Lagu Daerah Kurang Populer di Kalangan Anak
Popularitas lagu daerah di kalangan anak-anak semakin menurun seiring pesatnya pertumbuhan band-band anak muda bergenre pop.
Di kalangan anak-anak, lagu-lagu daerah semakin kalah publikasi dibandingkan lagu-lagu pop. Padahal, lagu-lagu daerah menyimpan kekayaan budaya bangsa yang sepatutnya dikenal generasi penerus bangsa.
"Anak-anak sudah tidak tahu lagu daerah, pas audisi bahkan lagu Garuda Pancasila ada yang salah nyanyi, syairnya jadi selama 'ayah masih dikandung badan'," ujar Pemimpin Gema Nada Pertiwi (GNP) Hendramin Susilo saat proses rekaman album daerah anak-anak di studio GNP, Senin (26/5).
Minimnya perbendaharaan lagu daerah, kata Hendramin, menyebabkan anak-anak sulit mengenal jenis lagu itu.
Menurutnya, sejumlah audisi menyanyi anak-anak hanya memperkenalkan lagu pop anak muda yang sedang berkembang. Kondisi itu, tambahnya, menyebabkan berkurangnya pengetahuan anak-anak tentang lagu daerah.
"Kondisi ini menyedihkan sekali, kita mengalami kemunduran," tandas Hendramin.
Senada dengan itu, penata musik Maman Piul yang juga ditemui di studio GNP mengungkapkan, kesempatan untuk menggarap lagu-lagu daerah semakin sempit.
Saat ini anak-anak lebih menyukai kelompok musik atau penyanyi pop yang sedang naik daun. Akibatnya, para produser rekaman umumnya enggan membiayai album bertema lagu-lagu daerah untuk anak-anak.
"Sebenarnya membuat lagu anak-anak itu mudah, tapi yang sekarang saya lihat dari segi komersial, dari segi pendistribusiannya, itu memang anak-anak kavelingnya sudah kurang," tutur Maman yang juga terlibat sebagai penata musik acara komedi situasi Republik Mimpi.
Maman mengungkapkan lagu anak-anak sebenarnya bisa pula dibuat sesuai aransemen yang digemari anak-anak saat ini. Beberapa artis cilik, ungkapnya, sudah melakukan pembaruan dalam bermusik.
Musik anak-anak, ujarnya, bisa dimainkan secara orkestra atau dengan perpaduan unsur lainnya, Menurutnya, kompromi itu adalah jalan tengah agar anak-anak mau mengapresiasi lagu-lagu daerah.
"Kalau lagu anak-anak di musik itu chordnya satu, dua, tiga, empat, sederhana sekali. Tapi begitu Sherina masuk, itu sudah mulai ada chord progresif, misalnya di C, tapi kalau di Sherina itu ada C mayor tujuh, C mayor enam," tambah Maman.
Maman mengatakan aransemen lagu daerah tetap berbeda dengan lagu pop. Sebuah lagu daerah harus tetap mengandung keaslian musik daerah yang bersangkutan.
"Bas dan gitar dimasukkan juga supaya nuansanya kami ambil. Jadi bukan permainannya, tapi soundnya disesuaikan dengan sound sekarang," lanjut Maman.
20 Lagu Daerah
Di tengah minimnya minat terhadap lagu-lagu daerah, perusahaan musik GNP akan merilis album anak-anak yang berisi 20 lagu daerah.
Album yang direncanakan keluar bulan Juni 2008 ini merupakan proyek pertama GNP untuk album daerah anak-anak. Sebelumnya, GNP telah menelurkan 13 album daerah untuk masyarakat umum.
Penyanyi cilik yang terlibat dalam album ini dipilih berdasarkan hasil seleksi GNP. Kali ini, ada enam penyanyi cilik yang terlibat dalam album ini. Mereka akan menyanyikan lagu-lagu daerah yang umum didengar masyarakat, seperti O Tano Batak, Apuse, Bungong Jeumpa, Ondel-ondel, dan O Ina Ni Keke.
Semua lagu akan digarap dengan aransemen khas setiap daerah. Beberapa lagu daerah akan diiringi dengan alat musik khas dari daerah yang bersangkutan. [NCW/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Selasa, 27 Mei 2008
http://cabiklunik.blogspot.com/2008_05_01_archive.html
No comments:
Post a Comment