Thursday, 11 November 2010

Harapan??

Harapan??



Dahulu kala, di sebuah kota, hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Mereka terkenal sebagai pengusaha yang cukup sukses. Ketika sang suami jatuh sakit, satu per satu pabrik miliknya dijual. Harta mereka terkuras untuk membiayai berbagai pengobatan hingga harus berpindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun akhimya tiada.

Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar.
Setelah lama tak terdengar kabamya, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar dan berjualan di alun-alun kota. Cucunya pun sudah bertambah. Orang-orang masih mengenal masa laiunya yang berkelimpahan. Namun, ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.

"Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?" tanya mereka suatu kali. "Harapan nak! Jangan kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pemah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita takkan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia. "




Hatiku selembar daun...

No comments:

Post a Comment