Testamen
Cerpen Sapardi Djoko Damono
Anjing kampung yang baik,
Terima kasih, kau telah membantuku menyelesaikan tugasku di dunia dengan sebaik-baiknya. Aku hanya bisa mewariskan diriku sendiri bagimu. Kita dulu suka berbagi makanan jika hari sedang baik. Kau tahu, mereka menyebutku gelandangan sedangkan aku lebih suka menganggap diriku sendiri sebagai sang Kelana, orang bebas yang tak terikat oleh apa pun dan tak memiliki apa pun, yang setiap hari keluar masuk kampung. Dan pada suatu hari ketika merasa sudah begitu capek, aku mencari suatu tempat yang teduh dan tenang di pinggir kota—dan kulihat kau mengikutiku. Aku merasa bahagia sebab ternyata ada yang masih bisa setia padaku. Kau menatapku tajam ketika aku membaringkan diriku di sela-sela sunyi semak-semak; kau tampak terpesona menyaksikan aku menutup mataku; kau melolong pelan ketika kemudian aku melepaskan diri dari diriku sendiri. Lalu kau diam, mungkin memikirkan sesuatu, dan tetap menungguiku sampai aku mulai membusuk. Tatapanmu mengingatkanku pada hari-hari baik ketika dulu kita bisa berbagi makanan. Kemudian dengan cara yang tak terbayangkan indahnya kau mulai menyobek-nyobek jasadku sampai tinggal tulang dan tengkorak yang tak lagi menimbulkan seleramu. Aku senang masih bisa mewariskan sesuatu bagimu.
Terima kasih, kau telah membantu menyelesaikan tugasku di dunia dengan sebaik-baiknya.***
Prosa, No. 1, 2002
No comments:
Post a Comment