KAJIAN GEOGRAFI DIALEK: BAHASA JAWA DI KABUPATEN BLORA
Wakit Abdullah dan Sri Lestari Handayani
Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Abstract
The research is aimedfor describing the variation of dialectal term of the Javanese in Blora, finding specific texical term of Javanese in Blora (JBlr), and transforming dialectal variation, inorder to know the condition objectivity.
Data suplying of research is reached by determining chosen sampleform the plasposive population. The data collecting is done by recording, indepth interviewing, hearing and writing, literature, and questinary technics. The data analysis use equal methode, distributional method, determination of dialect variation, isolect determination as dialect or subdialect. The result analysis is served by formal and informal technics.
The result of reasearc can be formated as follows: (JBlr) as apart of Javanese language dialect has 130 lexical term in this dialectal variation, 48 on data, (JBlr) and base the areas of JBlr use in north past (Jilan, Jepon, Blora City, Tunjungan, Banjarejo, Ngawen, Kunduran, Todanan District). Besides JBlr can be classified into shaces dialect characteristics base on phonologic, morpologis, and the lexical variation characteristics.
1 PENDAHULUAN
Penutur bahasa Jawa (BJ) tersebar hampir meliputi seluruh pulau Jawa (Nothofer, 1975: 8). Dewasa ini bahkan dijumpai pemakaian BJ di propinsi lain di Indonesia yang ada pemukiman orang Jawanya, misalnya di DKI Jakarta, di daerah transmigrasi Lampung, Sumatra Selatan, bahkan di luar Indonesia, misalnya di Suriname (c.f Sudaryanto (ed.), 1991: 3; Wolfowitz, 1984), dan di New Caledonia (Lockard, 1971). Hal ini menunjukkan bahwa BJ memiliki area pemakaian yang cukup luas dan penutur yang besar jumlahnya. Jumlah penutur BJ di Jawa menurut sensus penduduk tahun 2000 kurang lebih ada 110 juta jiwa. Adapun jumlah itu belum termasuk orang Jawa dan penutur BJ di tempat lain.
Setiap bahasa, termasuk BJ mempunyai keseluruhan sistem yang bersifat khas, mengatur, dan memperlihatkan variasi, baik variasi sosial maupun variasi geografis. Adapun variasi geografis terlihat dalam dialek-dialek. Maka dari itu, terdapat BJ Blora (BJBlr) (termasuk BJ Samin) perlu mendapatkan perhatian
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
dalam bentuk penelitian. Penelitian terhadap BJBlr berdasarkan beberapa pertimbangan seperti berikut ini.
Pertama, secara historis di Blora terdapat masyarakat Samin yang memiliki latar belakang sejarah yang menarik perhatian para ahli. Menurut Hutomo (1985: 4-5) masyarakat Samin terbentuk dari munculnya seorang tokoh bernama asli R. Kohar yang lahir di desa Plosokediren, Randublatung, Blora pada tahun 1859, anak dari R. Surowijoyo (atau Samin Sepuh). Agar lebih merakyat nama R. Kohar diganti menjadi Samin dan setelah menjadi guru kebatinan (dalam masyarakat Jawa pengaruh guru kebatinan atau paranormal amat kuat) nama itu dilengkapi dengan Surosentiko, sehingga menjadi Samin Surosentiko dan bergelar Panembahan Suryongalam. Oleh pengikut Saminisme sering disebut Ki (Kyai) Samin Surosentiko atau Ki (Kyai) Saminsurontiko. Sebagai guru kebatinan Ki Samin menciptakan istilah-istilah khusus yang dapat memperkaya variasi BJ di Blora dan menyebar yang dibawa oleh para pengikutnya.
Kedua, Blora sebagai daerah pemakaian BJBlr terdiri dari tanah kapur yang membentang panjang di pegunungan Kendeng, daerah hutan, pertanian yang tandus. Dengan adanya kondisi demikian itu, dapat mempengaruhi variasi dialektal BJBlr.
Ketiga, secara linguistik ditemukan data BJ Samin yang termasuk BJBlr, antara lain unsur leksikal agama 'ageman, alat kelamin, gaman/senjata', wong-sikep 'bersetubuh'. Data lain dalam BJ Blora (yang menunjukkan semantik kultural Samin) misalnya terdapat unsur leksikal khas urip-rukun 'senggama sebelum nikah', salin-sandhangan 'mati', rukun-kula 'istri atau suami', sumur 'anak perawan', dan mak-yung 'bapak-ibu' dianggap sebagai 'Tuhannya orang Samin'. Padahal dalam BJBlr juga ada bentuk urip rukun 'hidup rukun', mati 'mati', bojo, mbok wedok, bapake bocah 'istri-suami', sumur 'sumur', dan pangeran 'Tuhan', tetapi secara formal dan semantik unsur leksikal tersebut berbeda dengan BJSa. Secara morfologis dalam BJBlr (termasuk dialek Samin) ditemukan data empiris seperti sawahem 'sawahmu', turunem 'anakmu', sapiem 'lembumu' yang dalam BJB dilafalkan sawahmu 'sawahmu', turunmu 'anakmu', dan sapimu 'sapimu'. Ditemukan pula data putEh 'putih', malEh 'malih', winEh 'biji', isEh 'masih' dalam BJBlr (termasuk BJSa) yang dalam BJ lainnya ditemukan putIh 'putih', malIh 'malih', winIh 'biji', dan isIh 'masih'. Dominasi [E] pada posisi ultima unsur
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
leksikal tersebut mendukung dialek "lEh" seperti piye lEh 'bagaimana ta', sing gedhe lEh 'yang besar ta', panEn lEh 'panen ta', sebagai fenomena kebahasaan BJBlr (termasuk BJSa).
Keempat, secara ilmiah kajian tentang BJBlr dalam bidang linguistik, khususnya geografi dialek belum dilakukan. Adapun informasi yang dapat dijangkau terhadap kajian tentang BJBlr (khusus BJSa) antara lain ditemukan Puger Widodo (1992) dengan karyanya yang berjudul Beberapa Ciri Bahasa Jawa di Kabupaten Blora (Studi Awal Perbandingan dengan Bahasa Jawa Baku); Wakit (2000) dengan tulisannya berjudul Sekilas Perbandingan Dialek Samin di Kabupaten Blora dengan Dialek Surakarta, dan yang lain berkaitan dengan masalah sastra, sejarah, dan antropologi. Karya ilmiah yang dimaksud misalnya Sejarah dan Adat-istiadat Samin Daerah Kabupaten Blora (Prawoto, 1972), dan Gerakan Samin di Blora Akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 (Sutriningsih, 1995). Hasil penelitian yang lain, terutama yang berkaitan dengan BJ di Blora belum ditemukan.
Berdasarkan alasan tersebut, BJBlr (termasuk BJSa) secara linguistik belum pernah dibahas tentang geografi dialeknya.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu, (1) unsur kebahasaan apa yang menandai adanya variasi dialektal dalam BJBlr, (2) apabila terdapat variasi dialektal, unsur-unsur kebahasaan mana yang merupakan kekhasan dialek BJBlr, dan (3) variasi dialektal yang merupakan unsur kebahasaan khas maupun pengaruh dari daerah lain dalam BJBlr tersebut secara konkrit dan objektif dapat ditempuh dengan pemetaan konsep berian leksikal yang diperoleh. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan memecahkan permasalahan tersebut. Manfaat penelitian ini dapat menjelaskan kondisi objektif BJBlr dalam peta BJ pada umumnya secara representatif dan komprehensif, terutama dari perspektif kajian sinkronis.
Pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu pustaka yang berhubungan dengan konsep teoritis. Secara teoritis karya-karya yang diacu dalam penelitian ini meliputi karya-karya berikut ini. Uhlenbeck (1972:75) dalam The Langue of Java and Madura menyatakan bahwa bahasa Jawa dapat dikelompokkan menjadi empat dialek dan beberapa subdialek. Dialek yang
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
dimaksud meliputi dialek Surakarta, Banyumas, Pesisir, dan Jawa Timur. Subdialek yang dimaksud meliputi Purwakerta, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang, Rembang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Madiun, dan Banyuwangi. Dalam hal ini BJBlr (termasuk BJSa) belum teridentifikasi secara objektif.
Untuk memperjelas maksud kajian dialek atau subdialek itu, Grijns (1976:1) menyatakan bahwa dialek itu merupakan ilmu yang berusaha memerikan variasi pola linguistik baik secara ditopik (horizontal) yang mencakup variasi geografis, maupun variasi secara sintopik (vertikal) yang menyangkut variasi di suatu tempat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa perubahan bahasa dapat disebabkan oleh faktor intralinguistik (faktor di dalam bahasa sendiri) dan faktor ekstralinguistik (faktor di luar bahasa yang meliputi faktor geografis, budaya, aktivitas ekonomi, politik, mobilitas sosial, kelas sosial, sifat masyarakat pendukung, persaingan prestise, migrasi, dan waktu kontak bahasa).
Untuk mengetahui bahasa tertentu berkarakteristik sebagai dialek atau subdialek dapat dicermati unsur fonetis, fonemis, morfologis, sintaksis, leksikon, dan semantiknya (c.f. Nothofer, 1993; Fernandez, 1993; Mahsun, 1995). Hal itu tercermin dalam peta dialek yang digunakan untuk pengelompokan isolek atas dialek atau subdialek dan penentuan batas-batas isolek. Dalam hal ini Guiter (1973:96) mengajukan metode dialektometri untuk mengatasi permasalahan itu. Berdasarkan uraian tersebut maka ada dua pendekatan dalam pengelompokan isolek yang diteliti, yaitu berkas isoglos sebagai pendekatan kualitatif dan metode dialektometri sebagai pendekatan kuantitatif.
Berkaitan dengan pemetaan bahasa, Lauder (1991:5) secara teknis menyebutkan bahwa pemetaan bahasa dimulai dari pembentukan peta bahasa dasar dengan kriteria sederhana, jelas, memasukkan ciri-ciri geografis yang dianggap mungkin menjadi batas bahasa, dan harus menyertakan skala dan mata angin, pemilahan data berdasarkan kelompok etimonnya, pemindahan data lapangan ke dalam peta dengan teknik tertentu (teknik langsung, teknik lambang, teknik petak langsung, petak garis, dan petak warna).
Berkaitan dengan BJBlr, Ayatrohaedi (1985:221-242) menyebutkan bahwa daerah pemakaian bahasa Cirebon (Cirebon dianggap sebagai pusat budaya dan bahasa) dipilahkan menjadi daerah pengaruh bahasa Jawa-Cirebon
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
dan bahasa Jawa, daerah pengaruh bahasa Sunda Lulugu, daerah pakai kosa kata bahasa Sunda-Cirebon, dan daerah pengaruh bahasa lain. Hal ini dapat medomani untuk mengidentifikasi BJSa.
2 METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini merupakan deskripsi geografi dialek. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya sebagai berikut.
Menentukan populasi dan sampel. Populasi penelitian ini adalah penutur BJBlr. Menurut Subroto (1992:32) sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian langsung. Oleh karena itu, sampel di sini adalah sebagian masyarakat Blora sebagai informan terpilih, daftar pertanyaan dengan tuturan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian, titik pengamatan (TP) yang dituju.
Data penelitian ini berupa data kebahasaan bahasa Jawa dialek Blora (BJBlr) dengan segala konteks geografis kebahasaan yang berwujud segi-segi yang diteliti. Data diperoleh dari penutur asli BJBlr (data primer), di samping diperoleh dari sumber tertulis yang berupa majalah, surat kabar, buku bacaan, artikel, dan sebagainya (data sekunder).
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan (1) teknik rekam, (2) teknik kerja sama dengan informan, dengan teknik wawancara mendalam (indepth interviewing); (3) teknik simak dan teknik catat, (4) teknik pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data; dan (5) teknik kuesioner (Subroto, 1992:35-44).
Berbagai teknik digunakan untuk mendapatkan validitas data dengan teknik triangulasi (triangulation), baik triangulasi data (data triangulation) atau metode triangulasi (methodological triangulation) (c.f. Subroto, 1992:35; Sutopo, 1987:15). Alat pengambil data meliputi tape recorder untuk data lisan, kartu data untuk data tulis, dan daftar pertanyaan guna mengadakan wawancara mendalam (indepth interviewing).
Analisis data menggunakan metode padan, menurut Subroto disebut metode identitas (Subroto, 1992:35; Sudaryanto, 1985:2) adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan diagonal dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa yang
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
bersangkutan. Alat penentunya adalah segala sesuatu yang ditunjuk bahasa (referent), alat ucap pembentuk bunyi bahasa (tulisan), bahasa lain dan lawan bicara (Sudaryanto, 1985:2) untuk kebutuhan penelitian.
Metode distribusional pada dasarnya didasarkan atas perilaku atau tingkah laku satuan-satuan lingual tertentu yang teramati dalam hubungannya dengan satuan lingual lainnya (Subroto, 1992:64). Kemudian teknik lanjutannya dapat berupa (1) teknik urai unsur langsung, (2) teknik urai unsur terkecil, (3) teknik oposisi pasangan minimal dan teknik oposisi dua-dua (binary opposition), (4) teknik penggantian (substitusi), (5) teknik perluasan (ekspansi), baik ke kanan maupun ke kiri, (6) teknik pelesapan (delisi), (7) teknik penyisipan (interupsi), (8) teknik pembalikan urutan (permutasi), dan (9) teknik parafrase (bandingkan Sudaryanto, 1985).
Penentuan variasi dialek ini bersifat sinkronis, maka analisis datanya berupa analisis satuan lingual yang pada hakekatnya sama dengan penentuan aspek-aspek satuan lingual itu (Sudaryanto, 1991:2). Penentuan variasi dialektal ini menggunakan metode padan dan metode agih (Sudaryanto, 1991:13-14; Subroto, 1992:55). Metode padan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan unsur dialektal. Tekniknya berupa hubung banding mempersamakan (HBS) dan hubung banding memperbedakan (HBB).
Untuk menentukan isolek sebagai dialek atau subdialek menggunakan metode dialektometri. Metode ini menggunakan rumus perhitungan segi tiga antar daerah pengamatan dan permutasi antardaerah pengamatan. Rumusnya sebagai berikut:
Sx100 = d %
n
S = jumlah beda dengan pengamatan daerah lain
n = jumlah peta yang diperbandingkan
d = jarak kosa kata dalam persentase
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
Persentase jarak unsur-unsur kebahasaan di antara daerah pengamatan itu, selanjutnya digunakan untuk menentukan hubungan antar daerah pengamatan yang ada dengan kriteria sebagai berikut.
80% ke atas = dianggap perbedaan bahasa
51% - 80% = dianggap perbedaan dialek
31% - 50% = dianggap perbedaan subdialek
21% - 30% = dianggap perbedaan wicara
di bawah 20% = dianggap tidak ada perbedaan
(Guiter, 1973 dalam Ayatrohaedi, 1983:32)
Hasil analisis data penelitian ini disajikan secara deskriptif, yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan meliputi dua cara, yaitu (1) perumusan dengan kata-kata biasa (metode informal), dan (2) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang (metode formal). Penggunaan kata-kata atau lambang-lambang merupakan teknik dari penyajian hasil analisis tersebut (Sudaryanto, 1993:145).
3 HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Variasi fonemis dalam BJBlr meliputi hal-hal yang berkaitan dengan fonem vokal BJBlr, fonem konsonan BJBlr, fonotaktik BJBlr dan variasi fonemis dalam BJBlr.
Fonem vokal dalam BJBlr tercermin dalam rincian data yang dipasangminimalkan seperti di bawah ini.
/ a / [malEh] 'berubah' X [milEh] 'memilih',
/ i / [ida?] 'injak' X [oda?] 'tidak'
/ u / [tuku] 'membeli' X [teku] 'watak'
/ e / [kewan] 'hewan' X [kiwan] 'tempat air dari gentong'
/ O / [mbOh] 'tidak tahu' X [imbOh] 'tambah'
/ o / [uwOh] 'buah' X [uwUh] 'sampah
/ U / [ambyUr] 'mencebur' X [ambyar] 'mawut, berceceran'
/ I / [dhuwI?] 'uang' X [dhuwa?] 'luka menganga'
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
Berdasarkan pasangan minimal unsur kebahasaan tersebut dapat ditemukan fonem vokal BJBlr meliputi fonem vokal /a/ , /i/ , /u/ , /e/ , /E/ , /O/ , /U/ , dan /I/.
Berdasarkan unsur kebahasaan yang ditemukan di lapangan fonem konsonan dalam BJBlr dapat dideskripsikan seperti di bawah ini.
/ b / [OpO] 'apa' X [ObO] 'aba-aba'
/ c / [ape] 'akan' X [ace] 'rambutan'
/ dh / [aD|m] 'dingin' X [ap|m] 'nama makanan'
/ d / [adaG] 'menanak nasi' X [ajaG] 'piring, kesempatan'
/ g / [age] 'segera' X [ape] 'akan'
/ h / [hOwO] 'udara, emosi' X [mOwO] 'bara api'
/ j / [jOwO] 'mengetahui' X [gOwO] 'bawa'
/ k / [k|TIl] 'ambil, petik' X [c|TIl] 'pelit'
/ l / [larI?] 'larik' X [barI?] 'tampan'
/ m / [miyu?] 'mudah roboh' X [ciyu?] 'sempit'
/ n / [nE?] 'jika' X [ngE?] 'beri'
/ ng / [aGOp] 'sendawa' X [atOp] 'banyak daunnya'
/ p / [s|pi] 'sepi' X [s|thi] 'pasti'
/ r / [papIr] 'kertas rokok X [papIn] 'ingin, kangen'
/ s / [suru] 'sendok daun' X [luru] 'mencari'
/ t / [ritEh] 'masa bodoh' X [risEh] 'gelisah'
/ th / [baTaG] 'bangkai' X [bawaG] 'bawang putih'
/ w / [awu] 'abu' X [ayu] 'cantik'
/ y / [uy|k] 'koyak' X [ut|k] 'otak'
Fonem konsonan yang terdapat dalam BJBlr melipun /b/ , /c/ , /d/ , /dh/ , /g/ , /h/ , /j/ , /k/ , /l/ , /m/ , /n/ny/ng/ , /p/ , /r/ , /s/ , /t/ , /th/ , /w/ , dan /y/.
Fonotaktik dalam BJBlr tercermin dalam unsur lingual berikut ini yang meliputi unsur leksikal yang terdiri dari (1) satu suku, misalnya ngen [GEn] [KVK] 'biar', Yen [yEn] [KVK] 'jika', leh [lEh] [KVK] 'partikel penekan', (2) dua suku, misalnya aku [a-ku] [V-KV] 'saya', awu [a-wu] [V-KV] 'abu', siji [si-ji] [KV-KV] 'satu', (3) tiga suku, misalnya sedulur [s|dulUr] [KV-KV-KVK]
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
'saudara', supaya [supOyO] [KV-KV-KV] 'agar', semana [s|mOnO] [KV-KV-KV] 'segitu, sejumlah itu'.
Variasi morfologis yang ditemukan dalam BJBlr meliputi unsur lingual seperti (1) variasi pronomina kedua, misalnya bapakmu [bapa?mu] 'bapakmu' dengan bapakem [bapa?|m] 'bapakmu'; (2) variasi pronomina ketiga, misalnya dheke [DE?e] 'dia' dengan dheweke [DEwE?e] 'dia'; (3) variasi sufiks (imperatif), misalnya jupukna [jupU?nO] 'ambilkan' dengan jupuken [jupu?|n] 'ambilkan'.
Variasi leksikal yang terdapat dalam BJBlr tercermin dalam deskripsi unsur leksikal BJBlr berikut ini.
No.
UNSUR LEKSIKAL
TITIK PENGAMATAN
GLOS
1.
Ape [ape]
Arep [ar|p], Nyang [¥aG]
2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 6, 7
Akan
2.
Amrat [amrat]
Awrat [awrat]
Abot [abOt]
5, 6, 7
2, 3, 4, 5
Berat
3.
Antem [ant|m]
Sawat [sawat]
Balang [balaG]
Bandhem [banD|m]
1, 6, 7
5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Melempar
4.
Bapakem [bapa?|m]
Bapakmu [bapa?mu]
Makmu [ma?mu]
2, 3, 4, 5, 7
3, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Bapakmu
5.
Bento [bEnto]
Bento [b|nto]
Gendheng [g|nD|G]
Edan [edan]
2, 7
3
2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 6
Gila, bodoh
6.
Lombok [lOmbO?]
Cingeh [ciGEh]
Cengeh [cEGEh]
1, 2, 3, 4
1, 2, 6, 7
1, 2, 3, 6, 7
Lombok
7.
Erek [|r|k]
Edhek [|D|k]
Cerak [c|ra?]
Cedhak [c|Da?]
5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 5, 6
1, 5
Dekat
8.
Gothek [goTE?]
Gethek [gETE?]
Genter [gEntEr]
4, 7
2, 3, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Galah
9.
Ijik [ijI?]
Ijuk [ijU?]
Wisoh [wisOh]
2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3
1, 3, 4, 5, 6, 7
Cuci kaki / tangan
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
10.
Njongok [njOGO?]
Lunggoh [luGgOh]
Linggeh [liGgEh]
1, 3, 6, 7
1, 3, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Duduk
11.
Kethil [k|TIl]
Jupuk [jupU?]
Njupuk [njupU?]
2, 5, 6, 7
4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Memetik
12.
Engkir [|GkIr]
Angkat [aGkat]
4, 5, 6, 7
4, 5, 6, 7
Mengambil
13.
Pethik [p|tI?]
Pukul [pukUl]
Palu [palu]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Palu
14.
Wowo [wOwO]
Mowo [mOwO]
Tumper [tump|r]
1, 6, 7
4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Bara api
15.
Teles [t|l|s]
Klepeh [kl|pEh]
Kembroh [k|mbrOh]
1, 6, 7
4, 5
2, 4, 5, 6, 7
Basah
16.
Mileh [milEh]
Milih [milIh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5, 6
Memilih
17.
Idak [ida?]
Idek [id|k]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 3, 4
Menginjak
18.
Tiru [tiru]
Melu-melu [mElu-mElu]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 3, 5, 7
Meniru
19.
Kiwan [kiwan]
Sumur [sumUr]
Genthong [g|nTOG]
2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tempat air/gentong
20.
Imbuh [imbUh]
Imboh [imbOh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tambah
21.
Rina [rinO]
Awan [awan]
2, 3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Siang
22.
Alus [alUs]
Alon [alOn]
3, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Halus / pelan
23.
Muleh [mulEh]
Balik [balI?]
1, 3, 4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Pulang
24.
Curak [cura?]
Curek [cur|k]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Kotoran telinga
25.
Luru [luru]
Golek [golE?]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 4, 5, 6
Mencari
26.
Lunga [luGO]
Minggat [miGgat]
2, 4, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Pergi
27.
Kere [kere]
Gembel [gEmbEl]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Gelandangan
28.
Kewan [kewan]
Raja kaya [rOjOkOyO]
2, 3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Hewan/binatang
29.
Deleng [d|l|G]
Delok [d|lO?]
2, 4, 6, 7
2, 3, 4, 6, 7
Melihat
30.
Epe [|pe]
Pepe [pepe]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 5, 6
Jemur
31.
Emboh [|mbOh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tidak tahu
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
Embuh [|mbUh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
32.
Elah [|lah]
Lah [lah]
2, 3, 4, 5
1, 3, 4, 5, 7
Terserah
33.
Odhak [oDa?]
Orak [ora?]
Ora [ora]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tidak
34.
Malih [malIh]
Maleh [malEh]
3, 4, 5, 6
3, 5, 6, 7
Berubah
35.
Turu [turu]
Micek [mic|k]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5, 6, 7
Tidur
36.
Embuh [|mbUh]
Emboh [|mbOh]
1, 2, 3
4, 5, 6
Tidak tahu
37.
Rana [rOnO]
Mrana [mrOnO]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Ke sana
38.
Mileh [milEh]
Milih [milIh]
3, 4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Memilih
39.
Cerak [c|ra?]
Cedhak [c|Da?]
Cedhek [c|D|k]
4, 5, 6, 7
3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Dekat
40.
Lenga [l|GO]
Patra [pOtrO]
Lisah [lisah]
3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4
Minyak
41.
Karo [karo]
Ambek [ambE?]
Ambi [ambi]
5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Dengan
42.
Sata [sOtO]
Kaya [kOyO]
4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Seperti
43.
Madhang [maDaG]
Mangan [maGan]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Makan
44.
Olah [olah]
Adang [adaG]
2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Masak
45.
Amer [am|r]
Palu [palu]
4, 5, 6
3, 4, 5, 6
Palu
46.
Amor [amOr]
Wor-woran [wOr-wOran]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 5
Bergaul
47.
Ruh [rUh]
Roh [rOh]
Weruh [w|rUh]
Weroh [w|rOh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 5
4, 5, 6
Mengerti
48.
Rah [rah]
Erah [|rah]
Ngerah [G|rah]
Menek [mEnE?]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Mengambil
49.
Uwoh [uwOh]
Uwuh [uwUh]
Larahan [larahan]
3, 4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Berbuah
50.
Ambyur [ambyUr]
Njegur [nj|gUr]
Nglangi [GlaGi]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 6, 7
3
Mencebur
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
51.
Ambyar [ambyar]
Mawut [mawUt]
Mbececer [mb|cEcEr]
Semebar [s|m|bar]
4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3
4, 5
Berceceran
52.
Apan [apan]
Suk apan [sU?apan]
Suk kapan [sU?kapan]
3, 5, 7
1, 4, 7
3, 6
Kapan
53.
Sepi [s|pi]
Tintrim [tintrim]
Singup [siGup]
2, 4, 5
2, 4, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Sepi
54.
Papir [papIr]
Sek [sEk]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3
Kertas rokok
55.
Ipeng [ip|G]
Bruk [brUk]
Jembatan [j|mbatan]
2, 5
3, 4, 5, 6
1, 2, 7
Jembatan
56.
Lebu [l|bu]
Awu [awu]
1, 3, 5, 6
2, 4, 5, 6, 7
Abu
57.
Aboh [abOh]
Abuh [abUh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4
Bengkak
58.
Barik [barI?]
Bagus [bagUs]
Gantheng [ganT|G]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5, 6
Tampan
59.
Bajang [bajaG]
Pentil [p|ntIl]
1, 3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Buah mangga yang muda
60.
Ting [tIG]
Senthir [s|ntIr]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3, 4, 6
Lentera
61.
Riteh [ritEh]
Ndlalo [ndlalo]
Ora rumangsa [ora rumOGsO]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 3, 5
Masa bodoh
62.
Atob [atOb]
iyub [iyUb]
idhum [iDum]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 4, 5
2, 4
Rimbun
63.
aba [ObO]
kandha [kOnDO]
1, 2, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Berpesan
64.
awan [awan]
bedhuk [b|DUk]
jam rolas [jamrolas]
4, 6
2, 3, 5, 7
1, 4, 6
Siang
65.
sethi [s|Ti]
mesthi [m|sTi]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 5, 6
Pasti
66.
adhem [aD|m]
atis [atIs]
1, 3, 4, 7
2, 3, 4, 5, 6
Dingin
67.
kapir [kapIr]
wong londo [wOGlOndO]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Kafir
68.
age [age]
ndang [ndaG]
cepet [c|p|t]
4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3
Segera
69.
aran [aran]
jeneng [j|n|G]
3, 4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Nama
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
jengen [j|G|n]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
70.
awOh [awOh]
woh [wOh]
1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Buah
71.
lengu [l|Gu]
langu [laGu]
wengur [w|Gur]
2, 3, 4
2, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Langu
72.
lesu [l|su]
luwe [luwe]
ngeleh [G|lEh]
3, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3
Lapar
73.
riseh [risEh]
susah [susah]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Gelisah
74.
angop [aGOp]
antob [antOb]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Bersendawa
75.
tawa [tOwO]
wantah [wantah]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 5
Air tawar
76.
kadi [kadi]
kaya [kOyO]
persis [p|rsis]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 4
Seperti
77.
gocekan [gocE?an]
gandhulan [ganDulan]
2, 3
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Pegangan
78.
jinglong [jiGlOG]
jengklong [jIGklOG]
1, 4
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Nyamuk
79.
cong [cOG]
econg [|cOG]
curne [cUrne]
6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5
Tuang / menuang
80.
ciuk [ciU?]
ciut [ciUt]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 5
Sempit
81.
kethil [k|TIl]
pethil [p|TIl]
4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Memetik
82.
rikeh [rikEh]
ringkeh [riGkEh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 7
Lemah
83.
legu [l|gu]
lega [l|gO]
5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Puas
84
geh [gEh]
jeh [jEh]
ijeh [ijEh]
iseh [isEh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3, 4, 7
1, 2, 5, 6, 7
Masih
85.
ogak [oga?]
igal-igul [igal-igul]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 4, 5, 7
Bergerak-gerak
86.
ongak [oGa?]
inguk [iGU?]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
4, 7
Menengok
87.
kari [kari]
keri [kEri]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tertinggal
88.
gosek [gosE?]
gosok [gOsO?]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Menggosok
89.
miyuk [miyU?]
miyur [miyur]
1, 2, 3, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Lemas, lemah
90.
rireh [rirEh]
2, 4, 7
Pelan
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
ririh [rirIh]
lireh [lirEh]
lirih [lirIh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 7
91.
neh [nEh]
meneh [m|nEh]
5, 6, 7
1, 2, 3, 4
Lagi
92.
sugoh [sugOh]
suguh [sugUh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Jamuan
93.
antem [ant|m]
bandhem [banD|m]
balang [balaG]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Lempar
94.
papin [papIn]
pengin [peGIn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 6
Ingin, kangen
95.
unyik [u¥I?]
ragil [ragIl]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Ragil, buncit
96.
ngek [GE?]
weweh [wEwEh]
1, 2, 3, 5, 7
3, 5, 6
Beri
97.
ngawang [GawaG]
ngrambyang [GrambyaG]
ngalamun [GalamUn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Melayang-layang
98.
uthik [uTI?]
cuthik [cuTI?]
6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Galah kecil
99.
dhenger [D|G|r]
krungu [kruGu]
ngerti [G|rti]
1, 2, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 5, 7
Mendengar
100.
ngenger [GEGEr]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
101.
ngabdi [Gabdi]
3, 7
Mengabdi
102.
lenger [l|G|r]
leyeh-leyeh [lEyEh-lEyEh]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3, 6, 7
Santai, istirahat
103.
ewet [EwEt]
ebyek [EbyEk]
1, 3, 4, 6
2, 5, 7
Sibuk
104.
growok [grOwO?]
growong [grOwOG]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 4, 5, 6
Lorong kecil/besar
105.
dhedher [D|D|r]
tandur [tandUr]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Menanam bibit
106.
gothek [goTE?]
gethek [gETE?]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Galah
107.
enen [|nEn]
panen [panEn]
1, 2, 3, 4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Memetik padi /buah
108.
medhak [m|Da?]
alon [alOn]
2, 4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Pelan-pelan
109.
dhuwik [DuwI?]
dhuwit [DuwIt]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Uang
110.
ngen [GEn]
ben [bEn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5
Biar
111.
angob [aGOb]
ngiub [GiyUb]
1, 2, 3, 7
4, 5, 6
Berteduh
112.
ijik [ijI?]
wijik [wijI?]
2, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Cuci kaki / tangan
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
113.
mantu [mantu]
adang akeh [adaG akEh]
3, 6, 7
1, 3, 5, 6, 7
Punya kerja
114.
mati [mati]
matek [matE?]
salin sandhangan [salIn sanDaGan]
wong tuwo [wOG tuwO]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Meninggal
Orang tua
115.
gusti Allah kang katon [gUsti Allah kaG katOn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
116.
rabi/laki [rabi/laki]
urip-rukun [urIp-rukUn]
1, 2, 3, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
nikah/kawin
117.
jagung [jagUG]
gandum [gandUm] (krama)
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Jagung
118.
mongso rendheng [mOGsO r|nD|G]
laboh [labOh]
4, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Musim hujan
119.
mongso ketigo [mOGsO k|tigO]
tigo [tigO]
mongso terang [mOGsO t|raG]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Musim kemarau
120.
siji [siji]
sitok [sitO?]
3, 5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Satu
121.
sebau [s|bau]
sekulen [s|ekulEn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tanah sebau
122.
selapan [s|lapan]
telung puluh lima dina [t|lUG pulUh limO dinO]
2, 4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Tiga puluh lima hari
123.
limang dina [limaG dinO]
sepasar [s|pasar]
3, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Lima hari
124.
wolung tahun [wOlUG tahUn]
sewindu [s|windu]
setaun [s|taUn]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Delapan tahun
125.
pendhak pisan [p|nDa? pisan]
geblage [g|blakge]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2, 3, 5, 6
Satu tahun
126.
matine [matine]
jenate [j|nate]
5, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Meninggalnya
127.
selirang [s|liraG]
seliring [s|lirIG]
2, 3, 4, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Satu lirang
128.
wong-samin [wOG-samIn]
wong-sikep [wOG-sik|p]
wong-dam [wOG-dam]
4, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Orang samin
129.
samin-sangkak [samIn-saGka?]
samin-sangkal [samIn-saGkal]
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Orang samin yang ketat tradisinya
130.
samin-lugu [samIn-lugu]
samin-biyasa [samIn-biyasa]
3, 7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Orang samin yang ketat tradisinya
Orang samin seperti orang biasa
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
131.
sadhukan [saDu?an]
bal-balan [bal-balan]
1, 4, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Sepak bola
Secara riel variasi leksikal tersebut dapat dikonkritkan dengan peta titik pengamatan yang merupakan lokasi unsur leksikal tersebut ditemukan.
Unsur leksikal khas yang terdapat dalam BJBlr dapat dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri yang menunjukkan perbedaan dengan bahasa Jawa standar, bahasa Jawa daerah lainnya, dan maknanya secara kultural khusus dipahami oleh masyarakat setempat. Misalnya unsur leksikal salin-sandhangan 'mati', buku-teles 'ajaran lisan', buku-garing 'ajaran tertulis', dan lainnya hanya dipahami oleh masyarakat Samin di Blora.
No.
Unsur Leksikal Khas BJBlr
Bahasa Jawa Standar
Glos
1.
Anjar [anjOr]
Medhun [m|DUn]
Turun
2.
Antem [ant|m]
Balang [balaG]
Lempar
3.
Bento [bEnto]
Edan [edan]
Gila
4.
Ciyuk [ciyU?]
Ciyut [ciyUt]
Sempit
5.
Dhenger [D|G|r]
Mudheng [muD|G]
Mengerti
6.
Gandum [gandUm]
(krama)
Jagung [jagUG]
Jagung
7.
Ilun [ilun]
Alon [alOn]
Pelan
8.
Kampak [kampa?]
Begal [begal]
Perampok
9.
Njongok [njOGO?]
Lungguh [luGgUh]
Duduk
10.
Gothek [goTE?]
Genter [gEntEr]
Galah
11.
Luru [luru]
Golek [gOlE?]
Mencari
12.
Kethil [k|TIl]
Methil [m|TIl]
Memetik
13.
Klepeh [kl|pEh]
Teles [t|l|s]
Basah
14.
Barik [barI?]
Gantheng [ganT|G]
Tampan
15.
Ipeng [ip|G]
Bruk [brUk]
Jembatan
16.
Penter [p|ntEr]
Pepe [pepe]
Jemur
17.
Engkir [|GkIr]
Angkat [aGkat]
Angkat
18.
Cengeh [cEGEh]
Lombok [lOmbO?]
Lombok
19.
Sadhukan [saDu?an]
Bal-balan [bal-balan]
Sepak bola
20.
Ngopyok [GOpyO?]
Masuh [masUh]
Mencuci
21.
Wong-Samin [wOG-samIn]
Wong-Samin [wOG-samIn]
Penganut Samin
22.
Wong-Dam [wOG-Dam]
Wong-Samin [wOG-samIn]
Penganut Agama Adam / Agama orang Samin
23.
Wong-Sikep [wOG-sik|p]
(wong-isine wis jangkep
Wong-Samin [wOG-samIn]
Orang yang sempurna / penganut Samin
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
‘sempurna’)
Samin-sangkak [samIn-saGka?]
Orang Samin yang masih memegang tradisinya secara ketat
24.
Samin-sangkal [samIn-saGkal]
-
25.
Samin-lugu [samIn-lugu]
-
Orang Samin yang seperti orang Jawa umumnya
26.
Adang-akeh [adaG-akEh]
mantu [mantu]
Punya hajat menantu
27.
Urip-rukun [urIp-rukUn]
rabi [rabi]
Menikah
28.
Buku-teles [buku-t|l|s]
-
Ajaran lisan Samin
29.
Buku-garing [buku-garIG]
-
Ajaran tertulis Samin
30.
Aran [aran]
jeneng [j|n|G]
Nama
31.
Jengen [j|G|n]
jeneng [j|n|G]
Nama
32.
Medhak [m|Da?]
alon [alOn]
Pelan
33.
Ewet [EwEt]
repot [repOt]
Sibuk
34.
Lenger [l|G|r]
leren [lErEn]
Istirahat
35.
Dhenger [D|G|r]
ngerti [G|rti]
Mengerti
36.
Ngek [GE?]
menehi [mEnEhi]
Memberi
37.
Rikeh [rikEh]
ringkih [riGkIh]
Lemah
38.
Geh [gEh]
isih [isIh]
Masih
39.
Lesu [l|su]
luwe [luwe]
Lapar
40.
Amrat [amrat]
abot [abOt]
Berat
41.
Jengen [j|G|n]
jeneng [j|n|G]
Nama
42.
Atob [atOb]
iyub [iyUb]
Rindang/rimbun
43.
Riteh [ritEh]
ndableg [ndabl|g]
Masa bodoh
44.
Papir [papIr]
sek [sEk]
Kertas rokok
45.
Micek [mic|k]
turu [turu]
Tidur
46.
Kiwan [kiwan]
ember [EmbEr]
Tempat air
47.
Erek [Er|k]
cedhak [c|Da?]
Dekat
48.
Bapakem [bapa?|m] (sufiks)
bapakmu [bapa?mu]
Bapakmu
Berdasarkan perolehan data lapangan yang tercermin pada masing-masing titik pengamatan (TP), akhirnya dapat diperoleh peta dialektometri. Adapun berdasarkan perhitungan dialektometri dapat diketahui bahwa persentase beda antar titik pengamatan (TP) BJBlr dapat dijelaskan seperti berikut ini.
No.
TITIK PENGAMATAN (TP)
PERSENTASE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1 -- 5
1 -- 5
1 -- 7
2 -- 3
2 -- 4
2 -- 5
3 -- 4
32 %
34 %
33 %
37 %
41 %
40 %
36 %
Wakit Abdullah & Sri Lestari Handayani
8.
9.
10.
11.
4 -- 5
4 -- 6
5 -- 6
5 -- 7
38 %
36 %
39 %
35 %
Peta geografi dialek secara konkrit tercermin dalam peta berikut ini.
1. Kec. Jati & Randublatung
2. Kec. Kradenan & Kedungtuban
3. Kec. Cepu & Sambong
4. Kec. Jiken & Jepon
5. Kec. Kota Blora & Tunjungan
6. Kec. Banjarejo & Ngawen
7. Kec. Kunduran & Todunan
4 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap BJBlr akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu (1) berdasarkan data yang diperoleh dapat ditemukan 130 buah variasi leksikal dalam BJBlr, (2) dari temuan unsur leksikal BJBlr tersebut ditemukan 48 buah unsur leksikal khas BJBlr dan (3) dalam BJBlr dapat dibedakan menjadi subdialek dan perbedaan wicara yang menunjuk pada BJBlr bagian utara dan selatan.
Penelitian ini telah menyelesaikan kajian BJBlr secara sinkronis, maka kajian secara diakronis terhadap BJBlr perlu dilakukan untuk mencermati BJBlr
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 2, Agustus 2006
dari unsur reliknya (kuna) termasuk persoalan lainnya (sosiolinguistik, etnolinguistik dsb.).
DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi, 1983, Dialektologi Sebuah Pengantar, Jakarta: P3B Depdikbud.
Ayatrohaedi, 1985, Bahasa Sunda di Daerah Cirebon, Jakarta: PN. Balai Pustaka.
D. Edi Subroto, 1992, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural, Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Fernandez, I.Y., 1993, "Bahan Kuliah Dialektologi", Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Grijns, 1976, Beberapa Segi Dialektologi Umum, Tugu Bogor: P3B Depdikbud.
Lockard, Craig A., 1971, "The Javanese as Emigrant: Observation of the Development of Javanese Settlement Overseas", Indonesia vol. 1, New York: Modern Indonesia Project Cornell University.
Longacre, R.E., 1973, Grammar Discovery Procedures, The Hague: Mouton.
Mahsun, 1995, Dialektologi Diakronis sebuah Pengantar, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Multamia, RMT. Lauder, 1991, "Pemetaan Bahasa: Seluk-beluk yang Dihadapi", Makalah, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret, 25 Februari 1991.
Nothofer, B., 1975, The Recontruction of Proto Malayo Javanic, S-Gravenhage-Martinus Nijhoff.
Nothofer, B., 1993, "Materi Kuliah Dialektologi", Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Poer Adi Prawoto, 1972, "Sejarah, Adat-istiadat Samin Daerah Kabupaten Blora", Panjebar Semangat, No. 14, th. 38, 10 April 1972, Surabaya.
Puger Widodo, 1992, "Beberapa Ciri Bahasa Jawa di Kabupaten Blora (Studi Awal Perbandingan dengan Bahasa Jawa Baku)", Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.
Sudaryanto, 1993, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sutriningsih, 1995, "Gerakan Samin di Blora Akhir Abad 19 dan Awal Abad 20", Skripsi, Yogyakarta: IKIP Negeri.
Uhlenbeck, E.M., 1972, "The Langue of Java and Madura", dalam Thomas A (ed.), Current Trends in Linguistics, Paris: The Hague.
Wakit, 2000, "Perbandingan Dialek Samin dan Dialek Surakarta", Haluan Sastra Budaya, No. 42 Th.XIX, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.
Wolfowitz, C.S, 1984, Styles of Speech in Suriname-Javanese, Ann Arbor : University Microfilms International.
No comments:
Post a Comment