Sunday 5 December 2010

Dibawah Bendera Revolusi

Dibawah Bendera Revolusi

Oleh
Ir. Sukarno
Djilid Pertama
Tjetakan Kedua
Panitya Penerbit
DIBAWAH BENDERA REVOLUSI
1963

Kalau pembatja tergolong orang dari generasi baru, artinja tidak pernah merasakan atau melihat sendiri pasang-surutnja pergerakan kemerdekaan didjaman pendjadjahan Belanda (karena masih sangat muda atau belum lahir), akan mendapat pengertian jang lebih djelas tentang hakiki perdjoangan kemerdekaan dimasa jang lalu, jaitu hal-hal jang tidak akan didapati dalam buku-buku sedjarah. Antara lain akan mengerti, bahwa sedjak tahun 1926 Bung Karno sudah mentjita-tjitakan persatuan antara golongan Nasional, Islam dan Marxis, sehingga persatuan Nasakom sekarang ini pada hakekatnja bukan "barang baru" dalam rangka perdjoangan rakjat Indonesia jang dipelopori Ir. Sukarno.

Apa jang tersurat dan tersirat dalam tulisan-tulisan itu, memperdjelas pengertian si-pembatja, bahwa revolusi Agustus 1945 jang berhasil gemilang itu, bukanlah suatu "maha-kedjadian" jang berdiri sendiri atau jang terdjadi dengan sendirinja, tetapi suatu tjetusan didalam sedjarah jang sangat erat sangkutpautnja dengan kedjadian-kedjadian sebelumnja -- dengan lain kata erat hubungannja dengan persiapan-persiapan jang sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh pergerakan-pergerakan kemerdekaan di Indonesia dengan pengorbanan jang tidak sedikit.

Bagi pembatja jang mengalami atau melihat sendiri pasang-surutnja perdjoangan kemerdekaan didjaman pendjadjahan Belanda dan turut merasakan atau melihat sendiri peranan Bung Karno sebagai pemimpin terbesar, buku ini merupakan penjegaran kembali pengertian dan kesadaran tentang apa sesungguhnja djiwa dan tudjuan pergerakan kemerdekaan dimasa jang lampau itu. Dengan membatja lagi tulisan-tulisan Ir. Sukarno, orang dapat menelaah diri sendiri, misalnja dengan pertanjaan: "Apakah sikap dan tindakan saja sekarang ini masih sesuai dengan djiwa dan maksud daripada pergerakan saja dimasa jang lalu, jakni tudjuan-tudjuan jang seharusnja tidak berhenti dengan tertjapainja kemerdekaan Indonesia sadja, tetapi harus berdjalan terus menudju terkabulnja tjita-tjita pembentukan masjarakat adil dan sempurna (istilah Ir. Sukarno dimasa jang lalu) jang maksudnja tidak lain ialah masjarakat jang adil dan makmur. Apakah saja sudah berganti haluan dan berganti bulu, bertjita-tjita mendjadi sematjam "Exponen" dari kapitalisme nasional jang disinjalir dan dikutuk oleh tulisan-tulisan Bung Karno itu".

Disamping ada dua segi manfaat tersebut diatas, buku tebal inipun memberi gambaran tentang tulisan pribadi Ir. Sukarno. Dalam tulisan-tulisan itu tergambarlah Bung Karno sebagai "pendekar persatuan", sebagai "strateeg", sebagai "pendidik", sebagai "senopati" pemegang komando pergerakan kemerdekaan bangsa, sebagai seorang "Islam modern" jang gigih mengandjurkan supaja pengertian Islam disesuaikan dengan kemadjuan zaman jang pesat djalanja, sebagai "realis", sebagai "humanis" dan sebagai suatu pribadi tempat perpaduan tri-tjita, jakni Nasionalis, Islamis dan Marxis.

Last, but not least, nampak pula Ir. Sukarno sebagai "Stylist" jang hebat, jang mempunjai kekuasaan untuk menjederhanakan pengertian-pengertian pelik supaja mudah ditangkap oleh pembatja-pembatjanja jang berpengetahuan sederhana. Adalah "interessant" mengikuti evolusi dalam styl Bung Karno dalam buku "Dibawah Bendera Revolusi" ini.

No comments:

Post a Comment