Friday, 12 November 2010

Ilmu Dari Australia

Ilmu Dari Australia



Sering sekali orang menanyakan ilmu baru apa yang saya bawa dari Australia. Kadang saya menjawabnya hanya dengan senyum. Karena biasanya itu hanya ungkapan biasa yang digunakan di kantor untuk menyapa orang yang baru menyelesaikan studynya.

Suatu pagi saya bertemu dengan orang yang saya kagumi. Mengingat kebaikan beliau terhadap saya. Akhirnya saya pun bercerita. Satu hal yang saya pelajari dari sana adalah rasa kebersamaan, tolerance dan egalitarian. Saya masih ingat kata teman baik saya di sana. Australia adalah negara koloni. Tapi dia menjadi besar dan maju bukan karena kerja satu orang. Tetapi kerja banyak orang. Team Work. Team Work itu lebih mengedepankan WE, kami, kita, daripada I, saya atau aku.

Orang di sana itu moderate. Moderate artinya bijak dan bersedia menerima perubahan. Jika ada orang baru masuk dalam kelompok, mereka akan menyambut dengan gembira dan membantunya dalam proses adaptasi. Kata 'kita' memang tidak muncul secara serta merta. Tapi begitu kata itu muncul, terkesan begitu kuatnya. Seperti budaya 'football' mereka. Siapapun yang mencetak angka, siapapun yang menghalangi musuh, siapapun yang melempar bola, tujuannya cuma satu 'menang'.

Di kita saya rasakan sebaliknya. Setiap orang ingin menonjolkan ke-aku-annya masing-masing. menonjolkan dirinya sendiri. Sebagai akibatnya kelompok hanya dijadikan alat pencapaian kepentingan pribadi. Karena itulah seringkali kalau ada anggota baru yang masuk, sering dianggap sebagai saingan, ancaman, atau semacamnya. Mereka tidak welcome. Mereka cenderung mempertahankan keadaan yang sudah ada. Status Quo. Tidak dinamis. Dan itu adalah penyakit. Kita sulit bekerja sama. Kita tidak diajarkan untuk menerima orang lain sebagai partner.

Saya berkeyakinan bahwa fenomena ini adalah akibat lama terjajah. Kolonial Belanda telah berhasil menanamkan sebuah dogma. Hierarchy yang tegas antara majikan atau budak. Majikan senang, budak menderita. Pada akhirnya semua orang ingin menjadi majikan. Semua majikan ingin menjadi pemimpin.

Akibatnya lebih banyak hidden agendas demi kepentingan diri sendiri daripada niat tulus mencapai tujuan kelompok. Pada akhirnya masing-masing anggota tidak kompak dan sering menjatuhkan satu sama lain.

Inilah tradisi Divide et Impera yang sudah berhasil tertanam dan merasuki otak orang Indonesia. Itulah sebabnya lama sekali kita terjajah. Lama sekali kita baru merdeka. Kataku sambil bersemangat. Beliau tersenyum.. Matanya menatapku lembut. Tapi hatiku kosong.


Salemba, 1 September 2009.




Hatiku selembar daun...

No comments:

Post a Comment