Istana Pagaruyung dibangun oleh keluarga kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batusangkar, dengan berciri khas Minangkabau. Di dalam istana terdapat barang-barang peninggalan kerajaan yang masih terpelihara dengan baik. Di sekitar istana ini kita dapat menikmati keindahan alam dengan udara yang sejuk. Terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Pagaruyung adalah lokasi kediaman Raja Minangkabau sebagai pusat pemerintahan yang pada abad ke-14 merupakan diungsikan dari sungai Batanghari dan berjarak 50 km dari Bukittinggi. Di beberapa tempat di daerah ini terdapat prasasti kuno seperti batu batikan Lima Kaum. Pada batu ini terdapat lubang bekas kena tikam sebagai tanda ikrar dua orang pemimpin adat dan suku yang akan saling menghomati adat dan suku masing-masing dan hidup berdampingan secara rukun.
Sejarah kejayaan Minangkabau tidak dapat dipisahkan dari istilah Pagaruyung. Selain Pagaruyung dijadikan pencerminan kejayaan masa kerajaan di Minangkabau, namun sekarangpun rumah gadang yang ada disana merupakan replika dari Istana yang aslinya dengan lukisan di dinding luar dan atap yang menjulang berbentuk tanduk kerbau, yaitu Istana Pagaruyung.
Tak jauh dari tempat Pagaruyung terdapat makam seorang raja. Mitologi yang terjadi adalah bahwa Raja Aditya Warman menemui ajalnya dengan cara dipacung dalam sebuah batu saat peperangan. Oleh karenanya batu itu dikatakan sebagai batu matoari atau batu matahari karena aditya berarti matahari.
Di Pagaruyung terdapat dua buah istana. Pertama, Istano Si Linduang Bulan, yang berdiri di Balai Janggo Pagaruyung, sebagai istana pengganti dari istana raja yang terbakar, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Kedua, Istano Basa, yang mulai dibangun pada tahun 1976 di Padang Siminyak Pagaruyung (letaknya satu kilometer dari Istano Si Linduang Bulan) di atas tanah milik keluarga ahli Waris Raja Pagaruyung yang dipijamkan kepada pemerintah selama bangunan tersebut masih berdiri. Istano Basa didirikan atas biaya sepenuhnya dari pemerintah daerah Sumatera Barat yang berfungsi sebagai musium dan objek kunjungan wisata, sedangkan istano Si Linduang Bulan dibiayai oleh ahli waris dan anak cucu keturunan dari Daulat yang Dipertuan Raja Pagaruyung.
Istana Pagaruyung menggunakan arsitektur tradisional Minangkabau, dilengkapi dengan dinding samping dan belakang terbuat dari kulit ruyung atau buluh betung. Kemudian dinding luarnya dipenuhi ukiran khas Minangkabau.
Istana ini direnovasi pada tahun 1976 oleh Gubernur Harun Zein akibat terjadi bencana alam, yaitu kebakaran. Bagi anda yang berminat untuk berkunjung ke Sumatera Barat, terutama Bukittingi, segeralah melupakan berbagai kendala.
No comments:
Post a Comment