dan tidak lupa untuk mencatatnya.

Tujuan. Dalam kegiatan-kegiatan yang diamati bisa juga terlihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pelakunya sebagimana terwujud dalam bentuk tindakan-tindakan dan ekspresi muka dan gerak tubuh atau juga dalam bentuk ucapan-ucapan dan ungkapan-ungkapan bahasa.
Perasaan. Pelaku-pelaku juga dalam kegiatan dan interaksi dengan sesama, para pelaku dapat terlihat dalam mengungkapkan perasaan dan emosi-emosi mereka dalam bentuk tindakan, ucapan, ekspresi muka dan gerak tubuh. Hal-hal semacam ini juga harus diperhatikan oleh si peneliti.

Delapan hal yang harus diperhatikan tersebut tidak selamanya harus menjadi sasaran pengamatan. Ini tergantung pada masalah yang akan diamati dan tergantung pula pada metode pengamatan yang digunakan. Dalam metode pengamatan, terdapat setidak-tidaknya tiga macam metode; yaitu: (1) Metode Pengamatan Biasa; (2) Metode Pengamatan Terkendali; (3) Metode Pengamatan Terlibat. Masing-masing metode pengamatan ini mempunyai tehnik-tehnik pengamatan yang berlainan dan mempunyai sasaran penelitian yang juga berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Metode Pengamatan Biasa

Metode ini menggunakan tehnik pengamatan yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Contoh penelitian dengan menggunakan metode pengamatan biasa dengan sasaran manusia adalah seorang peneliti yang mengamati pola kelakukan para pelawak yang muncul di panggung televisi R.I. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya. Hal yang sama juga dapat dilihat pada contoh dimana si peneliti mengamati pola kelakuan pejalan kaki di Jalan Salemba Raya (di muka gedung UI) dari jembatan penyebrangan yang ada di situ.

Penggunaan metode pengamatan biasa, biasanya selalu digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang diperlukan berkenaan dengan masalah-masalah yang terwujud dari suatu peristiwa, gejala-gejala, dan benda. Contohnya adalah seorang peneliti yang hendak memperoleh keterangan berkenaan dengan pengaruh kenaikan harga BBM baru-baru ini terhadap harga beras di pasaran ibu kota Jakarta. Pertama dia harus mengidentifikasi tempat-tempat di mana beras di jual (pasar biasa, yang dibedakan lagi dalam penjual grosier, penjual eceran; di warung-warung yang tersebar di kampung-kampung di kota Jakarta; dan di supermarket- supermarket). Untuk kemudahan, dia menentukan untuk memilih supermarket sebagai sasaran tempat penjualan beras yang diamati, yang mudah melakukannya karena ada tertera harga beras di kantong pembungkusnya. Dalam melakukan pengamatannya, dia akan menentukan jangka waktu pengamatan, ambil contoh misalnya selama tujuan hari yang dimulai pengamatannya satu hari setelah diumumkannya kenaikan BBM tersebut. Selama tujuh hari si peneliti cukup menandatangani supermarket-supermarket yang ada di kota Jakarta, mencatat harga- harga sesuai dengan kategorinya (beras Cianjur kepala, Cianjur Slip, Raja Lele, dll sebagaimana yang terdapat dijual supermarket-superrmarket tersebut). Dalam kegiatan-kegiatan penelitiannya ini dia sama sekali tidak ada hubungan emosionail ataupun perasaan dengan beras yang diamati harganya.

Dalam pengamatan biasa, seringkali dalam kegiatan-kegiatan pembuatan peta suatu kampung seorang peneliti juga menggunakan alat yang dapat membantunya untuk melakukan pengamatan atas gejala-gejala dan benda secara lebih tepat. Alat ini sebenarnya berfungsi untuk membantu ketajaman penglihatan matanya. Dengan alat ini tidak ada keterlibatan emosi dan perasaan dengan sasaran pengamatannya.

Metode Pengamatan Terkendali

Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya; seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakan pengamatan biasa dengan pengamatan terkendali adalah para pelaku yang akan diamati diseleksi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dikendalikan oleh di peneliti. Contohnya, sebuah eksperimen yang mengukur tingkat ketegangan jiwa (anxiety) para pelaku pemain catur. Dua orang pemuda yang umurnya sama, begitu juga latar belakang pendidikan, kondisi sosial, kebudayaan dan suku bangsanya sama, serta sama-sama belum pernah bermain catur karena belum mengetahui aturan-aturan dan cara bermainnya dipilih. Kedua orang ini melalui penataran terbatas, diberi pelajaran bagaimana bermain catur. Isi pelajaran catur yang diberikan dan waktu pelajaran adalah sama. Setelah persiapan-persiapan tersebut dianggap mencukupi, sesuai persyaratan-persyaratan yang dibuat oleh si peneliti, maka kedua orang tersebut lalu disuruh bermain di dalam sebuah ruang kaca yang tidak tembus penglihatan ke luar. Bersamaan dengan itu, masing-masing kabel yang berguna untuk mencatat frekwensi detak jantung, denyut nadi, temperatur tubuh, perkeringatan, dan hal-hal lain yang diperlukan. Dalam keadaan demikian, si peneliti berada di luar tempat kedua pelaku tersebut bermain catur. Si peneliti mengamati dan mencatat jalannya permainan (dari tahap pebukaan sampai dengan akhir permainan), tindakan-tindakan kedua pelaku. Hasil pengamataannya dan catatan-catatan yang dibuat oleh mesin, keduanya dianalisa sesuai dengan tujuan penelitiannya. Dalam penelitian seperti ini, si pengamat sama sekali tidak mempunyai hubungan dalam bentuk apapun selama pengamatan dilakukan dengan para pelaku yang diamatinya.

Pengamatan Terlibat

Dalam penelitian etnografi, pengamatan terlibat merupakan metode yang utama digunakan untuk pengumpulan bahan-bahan keterangan kebudayaan di samping metode-metode penelitian lainnya seperti yang telah diuraikan di atas. Metode pengamatan terlibat, berbeda dengan metode-metode pengamatan lainnya seperti yang telah diuraikan di atas, dalam melakukan pengumpulan bahan-bahan keterangan yang diperlukan si penelitinya mempunyai hubungan (bisa hubungan-hubungan emosional dan perasaan) dengan para pelaku yang diamatinya.

Berbeda dengan metode-metode pengamatan lainnya, sasaran dalam pengamtan terlibat adalah orang atau pelaku. Karena itu juga keterlibatannya dengan sasaran yang ditelitinya berwujud dalam hubungan-hubungan sosial dan emosional. Dengan melibatkan dirinya dalam kegiatan dan kehidupan pelaku yuang diamatinya, si peneliti dapat memahami makna-makna yang berada dibalik berbagai gejala yang diamatinya sesuai dengan kacamata kebudayaan dari para pelakunya tersebut.

Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode pengamatan terlibat, si peneliti bisa berada dalam tingkat keterlibatan tertentu dalam hubungannya dengan pelaku yang ditelitinya. Keberadaannya dalam tingkat keterlibatan tertentu bisa dikarenakan oleh memang tehniknya memerlukan hanya satu bentuk keterlibatan tersebut, tetapi bisa juga keberadaannya pada sesuatu tingkat tertentu diperlukan sebelum dicapainya tingkat tingkat keterlibatan yang sepenuhnya atau selengkapnya dalam kehidupan para pelaku. Adapun macam-macam keterlibatan yang ada dalam pengamatan terlibat adalah sebagai berikut:

Keterlibatan Yang Pasif.
Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya, dan dia juga tidakk melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku atau para pelaku yang diamatinya. Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud dalam bentuk keberadaannya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya. Contoh: Seorang peneliti yang ingin mengetahui bagaimana pola tindakan warga Jakarta untuk memperroleh pelayanan fasilitas yang terbatas di tempat umum. Kasus yang ingin diamatinya adalah di tempat penjualan karcis kereta api untuk luar kota di stasiun Gambir. Cara yang dilakukannya adalah: Dia cukup datang ke stasiun Gambir, berdiri di ruang tempat adanya loket penjualan karcis untuk luar kota. Di papan pengumuman terdapat jadwal-jadwal pemberangkatan masing-masing kereta api dan jam-jam penjualan karcis. Si peneliti tidak harus ikut berdiri di muka loket dan membeli karcis untuk dapat memperoleh keterangan yang diperlukan. Dengan demikian, si peneliti cukup berdiri terpisah dari orang-orang yang sibuk berusaha memperoleh karcis, tetapi dia juga tidak betul-betul terrpisah dari para pelaku yang diamatinya karena dia berada dalam arena kegiatan-kegiatan yang sedang diamatinya. Dalam keadaan demikianlah si peneliti digolongkan sebagai pengamat dengan keterlibatan yang pasif.

Keterlibatan Setengah-Setengah.
Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti mengambil suatu kedudukan yang berada dalam dua hubungan struktural yang berbeda, yaitu antara struktur yang menjadi wadah bagi kegiatan yang diamatinya dengan struktur dimana dia sebagian dari dan menjadi pendukungnya. Dalam kedudukan demikian, perannya adalah mengimbangi antara peranan yang harus dimainkan di dalam struktur yang ditelitinya dengan struktur yang dalam mana dia menjadi salah satu unsurnya. Contoh: Seorang mahasiswa kriminologi yang hendak mengadakan penelitian mengenai kehidupan narapidana di sebuah Lembaga Pemasyarakatan; tidak mungkin untuk dapat mengadakan pengamatan dengan cara hidup di penjara sama dengan narapidana (atau salah satu kategori sesuai dengan masa hukuman dan kejahatan yang telah dilakukannya) lainnya. Pertama, kehidupan sebagai narapidana terlalu berat bagi mahasiswa tersebut, karena dalam kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan masih juga terkandung unsur-unsur kekerrasan dan kekejaman dalam segala seginya. Kedua, akan terjadi kesukaran untuk menempatkan kedudukan si mahasiswa dalam struktur sosial yang berlaku dalam Lembaga tersebut, yang dapat merugikan usaha-usahanya untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan dibandingkan kalau dia betul-betul sebagai narapidana dalam kegiatan penelitiannydalam satu segi dia "orang luar" lebih banyak "dipercaya" untuk mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara sewajarnya dibandingkan kalau dia berperana sebagai narapidana atau sebagai petugas Lembaga Pemasyarakatan. Dalam keadaan demikian, dia akan tetap mempertahankan peranannya sebagai peneliti atau pengamat yang terlibat setengah-setengah.

Keterlibatan Aktif.
Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh popara pelakunya dalam kehidupan sehari-harinya. Kegioatan-kegiatan tersebut dilakukannya untuk dapat betul-betul memahami dan merasakan (menginternalisasikan) kegiatan-kegiatan dalam kehidupan mereka dan aturan-aturan yang berlaku serta pedoman-pedoman hidup yang mereka jadikan sandaran pegangan dalam melakukan kegiatan-kegitan tersebut. Contoh: Seorang peneliti yang berusaha untuk membuat etnografi salah satu suku bangsa terasing di Indonesia, yaitu Orang Sakai yang hidup di wilayah Propinsi Riau, telah menggunakan metode pengamatan terlibat. Dalam kegiatan penelitiannya, dia hidup/tinggal bersama dengan Orang Sakai yang ditelitinya di tempat pemukiman mereka. Secara bertahap dia berusaha untuk dapat memperoleh bahan-bahan keterangan yang diperlukan mengenai sistem mata pencaharian, khususnya dalam hal ini cara-cara mereka menjerat hewan hutan, menangkap ikan, dan sebagainya, maka si peneliti tersebut ikut dalam kegiatan-kegiatan menjerat hewan di hutan, menangkap ikan (dengan berbagai tehniknya) di sungai, di rawa-rawa dan digenangan air, dan sebagainya. Dalam kerangka pembicaraan mengenai tahap-tahap kegiatan dalam penelitian dengan menggunakan metode pengamatan terlibat, sebenarnya Pengamatan Keterlibatan Aktif dapat dilihat sebagai satu tahap perantara untuk mencapai tahap berikutnya yaitu tahap Pengamatan Terlibat Sepenuhnya atau Lengkap.

Keterlibatan Penuh atau Lengkap.
Pada waktu si peneliti telah menjadi sebagian dari kehidupan warga masyarakat yang ditelitinya, artinya dalam kehidupan warga masyarakat tersebut kehadiran si peneliti dianggap biasa dan kehadirannya dalam kegiatan-kegiatan para warga telah dianggap sebagai suatu "keharusan", maka pada saat tersebut si peneliti sebenarnya telah mencapai suatu tahap keterlibatan yang penuh atau lengkap. Dalam keadaan demikian, sebenarnya kedudukan dan peranan dari si peneliti telah didefinisikan dalam struktur sosial yang berlaku, oleh para warga itu sendiri. Sebenarnya tidak mudah untuk mencapai tahap ini, dan pencapaian tersebut sebagian terbesar tergantung pada kemampuan si peneliti untuk dapat memanipulasikan kondisi-kondisi yang dipunyainya dalam kaitannya dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya yang bersumber pada sasaran penelitiannya. Dalam banyak hal seorang peneliti yang menggunakan metode pengamatan terlibat dapat mencapai tahap ini; yaitu setelah memakan waktu yang cukup lama dalam hubungan si peneliti dengan warga masyarakat yang bersangkutan dan setelah warga masyarakat tersebut merasa bahwa si peneliti bukan orang yang "jahat" bahkan orang-orang yang "baik".

No comments:

Post a Comment