Monday, 20 December 2010

Gedung-gedung Kuno Tunggu Uluran Tangan

Gedung-gedung Kuno Tunggu Uluran Tangan



SEBAGIAN besar gedung kuno di Kota Lama saat ini tidak lagi ditempati pemiliknya. Kalaupun ada yang tinggal di sana, bisa dihitung dengan jari. Aktivitas ekonomi di kawasan itu juga tak seramai dahulu, saat Belanda menjadikannya sebagai little Netherland. Mereka yang dahulu menjalankan aktivitas bisnis di kawasan Kota Lama ramai-ramai mengalihkan modalnya ke pusat ekonomi baru. “Jangankan pendatang baru, pengusaha lama yang dahulu membuka usaha di sini saja mengalihkan perusahaannya ke tempat lain,” ungkap Budiarta, salah seorang pengusaha yang membuka kantor di dekat Gedung Speeke.
Sebagai pengusaha, naluri bisnisnya menyatakan kawasan tempat dia membuka usaha saat ini tidak cukup menarik bagi investor luar. Budiarta lantas bercerita, pada 1970-an suasana kawasan itu tidak sesepi sekarang.
Saat itu meski tidak sangat ramai, Budiarta bersedia tinggal di rumah yang difungsikan sekaligus sebagai kantor. Akan tetapi, kini dia bermukim di tempat lain. “Dahulu di kanan kiri kantor ini ada perusahaan sirup dan percetakan koran. Meski tidak banyak penghuninya, setidaknya kami punya tetangga dekat. Lambat laun kedua perusahaan itu bangkrut dan akhirnya tutup,” tutur dia. Kendati dari segi bisnis kurang menguntungkan, dia berusaha melebarkan sayap perusahaannya.
Ketika para pemilik bangunan di Kota Lama ramai-ramai menjual atau menyewakan bangunan kunonya, dia justru membeli dua bangunan bekas perusahaan sirup dan koran yang terletak tepat di samping kantornya. Agar tampak lebih bersih, dia merehab beberapa bagian tanpa mengubah bentuk aslinya. “Kami merasa sudah mapan di tempat ini. Untuk merenovasi bangunan kuno itu, kami didampingi konsultan karena bangunan tersebut termasuk gedung yang dikonservasi,” ungkapnya.
Beragam Dilema
Keinginan untuk menghidupkan kembali kawasan itu, bagi dia seolah menghadapi beragam dilema. Rangsangan ekonomi dan keamanan tetap menjadi faktor yang dipertimbangkan para pengusaha. “Tanpa keramaian, siapa yang bersedia membuka usaha di sini?” tanya dia.
Kewajiban melestarikan bangunan kuno, menurut pandangan salah seorang pemilik bangunan lain, merupakan beban tersendiri. Sebab, biaya pemeliharaan bangunan lama tergolong relatif tinggi. Merasa kurang menguntungkan, jika diizinkan, pemilik toko di Jalan Taman Srigunting itu sudah sejak lama ingin membongkar bangunan lama miliknya untuk diganti bangunan baru.
Konsultan PT Wiswa Karman yang juga konsultan Perda Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Wiryani, baru-baru ini mengemukakan, telah menyiapkan konsep penataan Kota Lama. Kawasan itu, rencananya dibagi menjadi beberapa segmen. “Sekitar Gereja Blenduk dan kolam retensi Tawang, akan menjadi ruang publik untuk pertunjukan seni dan budaya,” ungkap Wiryani.
Pihaknya juga sudah berusaha menggandeng beberapa lembaga asing dan investor yang bersedia membuka usaha di Kota Lama. Sesuai dengan konsep konservasi bangunan kuno, pihaknya bersedia memberikan konsultasi bagi investor yang akan menggunakan bangunan lama untuk fungsi tertentu.


Sumber: Harian Suara Merdeka, Jumat, 26 Maret 2004

No comments:

Post a Comment