Sunday, 19 July 2009

Di Sebuah Taman

Di Sebuah Taman


Arif Rohman




Malam jam 20.00 di kota sepi, sendiri berjalan menyusuri dinginnya kota. Terdengar kadang satu dua mobil tapi kemudian suaranya kembali ditelan sunyi. Dari sebuah perempatan dua anak perempuan sedang bernyanyi-nyanyi sambil memaki-maki. Berteriak, tertawa kemudian berpelukan.. Dua anak perempuan berjalan sambil menyanyi dan disetiap akhir nyanyiannya mereka selalu berteriak kemudian sunyi. Sampai didepanku mereka memandangku dengan senyum nakal dan meminta sebatang rokok. Aku hanya tersenyum saat mereka bilang,'Ooo.. Damn!!' Sambil berlalu. Tak seberapa lama datang seorang ibu setengah baya dengan muka dipencang-pencongkan minta 20 bucks. Dia bilang butuh uang untuk bayar taksi. Aku hanya tersenyum dan bilang maaf. Dia mengikutiku dan kemudian memaki ga keruan. Aku hanya tersenyum kecil. Di sebuah taman di pusat kota bernama Central Park seorang nenek tua mendatangiku dengan ramah. Bertanya tentang apa yang terjadi. Kemudian aku ceritakan dengan singkat pengalamanku dalam 1-2 jam yang lalu. Dia bilang sering sekali orang asing datang ke rumahnya pagi-pagi minta uang. Diberikannya 2 dollar tapi orang tersebut marah dan meminta 20 dollar. Dia segera meberikannya. Maklum seorang nenek tua umur 75 an sendiri dan tidak mau kaca depan rumahnya hancur karena lemparan batu. Dia kemudian menawari aku tumpangan ke flatku salah satu bangunan tertua di kota itu. Aku bilang maaf aku bisa jaga diri. Dia bilang kasihan lihat orang Asia bila di 'mob' sama orang-orang 'itu'. Aku hanya menurut.. Kududukkan tubuhku pada sebuah jok yang empuk, rapi dan harum.. Lima menit aku sudah sampai. Hati-hati jangan keluar lewat taman lewat jam 20.00 katanya. Aku hanya mengangguk. Dia senang melihat anggukanku dan melambaikan tangannya. Pergi dengan mobil putihnya. Orang tua yang perhatian.. Anganku terbang 7 tahun silam di jakarta, hampir tiap malam orang mati merebutkan kekuasaan dan mengais rejeki dari jambret, jual cimeng, sampai maling siang bolong. Lima orang mengelilingi mangsa dengan cukup membisikkan 'Berikan semua barang elo atau elo gw teriakin MALING'. Hukum rimba kadang bisa lebih kejam dari hukum negara. Pembakaran 'maling' entah itu maling benar atau tidak ga ada yang mau tahu. Yang pasti di jaman yang serba susah ini ada 'maling'. Pembakaran hanyalah sebuah pelampiasan. Karena hukum kadang tidak berjalan. Polisi hanya datang sekedar melihat dari 'jauh'. Aku hanya bisa gelengkan kepala.. Kota ini tidak seberapa.. Aku masuk ke kamarku. Menguncinya dan beranjak tidur. Kututup kedua mataku sambil kulafalkan doaku. Semoga nenek tua yang ramah itu tidak akan pernah menginjakkan kakinya ke senen..

Armidale, 11 May 2009.


No comments:

Post a Comment