PEMUDA DESA YANG LUGU
Arif Rohman
Seribu tahun yang lalu ada seorang pemuda desa dari Trowulan bernama Pembangun. Pembangun adalah anak yang lugu, pemberani dan patuh pada orang tuanya. Meskipun hatinya baik bak intan, namun parasnya tidak begitu tampan. Tapi dunia memang sungguh adil. Ada seorang kembang desa yang bernama Saraswati yang elok nan rupawan mencintai dia. Mereka sangat bahagia dan saling mencintai. Namun kemudian datanglah prahara, raja Majapahit Jayanegara bermodal seribu pasukan mengepung desa itu dan membawa Saraswati untuk diperistri. Pada waktu itu Pembangun sedang nyangkul di sawah. Begitu tahu Saraswati mau dijadikan selir Jayanegara, Pembangun seorang diri datang ke kota raja Majapahit dan menantang seluruh pasukan yang diketuai Panglima Nala. Sungguh aneh, dikepung seribu pasukan dia tetap tenang, mungkin karena doa dari ibunya, dia mati tertombak lembing, tertusuk anak panah dan tergores keris, tapi dia hidup lagi, begitu berkali-kali, sampai bajunya penuh darah. Ketika Panglima Nala turun tangan sendiri pun, dia baru tahu kalau Pembangun anak desa yang kerjanya nyangkul itu begitu sakti mandraguna. Setiap keris mengena tubuhnya, tubuh pembangun langsung mburup (keluar apinya). Panglima Nala dan seribu pasukannya pun menyerah. Prabu Jayanegara pun kemudian mengembalikan Saraswati ke pemuda itu. Pembangun kemudian justru dijadikan bekel di trowulan dan dikasih banyak intan permata sebagai bentuk penyesalan dan penghargaan Jayanegara terhadap keberanian, kesaktian, dan rasa cinta Pembangun yang begitu besar pada Saraswati. Jayanegara juga memberikan gelar GADJAH MADA kepada pemuda itu. Pemuda itupun berkata kepada kekasihnya, "Eh, Dik Saras... Banyak banget ya intan yang dikasih raja Majapahit itu.. Lihat aku juga dijadikan bekel di Trowulan.. Lihat aku diberikan gelar Gadjah Mada.. Tidak tahukah kamu kalau semua prajurit Majapahit semua tunduk ketika menatap wajahku...". Perempuan muda cantik itu pun berkata lirih, "Mas.. Aku tidak memperhatikan itu semua.. Yang aku perhatikan hanyalah ada seorang pemuda lugu dari desa yang ngluruk tanpa bala (melawan seorang diri tanpa pasukan) hanya untuk kekasihnya...".
Salemba, 30 Maret 2010.
*Cerita ini ngarang abis dan dibuat dalam tempo 5 minutes.
Hatiku selembar daun...
No comments:
Post a Comment