Kisah Merak yang Sombong
ALKISAH di sebuah hutan, tinggallah seekor merak. Merak itu sangat indah sayapnya, sehingga binatang lain terkalahkan. Namun, merak sangat sombong. Ia menganggap bahwa dirinyalah yang terindah di dunia.
Pada suatu hari, saat merak sedang berjalan-jalan, ia melihat seekor burung beo. Merak pun mulai memperlihatkan kesombongannya.
"Hai, beo! Lihatlah aku, sayapku sangat indah bukan? Rasanya akulah yang paling terindah di antara binatang lainnya. Apakah kau punya sayap indah sepertiku?" tanya merak sambil membentangkan sayapnya.
"Hai merak! Kamu memang hebat! Tapi aku tidak punya sayap seperti kau," jawab beo sambil menundukkan kepalanya.
Ketika beo selesai berbicara, tiba-tiba merak tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai beo kaget.
"Hahahahahaha.... beo, kau tidak bisa sepertiku! Kau memiliki bulu berwarna cokelat yang kotor dan kusam, sedangkan aku memiliki warna biru dengan bulatan berwarna merah dan kuning! Hahahaha...," kata merak dengan sombongnya.
"Merak, kau sangat sombong! Kau memang tidak tahu diri! Sebenarnya masih ada burung yang berwarna-warni," kata beo dengan tegas.
"Siapa dia?" tanya merak dengan kasar.
"Nuri!" jawab beo dengan tenang.
Setelah berpikir, merak mendapat akal. "Baiklah, beo, besok aku akan ke sarang burung nuri. Awas, jika kau bohong, akan kutelan kau mentah-mentah!" kata merak mengancam pada beo.
"Ayo, siapa takut? Aku berani padamu!" kata beo. Keduanya pun kembali ke sarangnya.
Keesokan harinya, merak pergi ke rumah nuri. Ia ingin tahu apakah benar ucapan beo kemarin. Pada saat ia berjalan, ia melihat sebuah pengumuman:
"Diberitahukan kepada seluruh burung penghuni hutan jati, untuk mengikuti pameran burung yang diselenggarakan lusa. Kepada yang memiliki bulu terindah akan diberikan hadiah piala emas."
"Jadi, dua hari lagi akan ada pameran burung? Aku akan ikut serta! Pasti aku yang mendapat piala emasnya! Haha...," kata merak di dalam hati.
Merak pun segera melanjutkan perjalanan ke rumah nuri. Sesampainya di rumah nuri, merak masuk tanpa permisi dan tidak melepaskan alas kakinya. Hal itu sudah biasa dilakukan merak walaupun sudah diperingati oleh nuri.
"Nuri! Aku ingin masuk! Awas!" kata merak dengan kasar.
Nuri pun segera memberi jalan. Merak masuk dan duduk di tempat tidur nuri. Tentu saja nuri menjadi marah.
"Hai, merak! Kau memang tidak tahu sopan santun! Menepilah dari tempat tidurku. Kalau kau mau duduk, sana, di tempat duduk! Lagi pula, kenapa kau mengetuk pintu keras-keras? Bukankah kau tahu bahwa anakku sedang tidur? Dan mengapa kau memakai alas kaki sampai masuk ke rumahku?" tanya nuri marah sekali.
"Lupakan soal itu, nuri! Apa kau tidak tahu, bahwa besok akan ada pameran burung?" tanya merak.
"Tentu saja aku tahu. Dan aku akan ikut serta. Pasti aku yang terpilih menjadi juara pameran burung tahun ini" jawab nuri.
"Tidak, nuri! Pasti aku!" kata merak tidak mau kalah.
"Aku!" sahut nuri.
"Aku!" kata merak lagi.
Perkelahian itu pun pecah. Mereka masing-masing ngotot bahwa mereka yang menang.
Sementara itu, bu ayam mendengar ribut-ribut di rumah nuri. Ia pun segera ke rumah nuri.
"Hei, hei! Apa-apaan ini, mengapa kalian berkelahi, ada apa?" tanya bu ayam melerai perkelahian itu.
"Aku pasti yang menang dalam pameran burung esok hari!" kata merak kepada bu ayam.
"Salah!" ujar nuri kepada bu ayam.
"Sudahlah, kita lihat besok saat lomba. Dan kau, merak, kau juga salah! Aku percaya bahwa kau tidak akan menjadi juara pameran burung! Ingat, yang menilai adalah juri dan penonton!" sahut bu ayam memutuskan.
Akhirnya mereka kembali ke sarang masing-masing. Sekarang merak tahu, apa yang dikatakan beo benar sekali. Nuri memiliki warna merah, hijau, kuning, dan biru.
Merak sabar lagi ingin menghirup kemenangan. Namun, ia masih sombong. Ia tetap berkata bahwa ia yang menang. Setelah itu, merak pun tidur.
Keesokan harinya, merak pun bangun, lalu ia segera menuju ke tempat pameran. Namun, ia kaget, karena di arena lomba sudah ada nuri, gelatik, kenari, dan pipit.
"Hai, kalian, kenapa kalian sudah ada di sini, sedangkan aku baru datang?" tanya merak.
"Kau kesiangan, pada malam hari, peserta didatangi pak kijang, untuk memberitahu bahwa lomba dimulai pagi sekali. Tapi, kamu malah tidur," jawab keempat burung itu serempak.
"Sialan, ternyata aku terlambat! Mengapa pak kijang tidak membangunkanku saat itu?" kata merak di dalam hati.
Tiba-tiba, terdengar suara, "Perhatian, perhatian, kepada peserta pameran burung diharapkan masuk ke cabang arena, karena lomba sudah dimulai." Merak berlari cepat-cepat, karena ia ingin tahu ada apa di sana. Ternyata ia dan keempat burung itu disuruh bergaya di hadapan para juri. Merak gayanya sangat aneh, yaitu berlari, kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya, tetapi ia tidak terbang. Sedangkan nuri, gelatik, kenari, dan pipit bergaya dengan gayanya masing-masing.
Saat yang dinanti-nanti pun tiba. Para juri mengumumkan juaranya. Merak, nuri, pipit, dan gelatik pun berdebar-debar. "Baiklah, hasil dari lomba ini adalah, juara pertama dimenangkan oleh nuri, juara kedua dimenangkan oleh merak, dan juara ketiga dimenangkan oleh kenari. Juara harapan satu direbut oleh gelatik, juara harapan dua diraih oleh pipit"
Semua penonton bertepuk tangan. Demikian pula merak, karena saat diumumkan, ia tahu kesalahannya. Ia memberi selamat kepada nuri dan berjanji bahwa ia tidak akan sombong lagi.***
(Damar Tanjung, kelas IV SDN Sudirman 4 Cimahi Jln. Cibogo No. 80 Cimahi Selatan)
Source:
PIKIRAN RAKYAT - Kisah Merak yang Sombong.mht
No comments:
Post a Comment