PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1973
REPUBLIK INDONESIA
Presiden Republik Indonesia
Jenderal Soeharto
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Yang terhormat saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
Yang terhormat saudara Ketua Mahkamah Agung, saudara Ketua Dewan Pertimbangan Agung dan saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
Para undangan dan hadirin yang saya hormati; Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air.
Besok pagi, bangsa Indonesia akan memperingati hari Ulang Tahun Kemerdekaannya. 28 tahun kita telah merdeka. Suatu kemerdekaan yang kita rebut melalui perjoangan yang berat dan panjang. Suatu kemerdekaan yang kita nikmati setelah kita membayar dengan penuh duka dan derita.
Kesempatan baru telah terbuka setelah kita memberi pe-ngorbanan. Suatu kesempatan baru untuk hidup terhormat, se-jahtera dan bahagia. Suatu kesempatan untuk membangun ma-
5
syarakat baru yang kita cita-citakan menurut jalan yang kita pilih sendiri. Tetapi juga terang bahwa kesempatan itu memin- ta tanggung jawab; suatu tanggung jawab pembangunan. Kita juga makin tahu bahwa pembangunan pun merupakan suatu perjoangan, yang seringkali diselingi dengan duka dan derita. Kita rela menempuh perjoangan itu, karena, di seberang sana- lah terhampar masyarakat yang akan mendatangkan kebahagiaan bagi kita semua.
Kita tahu pasti bahwa kita akan mampu mengatasi segala tantangan pembangunan ini, karena kita telah berusaha melampaui segala kesulitan yang dapat difikirkan oleh akal ma-nusia : ratusan tahun berjoang melawan penjajahan asing, ta-hunan mengangkat senjata dalam Perang Kemerdekaan, tahunan berjoang menumpas" pemberontakan-pemberontakan, melawan subversi dan infiltrasi, tetap bertahan terhadap ta-rikan-tarikan dan bujukan-bujukan dari kiri dan kanan, menumpas pemberontakan G-30-S/PKI, menyelamatkan diri dari kebangkrutan ekonomi dan kelumpuhan demokrasi.
Sekarang, kita lebih yakin akan masa depan kita karena kita berhasil mengatasi cobaan-cobaan berat. Kita bukan hanya berhasil, malahan tubuh kita bertambah sehat, keadaan kita lebih baik.
Kita telah memberikan apa yang diminta oleh perjoangan itu. Kita telah memberikan apa yang dapat kita berikan. Kita telah menerima imbalan yang pantas kita terima. Dan kita bertekad untuk memberikan lebih banyak agar tercapai kehidupan yang lebih layak
Untuk semuanya itu kita selalu mengucap syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat perjoangan. Kita juga selalu memohon kekuatan kepadaNya agar kita mampu meneruskan perjoangan pembangunan.
Kita mohon kekuatan kepadaNya karena masalah-masa- lah dan tantangan masih banyak dan perjalanan kita masih jauh.
Dengan kesadaran dan tekad yang demikian itulah kita pe-ringati ulang tahun kemerdekaan Republik yang kita cintai ini, dalam tahun '73.
Tahun ini neraca perjoangan kita sangat menarik. Di situ ter-lihat warna-warna yang agak suram, di situ juga terpancar warna-warna yang terang. Di masa ini kita diselimuti kabut keprihatinan, tetapi di masa ini juga tetap terlihat sinar-sinar harapan.
Ada dua hal penting dalam tahun ini.
Pertama, ia adalah tahun terakhir REPELITA I. Tahun ini menjadi penting karena di sini lah kita akan sampai pada saat yang menentukan. Sampai berapa jauh sasaran REPELITA I dapat dicapai: yang akan menentukan pula gerak pembangunan berikutnya. Dalam tahun ke-empat yang lalu kita mengalami gangguan yang sungguh-sungguh di luar kemampuan kita un- tuk mengatasi; gangguan yang terutama disebabkan oleh alam dan keadaan dunia.
Apabila rencana pembangunan berjalan dengan makin lan- car dan baik dalam tahun pertama, kedua dan ketiga, maka dalam tahun keempat yang lalu, keadaan alam dan iklim sung-guh tidak menguntungkan sehingga sasaran produksi pangan terutama beras yang direncanakan berjumlah 13.8 juta ton tidak dapat tercapai, yang mengakibatkan kita mengalami krisis pangan dan terganggunya stabilitas ekonomi.
Sungguh suatu hal yang menggembirakan bahwa suramnya keadaan pangan dan kegoncangan stabilitas ekonomi tersebut tidak sampai berlarut-larut dan dapat diatasi dalam waktu singkat. Ini menunjukkan bahwa pembinaan ketahanan ekono-mi kita telah mulai dapat kita kembangkan baik dibidang mo-neter, produksi dan distribusinya. Namun demikian, meskipun keadaan iklim dalam tahun ini tampaknya tidak seburuk tahun yang lalu, namun keadaan krisis pangan dunia dalam tahun ini serta kegoncangan moneter dunia yang belum dapat diatasi,
7
menyebabkan kita masih harus prihatin dan berjaga-jaga un-tuk menghadapi keadaan yang paling tidak menguntungkan.
Dalam situasi ekonomi yang demikianlah kita berada seka-rang ini — tahun terakhir REPELITA I —, sehingga kita se- mua, setiap pejabat, setiap pimpinan proyek pembangunan, setiap warga negara, harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal untuk sejauh mungkin dapat mencapai sasaran-sasaran REPELITA I itu yang berarti pula turut serta menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kedua pembangunan lima tahun dengan menyusun dan melaksanakan REPELITA II.
Dan tahun ini adalah tahun pertama masa kepresidenan saya yang kedua. Jauh lebih penting artinya daripada bagi saya pri-badi, tahun ini adalah untuk pertama kalinya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR hasil pemilihan umum. Inilah tanda penting kedua menjelang tahun ke-28 dari kemerdekaan kita. Dan oleh karena kesempatan inn adalah yang pertama kalinya saya berbicara di depan DPR, maka ingin saya gunakan untuk menyampaikan kepada Dewan serta kepada seluruh rakyat, garis-garis kebijaksanaan saya dalam melaksanakan tugas Mandataris dan Kepresidenan saya yang kedua ini.
Saudara Ketua;
Seperti halnya pada tahun-tahun yang lulu, maka dalam ke-sempatan ini akan dilaporkan secara umum keadaan dan hasil-hasil yang dicapai dari tahun pembangunan yang baru kita lampaui, ialah tahun keempat REPELITA disertai dengan la-poran secara terperinci yang disajikan sebagai lampiran dari pidato ini.
Terlebih dulu dapat dikemukakan bahwa dalam tahun ke-empat REPELITA itu, kita mengalami gejolak harga yang jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Hal itu tampak pada laju inflasi yang mencapai 20,8% dalam tahun anggaran '72/'73. Padahal, dalam tahun anggaran '71/'72 angka itu hanya 0,9% saja. Kenaikan harga itu terutama disebabkan oleh naik-
8
nya harga beras, yang mencapai angka yang tinggi dalam bulan-bulan Nopember dan Desember tahun yang lalu. Sedang-kan beberapa harga bahan makanan yang lain, bahan-bahan perumahan, pakaian dan lain-lain juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga-harga ini — khususnya harga beras — meru-pakan keprihatinan nasional yang agak serius dalam tahun keempat REPELITA itu.
Syukurlah bahwa tingkat ketahanan ekonomi kita sudah sedemikian rupa, sehingga tidak sampai menimbulkan krisis ekonomi yang tidak terkendalikan. Kelangkaan beras diakhir tahun yang lalu dan permulaan tahun '73 ini, yang disebab- kan oleh musim kemarau yang panjang itu telah dapat kita atasi dengan mengimpor beras dari luar negeri yang cukup besar jumlahnya, mempercepat datangnya di Indonesia, untuk kita sebarkan ke daerah pasaran yang memerlukannya dalam jumlah sesuai dengan yang diperlukan tepat pada waktunya, sehingga harga-harga beras tetap dapat terkendalikan.
Keadaan kesulitan pangan itu rupanya bukan saja melanda Indonesia. Produksi beras dunia pada panen yang lalu menurun sebagai akibat salah musim, sehingga harga beras di pasaran dunia dewasa ini mengalami kenaikan sekitar 300% diban-dingkan dengan tahun sebelumnya dan beberapa negara peng-ekspor beras menghentikan atau mengurangi ekspornya. Ke-naikan harga beras di luar negeri, yang disebabkan oleh krisis pangan dunia itu, mau tidak mau juga menarik harga beras/ padi di dalam negeri, meskipun pada masa panen dan meski-pun ada tanda-tanda bahwa panen dalam tahun ini diharapkan jauh lebih baik daripada tahun yang lalu.
Usaha yang ketat oleh Pemerintah untuk pembelian padi/ beras guna memperbesar stock nasional dalam musim panen sekarang ini, telah makin mendorong harga beras naik, karena rupanya usaha ini telah mengganggu lalu lintas beras di pasaran babas. Oleh karena itu pembelian beras oleh Pemerintah untuk keperluan stock nasional, dewasa ini telah dikendorkan. Pembelian beras oleh Pemerintah dewasa ini tetap dilakukan
9
sepanjang harga padi/beras berada dibawah atau sama dengan harga dasar (floor price) yang ditetapkan oleh Pemerintah. sedangkan jumlah padi/beras yang harus dibeli untuk stock nasonal tidak ditetapkan. Dalam usaha untuk melindungi pe- tani dari kemerosotan harga beras yang biasa terjadi di musim panen, Pemerintah akan membeli beras dalam jumlah berapa saja apabila harga padi/gabah berada di bawah atau sama de-ngan harga dasar tadi.
Bahkan untuk lebih menjamin agar supaya jerih payah petani itu benar-benar kembali sebanyak mungkin kepada pe-tani, maka pembelian beras untuk keperluan stock nasional itu pertama-tama ditugaskan kepada organisasi desa sendiri; organisasi yang dimiliki, bekerja untuk dan oleh rakyat di desa sendiri yaitu Badan Usaha Unit Desa.
Sebagian dari kita mengira bahwa kenaikan harga dari ba-rang-barang lainnya di luar beras disebabkan oleh kenaikan harga beras. Anggapan itu memang beralasan, karena harga beras memang sangat menentukan biaya hidup masyarakat kita dewasa ini. Akan tetapi anggapan itu juga tidak seluruh- nya benar, karena ada sebab-sebab lain yang lebih jauh dan luas; ialah krisis moneter yang melanda dunia. Akibat-akibat dari krisis ini telah saya ingatkan dalam Pidato Kenegaraan tahun '72. Waktu itu saya katakan, bahwa "kegoncangan mo-neter yang terjadi itu jelas membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi suasana pembangunan, kegiatan produksi dan perdagangan negara-negara yang ekonominya lemah, se-perti Indonesia ini".
Memang Indonesia tidak mungkin melepaskan diri dari pengaruh keadaan ekonomi-moneter yang sedang berkembang tidak menguntungkan dewasa ini.
Krisis moneter internasional yang telah menggoncangkan keadaan perekonomian dunia semenjak lebih setahun yang lalu belum juga mereda. Malahan gelombangnya naik turun tidak menentu dan keadaan menjadi lebih buruk oleh munculnya kri-sis pangan di dunia. Itulah sebab pokok dari kenaikan harga
10
dari bermacam-macam barang yang melanda seluruh dunia akhir-akhir ini.
Berjenis-jenis bahan utama dunia harganya melonjak, di-antaranya ada yang harganya naik dua kali lipat dalam waktu setahun saja.
Mau tidak mau kenaikan harga-harga di luar itu akan me-narik harga-harga di dalam negeri naik Pula, karena kita masih harus mengimpor barang-barang modal dan bahan baku, yang harganya telah naik itu, untuk kebutuhan produksi di dalam negeri.
Kenaikan harga barang-barang ekspor kita di pasaran du- nia pun membawa akibat kenaikan harga-harga yang agak luas di dalam negeri. Kenaikan harga karat, kopra dan seba-gainya di pasaran dunia, jelas ikut menaikkan harga barang-barang tersebut di dalam negeri sendiri. Kenaikan harga kopra di luar telah menyebabkan orang lebih suka mengekspor kopra daripada menjualnya di dalam negeri, yang menyebabkan naik-nya harga kopra di sini. Kenaikan harga itu jelas akan menye-babkan naiknya. harga dari barang-barang yang menggunakan kopra sebagai bahan baku seperti minyak goreng, sabun dan sebagainya; yang masih akan diikuti oleh naiknya harga barang yang lain-lain.
Tetapi di samping adanya akibat yang kurang menguntung-kan daripada kegoncangan moneter di dunia itu, yang mendo-rong kenaikan harga-harga di dalam negeri, sebenarnya ada pula akibat yang menguntungkan, apabila kita pandai meng- gunakan dengan tepat momentum itu, ialah dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa kita dengan mempertinggi dan meningkatkan ekspor kita.
Kenaikan harga barang-barang ekspor kita di luar negeri jelas merupakan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ekspor, terlebih-lebih karena ekspor kita mempunyai daya saing yang besar dibandingkan ekspor negara-negara lain, ter-utama berkat kebijaksanaan kurs mata uang rupiah yang telah ditempuh oleh Pemerintah selama ini.
11
Seperti kita semua masih ingat dalam menghadapi kegon-cangan moneter dunia ini — khususnya dalam menghadapi devaluasi mata uang dolar AS —, Indonesia telah mengadakan penyesuaian kurs uang rupiah pada bulan Agustus '71 yang lalu, ialah dari Rp. 378,- menjadi Rp. 415.— per 1 US dolar. Langkah tersebut, ternyata telah berpengaruh sangat positif dalam pengembangan ekspor khususnya dan perekonomian kita pada umumnya, sehingga meskipun kegoncangan moneter itu telah berjalan melanjut sampai sekarang, kita tidak perlu lagi mengadakan penyesuaian kurs.
Oleh karena itu, saya ingin menganjurkan lagi kepada para pengusaha kita, khususnya para eksportir untuk menggunakan kesempatan yang menguntungkan itu untuk meningkatkan ekspornya, bukan saja untuk memperoleh keuntungan yang le-bih besar, tetapi juga agar dapat memperbesar dan memper- kuat cadangan devisa Indonesia.
Sebaliknya saya ingin meminta perhatian para pengusaha, khususnya para industriawan yang memerlukan barang-barang untuk keperluan usahanya dalam menghadapi kenaikan harga barang-barang impor dari luar negeri. sebanyak mungkin meng-gunakan barang-barang yang telah dapat dihasilkan di dalam negeri, seperti barang-barang dari kaca, gelas, keramik, alat- alat rumah tangga, barang kerajinan, tekstil dan sebagainya. Bukan saja karena harga barang-barang buatan dalam negeri itu lebih murah dari barang luar negeri, akan tetapi langkah yang demikian jelas akan menumbuhkan ekonomi kita makin sehat dan meningkat, karena kita akan dapat menghidupkan dan mengembangkan industri di dalam negeri, sedangkan peng-gunaan devisa yang kita hasilkan akan lebih efektif dan ter- arah.
Saudara-saudara;
Apabila kita meneliti lebih mendalam keadaan ekonomi kita ditengah-tengah kegoncangan ekonomi dunia itu, maka kita
12
dapat bersyukur, bahwa ternyata keadaan ekonomi kita masih tetap menunjukkan garis yang menaik.
Gerak maju ekonomi kita dalam tahun ke-4 REPELITA itu tampak. secara jelas dalam bidang perdagangan luar negeri.
Dalam tahun ke-4 REPELITA seluruh ekspor kita — terma- suk minyak bumi — mencapai 1,9 milyar dolar. Angka ini me-nunjukkan kenaikan 37% jika dibanding dengan nilai ekspor dalam jangka waktu yang sama setahun sebelumnya. Di sam-ping minyak bumi, maka kenaikan yang menonjol adalah ekspor kayu, karet, kopi dan timah, bukan saja disebabkan oleh ke-naikan harga di luar negeri, tetapi juga volumenya telah ber-tambah. Dalam bidang ekspor ini juga terdapat perkembangan yang membesarkan hati. Walaupun dalam jumlah yang masih terbatas, namun terus terdapat perbandingan kenaikan yang besar dari nilai ekspor tekstil, barang-barang hasil perindustri- an dasar serta hasil-hasil industri ringan dan kerajinan rakyat.
Namun demikian seperti yang tadi telah saya katakan, kita masih harus terus berusaha memperbesar ekspor dengan lan-dasan yang lebih kuat, agar ekspor kita jangan hanya didukung oleh satu dua macam barang saja. Untuk itu jawaban yang tepat adalah diversifikasi secara vertikal dan horisontal. Untuk ini pun kita telah memulai, dengan hasil yang cukup memberi harapan. Langkah-langkah kearah ini sekaligus dikaitkan dengan tujuan memperluas lapangan kerja serta perluasan in-dustri yang mengolah bahan-bahan yang digali dari kekayaan alam Indonesia sendiri.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan awal dan persiapan-per-siapan untuk memperluas industri dalam REPELITA II. Apa- bila beberapa tahun yang lain kita hanya mampu mengekspor karet mutu rendah maka sekarang kita telah mengekspor "crumb rubber", apabila dahulu kita hanya mengekspor kayu "glondongan" maka sekarang telah mulai mengekspor kayu yang digergaji. Malahan kita sekarang sudah mulai mengekspor televisi, pesawat radio dan sebagainya. Diversifikasi horison-
13
tal juga telah kita mulai dengan mendorong ekspor barang-ba-rang non tradisionil.
Sama halnya dengan ekspor, maka pengamatan dari sudut impor juga menunjukkan adanya gerak perekonomian kita. Ni-lai impor dalam tahun ke-4 REPELITA mencapai lebih dari 1,8 milyar dolar, yang berarti kenaikan lebih dari sepertiga diban-ding dengan jangka waktu yang sama dalam tahun sebelumnya. Walaupun kenaikan nilai impor itu sebagian disebabkan karena naiknya harga barang-barang di luar negeri, akan tetapi juga sangat kentara bahwa kenaikan impor tadi juga karena me-ningkatnya kegiatan pembangunan. Hal ini tercermin dengan jelas dalam susunan barang-barang impor, yang bagian terbe-sar berupa bahan baku dan barang modal. Sangatlah menggem-birakan bahwa penelitian dari sudut kepentingannya, maka tampak bagian yang bertambah besar dari impor barang-barang yang penting bagi pembangunan. Sebaliknya, impor barang-ba-rang yang kurang penting dan barang-barang mewah meng-alami penurunan jika dibanding dengan tahun sebelumnya.
Namun seperti tadi telah saya nyatakan, pemakaian barang-barang hasil dalam negeri masih harus diusahakan untuk diper-luas. Pemakaian barang-barang impor untuk industri, perusa-haan-perusahaan dan masyarakat pada umumnya hendaknya dibatasi pada barang-barang yang belum dihasilkan atau belum cukup dihasilkan didalam negeri.
Pertumbuhan industri makin kuat selama tahun ke-4 REPE-LITA. Yang merupakan kelanjutan dari pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah produksi industri terus meningkat disertai dengan perbaikan mutu, penambahan ragam produksi baru dan modernisasi hasil produksi. Seperti saya singgung dimuka, barang-barang buatan Indonesia yang diekspor juga bertambah banyak. Kemajuan itu mengungkapkan bahwa ke-adaan umum perekonomian kita tetap dapat mendorong suasana produksi.
Sangat menggembirakan bahwa beberapa sasaran kenaikan nilai produksi dalam seluruh REPELITA I telah dapat kita
14
lampaui pada akhir tahun ke-4 pelaksanaannya. Produksi tekstil pada akhir tahun ke-4 REPELITA I telah mencapai 852 juta meter. Jumlah ini melampaui sasaran produksi yang ditetapkan untuk tahun ke-4 REPELITA I ialah sejumlah 775 juta meter. Dalam tahun 1972/73 produksi industri dasar dan kimia telah pula mencapai kemajuan-kemajuan yang pesat. Produksi pipa baja telah meningkat dengan lebih dari lima kali jumlah pro-duksi tahun sebelumnya. Demikian pula produksi semen telah naik lebih dari 20%, produksi pupuk urea dengan 13%, produksi kertas dengan sekitar 30% dan produksi ban sepeda dengan sekitar 60 %.
Peningkatan produksi juga kentara pada industri lainnya seperti asembling mobil dan sepeda motor, pesawat penerima radio, lampu pijar, bahan-bahan kebutuhan pembangunan dan lainnya lagi. Demikian pula kita mencatat penambahan produksi pada industri ringan dan kerajinan rakyat. Kenaikan-kenaikan itu telah dapat dicapai setelah dibangun industri-in-dustri baru serta perbaikan dan perluasan industri yang telah ada.
Kemajuan dalam bidang industri khususnya dan usaha swas-ta pada umumnya, tidak dapat dipisahkan dari volume dan jumlah penanaman modal baik asing maupun domestik. Dalam bidang penanaman modal inipun tampak peningkatan-pening-katan dalam tahun keempat REPELITA itu. Yang sangat mem-besarkan adalah bahwa penanaman modal dalam negeri setiap tahunnya sejak tahun 1970 telah melampaui jumlah modal yang direncanakan di bidang modal asing. Selama tahun ke-4 REPE-LITA ini saja, penanaman modal dalam negeri mencapai lebih dari Rp. 353 milyar atau kenaikan hampir 85%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan jumlah proyek-proyeknya sebanyak 442 buah.
Para Anggota Dewan yang terhormat;
Dalam bidang pertanian, maka kecuali produksi beras dan palawija, sektor-sektor lain pada bidang pertanian cukup meng-gembirakan. Produksi daging, susu dan telur rata-rata naik
15
sekitar 5%. Ekspor ternak selalu bertambah banyak dari tahun ke tahun. Walaupun ekspor meningkat tetapi permintaan sapi potong dari luar negeri, baru dapat kita penuhi sepersepuluh- nya saja. Ini menggambarkan betapa terbuka lebar kemungkin- an di bidang ini. Syukurlah bahwa kesempatan yang baik ini terlihat oleh masyarakat, yang tercermin dari bertambah be- sarnya penanaman modal di sini. Hingga sekarang modal dalam negeri yang ditanam pada usaha peternakan mencapai sekitar Rp. 3 milyar.
Dalam waktu yang akan datang usaha peningkatan peter- nakan, harus benar-benar berjalan lebih intensif. Usaha di bi- dang ini mempunyai tujuan serba ganda: untuk memperluas lapangan kehidupan petani, untuk menambah penghasilannya, untuk memperbanyak jenis dan memperbaiki mutu makanan masyarakat, untuk memperbesar dan memperluas ragam ba- rang-barang ekspor serta untuk menggerakkan ekonomi desa. Serba ganda tujuan itu merupakan tantangan-tantangan bagi kita semua, akan tetapi serentak dengan itu terletak kunci yang penting bagi perluasan gerak pembangunan dan perataan ke-sejahteraan.
Usaha-usaha yang sama perlu juga kita lakukan nanti di bidang perikanan. Sangatlah menggembirakan bahwa kenaikan produksi ikan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, terus bertambah, antaranya juga untuk ekspor. Walaupun tidak banyak terdengar oleh umum, akan tetapi beberapa koperasi perikanan telah tumbuh dengan kuat dan makin besar. Terang-lah bahwa pertumbuhan usaha melalui koperasi itu banyak membantu perbaikan hidup nelayan dan pengusaha perikanan kecil.
Hasil yang paling menonjol dari bidang pertanian adalah produksi kayu hutan. Tahun 1972 produksi kayu hutan tercatat lebih dari 16 juta m3, suatu kenaikan sebesar 21% dari pro- duksi tahun 1971. Nilai ekspornya mencapai sekitar 230 juta dolar. Dengan hasil itu kayu merupakan penghasil devisa nomor dua setelah minyak bumi. Akan tetapi terang kita tidak
16
akan berhenti di sini saja. Strategi pembangunan kita tertuju ke arah pengolahan bahan-bahan kekayaan alam di bumi sen-diri. Kita tidak hanya akan mengekspor kayu "glondongan" terus menerus. Kita harus berusaha untuk mengolahnya men-jadi kayu gergaji, "plywood", kertas dan lain-lain hasil pengo-lahan kayu; baik untuk ekspor, maupun untuk memenuhi kebu-tuhan sendiri.
Arah ini sangat penting artinya bagi terjaminnya pening-katan penerimaan devisa dan perluasan lapangan kerja. Per-siapan-persiapan ke arah industri yang mengolah hasil hutan ini terus kita lakukan dewasa ini, sehingga dalam REPELITA 11 nanti industri pengolahan kayu akan merupakan bagian dari industri pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku, yang akan menjadi titik berat pembangunan industri dalam REPE-LITA II itu. Dalam pada itu sangatlah penting arti pemelihara-an kelestarian hutan dan kesuburan tanah. Untuk tujuan itu lah pengawasan pengusahaan hutan perlu terus kita tingkatkan, agar para pengusaha hutan benar-benar memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan.
Dalam bidang perkebunan, produksi perkebunan rakyat maupun perkebunan swasta umumnya menunjukkan kenaikan, sedangkan nilai ekspor dari perusahaan-perusahaan perkebun- an negara terus naik dari tahun ke tahun. Kemajuan-kemajuan tersebut dapat dicapai, berkat usaha-usaha perbaikan organi-sasi dan ketatalaksanaan, penyehatan administrasi dan ke-uangan, dan sebagainya. Apabila dahulu banyak perusahaan milik negara yang menjadi beban masyarakat, maka sekarang mereka bukan saja dapat berdiri sendiri, malahan mampu me-lunasi pajak dan menyerahkan sebagian keuntungannya kepada negara. Usaha-usaha efisiensi perusahaan negara ini akan te- rus dilakukan oleh Pemerintah.
Saudara Ketua dan para Anggota Dewan yang terhormat;
Di bidang pertambangan kita juga mendapat kemajuan-ke-majuan: produksi berbagai jenis hasil tambang naik, kegiatan
17
eksplorasi meningkat, sarana untuk mengembangkan proyek-proyek pertambangan yang baru dibangun dan hasil-hasil tam-bang makin banyak diolah di dalam negeri. Peranan hasil tam-bang kepada penerimaan devisa negara makin bertambah besar. Minyak bumi saja misalnya, menyumbangkan hampir setengah dari seluruh penerimaan devisa kita saat ini.
Sampai hari ini produksi minyak bumi telah mencapai lebih kurang 1,3 juta barel sehari. Dibanding dengan tahun sebelum-nya, produksi minyak bumi dalam tahun ke-4 REPELITA naik dengan 21%. Bukan saja produksinya yang naik, tetapi juga penjualan dalam negeri naik dengan 14%, kemampuan pengi-langan minyak bumi naik dengan 12% ; sedangkan eksplorasi bertambah dengan penemuan 34 sumber-sumber minyak dan 12 buah sumber gas baru.
Kenaikan lainnya kita catat pula pada produksi timah dengan 5%, nikel dengan 14%, perak dengan 13%. Yang mengalami pe-nurunan adalah produksi batu bara dengan 10%, bauksit de-ngan 4%, mas dengan 3%.
Awal tahun ini saya telah meresmikan tambang tembaga baru dipuncak pegunungan Irian Jaya. Tambang ini direncanakan menghasilkan konsentrat tembaga sejumlah 250.000 ton se-tahun.
Saudara Ketua;
Jelaslah tergambar betapa gerak pembangunan itu terus menaik di banyak sektor dan menjelajahi dari ujung ke ujung Tanah Air ini. Hal itu dapat terjadi berkat dukungan sektor yang lain ialah sektor prasarana: perbaikan jalan-jalan dan jembatan, perbaikan pelabuhan laut dan lapangan-lapangan terbang, perbaikan angkutan darat, laut dan udara, perbaikan angkutan sungai dan selat, bertambahnya pusat-pusat tenaga listrik dan air minum, perbaikan dan perluasan irigasi serta ter-bangunnya bendungan-bendungan baru, makin banyaknya sambungan pesawat tilpon dan makin cepatnya hubungan antar
18
kota dan dengan luar negeri, bertambah baiknya pelayanan pos dan giro serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Akan terlalu banyak apabila saya rebut satu persatu. Da- lam tahun keempat REPELITA ini prasarana kita mengalami peningkatan lagi seperti tahun-tahun REPELITA sebelumnya.
Untuk sekedar mengambil contoh, apabila tadinya dari Ban- da Aceh, di ujung utara pulau Sumatra, hingga Tanjung Karang di ujung selatan, jarak sepanjang 2.800 kilometer di-tempuh dalam waktu berminggu-minggu, maka sekarang dapat dilalui dalam waktu kurang lebih 8 hari. Perjalanan dari Balik-papan ke Banjarmasin di pulau Kalimantan yang tadinya me-makan waktu dua-tiga hari, sekarang sudah dapat ditempuh dalam 12 jam. Jarak antara Palopo clan Ujung Pandang sepan-jang 400 kilometer di pulau Sulawesi yang tadinya sulit dilalui, sekarang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 15 jam.
Sementara itu arus wisatawan asing yang masuk ke Tanah Air kitapun meningkat dengan pesat juga antara lain berkat membaiknya prasarana kita.
Apabila jumlah wisatawan di tahun 1968 adalah lebih dari 52.000 orang, maka di tahun 1972 tercatat jumlah wisatawan sebesar 221.000 lebih atau suatu kenaikan sebesar 325%. Dan dengan bertambahnya fasilitas hotel di banyak propinsi, maka kemungkinan meningkatnya wisatawan ini adalah besar di tahun-tahun depan. Konperensi PATA di Indonesia tahun depan jelas akan menjadi ukuran penting sampai dimana kita mampu menyelenggarakan industri pariwisata yang dapat di-jagakan menjadi salah satu sumber-penghasil devisa.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Adanya kemajuan ekonomi dan pembangunan itu tentu telah memperbaiki pula tingkat kehidupan masyarakat. Walaupun demikian, saya tahu, banyak terdengar keluhan bahwa hidup terasa berat. Tetapi adanya keluhan itu tidaklah berarti kita tidak mencapai perbaikan selama tahun-tahun pembangunan ini. Keadaan kita jelas dan pasti tidak bertambah buruk.
19
Apabila orang mengeluh karena beratnya beban hidup sehari-hari maka hal ini untuk sebagian disebabkan karena tuntutan keperluan hidup yang bertambah banyak dalam suasana dan hasrat kemajuan.
Walaupun demikian, haruslah saya katakan bahwa kita tetap menghadapi masalah-masalah sosial ekonomi yang besar: ke-sempatan kerja, pendidikan, kesehatan, pembangunan perde-saan, transmigrasi dan sebagainya, terutama karena jumlah penduduk yang memerlukannya makin bertambah setiap tahun-nya.
Dari kegiatan ekonomi yang meluas, jelas terbuka kesem-patan kerja yang lebih besar. Akan tetapi pembangunan me-merlukan tenaga-tenaga kerja yang mampu dan cakap di tempat masing-masing. Karena itu sangat penting artinya pen-didikan dan penyediaan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan dalam berbagai bidang dan tingkatan itu.
Salah satu masalah yang bertambah peka dalam mencipta- kan ;suasana kerja yang serasi adalah pengupahan.
Azas atau arah pengupahan yang harus dipegang teguh adalah kegairahan kerja yang dapat menaikkan produksi sekaligus perbaikan taraf hidup para karyawannya. Dengan azas yang demikian akan terbina cara-cara bekerja yang rasionil dan efisien, tanpa meninggalkan suasana kegotong royongan dalam perusahaan.
Antara pimpinan perusahaan dan pekerja harus terjalin sua-sana kerja yang baik dan menghormati peranan dan tugas masing-masing dalam seluruh proses produksi. Pekerja perlu mendapat perlindungan agar tidak diperlakukan secara sewe-nang-wenang oleh perusahaan; sebaliknya perusahaan pun perlu dijamin ketenangan usahanya dari tuntutan yang tidak masuk akal dari pekerja. Pemilik perusahaan, pimpinan per-usahaan dan pekerja mempunyai tujuan akhir yang satu, ialah kenaikan produksi yang menjadi syarat bagi kemakmuran ber-sama dan keadilan sosial. Falsafah ini lah yang harus melan- dasi hubungan perusahaan dengan pekerja-pekerjanya.
20
Saudara-saudara;
Di lapangan pendidikan tetap terdapat masalah-masalah yang mendasar sifatnya. Sistim pendidikan yang berlaku sam-pai sekarang belum banyak berubah dari warisan masa sebe-lum kemerdekaan. Sistim itu hanya cocok untuk jamannya, su-atu sistim yang terang tidak menyiapkan manusia Indonesia yang membangun. Hasilnya mudah dibayangkan, ialah kurang terpenuhinya kecakapan, ketrampilan dan sikap yang diperlu-kan jaman pembangunan.
Jelasnya, sistim pendidikan perlu kita sempurnakan dan kita perbaiki.
Masalah pokok lainnya adalah ledakan penduduk yang tidak dapat diimbangi oleh penyediaan sarana pendidikan yang seim-bang. Desakan ini terasa lebih hebat karena bangkitnya kesa-daran masyarakat akan pentingnya mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Masyarakat yang makin cerdas bertambah pula kesadarannya bahwa hari kebahagiaan sekarang dan hari yang akan datang harus dicapai melalui pendidikan.
Dengan menyadari masalah besar di lapangan pendidikan yang pemecahannya memakan waktu itu, maka kegiatan pem-bangunan pendidikan dan kebudayaan tetap dilakukan dari tahun ke tahun, setidak-tidaknya agar keadaan tidak lebih parah lagi, serta dengan mengusahakan penggunaan biaya yang tersedia itu dapatnya digunakan seefektif dan seefisien mungkin.
Saudara-saudara;
Kesehatan masyarakat merupakan masalah yang penting tetapi juga berat. Penggarapan masalah ini jauh lebih luas dari hanya penyediaan rumah-rumah sakit, dokter-dokter, perawat-perawat dan obat-obatan. Ia menyangkut kondisi dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum, pada tingkat pendi-dikan, pada tata kota dan perkampungan, pada sarana-sarana listrik dan air, pada nilai gizi makanan dan sebagainya.
Sarana-sarana untuk menjamin kesehatan masyarakat masih jauh dari mencukupi.
21
Namun demikian, tidaklah berarti tidak ada-kemajuan dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Dalam tahun keempat REPELITA puluhan rumah sakit telah diperbaiki, sebagian diperluas dan perlengkapannya diperbaha-rui, tenaga-tenaga kesehatan ditambah, obat-obatan dileng-kapi. Ribuan Balai Pengobatan Umum juga diperbaiki dan diperluas, Pusat-pusat Kesehatan Masyarakat mulai tersebar di mana-mana; demikian pula laboratorium-laboratorium. Pemberantasan penyakit menular berjalan terus seperti tahun-tahun yang lalu. Dan untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan dengan harga yang layak, terus dibangun industri farmasi baik melalui penanaman modal dalam negeri maupun dari modal asing.
Yang juga membesarkan hati adalah hasil-hasil yang kita capai dalam pelaksanaan program keluarga berencana.
Saya tidak akan bosan-bosan berbicara mengenai keluarga berencana. Ini adalah masalah yang penting, malahan sangat penting. Berhasilnya kita di lapangan ini akan merupakan kunci kesejahteraan.
Apabila kita melihat angka-angka, maka hasil itu tampak jelas: tahun ini saja jumlah pengikut keluarga berencana ber-tambah dengan lebih 1 juta orang.
Apabila beberapa tahun yang lalu adat, kebiasaan, pandangan hidup, keyakinan agama dan sebagainya belum dapat mene- rima program keluarga berencana ini, maka sekarang, faktor-faktor itu telah dapat dimanfaatkan secara tepat dan malahan mendukung berhasilnya program yang sangat penting ini. Akan tetapi usaha kita belum boleh berakhir. Apa yang kita capai masih harus diperluas lagi: penerangan dan memberikan pengertian kepada masyarakat luas, penyediaan peralatan yang praktis dan memenuhi syarat-syarat hygiene, tenaga-tenaga tehnis yang memberikan petunjuk-petunjuk penggunaan per-alatan dan kontrol pelaksanaannya dan seterusnya. Tanpa itu semua ledakan penduduk akan menghabiskan semua hasil pem-bangunan yang dengan susah payah kita capai.
22
Kerukunan hidup antara ummat beragama yang berlain-lainan makin menunjukkan suasana yang lebih akrab dan erat. Adanya tukar fikiran antara pemuka-pemuka agama yang dila-kukan baru-baru ini jelas merupakan awal dari penyusunan pola dasar bagi berkembangnya kerukunan hidup antara ummat beragama dalam masyarakat Pancasila ini. Kesempatan-kesem-patan semacam itu kiranya dapat terus dilakukan.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Setelah kita jelajahi bersama keadaan sosial-ekonomi kita pada setahun yang lalu, maka seperti tadi telah saya katakan, kesempatan sekarang ini akan saya gunakan untuk memben-tangkan kepemimpinan saya selama masa kepresidenan yang kedua. Saya menganggap hal itu merupakan salah satu kewa-jiban Presiden yang penting. Undang-Undang Dasar memberi wenang yang penuh kepada Presiden untuk menjalankan garis-garis besar haluan negara yang ditetapkan oleh MPR. Akan tetapi kekuasaan itu bukannya tidak terbatas. Secara konstitusionil, wenang Presiden itu dibatasi oleh Undang-Un-dang Dasar sendiri dan harus dilaksanakannya dalam jalur besar: Garis-garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR.
Sama pentingnya dengan batasan-batasan konstitusionil itu, saya anggap pengertian serta dukungan rakyat adalah kekuatan utama kepemimpinan seorang Presiden Republik ini.
Pengertian yang kritis dan obyektif serta dukungan yang kreatif dari seluruh rakyat adalah suatu hal yang mutlak bagi suksesnya kepemimpinan seorang Presiden, bukannya penger-tian dan dukungan "tanpa reserve" atau "asal Bapak senang".
Tanggung jawab seorang Presiden demikian liras dan berat, sehingga tidak mungkin dilaksanakan hanya menuruti keingin-an dan pemikiran-pemikiran pribadinya sendiri, tanpa memper-hatikan dan mendengar keinginan dan pemikiran-pemikiran yang tumbuh dalam masyarakat. Di lain fihak juga sangat terang bahwa Presiden tidak mungkin menuruti semua keingin-
23
an golongan dalam masyarakat, yang akhirnya hanya akan menghilangkan kepemimpinannya sendiri.
Karena itu rakyat perlu tahu dan perlu mengerti kepemim-pinan Presiden. Dan kemudian, dengan memahami kepemim-pinan tersebut, memberikan partisipasinya yang penuh dalam melaksanakan program-program yang telah digariskan. Apa-bila rakyat tahu bahwa arah yang dituju adalah untuk kepen-tingan rakyat, apabila mereka merasa bahwa langkah-langkah yang diambil adalah untuk kepentingan rakyat, apabila mereka yakin bahwa rakyat dipimpin ke arah kehidupan yang lebih baik, past mereka akan menerima kebijaksanaan yang digaris-kan dan melaksanakan dengan penuh kesadaran dan kegai-rahan.
Dukungan yang kreatif mengharuskan adanya pengawasan dan komunikasi, yang perlu berkembang timbal balik antara yang mendukung dan yang didukung. Dengan semangat dan arti yang demikian itulah harus berkembang kekuasaan Presi-den berdasarkan demokrasi Pancasila. Dalam arti dan sema-ngat yang demikian itu pula perlu kita kembangkan lembaga kekuasaan di Indonesia.
Dengan falsafah yang demikian itu saya kerjakan tugas untuk memimpin bangsa ini.
Saudara-saudara sekalian;
Dalam menggariskan kebijaksanaan atau menyusun program kerja dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh rakyat melalui wakil-wakilnya itu, ada hal pokok yang mutlak harus kita jadikan landasan dan pedoman, ialah Undang-Undang Dasar 1945 serta garis-garis besar haluan negara, termasuk didalam-nya haluan pembangunannya. Dari pedoman atau landasan itu — ialah Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan-ketetapan MPR tahun 1973 ini — sudah jelas arah perjalanan kita sebagai bangsa dan arah kepemimpinan Pemerintah dan Presiden harus dijalankan. Didalamnya telah ditentukan masyarakat yang ba-gaimana yang kita cita-citakan dan cara-cara bagaimana kita membangun masyarakat yang demikian.
24
Tugas yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar kepada se-tiap pemerintahan Indonesia adalah pembangunan bangsa Indo-nesia: yang mencakup perlindungan terhadap segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ke-hidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaaan, perdamaian abadi dan keadilan so-sial. Tujuannya adalah agar seluruh rakyat mengenyam kema-juan, merasakan kesejahteraan dan menikmati keadilan sosial. Membangun masyarakat yang demikian jelas memerlukan wak-tu. Pelaksanaannya terang akan melalui, rangkaian tahap-tahap pembangunan. Tahap yang satu harus jelas kaitan dan fungsi-nya terhadap tahap yang lain, tahap yang satu harus merupa-kan kelanjutan dan peningkatan dari tahap sebelumnya, tahap yang satu harus dapat menjadi landasan yang kokoh bagi tahap pembangunan berikutnya. Tahap-tahap pembangunan inilah yang kita tuangkan ke dalam rencana pembangunan jangka me-nengah yang meliputi jangka waktu 5 tahun, yang kita kenal sebagai REPELITA.
Dengan memiki rencana pembangunan yang demikian maka akan tahulah kita kemana kita akan bergerak, apa yang harus kita kerjakan, apa yang ingin kita capai dan juga apa yang be-lum mungkin dicapai pada suatu tahap. Inilah yang menjadi azas yang penting daripada rencana pembangunan kita, ialah suatu rencana pembangunan yang realistis tanpa kehilangan idealisme. Rencana-rencana pembangunan itu harus secara eko-nomis dan tehnis memang mungkin dicapai, sementara itu cita-cita jangka panjang makin dapat didekati setahap demi setahap.
Teranglah bahwa dalam rencana pembangunan yang demi-kian terkandung tujuan-tujuan untuk memperbaiki taraf hidup lahiriah dan rokhaniah secara utuh dan serasi. Juga sangat te-rang bahwa yang kita pentingkan bukanlah hanya tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, akan tetapi juga fungsi kehidupan eko-nomi itu terhadap kehidupaan kita pada umumnya serta cara bagai mana kita mencapai tujuan-tujuan tersebut. Karena itu, dalam mencapai tujuan ekonomi itu terkandung langkah-lang-
25
kah untuk memperkokoh nilai-nilai kehidupan bangsa dan ne-gara yang kita anggap luhur, sehingga kehidupan mempunyai makna yang indah dan dalam, seperti yang dikehendaki oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar itu sendiri.
Karena itu dalam menggerakkan pembangunan bangsa dalam arti yang lugs, maka penumbuhan kehidupan demokrasi yang sehat, pengkuatan kehidupan konstitusionil dan penegakan hu-kum merupakan usaha-usaha yang tidak akan diabaikan. Ia bukan saja tidak diabaikan, melainkan hams menjadi bagian yang penting daripada tujuan pembangunan itu sendiri. Dengan melaksanakan dan memperkuat azas dan sendi Undang-Undang Dasar ini, maka dapatlah dibina kelangsungan pertumbuhan kehidupan bangsa dan negara kita yang dinamis dan stabil un-tuk jangka panjang.
Bertolak dari pemikiran strategis tersebut serta dengan mem-perhatikan landasan dan pedoman yang digariskan oleh MPR, maka saya menetapkan tiga sasaran pokok yang harus diusa-hakan untuk dicapai dalam lima tahun mendatang ini ialah :
Pertama : Tersedianya pangan dan sandang yang cukup dan merata, dengan mutu yang bertambah baik dan harga yang terbeli oleh rakyat banyak.
Kedua : Kesejahteraan lahir dan batin yang makin me- rata dan lebih meningkat dengan makin berha-silnya pembangunan ekonomi.
Ketiga : Indonesia memperoleh kedudukan yang terhor-mat dalam pergaulan internasional.
Dalam mengusahakan tercapainya sasaran-sasaran tersebut tadi; serta dengan mengadakan penelitian yang menyeluruh terhadap masalah pembangunan bangsa dalam arti luas, jangka menengah maupun jangka panjang, maka dapat kita simpulkan adanya tujuh masalah nasional yang sekaligus merupakan tujuh tugas pokok yang perlu digarap dewasa ini, ialah :
Pertama : Memelihara dan meningkatkan stabilitas politik;
26
Kedua : Memelihara dan meningkatkan stabilitas kea-manan dan ketertiban ;
Ketiga : Memelihara dan meningkatkan stabilitas ekono-mi;
Keempat : Menyelesaikaan REPELITA I. Dan selanjutnya manyiapkan dan melaksanakan REPELITA II;
Kelima : Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
Keenam : Meningkatkan penertiban dan pendayagunaan aparatur;
Ketujuh : Menyelenggarakan Pemilihan Umum selambat- lambatnya pada akhir tahun 1977.
Tampak jelas, bahwa ketujuh masalah itu lah yang diton-jolkan dalam garis-gars besar haluan negara dan Ketetapan-ketetapan MPR lainnya dalam persidangan tahun 1973 yang baru lalu.
Ketujuh masalah yang perlu kita garap itu sekaligus merupa-kan program Pemerintah, yang saya beri nama Sapta Krida Kabinet Pembangunan II. Perlu saya tekankan, bahwa arah ke-bijaksanaan Kabinet Pembangunan II merupakan kelanjutan arah dan kebijaksanaan Kabinet Pembangunan yang terdahulu. ini tidak dapat lain karena garis pembangunan harus jelas sambungannya satu dengan yang lain. Dalam "kelanjutan" itu tersimpul usaha untuk menyempurnakan hasil yang telah ter-capai sampai sekarang dan pemberian isi yang bertambah nyata.
Sekarang akan saya jelaskan pokok-pokok isi Sapta Krida itu. Tidak semua masalah saya singgung disini, melainkan akan saya tekankan pada beberapa segi yang penting saja.
Pertama yang menyangkut stabilisasi politik.
Pemantapan dan kelangsungan stabilitas politik, pada hake-katnya akan dapat terjamin, apabila aspirasi dan cita-cita bangsa serta cara-cara mencapai cita-cita, itu dapat dilaksana-kan berdasarkan kesepakatan dan keputusan bersama dari se-
27
luruh bangsa. Bagi bangsa Indonesia cita-cita bangsa dan cara-cara untuk mencapai cita-cita itu telah dirumuskan secara tegas dan jelas di dalam Pancasila dan Undang-Undang- Dasar 1945.
Salah satu aspek pokok dalam pelaksanaan prinsip tersebut adalah apabila pelaksanaan kekuasaan negara itu dapat ber-langsung sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk ini maka harus terus diusahakan dan dimantapkan pembentukan serta berfungsinya Lembaga-lembaga perlengkapan negara: MPR, Presiden, DPR, DPA, Mahkamah Agung dan BPK yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945.
Dewasa ini kita dapat mengucap syukur bahwa kita telah me-miliki Lembaga-lembaga Negara secara lengkap, yang baik pembentukannya maupun pelaksanaan fungsinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar.
Praktek kenegaraan yang demikian harus kita usahakan ber-langsung terus, sehingga terasa sebagai masalah yang wajar dan "normal", tanpa menimbulkan ketegangan-ketegangan yang dapat mengakibatkan perpecahan ataupun bencana bagi bangsa.
Kunci lain dalam pemantapan politik juga terletak pada ke-sadaran politik kita semua: setiap orang, setiap partai politik, setiap organisasi masyarakat, setiap organisasi berdasarkan ke-ahlian atau pekerjaan, setiap organisasi karya, malahan juga seluruh tubuh pemerintahan. Isi terpenting daripada kesadaran politik adalah rasa tanggung jawab bersama dalam memecah-kan masalah-masalah nasional yang kita hadapi bersama. Tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan dan program-program bersama. Seorang pegawai negeri yang bekerja de- ngan jujur dan benar, seorang industriawan yang berusaha keras menaikkan produksinya, seorang peneliti yang berusaha menemukan bibit unggul yang baru, seorang mahasiswa yang giat menggali ilmu dan berorganisasi untuk memikul tanggung jawab masa depan, seorang Camat yang bekerja keras untuk memajukan daerahnya, dan seterusnya, sesungguhnya da memi-liki kesadaran politik dalam arts yang sehat. Karena, semua
28
usaha tadi bermuara pada tujuan bersama: ialah kemajuan dan kesejahteraan bersama, yang merupakan masalah dan ke-pentingan bersama. Dalam arti dan semangat yang demikian itulah harus kita kembangkan kesadaran politik. Tentu, di dalam masyarakat banyak fikiran, keinginan dan kepentingan yang berbeda-beda, walaupun tujuan akhirnya sama.
Karena itu sangat penting dikembangkan komunikasi dua arah, antara Pemerintah dengan masyarakat, antara masya- rakat dengan masyarakat sendiri. Yang kita perlukan adalah komunikasi yang terbuka dan jujur. Komunikasi ini sangat perlu untuk menghindarkan ketegangan-ketegangan di dalam masyarakat, yang seringkali bersumber pada salah mengerti karena tidal bersambungnya komunikasi yang sehat dan ter-buka. Komunikasi juga perlu untuk mengembangkan kreati-vitas masyarakat dan untuk meluaskan cakrawala penglihat-annya. Hal ini merupakan kekuatan yang penting bagi gerak pembangunan, karena pembangunan itu sendiri memerlukan gagasan-gagasan baru dan segar.
Jelaslah bahwa komunikasi yang demikian akan mendorong pembaharuan, akan memungkinkan dinamika masyarakat da-lam suasana yang stabil.
Dalam melancarkan komunikasi itu peranan lembaga-lem-baga perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat maupun di ting-kat daerah, sangat penting. Dalam mengembangkan demokra-si berdasarkan Pancasila, maka lembaga-lembaga perwakilan rakyat ini memainkan peranan yang penting. Melalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat ini lab, keinginan dan pengawasan rakyat terhadap Pemerintah pertama-tama harus tersalur. Me-lalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat itu Pemerintah perlu menjelaskan segala kebijaksanaan yang diambil agar difahami oleh rakyat. Sebaliknya, dari wakil-wakil rakyat itu pula diharapkan penjelasan-penjelasan yang lebih luas kepada masyarakat yang diwakilinya mengenai kebijaksanaan Peme-rintah yang telah disetujuinya.
29
Saluran komunikasi dua arah lainnya yang perlu dikembang-kan adalah penerangan Pemerintah yang lebih cepat dan dapat mencapai sasarannya. Tujuan pokoknya adalah menjelaskan kepada masyarakat mengenai masalah-masalah nasional yang kita hadapi dan bagaimana usaha kita untuk memecahkan masalah-masalah itu. Dan dari sini lah tumbuh tanggung ja-wab nasional.
Dan justru untuk tujuan itu sangat perlu pembinaan pers yang sehat, dalam arti pers yang bebas dan bertanggung ja-wab; terutama oleh orang-orang pers sendiri. Tanpa jurnalis- tik dan pers yang bermutu, sulitlah diharapkan lahirnya kehi-dupan pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Sejajar dengan itu kreativitas masyarakat melalui dialog dan diskusi perlu dikembangkan. Untuk itu, berbagai kebebas-an dan kesempatan yang dewasa ini telah ada akan terus di-kembangkan dan diberi isi yang lebih terarah untuk kepen-tingan pembangunan. Kebebasan mimbar dan pengikut-sertaan universitas-universitas dalam berbagai kegiatan kemasyara-katan dan pembangunan perlu ditingkatkan sepanjang tidak mengurangi fungsi universitas tersebut sebagai lembaga pen-didikan tinggi dan pengolah ilmu pengetahuan.
Usaha penting lainnya dalam membina stabilitas politik adalah memantapkan konsolidasi partai-partai politik sebagai hasil fusi yang telah berlangsung beberapa waktu yang lalu. Demikian juga konsolidasi dan pembinaan yang terus menerus dari Golongan Karya. Dengan adanya dua partai politik dan Golongan Karya yang dapat bekerjasama secara kreatif dan sating isi mengisi serta ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator, maka Demokrasi Pancasila akan benar-benar da-pat dijalankan dan dapat menjadi sarana yang efektif dalam melaksanakan pembangunan bangsa.
Dalam rangka memantapkan konsolidasi kehidupan kepar-taian dan kekaryaan yang cukup sederhana tetapi dapat ber-fungsi efektif itu, maka akan sangat baik, apabila kenyataan dan praktek yang sekarang telah ada itu dapat diperkuat dan
30
ditegaskan dengan adanya Undang-undang Kepartaian, keor-masan dan kekaryaan.
Disamping itu, perlu dilanjutkan konsolidasi organisasi ma-syarakat berdasarkan kekaryaan atau profesinya agar men- jadi alat yang sederhana tetapi efektif. Dewasa ini telah ter-bentuk organisasi-organisasi gabungan yang meliputi bidang profesi atau kekaryaan yang sama, seperti: Pegawai Negeri (KORPRI), Buruh (Federasi Buruh Seluruh Indonesia), Tani (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Pemuda (Komite Nasional Pemuda Indonesia).
Saudara-saudara;
Pemeliharaan dan peningkatan stabilitas politik tidak da- pat dipisahkan dan sangat erat hubungannya dengan pelaksa-naan politik luar negeri. Disamping itu dalam rangka meng-usahakan ketahanan nasional masing-masing dan untuk ke-lancaran pembangunan, maka keamanan dan stabilitas wilayah di sekitar wilayah kita juga sangat penting. Malahan, keaman-an dan -stabilitas di sekitar itu bukanlah hanya kebutuhan se-mentara demi kepentingan kita sendiri. Seperti saya singgung tadi, Undang-Undang Dasar mengamanatkan kepada kita un- tuk ikut bertanggung jawab menciptakan perdamaian dunia yang berperikemanusiaan dan adil. Demikian pula garis-garis besar haluan negara menentukan bahwa dalam politik luar ne-geri yang bebas dan aktif serta diabdikan untuk kepentingan nasional, hendaknya kita dapat meningkatkan peranan dalam membantu bangsa-bangsa yang sedang memperjoangkan ke-merdekaannya, dan mengembangkan kerja sama untuk mak-sud-maksud damai dengan semua negara. Sudah barang tentu pelaksanaannya tidak boleh mengganggu kepentingan nasional, khususnya pembangunan.
Harapan kearah itu memang lebih tampak jika dibanding de-ngan tahun-tahun sebelum ini.
Perkembangan dunia sekarang telah tiba pada saat yang se-demikian, sehingga saling bergantungan dan saling membutuh-kan dirasakan sebagai kepentingan bersama.
31
Masa saling menantang telah mulai ditinggalkan. Zaman bergandengan tangan mulai tumbuh. Juga diantara kekuatan-kekuatan besar dunia, yang berlain lainan doktrin dan ideologi-nya.
Sesungguhnya dunia kita sedang berobah. Tata hubungan Baru sedang mencari bentuknya. Dunia tidak lagi ditentukan oleh dua kekuatan besar. Kekuatan-kekuatan baru muncul ter-utama di lapangan politik dan ekonomi.
Di benua Asia yang berpenduduk terbanyak ini belum per- nah terdapat stabilitas dan keamanan yang menenteramkan hati. Kekuatan-kekuatan baru muncul juga di antara bangsa-bangsa Asia sendiri. Kepentingan-kepentingan kekuatan besar-pun masih akan tetap terasa, mungkin akan bertambah. Bang-sa-bangsa di wilayah ini umumnya sedang bergulat memba- ngun masa depannya seraya berusaha untuk mempertahankan kedaulaatannya. Pergeseran kekuatan-kekuatan dunia menim-bulkan masalah masalah baru.
Dalam pada itu kita sadar, bahwa Indonesia makin diperhi-Lungkan oleh semua fihak dalam perkembangan Asia masa de-pan: bukan saja karena letak geografis dan besarnya penduduk serta kekayaan alamnya yang melimpah-limpah, tetapi ter-utama juga karena kemampuannya untuk memantapkan dan memajukan keadaan di dalam negeri dalam waktu yang relatif singkat. Kesadaran tadi itu membuat kita lebih merasa ber-tanggung jawab.
Berdasarkan rasa tanggung jawab yang demikian itu dapat diharapkan bahwa kita akan memberikan sumbangan dan parti-sipasi yang lebih besar dalam berbagai penyelesaian masalah dunia, tetapi jelas sepanjang penyertaan itu tidak akan meng-ganggu usaha kita melaksanakan pembangunan.
Di wilayah Asia yang serba ragam masalahnya itu tentu saja dapat muncul kepentingan-kepentingan yang berlain-lainan arahnya. Yang perlu kita usahakan adalah, agar tidak timbul perbenturaan antara kepentingan-kepentingan yang berbeda-
32
beda itu, melainkan perlu kita kembangkan ke arah kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama itulah, kita menghargai adanya gagasan-gagasan untuk membicarakan masa depan Asia Pasifik di antara semua bangsa yang men- diami wilayah ini. Tentulah sangat mutlak diadakan persiapan-persiapan yang matang agar pembicaraan itu membawa hasil kesepakatan bersama. Bukan sebaliknya, malahan menimbul- kan masalah-masalah baru, yang dapat menjauhkan maksud baik yang dikandung semula.
Sementara gagasan-gagasan semacam itu masih perlu dipe-lajari dan dipertimbangkan secara lebih mendalam, Perhimpun-an Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah merupakan kenyataan dan berkembang semakin kuat. Lahir dan tumbuh-nya Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara pertama-tama adalah didorong oleh kesadaran bahwa kemauan baik dan ke-sejahteraan bersama merupakan kebutuhan yang mutlak. Per-bedaan-perbedaan kepentingan yang ada, perbedaan-perbedaan yang timbul diantara sesama anggotanya dapat kita selesaikan secara baik berkat semangat yang demikian itu. Melalui wadah perhimpunan itu telah dapat kita bina bersama rasa saling per-caya mempercayai. Dalam jangka panjang, yang kita inginkan adalah adanya kemampuan bersama diantara bangsa-bangsa Asia Tenggara untuk mengurus dan menentukan masa depan-nya sendiri; dan tidak membiarkan masa depan itu ditentukan atau dicampuri oleh kepentingan lain dari luar. Asia Tenggara yang demikian akan dapat mencapai kemakmuran dan kesejah-teraan bagi rakyatnya, akan memiliki ketahanan regional; yang pada gilirannya dapat memberi sumbangan yang lebih besar terhadap perdamaian Asia dan perdamaian dunia pada umumnya.
Sesuai dengan prioritas nasional, maka kita akan terus me-nerus mengajak bangsa-bangsa lain menjajagi bidang-bidang kerjasama yang lebih luas di bidang ekonomi. Kerjasama yang demikian antara semua bangsa, yang besar maupun yang kecil,
33
yang telah maju maupun yang membangun, merupakan kunci bagi perdamaian dunia dan juga bagi suatu tatanan dan hu-bungan ekonomi baru yang dapat menjamin pembangunan se-mua bangsa secara adil.
Tatanan dan hubungan ekonomi yang demikian jelas masih merupakan perjoangan, terutama oleh semua negara-negara yang sedang membangun. Dalam arti itu lah kita menganggap sangat bermanfaat ikatan dan pembinaan hubungan antara negara-negara non blok, justru karena negara-negara non blok hampir seluruhnya adalah negara-negara yang sedang berjoang untuk pembangunan ekonomi nasionalnya masing-masing.
Dengan kesamaan landasan negara-negara non blok — tidak memilih salah satu blok ideologi atau sistim sosial politik — serta dengan landasan kesetiakawanan dan perasaan senasib sepenanggungan antara negara-negara non blok, maka negara-negara non blok akan dapat membina kerjasama yang lebih kuat dalam memperjoangkan kepentingan bersama, khusus-nya dalam bidang ekonomi didalam berbagai forum internasio-nal, terutama apabila kita harus menghadapi kepentingan-ke-pentingan negara-negara yang telah maju. Hanya dengan se-mangat dan tujuan itu himpunan negara-negara non blok akan mempunyai arti nyata bagi anggota-anggotanya.
Saudara-saudara;
Sekarang ,akan saya jelaskan krida yang kedua, ialah peme-liharaan dan peningkatan stabilitas keamanan dan ketertiban. Tujuan pemeliharaan keamanan dan ketertiban adalah untuk menanamkan perasaan tenteram lahir dan batin di hati ma-syarakat yang membangun, sebagai pelaksanaan daripada se-bagian tugas Pemerintah yang disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar. Terang dari sini bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat menjangkau segi-segi yang sangat luas. Tujuan akhir kebijaksanaan keamanan dan ketertiban adalah tetap utuhnya kedaulatan bangsa dan negara; dan sejalan de-ngan itu terhindarnya masyarakat dari kerusakan-kerusakan
34
terhadap nilai-nilai hidup yang dianggap luhur. Karena itu, terwujudnya keamanan dan ketertiban bukan hanya terbatas pada tidak adanya lagi gangguan kekuatan bersenjata yang mengancam kedaulatan bangsa dan keamanan nasional.
Bangsa ini juga harus terhindar dari bahaya lain yang mem-punyai akibat yang sama bagi keruntuhannya: ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh masuknya ideologi lain yang mengan-cam Pancasila, berbagai bentuk subversi, rusaknya mental dan akhlak bangsa karma menyelinapnya kebudayaan asing yang tidak sejalan dengan Pancasila. Teranglah bahwa tujuan pemeliharaan keamanan dan ketertiban yang demikian itu tidak akan dapat diatasi hanya dengan tindakan-tindakan pre-ventif dan represif dari alat-alat keamanan negara saja. Ma-syarakat sendiri perlu melindungi dirinya dari kerusakan-ke-rusakan nilai-nilai dan tujuan hidup yang dianggap luhur.
Karena itu, maka usaha menanamkan kesadaran masyara- kat mengenai tanggung jawab keamanan dan ketertiban ber- sama merupakan usaha yang sangat penting. Tetapi prasyarat untuk itu adalah kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan alat-alat keamanan dan ketertiban dalam menjalankan tugas, kewibawaan dan wewenangnya. Untuk itu, bukan hanya landasan hukum yang diperlukan, akan tetapi lebih-lebih harus dirasakan oleh masyarakat sebagai pengayomnya. Sangat- lah menggembirakan bahwa tegaknya hukum dan ketertiban bertambah baik dari tahun ke tahun.
Apabila kesadaran hukum dan ketertiban itu kini mulai ter-tanam makin luas dan mendalam, baik di kalangan penegak hukum sendiri, di kalangan pejabat-pejabat pemerintahan dan di kalangan masyarakat, maka hal itu perlu diikuti dengan tindakan-tindakan yang lebih nyata, agar apa yang telah men- jadi kesadaran itu benar-benar terasa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Langkah-langkah itu merupakan bagian yang penting untuk mengembalikan wajah hukum dan alat-alatnya sebagai pelin-dung masyarakat, di mane yang tidak bersalah mendapat per-
35
lindungan yang adil dan yang bersalah mendapat perlakuan yang adil. Alat-alat penegak hukum adalah pengayom ma-syarakat, bukan lembaga yang menakutkan dan dijauhi oleh masyarakat, tetapi juga bukan lembaga yang tidak berani atau tidak mampu bertindak terhadap pelanggar hukum dan ketertiban.
Dengan alat-alat negara penegak hukum yang demikian itu dan dengan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi, maka tidak akan dan tidak boleh terjadi penyelesaian masalah de-ngan "menghakimi sendiri".
Tindakan "hakim sendiri", apapun dalihnya harus dicegah dan harus ditindak dengan tegas, oleh karena hal itu bukan saja bertentangan dengan azas tegaknya hukum, tetapi juga jelas mengganggu keamanan dan ketertiban, mengganggu pe-rasaan aman dan tenteram dari masyarakat, sehingga jelas mengganggu suasana dan iklim pembangunan yang justru harus terus kita bina.
Didalam rangka ini saya ingin menyinggung peristiwa 5 Agustus di Bandung baru-baru ini.
Saya sangat menyesalkan peristiwa itu.
Kita boleh terkejut terhadap sesuatu peristiwa, marah atau masygul, setuju atau tidak setuju, senang atau tertekan atau dirugikan. Akan tetapi, kita harus tetap berkepala dingin. Penyelesaian atau permintaan keadilan harus kita salurkan melalui saluran-saluran yang tersedia untuk itu, saluran-sa- luran demokrasi atau saluran-saluran hukum. Ingat: sejak tahun 1966, tatkala kita berjoang menegakkan Orde Baru ini maka salah satu tujuannya yang penting adalah untuk mem-bangun masyarakat baru yang merasakan keamanan dan me-nikmati arti ketertiban, mengejar kemajuan dalam suasana kestabilan, menjauhkan ancaman lahir dan tekanan batin. Kemampuan kita untuk mewujudkan hal-hal itu mencermin- kan kedewasaan dalam hidup ber-negara dan kesopanan dalam hidup bermasyarakat. Semuanya itu merupakan prasyarat bagi pembangunan dan sekaligus menjadi tujuan pembangunan
36
ini. Karena itu, "main hakim sendiri", oleh seseorang terha-dap orang lain, oleh kelompok orang terhadap kelompok yang lain, merusak harta benda atau nama bank orang lain dan per-buatan-perbuatan sejenisnya benar-benar merupakan perbuat- an yang tidak bertanggung jawab.
Lebih-lebih lagi apabila perbuatan-perbuatan semacam itu ditimpakan kepada mereka yang soma sekali tidak bersalah, apabila perusakan-perusakan itu menghancurkan apa yang se-sungguhnya malahan diperlukan oleh masyarakat. Kalaupun aksi-aksi itu memang mempunyai tujuan yang baik, aksi-aksi perusakan tidak pernah mencapai tujuannya. Malahan sebalik-nya, membangkitkan kegelisahan umum, dapat memacetkan kegiatan ekonomi sehari-hari, dapat menghambat kelancaran perdagangan dan produksi, yang sedikit banyak mempenga- ruhi pembangunan pada umumnya.
Yang rugi pada akhirnya adalah masyarakat sendiri.
Yang untung tidak lain adalah mereka yang menghendaki kekacauan, terutama sisa-sisa G-30-S/PKI.
Perbuatan-perbuatan seperti itu membuat kita, malu pada diri sendiri. Membuat kita malu kepada dunia luar. Kita se-baiknya bertanya dalam hati, apakah perbuatan-perbuatan perusakan sesuai dengan kebesaran Pancasila yang kita jun-jung tinggi. Dunia luar barangkali akan bertanya yang se- rupa.
Karena itu, kejadian seperti ini harus tidak terulang lagi.
Alat-alat keamanan dan penegak hukum. telah saya instruk-sikan, agar bertindak tegas. Semua yang bersalah dan melang- gar hukum harus diajukan ke pengadilan dengan segera.
Kepada seluruh lapisan masyarakat saya ajak agar mampu menahan diri, demi terpeliharanya ketertiban dan kelancaran. pembangunan. Menahan diri dalam anti yang seluas-luasnya: bukan hanya tidak gampang berbuat "menjadi hakim sendiri", bukan hanya tidak melanggar hukum. Melainkan, yang juga sangat penting adalah: jangan bertingkah laku atau bersikap
37
hidup yang dapat menusuk perasaan golongan yang lain; le- bih-lebih yang tidak menghargai perasaan rakyat banyak. Untuk itu perasaan senasib sepenanggungan, hormat meng-hormati dan tenggang rasa adalah sangat mutlak. Semua war-ganegara harus sadar, bahwa bukan hak-hak saja yang me-reka nikmati, melainkan juga kewajiban-kewajiban ikut secara jujur dan tulus dalam seluruh gerak dan tuntutan pemba-ngunan ini, suka dan dukanya, kenikmatan dan keprihatinan-nya. Jangan ada golongan dalam masyarakat ini yang se- olah-olah hidup dalam lingkungan sendiri lepas hubungan batinnya dengan masyarakat luas; apakah golongan agama, kedudukan, kekayaan, suku ataupun keturunan. "Bhinneka Tunggal Ika" bukan hanya semboyan; ia adalah tekad dan wujud kehidupan bangsa Indonesia dalam arti yang sesung-guh-sungguhnya.
Saudara-saudara sekalian;
Dalam rangka peningkatan stabilitas keamanan itu, maka usaha penting lainnya adalah langkah-langkah kelanjutan penyelesaian program integrasi ABRI sebagai alat keamanan dan ketertiban. ABRI yang kompak dan satu, yang terus menyadari peranannya sebagai pelindung bangsa dan negara, akan mendatangkan perasaan tenteram.
Masalah berikutnya adalah penghancuran sisa-sisa kekuatan gerombolan bersenjata di Kalimantan Barat; yang harus se- gera diikuti dengan rehabilitasi daerah tersebut sehingga tidak dapat Magi menjadi basis gerombolan bersenjata. Penghancuran sel-sel dan tempat persembunyian sisa-sisa G-30-S/PKI tetap dilanjutkan; sedangkan penyelesaian tahanan G-30-S/PKI perlu dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan dan jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Usaha-usaha mengatasi subversi dan sabotase perlu diting-katkan. Demikian pula perlu diambil langkah-langkah yang menyeluruh untuk membendung pengaruh kebudayaan asing yang negatif. Perhatian yang khusus untuk menyelamatkan generasi muda perlu dipusatkan pada pemberantasan penye-
38
lundupan dan penghisapan obat bius, penanganan terhadap kenakalan remaja dan sebagainya. Gejala-gejala terhadap hal-hal yang terakhir itu memang belum merupakan bencana nasional dewasa ini, akan tetapi apabila terlambat diambil tindakan maka akan merupakan sumber kehancuran generasi yang akan datang. Pemerintah mulai pagi-pagi telah meng- ambil langkah-langkah untuk memberantasnya. Saya meng- ajak orang tua untuk lebih menaruh perhatian pada pembim-bingan dan cinta kasih kepada putera-puteri yang dicintainya, karena dengan cara itu lebih berhasillah usaha menyelamatkan generasi muda dari kehancuran yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Sidang yang saya hormati;
Mengenai krida ketiga, ialah pokok-pokok usaha untuk me-ningkatkan stabilitas ekonomi. Masalah pokoknya tetap ber-kisar pada usaha-usaha untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat stabilitas. Berhasilnya usaha Pemerintah dalam bidang ini terasa lebih berat, karena selama beberapa tahun terakhir ini masyarakat merasakan keman-tapan harga sebagai kemajuan yang terbesar dari kebijaksa-naan ekonomi Pemerintah. Karena itu, justru untuk tetap me-melihara kepercayaan masyarakat terhadap jalannya pemba-ngunan, Pemerintah perlu mengendalikan secara ketat kesta-bilan harga sembilan bahan pokok pada khususnya dan ba-rang-barang lain pada umumnya pada tingkat yang wajar, yang dihitung dari sudut ekonomi masih masuk akal.
Oleh karena itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi mo-neter yang hingga dewasa ini telah digariskan seperti anggar- an belanja berimbang; penggunaan keuangan negara secara hemat, efektif dan efisien; peningkatan penerimaan melalui mekanisme perpajakan, bea cukai dan lain-lain; peningkatan dan pelancaran perdagangan baik di dalam negeri maupun
39
impor dan ekspor; sistim perkreditan, tabungan, suku bunga dan sebagainya akan tetap dilaksanakan.
Dengan kebijaksanaan yang demikian itu, serta usaha-usaha untuk meningkatkan produksi di dalam negeri diberbagai bidang, maka stabilitas ekonomi diharapkan tidak akan ter- ganggu dan dengan demikian juga akan dapat memperlancar pelaksanaan pembangunan.
Saudara Ketua dan para Anggota Dewan yang terhormat; .
Sampailah kita sekarang pada Krida keempat : Pelaksanaan tahun terakhir REPELITA I dan menyusun serta melaksana- kan REPELITA II.
Tujuan pemeliharaan dan peningkatan stabilitas politik, keamanan dan ekonomi adalah untuk mensukseskan pelaksa-naan REPELITA I serta memperkokoh landasan bagi pemba-ngunan REPELITA II. Sasaran yang telah ditetapkan dalam REPELITA I harus kita usahakan dapat dicapai. Khusus mengenai produksi pangan, terutama beras, Pemerintah telah mengerahkan segala persiapan agar panenan yang akan datang berhasil.
Tampaknya tahun ini musimnya jauh lebih menguntungkan daripada tahun yang lalu. Penyediaan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan bibit unggul telah dilakukan jauh lebih rapih daripada tahun yang sudah. Perkreditan untuk keperluan BIMAS juga tersedia lebih intensif. Oleh karena itu sekali lagi saya anjurkan agar setiap jengkal sawah yang telah memiliki pengairan diikut sertakan dalam usaha intensifikasi BIMAS atau INMAS. Ini tidak berarti paksaan, melainkan justru untuk memperbaiki nasib petani sendiri serentak dengan usaha me-naikkan produksi pangan.
Apabila tahun yang lalu diadakan perobahan sasaran pro-duksi beras untuk tahun terakhir REPELITA dari 15,4 juta ton menjadi 14,8 juta ton, maka tujuan utamanya adalah jangan sampai terjadi kelebihan produksi yang merugikan petani. Akan tetapi, dengan pengalaman pahit akhir-akhir ini
40
— ialah adanya salah musim, krisis pangan dunia dan krisis moneter dunia — dan kebijaksanaan Pemerintah untuk mem-beli beras/padi dengan harga dasar, maka kita tidak perlu khawatir bahwa kenaikan produksi beras akan merugikan petani.
Disamping produksi padi, kita juga sedang meningkatkan BIMAS dan INMAS untuk palawija terutama jagung, kedelai dan kacang tanah. Kepada semua petugas yang ada sangkut pautnya dengan program BIMAS dan INMAS ini, juga kepada BUUD saya minta agar mencurahkan perhatiannya untuk suksesnya pelaksanaan BIMAS dan INMAS serta melayani petani sebaik-baiknya.
Dalam tahun terakhir REPELITA ini kita mendorong tum-buhnya BUUD baik dalam rangka meningkatkan produksi pangan, maupun untuk meningkatkan dan meratakan pendapat-an para petani sekarang dan dimasa-masa yang akan datang.
BUUD menjadi "terkenal" beberapa bulan yang terakhir ini. Akan tetapi, sebenarnya setahun yang lalu telah saya jelaskan soal BUUD ini dalam Pidato Kenegaraan waktu itu.
BUUD bukanlah hanya alat untuk mengatasi masalah pangan yang sekarang, tetapi ia menyangkut strategi besar pemba-ngunan Indonesia! Ia dapat saya katakan merupakan "saka guru" daripada berhasilnya pembangunan demokrasi eko- nomi!
Sebagaimana kita ingat, beberapa tahun yang lalu dalam rangka mensukseskan usaha intensifikasi pertanian melalui Panca-usaha, dibentuklah unit-unit desa.
Unit Desa adalah suatu kesatuan ekonomi pertanian dari masyarakat desa, yang wilayahnya meliputi areal persawahan berkisar antara 600 sampai 1.000 ha. Wilayah seluas ini secara tehnis maupun ekonomis memenuhi persyaratan untuk pening-katan produksi pertanian khususnya produksi beras melalui usaha intensifikasi secara efektif dan efisien. Tujuan lain yang penting daripada pembentukan Unit Desa adalah memberi ke-pastian bagi para petani, bahwa mereka akan merasakan
41
dengan nyata hasil peningkatan produksi yang dengan susah payah dicapainya; bukan hanya merasa dibebani tanggung jawab menaikkan produksi.
Fungsi utama Unit Desa dewasa ini adalah memberikan penyuluhan pertanian, perkreditan, penyaluran sarana-sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil. Karena itu Pula dalam Unit Desa ada penyuluh pertanian, BRI Unit Desa yang bertugas memberikan kredit kepada petani serta pengecer atau kios atau warung Unit Desa yang bertugas menyalurkan pupuk, obat-obatan hama, bibit unggul dan alat-alat pertanian lainnya yang diperlukan langsung kepada petani.
Untuk menangani masalah pengolahan dan pemasaran pro-duksi agar hasilnya sebanyak mungkin jatuh pada petani, maka didirikanlah Badan Usaha Unit Desa.
Sangatlah terang bahwa Unit Desa sesungguhnya merupakan "jabang bayi" dari koperasi di setiap Unit Desa, karena Badan Usaha Unit Desa itu sendiri merupakan wadah yang berbentuk koperasi. Dan apabila telah mampu, BUUD/Koperasi Unit Desa ini nanti akan melaksanakan fungsi Unit Desa lainnya ialah penyuluhan, perkreditan, penyalur sarana produksi dan sebagai-nya. Secara bertahap, sesuai dengan kedewasaan dan kemam-puannya, Koperasi Unit Desa ini lah yang akan menangani masa-lah-masalah lain yang menjadi kepentingan rakyat kecil dan masyarakat desa; seperti bidang peternakan, perikanan, kera-jinan rakyat dan usaha-usaha mengembangkan ekonomi desa lainnya.
Dalam taraf-taraf permulaan pertumbuhannya sekarang, sudah terang Pemerintah harus turun tangan untuk melindungi dan membimbing Badan Usaha Unit Desa. Tanpa perlindungan dan bimbingan ini, Badan Usaha Unit Desa pasti tidak mung-kin berkembang.
Perlindungan dan bimbingan Pemerintah ini merupakan salah satu kewajibannya dalam melaksanakan kehendak Undang-Undang Dasar, ialah untuk mengembangkan kehidupan kope-rasi.
42
Dan yang lebih penting lagi, adalah tempat dan peranan BUUD ini dalam strategi pembangunan jangka panjang, yang akan menjamin perbaikan hidup dan kesejahteraan petani, per-tumbuhan dan kemajuan ribuan desa di seluruh Tanah Air, serta landasan pelaksanaan demokrasi ekonomi.
Saya sengaja menguraikan masalah BUUD ini agak panjang untuk meluruskan anggapan yang keliru seolah-olah BUUD hanyalah alat yang tergesa-gesa dibuat untuk mengadakan pembelian beras dalam negeri semata-mata.
Masalah lain yang harus kita tingkatkan pelaksanaannya mulai tahun terakhir REPELITA ini dan untuk tahun-tahun berikutnya adalah masalah peningkatan mutu makanan.
Apabila kita berusaha meningkatkan produksi pangan, maka dalam usaha ini juga terkandung tujuan untuk memperbaiki tingkat kesehatan dan pertumbuhan jasmani bangsa kita. Usa-ha-usaha untuk meningkatkan produksi sayur-sayuran, daging, ikan, telur, susu, kacang-kacangan dan sebagainya harus pula dilihat dalam kerangka ini. Apabila pada awal REPELITA I ini rata-rata setiap orang Indonesia hanya mengkonsumir beras 95 kg setiap tahun, maka pada akhir pelaksanaan REPELITA I kita perkirakan kebutuhan itu akan meningkat menjadi 120 kg setiap tahun untuk setiap orang. Tetapi ini saja tidak cukup. Jenis dan mutu makanan kita harus lebih beraneka ragam agar nilai gizi dapat kita pertinggi pula. Untuk itu dari sekarang kita perlu menyadari benar-benar dan mulai membiasakan diri agar makanan pokok kita tidak hanya dititik beratkan pada nasi atau tidak saja tergantung pada beras dalam jumlah yang pasti (120 kg), karena memang ada bahan-bahan lainnya se-perti palawija, kacang-kacangan, syorgum, gandum dan lain-lain yang nilai gizinya tidak kalah atau bahkan lebih baik dari-pada beras. Ini tidak berarti bahwa makanan masyarakat harus beralih pada jenis makanan yang saat ini masih ter- golong "mewah". Kita sudah lama mengenal "empat sehat, lima sempurna". Marilah kita usahakan melaksanakannya.
Mungkin masih akan memakan waktu untuk mencapai "lima sempurna", akan tetapi mencapai "empat sehat" sekarang
43
bukanlah terlalu sulit. Banyak jenis bahan makanan untuk men-capai "empat sehat" itu sesungguhnya dapat dengan mudah kita hasilkan dan kita peroleh dalam batas-batas kemampuan kita.
Perubahan jenis makanan memerlukan kemauan. Salah satu hambatan hanyalah soal selera dan kebiasaan. Ingat saja, bebe-rapa tahun yang lalu sebagian dari kita enggan makan nasi dari beras "PB"-5 misalnya, akan tetapi sekarang selera kita sudah dapat menyesuaikan diri. Sangatlah merugikan pertum-buhan bangsa dan generasi yang akan datang, apabila tujuan gagal hanya karena selera dan kebiasaan yang sesungguhnya dapat kita rubah.
Ajakan ini tidak mengada-ada. Lebih-lebih tidak hanya kare-na krisis beras yang sedang kita alami dewasa Ajakan itu menyangkut tujuan yang lebih luas dan berjangka panjang, ialah untuk menyuburkan pertumbuhan badan dan kesehatan generasi yang akan datang, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Apabila saat ini kita sedang prihatin karena masalah beras, maka keprihatinan itu harus kita man-faatkan untuk memulai sesuatu yang lebih baik dan memang perlu. Ketergantungan kita pada salah satu jenis makanan pokok terang, akan membuat masalah pangan ini selalu rawan. Kita harus sadar bahwa setiap tahun kebutuhan beras terus meningkat, baik karena jumlah penduduk yang terang bertam-bah banyak, maupun karena makin luasnya lapisan masyarakat yang menggunakan nasi sebagai makanan pokok.
Perlu bangkit gerakan besar-besaran dalam "merubah menu" makanan ini. Saya menyerukan pemuka-pemuka masyarakat, organisasi-organisasi kemasyarakatan, para ahli kesehatan dan gizi, setiap keluarga dan seluruh lapisan masyarakat untuk memulai gerakan ini.
Dalam penyelesaian REPELITA I, maka di samping meng-usahakan tercapainya sasaran setiap sektor, serta tercapainya sasaran-sasaran yang menyeluruh dari keseluruhan REPELITA itu sendiri, maka masalah pengendalian dan pengawasan pelak-
44
sanaan proyek-proyek pembangunan diusahakan untuk diting-katkan. Cara-cara penyusunan dan penyampaian laporan dan penalaiannya harus disempurnakan agar dapat memberikan gambaran keadaan yang senyatanya dan pada waktu yang se-cepat-cepatnya. Hal ini sangat penting untuk dapat mengetahui masalah atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai sasar- an sasaran yang telah ditentukan. Aparatur perencana pelak- sana dan pengawasan diseluruh aparatur dan tingkatan perlu terus diperbaiki. Hal ini sekaligus dimaksudkan guna persiapan menghadapi pelaksanaan REPELITA II yang terang akan makin meningkat kegiatannya dan meluas jangkauannya.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Sekarang akan saya jelaskan gambaran umum daripada REPELITA II, yang Insya Allah, akan kita mulai pada awal bulan April tahun depan. REPELITA II itu harus merupakan kelanjutan, peningkatan dan makin luasnya segi-segi pemba-ngunan yang kita garap dari REPELITA I. Apabila selama REPELITA yang sekarang kita telah dapat menyelamatkan diri dari kehancuran ekonomi yang men jadi sumber utama me-rosotnya mutu kehidupan, apabila dalam REPELITA yang se-karang kita malahan telah berhasil memperkokoh landasan dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi, maka dalam REPELITA II nanti kita harus dapat menangani berbagai-bagai masalah sosial ekonomi yang sampai saat ini memang belum mungkin ditangani secara besar-besaran. Masalah-masalah besar sosial ekonomi yang perlu kita garap antara lain adalah perluasan kesempatan kerja, kenaikan yang nyata dari penghasilan se- tiap orang dan lebih meratakan keadilan sosial. Masalah- masalah itu menjadi sangat penting karena disitulah terletak kunci utama daripada tumbuhnya solidaritas sosial, meluasnya keterlibatan dan tanggung jawab masyarakat dalam pemba-ngunan serta terbinanya ketahanan nasional yang akan men- jamin pertumbuhan bangsa kita yang semakin kokoh, tertib dan sejahtera. Tetapi perlu saya ingatkan, janganlah mengira bahwa dalam REPELITA II itu masyarakat adil dan makmur
45
berdasarkan Pancasila kemudian telah tercapai. Landasan ma-syarakat yang demikian baru dapat kita capai setelah kita me-ngerjakan beberapa REPELITA, apabila kita telah mampu mengembangkan industri yang kuat dengan didasari oleh pem-bangunan pertanian yang tidak goyah-goyah lagi. Tetapi juga perlu difahami bahwa selama itu tidak berarti bahwa kehidupan kita tetap berat. Kita melaksanakan pembangunan ini, kita rela memberikan kepada pengorbanan yang dituntut oleh pemba-ngunan itu, kita bekerja keras sekarang, kita sabar menunggu hasilnya, justru karena kita ingin mutu kehidupan ini lebih baik. Suatu kehidupan lahir dan batin yang maju dan seimbang, sehingga kehidupan ini kita rasakan mempunyai makna yang dalam dan indah.
Semuanya itu tidak mungkin kita nikmati apabila tidak ada jalan-jalan raya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain, apabila tidak ada industri yang menghasilkan ber-jenis-jenis barang yang kita perlukan, apabila kita masih terus kesulitan pangan, apabila tidak ada irigasi yang mengairi sawah, apabila tidak ada listrik yang menerangi rumah-rumah kita dan menggerakkan mesin-mesin, apabila tidak cukup ru-mah-rumah sekolah untuk mendidik anak-anak, apabila tidak ada rumah-rumah sakit, apabila tidak ada lapangan-lapangan olah raga dan tempat rekreasi, apabila tidak ada rumah-rumah ibadah, apabila tidak ada pusat-pusat kesenian dan seterusnya. Sarana-sarana untuk itu jelas harus kita bangun terlebih da-hulu sebelum kita menikmatinya.
Sebab itu, sangat terang, bahwa untuk mencapai kehidupan yang baik masalah biaya tidak dapat diabaikan, malahan sa- ngat menentukan. Biaya berarti uang. Dan uang tidak dapat hanya dicetak begitu saja di pabrik pencetakan uang.
Sumber utama kekuatan pembangunan haruslah kenaikan daripada produksi nasional. Sumber utama bagi perbaikan hidup orang harus pendapatan nyata yang naik dari setiap orang, bukan hanya pendapatan rata-rata yang kelihatannya tinggi.
46
Dalam semangat dan arti itu lah, kita tetap meletakkan pem-bangunan ekonomi sebagai titik pusat perhatian dan gerak pem-bangunan!
Karena itu pula, maka tujuan utama REPELITA II adalah tetap perbaikan kesejahteraan rakyat banyak, dalam arti naik- nya pendapatan nyata setiap penduduk karena mereka bekerja. Tujuan yang lain adalah meletakkan landasan yang kuat bagi tahap pembangunan berikutnya, REPELITA III.
Tetapi menentukan tujuan saja belum cukup. Kita harus me-nentukan sasaran yang jelas untuk mencapai tujuan tadi, agar kita tahu kemana harus bergerak dan langkah-langkah apa yang harus kita ambil.
Sasaran dalam REPELITA II adalah :
Pertama : Tersedianya pangan dan sandang yang serba kecukupan, dengan mutu yang bertambah baik dan terbeli oleh masyarakat umumnya;
Kedua : Tersedianya bahan-bahan perumahan dan fasi- litas-fasilitas lain yang diperlukan, terutama untuk kepentingan rakyat banyak;
Ketiga : Keadaan prasarana yang makin meluas dan sempurna ;
Keempat : Keadaan kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan lebih merata;
Kelima : Meluasnya kesempatan kerja.
Dalam pada itu kebijaksanaan pembangunan di semua sektor seperti pemillihan tehnologi, penanaman modal asing dan modal dalam negeri, pembangunan industri, penetapan skala investasi, kebijaksanaan pajak dan perkreditan dan sebagainya perlu di-serasikan dan diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tadi.
Peningkatan pembangunan dalam REPELITA II diusahakan dengan mempercepat laju bertambahnya produksi barang dan produksi jasa. Produksi pangan dan sandang terus dinaikkan dibarengi dengan usaha untuk memelihara stabilitas harga dan
47
sekaligus dikaitkan dengan ikhtiar memperbaiki kesejahtera-an masyarakat. Kenaikan produksi di arahkan pada tujuan-tujuan yang lebih luas seperti kenaikan nyata dari pendapatan petani, perbaikan mutu makanan masyarakat, swasembada pangan yang dapat mengejar kenaikan jumlah penduduk serta perluasan lapangan kerja. Sementara Bimas dan Inman padi ditingkatkan, maka mulai digarap secara lebih luas Bimas-bi-mas palawija, peternakan, perikanan, kerajinan rakyat dan sebagainya. Perhatian yang lebih besar perlu dicurahkan pada perumahan rakyat dengan menyebar luaskan ketrampilan pem-buatan dan penyediaan bahan-bahan perumahan yang murah, pengerahan dana-dana pembangunan perumahan dan sarana-sarana lain yang diperlukan. Sejalan dengan usaha-usaha ini diadakan pemugaran desa.
Pembangunan industri di arahkan pada pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku, peningkatan industri kecil dan kerajinan rakyat serta persiapan untuk pembangunan industri REPELITA III. Pengarahan demikian sekaligus akan lebih menyehatkan ekspor kita, ialah bergesernya ekspor bahan men-tah ke ekspor bahan baku serta melebarnya jenis barang ekspor. Di sektor pertambangan diusahakan perkembangan yang sama. Arah yang di tuju adalah perluasan kesempatan kerja, pening-katan penghasilan masyarakat dan bertambah besarnya nilai yang diperoleh dari perindustrian dan ekspor tersebut.
Gerak pembangunan ditunjang dengan pembangunan prasa-rana yang meliputi listrik, irigasi, jalan-jalan, pelabuhan laut dan udara, telekomunikasi dan alat-alat pengangkutan. Pem-bangunan prasarana yang makin meluas akan mendorong ber-kembangnya pariwisata dalam arti yang sehat dan sekaligus untuk memperkuat kesatuan Indonesia.
Untuk 1ebih meratakan pembangunan maka proyek-proyek pembangunan makin disebarkan kesemua daerah, subsidi kepada Kabupaten dan Desa dilanjutkan, yang semuanya itu diiringi dengan usaha untuk makin diselaraskan kaitannya dalam perencanaan pembangunan regional. Sementara itu dae-
48
rah-daerah yang miskin sebagai akibat terbatasnya sumber alam akan mendapatkan perhatian yang khusus.
Perhatian khusus juga diberikan kepada lapisan masyarakat yang berpenghasilan kecil seperti petani penggarap, nelayan buruh, pengrajin dan sebagainya. Pengusaha-pengusaha kecil dan menengah diberi kesempatan dan dorongan untuk mening-katkan usahanya melalui pemberian kredit yang terarah, ban- tuan ketatalaksanaan dan sebagainya. Dalam memperkuat golongan ekonomi lemah perbaikan dan pengembangan kope- rasi dilanjutkan, baik organisasi maupun modalnya serta bidang-bidang yang dikerjakan, agar dapat menjadi wadah ke-kuatan ekonomi masyarakat.
Perluasan lapangan kerja dikaitkan dengan pembangunan perdesaan dan pembangunan daerah, khususnya di luar Jawa, yang akan makin mendorong transmigrasi spontan.
Dalam meningkatkan pembangunan itu mengerahkan dana pembangunan merupakan syarat mutlak yang harus diikhtiar- kan, baik yang bersumber dari penerimaan negara maupun dari tabungan masyarakat. Di samping dana-dana dalam bentuk ru-piah, maka usaha menghimpun dana dalam bentuk devisa di-perbesar melalui ekspor dan pariwisata. Dengan jalan itu maka bantuan luar negeri akan semakin jelas peranannya sebagai pelengkap pembangunan, dengan memperhatikan kemampuan membayar kembali yang realistis.
Kebijaksanaan penanaman modal asing dan modal dalam ne-geri tetap dilanjutkan dengan memberi arah yang lebih tepat untuk melindungi industri dalam negeri dan industri kecil.
Saudara-saudara;
Dengan tujuan, sasaran dan strategi pembangunan yang de-mikian, dalam REPELITA II multi kita berusaha untuk me-naikkan produksi nasional dengan laju kurang lebih 7 — 8%. Apabila pertambahan penduduk meningkat dengan 2,3% se- tahunnya maka ini berarti - bahwa pendapatan per capita akan dapat dinaikkan dengan 4,7 sampai 5,7% setahun. Untuk itu
49
produksi pertanian dapat bertambah dengan 4 sampai 5%. Industri kita usahakan naik dengan 11 — 13%, pertambangan 8 — 11%, perhubungan 8 —10%, listrik 13 — 15% dan lain-lain sektor sekitar 8% setahun. Dengan usaha-usaha itu seka-ligus kita makin membuat struktur ekonomi kita lebih seim-bang.
Selain investasi yang telah dijalankan didalam REPELITA I diharapkan akan memberikan hasilnya, maka untuk mencapai laju pertumbuhan tersebut jumlah investasi didalam REPE-LITA II perlu lebih ditingkatkan lagi dengan laju 13 — 14% setahun atau seluruhnya menjadi kira-kira dua kali lipat dari jumlah investasi didalam REPELITA I. Investasi ini juga per- lu dijalankan untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi per-tumbuhan ekonomi didalam REPELITA III nanti serta REPE-LITA-REPELITA selanjutnya.
Untuk mengadakan investasi tadi jelas harus ada kemam-puan pada kita sendiri dalam menggali dana-dana pembangun-an yang tidak kecil. Ini sudah sepantasnya dan adil. Apabila kita ingin menikmati hasil pembangunan, sudah seharusnya kita berani memikul beban pembangunan diatas pundak dan de-ngan cucuran keringat kita sendiri; bukan dari orang lain.
Untuk itu Pemerintah akan menjalankan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang dapat meningkatkan tabungan nasio-nal dan sekaligus menjamin ekonomi yang stabil.
Dengan mendorong tabungan masyarakat, akan terbuka ke-sempatan yang makin luas bagi bertambah besarnya investasi oleh sektor swasta, sedangkan investasi yang harus dijalankan oleh Pemerintah melalui anggaran pembangunan tetap akan merupakan komponen yang besar dari seluruh investasi dalam REPELITA II yang akan datang itu.
Anggaran berimbang yang dinamis tetap dipertahankan, de-ngan arah untuk menghimpun tabungan Pemerintah mencapai jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan untuk pembiayaan pembangunan. In mengharuskan adanya penerimaan Pemerin-tah yang naik di satu fihak dan penggunaan keuangan negara
50
yang lebih efisien di lain fihak, disamping keperluan penye- diaan biaya untuk meningkatkan lagi kesejahteraan pegawai negeri, ABRI dan pensiunan.
Disamping untuk memperbesar penerimaan negara, maka kebijaksanaan fiskal sekaligus digunakan untuk meratakan ke-adilan sosial. Ini berarti bukan hanya peningkatan penerimaan pajak yang harus diusahakan, akan tetapi juga, cara bagai-mana pajak tersebut diperoleh yang menampilkan azas ke-adilan. Mereka yang ekonominya kuat dan lebih banyak menikmati hasil pembangunan harus lebih banyak mem- berikan iuran kepada usaha pembangunan itu sendiri se- padan dengan besarnya penghasilannya, kekayaannya dan belanja mereka. Kebijaksanaan yang demikian itu diperlukan untuk meningkatkan tabungan masyarakat dan untuk mem-bendung kecenderungan berbelanja untuk keperluan-keperluan yang konsumtif sifatnya, secara berlebih-lebihan.
Apabila dalam REPELITA yang sekarang kebijaksanaan mo-neter terutama tertuju pada tercapainya program stabilisasi ekonomi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terha-dap lembaga-lembaga keuangan, maka dalam REPELITA II nanti kebijaksanaan moneter akan lebih banyak diarahkan pada penghimpunan tabungan masyarakat, perluasan kesem-patan kerja, meratakan penghasilan, memperbaiki keadaan golongan ekonomi lemah. Juga akan diadakan perbaikan su-sunan dan efisiensi kerja lembaga-lembaga keuangan, terma-suk lembaga-lembaga perbankan dan pembentukan lembaga-lembaga keuangan baru dalam rangka pembentukan pasar uang dan modal.
Disamping pengerahan dana-dana di dalam negeri, maka peningkatan pembangunan mengharuskan bertambah besarnya penerimaan devisa untuk mengimpor barang-barang dan jasa yang belum dapat kita hasilkan sendiri. Ini berarti ekspor ha-rus meningkat dan arus wisatawan kemari harus bertambah. Di sisi lain, devisa harus kits gunakan lebih efisien untuk ke-perluan pembangunan yang mendesak, sedangkan modal luar negeri harus makin kentara peranannya sebagai pelengkap.
51
Menurut perhitungan, seluruh ekspor dapat kita naikkan dengan kira-kira 10% setahun, terutama dari minyak bumi, kayu, hasil-hasil kayu dan hasil-hasil tambang lainnya. Mela-lui peningkatan mutu dan efisiensi ekspor barang-barang tra-disionil kita perkuat dan kita perluas dengan ekspor barang-barang baru, sekaligus dikaitkan dengan usaha memperbaiki penghasilan rakyat kecil penghasil barang-barang ekspor ter-sebut.
Di bidang impor akan ditempuh kebijaksanaan yang lebih menjamin penggunaan devisa secara efisien, dengan memberi prioritas pada impor barang-barang modal dan bahan baku. Di-iringi dengan kebijaksanaan fiskal dan moneter, impor barang-barang konsumsi akan ditekan serendah mungkin, sedangkan produksi barang pengganti impor di dorong.
Untuk itu tidak dapat lain, pembangunan pertanian dalam arti luas harus berkembang. Bukan hanya swasembada pangan yang harus dapat kita, capai, akan tetapi juga pembangunan pertanian yang memperbesar hasil ekspor dan pembangunan pertanian yang mampu menyediakan kebutuhan bahan baku bagi bermacam-macam industri di dalam negeri. Hanya dalam keadaan yang demikian, industri kita mempunyai dasar berpi-jak yang kuat. Dengan jalan itu sektor-sektor pembangunan akan mempunyai hubungan tali temali yang semakin kuat dan saling menunjang.
Karenanya pembangunan industri makin diarahkan pada pengolahan bahan mentah dari hasil pertanian dan hasil per-tambangan seperti misalnya : kayu glondongan menjadi kayu gergaji, plywood, kertas dan lain-lain; bauxit menjadi alimina dan aluminium; gas alam menjadi gas cair dan lain-lain. De-mikian pula industri industri penunjang seperti industri me-sin, jasa dan konstruksi. Tantangan industri bertambah besar, menarik dan memberi ruang gerak yang makin luas karena ia juga harus mampu melayani peningkatan di bidang pertam-bangan dan pembangunan prasarana; seperti listrik, irigasi, jalan-jalan, pelabuhan laut, lapangan terbang, telekomunikasi,
52
alat-alat pengangkutan dan sebagainya. Selain untuk menun- jang pembangunan ekonomi, pembangunan prasarana dan per-hubungan makin diarahkan untuk menunjang pembangunan perdesaan dan memperkuat kesatuan bangsa.
Mengenai strategi pembangunan perdesaan telah saya sing-gung tadi, sewaktu saya menguraikan masalah BUUD. Keber-hasilan kita dalam membangun perdesaan akan merupakan jawaban yang paling menentukan dari usaha kita untuk me-wujudkan kesejahteraan rakyat yang adil terutama karena di situ menyangkut ikhtiar untuk memperbaiki mutu kehidupan bahagian terbesar rakyat kita.
Dan apabila kita berbicara mengenai perbaikan mutu kehidup-an dan lingkungannya, maka masalah perumahan tidak dapat diabaikan. Masalah ini mendapatkan perhatian yang makin besar dalam REPELITA II. Pada dasarnya pembangunan pe-rumahan harus diusahakan oleh kekuatan masyarakat sendiri. Pemerintah mengusahakan terciptanya suasana yang memung-kinkan dari menggairahkan pembangunan perumahan itu serta memberikan pengarahan dan bimbingan. Sangat terang, bahwa segala usaha Pemerintah di bidang ini terutama tertuju pada golongan masyarakat yang lemah.
Perlu saya tekankan lagi, bahwa seluruh strategi pembangun-an dalam REPELITA II harus berarti terbukanya kesempatan kerja yang makin meluas.
Laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,3% setiap tahun te- lah menunjukkan dengan sendirinya betapa besar tantangan yang kita hadapi. Tetapi pembangunan bukanlah hanya mem-buka kesempatan, pembangunan juga meminta tuntutan. Tun-tutan itu antara lain adalah tenaga-tenaga yang cakap dan diperlukan dalam sektor-sektor dan tingkatan yang luas. Ka- rena itu program-program pendidikan, latihan dan kursus ke-juruan mutlak parka diperluas dan terarah dalam REPELITA II. Peranan lain yang penting dalam perluasan kesempatan kerja adalah transmigrasi, yang juga akan lebih ditingkatkan penggarapannya dalam pembangunan yang akan datang itu.
53
Saudara Ketua;
Untuk menunjang segala gerak pembangunan itu terang ha- rus dikembangkan sistim pendidikan yang cocok untuk kebu-tuhan pembangunan bangsa dalam arti yang luas. Ini berarti bahwa sistim pendidikan bukan hanya usaha untuk menyedia- kan tenaga-tenaga pembangunan yang trampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi bersamaan dengan itu juga harus memiliki pandangan hidup berdasarkan Panca- sila. Melalui sistim pendidikan yang tepat, jelas akan terdorong lahirnya masyarakat yang terbuka, tertib dan dinamis; yang akan menjadi landasan bagi terbinanya masyarakat Indone- sia yang kokoh. Teranglah bahwa untuk itu pembangunan pen-didikan bukan hanya terbatas di sekolah-sekolah sampai per-guruan tinggi, melainkan sangat penting pula peranan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah-sekolah pembangunan akan diperluas seraya terus di-usahakan pengembangan sistimnya yang makin tepat. Usaha dan arah yang sama juga dilakukan dilingkungan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sistim pendidikan yang meng-hasilkan tenaga-tenaga ahli menengah akan dikembangkan; dan serentak dengan itu kesempatan mengikuti pendidikan di-berbagai bidang dan` tingkatan akan diperluas.
Menyadari luasnya ruang lingkup pendidikan tadi, maka ikut sertanya masyarakat dalam mengembangkan pendidikan ada- lah mutlak.
Sejalan dengan usaha usaha memperbaharui dan meningkat-kan mutu pendidikan, maka kegiatan riset dan statistik juga akan di tingkatkan dalam rangka . lebih menyempurnakan ke-giatan perencanaan pembangunan, maupun untuk mencari ke-mungkinan meningkatkan produksi serta pengembangan ke-mampuan bangsa dalam jangka panjang.
Sementara itu, terwujudnya kesejahteraan rakyat tidak da- pat dipisahkan dari perasaan tenteram dan suasana tertib da- lam masyarakat. Dalam rangka ini tegaknya hukum merupakan prasyarat yang tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini perlu di-
54
usahakan agar kelancaran pelaksanaan menegakkan hukum oleh Badan-badan Peradilan dan alat-alat penegak hukum pada umumnya dapat ditingkatkan. Hal ini sangat penting dalam rangka menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum yang juga diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan.
Saudara-saudara;
Seperti telah saya singgung dimuka tadi, maka aspek kese-hatan yang merupakan segi yang penting bagi kesejahteraan rakyat itu sesungguhnya menyangkut perbaikan bidang-bidang lain yang luas. Karena itu pembangunan dibidang ini tidaklah berdiri sendiri. Kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi dan pembangunan berarti memperbesar kemampuan Pemerintah untuk menyediakan sarana-sarana kesehatan bagi masyarakat. Berdampingan dengan itu, kenaikan penghasilan penduduk se-kaligus berarti terbukanya kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk memperbaiki derajad kesehatannya. Usaha-usaha penting lainnya adalah peningkatan pencegahan penyakit menular dan penyakit rakyat, memperbaiki nilai gizi makanan, penyebaran tenaga-tenaga dokter ke daerah-daerah, pemba-ngunan rumah-rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan masya-rakat, memperluas penyuluhan kesehatan dan penerangan ke-pada masyarakat. Seperti juga telah saya singgung di muka, pelaksanaan program keluarga berencana hingga saat ini telah berjalan baik; kendatipun demikian, masih harus ditingkatkan lagi. Dalam REPELITA II nanti diusahakan agar tercapai 8 juta peserta keluarga berencana untuk pulau Jawa dan Bali, terutama pengikut-pengikut dari daerah perdesaan. Untuk daerah-daerah lainnya diusahakan tercapainya 1 juta pengikut. Langkah-langkah lain yang perlu terus disempurnakan adalah meningkatkan dan memantapkan dorongan bagi pengikut pro-gram keluarga berencana ink Para peserta harus yakin pada dirinya sendiri, bahwa ikut serta dalam program ini bukanlah hanya untuk memenuhi anjuran Pemerintah, melainkan harus dirasakan sebagai usaha yang bermanfaat bagi kesejahteraan keluarganya sendiri dan kesejahteraan umum.
55
Saudara-saudara;
Kita menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi mengakibatkan perobahan sosial besar-besaran disertai dengan berobahnya tata nilai dalam masyarakat. Yang penting adalah kemampuan masyarakat untuk memilih dan menyaring, sehingga nilai-nilai baru yang positif dan berguna bagi pembangunan lah yang kita serap. Untuk itu sangatlah penting pengarahan pendidikan dan pembinaan kebudayaan nasional. Penggalian kembali dan pemeliharaan kebudayaan daerah perlu dilanjutkan dengan usaha agar kebudayaan itu dapat memberi rasa kepuasan rokhani dan kecintaan terhadap kebudayaan sendiri. Berhasil-nya usaha yang demikian akan merupakan bendungan yang kuat untuk menahan aliran arus masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan pemba-ngunan bangsa kita.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan rokhani haruslah di-sadari bahwa kecintaan terhadap kebudayaan nasional me-ngandung nilai-nilai yang memperkuat kepribadian dan harga diri. Tanpa kepribadian dan harga diri sulitlah kita menumbuh-kan bangsa yang kuat. Karena itu pula — seperti saya kemu-kakan tadi — disamping untuk mendidik tenaga-tenaga pem-bangunan, maka pendidikan perlu diarahkan untuk memper-baharui sikap dasar masyarakat yang cocok untuk keperluan pembangunan dengan terus memperkuat nilai-nilai hidup ber-dasarkan Pancasila. Dengan demikian kendatipun kesejahte-raan lahir masih harus dicapai melalui usaha pembangunan yang panjang, namun, akan mulailah terasa adanya kepuasan hidup. Karena itu, apabila setahun yang lalu saya mengajak bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik, maka di situ terkandung bagian yang penting daripada pembangunan bangsa dalam arti yang luas dan dalam. Ajakan itu mengandung kesungguhan. Bahasa yang tertib men-cerminkan cara berfikir, sikap dan tindakan yang tertib pula. Dan ketertiban ini lah kunci utama bagi berhasilnya pemba-ngunan dan pembinaan bangsa.
56
Seiring dengan pembinaan kebudayaan, maka kegiatan pem-bangunan di bidang keagamaan terus dilanjutkan. Penyediaan sarana-sarana pengembangan keagamaan akan diperluas, se-suai dengan kemampuan yang ada. Yang penting adalah usaha untuk terus memantapkan dan memelihara kerukunan hidup antar agama yang selama ini memang telah ada diantara bang-sa Indonesia.
Salah satu masalah yang kita hadapi hingga dewasa ini ada-lah belum adanya keseimbangan antara pembangunan jiwa ke-agamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua-duanya belum dapat saling isi mengisi. Kedua-duanya belum dapat saling memperkuat. Padahal keseimbangan antara keduanya jelas akan makin mendorong kemajuan pembangunan lahir dan batin.
Untuk ini sangat penting artinya pendidikan agama oleh tenaga-tenaga yang cakap, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Demikian juga perlu diusahakan agar lem-baga-lembaga pendidikan agama pondok-pesantren juga mem-peroleh tambahan pendidikan dan latihan ketrampilan yang langsung berguna bagi kepentingan masyarakat.
Agar usaha-usaha pembangunan seperti diuraikan tersebut diatas dapat terlaksana dengan tertib dan mantap, maka diper-lukan adanya suatu aparatur negara yang mampu untuk men-dorong, menggerakkan serta mengarahkan usaha-usaha pem-bangunan tersebut kearah sasaran yang telah ditetapkan.
Pembangunan aparatur negara bertolak dari pokok pikiran, bahwa aparatur negara tidak lagi hanya menjalankan fungsi-fungsi umum Pemerintahan, tetapi juga, menjalankan fungsi-fungsi pembangunan. Tujuan usaha-usaha penertiban dan pen-dayagunaan aparatur negara ialah terciptanya suatu aparatur negara yang benar-benar mampu untuk mendorong, mengge-rakkan clan memperlancar usaha-usaha pembangunan untuk ke-pentingan rakyat banyak.
Pembangunan aparatur negara ini diusahakan melalui pener-tiban dan pendayagunaannya yang meliputi usaha penyempur-
57
naan yang menyeluruh yang mencakup segi-segi kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. Didalamnya menyangkut aparatur pemerintahan pusat, aparatur perekonomian negara dan aparatur pemerintahan daerah.
Demi kelancaran usaha pembangunan diperlukan kejelasan mengenai organisasi/lembaga, kepegawaian dan tatalaksana.
Penyempurnaan kelembagaan diarahkan untuk menduduk-kan aparatur sesuai dengan fungsinya agar jelas bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Bentuk dan besarnya organisasi disesuaikan dengan tugas pokok dan beban kerja. Organisasi di susun dengan menegaskan jalur organisasi dan staf, terdiri dari unsur-unsur pimpinan, pembantu pimpinan, pelaksana dan unsur pengawasan. Sasaran pokok penyempur-naan kelembagaan adalah untuk menyerasikan struktur orga-nisasi aparatur pemerintahan dengan tugas dan beban kerjanya sehingga memungkinkan pencapaian efisiensi yang optimal.
Dengan penyempurnaan kelembagaan disorot struktur orga-nisasi dari aparatur pemerintah, seperti departemen ataupun lembaga non departemen. Dengan penyempurnaan kelembagaan akan dipertegas prinsip fungsionalisasi, fungsi direktorat jen-deral berikut aparaturnya sebagai pelaksana dalam garis orga-nisasi, fungsi sekretariat jenderal sebagai staf dalam segi admi-nistrasi organisasi dan inspektorat jenderal sebagai staf dalam fungsi kontrol. Penyempurnaan bidang kelembagaan meliputi: bidang aparatur kelembagaan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Hubungan Pusat — Daerah, Perwakilan Luar Negeri, Hubungan kerja antar Lembaga dan bidang-bidang perusahaan Negara.
Penyempurnaan di bidang kepegawaian dimaksudkan untuk melengkapi penyempurnaan kelembagaan dan diarahkan agar satuan-satuan organisasi aparatur mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang sesuai dengan jenis dan besarnya beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Berdampingan dengan itu perlu digairahkan semangat kerja dan prestasi kerja melalui perangkat penggajian yang mengarah
58
pada penghargaan terhadap prestasi dan besarnya tanggung jawab, kenaikan tingkat dan pangkat menurut sistim karier, pendidikan, latihan, jaminan sosial dan sebagainya. Tindak- an-tindakan korektif yang tegas terhadap pegawai yang nyata-nyata melakukan palanggaran terhadap norma-norma hukum dan norma-norma kepegawaian harus dilakukan dalam rang- ka menciptakan aparatur yang bersih dan berdisiplin.
Harga diri dan semangat korps pegawai ditumbuhkan de-ngan peningkatan pembinaan KORPRI. Haruslah makin tartanam kesadaran bahwa pegawai negeri adalah abdi ma-syarakat dan motor penggerak pembangunan.
Penyempurnaan ketatalaksanaan diarahkan pada pengem-bangan aturan dan hubungan kerja antar aparatur dan di dalam aparatur sendiri yang melembaga, sehingga ada ja- minan atas kelangsungan tugas pokok tanpa tergantung pada perorangan.
Aspek lain dalam penyempurnaan dan pendayagunaan apa-ratur adalah mengenai hubungan antara aparatur Pusat dan Daerah. Dalam rangka ini lah maka perlu diadakan langkah-langkah untuk memperjelas dan menertibkan pelaksanaan dekonsentrasi, desentralisasi dan serta-tantra (medebewind) yang dapat mendorong perkembangan daerah dalam rangka negara kesatuan.
Demikianlah beberapa pokok-pokok kebijaksanaan dan program REPELITA II yang akan melandasi penyusunan rencana pembangunan lima tahun kedua serta pelaksanaannya. Penyusunan secara lebih terperinci REPELITA II tersebut sedang dikerjakan dan diharapkan akan dapat diselesaikan sebelum pelaksanaan REPELITA II dimulai. Dan dengan urai- an ini telah tercakup sekaligus krida keempat, kelima dan keenam dari Sapta Krida.
Saudara Ketua dan para Anggota Dewan yang terhormat;
Ada satu hal yang penting yang ingin saya tambahkan yang menyangkut masalah kesejahteraan keluarga dalam rangka usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
59
Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangatlah penting artinya kesejahteraan keluarga. Keluarga adalah lingkungan terkecil dari masyarakat. Tidak dapat lain, masya-rakat yang berbahagia tentu akan terdiri dari keluarga- keluarga yang berbahagia pula. Tidak jarang terjadi, bahwa kenakalan anak-anak dan remaja — juga kenakalan orang-orang dewasa — bersumber pada keluarga yang retak atau tidak mesra pertumbuhannya. Dalam membina keluarga yang berbahagia sangatlah perlu usaha yang sungguh-sungguh untuk meletakkan perkawinan sebagai ikatan suami isteri atau calon-calon suami isteri dalam kedudukannya yang se-mestinya dan suci, seperti yang diajarkan oleh agama yang kita anut masing-masing dalam negara yang berdasarkan Pancasila ini. Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin anta-ra seorang laki-laki dan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Dengan sendirinya, dalam negara yang berdasarkan Pancasila yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka perkawinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan unsur-unsur keagamaan dan kerokhaani-an. Perkawinan bukan hanya menyangkut unsur-unsur lahir-iah, akan tetapi juga diliputi oleh unsur-unsur batiniah yang dalam dan luhur. Membentuk keluarga jelas bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan mendidik anak-anak secara bertanggung jawab dan kasih sayang. Dilihat dari segi ini kehidupan keluarga yang rukun akan merupakan sumber tumbuhnya anggota masyarakat yang baik di masa depan; dan dari keluarga yang demikian itu pula akan melahirkan generasi yang sehat lahir dan batinnya, yang pasti akan mem-perkokoh pembangunan dan pertumbuhan bangsa kita di masa depan.
Karena itu sudah seharusnya apabila negara memberi per-lindungan yang selayaknya pada keselamatan perkawinan. Perlindungan juga perlu diberikan, kepada suami atau isteri terhadap tujuan-tujuan yang menyimpang dari keluhuran perkawinan.
60
Dan terus terang, Saudara Ketua, saya telah bertubi-tubi didesak oleh kaum wanita dan organisasi-organisasinya agar dalam negara yang menghendaki kesejahteraan ini dapat se-gera memiliki Undang-undang yang mengatur dan melindungi perkawinan. Karena itu, pada kesempatan ini, saya sangat mengharapkan agar Dewan yang terhormat — bersama-sama Pemerintah — dapat segera — apabila mungkin dalam masa sidang sekarang ini — menyelesaikan Rancangan Undang-undang mengenai masalah yang sangat penting ini, yang be-berapa waktu yang lalu telah saya sampaikan kepada Dewan.
Saudara-saudara sekalian;
Akhirnya Krida yang ketujuh: Pelaksanaan Pemilihan Umum.
Searah dengan perbaikan dan ketertiban kehidupan bang- sa melalui penggarapan masalah-masalah pokok yang saya bentangkan tadi, maka diharapkan agar pelaksanaan pemilih-an umum yang akan datang akan makin dapat mencermin- kan pelaksanaan azas demokrasi. Tenanglah, bahwa pelaksa-naan pemilihan umum itu tidak terlepas dari seluruh usaha pembinaan bangsa kita.
Walaupun pelaksanaan pemilihan umum itu masih akan ber-langsung beberapa tahun lagi, namun perlu diusahakan untuk memperkuat kehidupan demokrasi melalui proses pendewasaan dan penyehatan kesadaran politik. Dalam hal ini sangatlah berguna dipikirkan bersama kemungkinan adanya Undang-undang Pemilihan Umum yang baru untuk Makin memper- kuat perkembangan demokrasi dan pembangunan, terutama karena adanya perubahan-perubahan dalam struktur kepartai-an dan golongan karya dewasa ini.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Telah saya ajak Saudara-saudara menilai keadaan tahun keempat REPELITA, keberhasilan dan kesulitan-kesulitannya. Telah saya ajak juga Saudara-saudara melihat ke masa depan yang agak jauh, kepada gambaran, mengenai REPELITA II
61
dan ke cakrawala pembangunan bangsa kita jangka panjang, dengan masalah-masalah dan tantangan-tantangannya.
Ibarat orang berjalan, maka dalam melaksanakan pemba-ngunan ini bertambah banyak yang kita lihat dan bertambah pula pengalaman kita : dengan segala harapan dan kekecewa-annya, kegembiraan dan kesedihannya, kesegaran dan kele-tihannya, ketetapan hati dan keragu-raguannya.
Makin jauh kita berjalan kita temui kenyataan-kenyataan baru yang tidak terlihat sebelumnya. Kita makin sadar, bah- wa dalam perjalanan pembangunan ini kita kadang-kadang di-hadapkan kepada pilihan-pilihan jalan mana yang harus kita tempuh agar perjalanan kita selamat sampai ke tujuan. Dengan pengalaman-pengalaman itu membuat sikap kita lebih realistis. Dengan pengalaman-pengalaman itu hilang pula khayalan yang bukan-bukan, lebih-lebih khayalan bahwa pembangunan bukan perjoangan.
Sekarang kita berada di tahun terakhi!r pelaksanaan REPE-LITA I. Sekarang kita harus bersiap-siap memasuki REPE- LITA II. Kepada kedua hal itu lah pusat perhatian dan kegi- atan kita dalam tahun ke-28 kemerdekaan nasional. Keberha-silan kita dalam menyelesaikan bagian perjalanan ini, akan makin dekat pula kita sampai ke tempat tujuan.
Dan tempat tujuan itu memang indah.
Untuk mencapai tempat tujuan itu lah kita berbulat hati terus berjalan,
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Sekian dan terima kasih.
Jakarta, 16 Agustus 1973 Presiden Republik Indonesia, SOEHARTO
Jenderal TNI.
62
No comments:
Post a Comment