KEBOHONGAN ATAU?
Naskah Monolog Aji Moundry
Adegan 1
(lampu agak redup, Aku duduk di sebuah kursi kayu yang sudah sangat tua dan merenung dan bergumam sendirian meratapi dan mengingat kejadian-kejadian dulu)
Aku : “hm…hm…memang kita tidak pernah tahu rencana Tuhan. Rencana-Nya pasti aneh-aneh, tidak ada yang tahu”
(diam beberapa saat, sambil sesekali melihat jam dinding)
Aku :”sudah jam segini, apa yang harus kulakukan ?berdiam diri atau melawan? Tetapi apa gunanya melawan misalnya tetap kalah. Hah..”
(diam sebentar)
Aku :”nama saya Odoy, umur saya belum terlalu tua sekitar 25-an lah… saya cuma lulusan sma…penganguran… pasti banyak yang berpikir bahwa saya menggerutu dari tadi karena saya tidak bekerja. Salah. Saya menggerutu karena saya akan mati. Ya…mati. Bertemu dengan yang
menciptakan saya. Saya akan mati beberapa menit lagi. Pasti banyak yang tidak percaya kalau saya sebentar lagi dan bertanya-tanya. Saya akan ditembak mati. Benar di tembak di kepala tepat di depan jidat saya karena saya…”
Adegan 2
(langsung gelap dan ganti adegan)
Aku : (terbirit-birit) “ bukan…bukan…bukan saya. Saya bukan pembunuhnya, Tolong jangan di buru saya ini. Tolong,,tolong,, bukan saya,,” (kecapekan dan bersembunyi di belakang batu)
Aku :”hah..hah…ha…capek, sumpah capek. Kok bisa saya diburu dan dituduh maling seperti itu ya…padahal saya kan cuma mau menolong orang yang tabrak lari, dan ketika saya pegang, orang itu sudah mati lalu banyak orang datang mengejar saya dan menuduh saya pembunuh. Kok pada tidak mau mendengarkan penjelasan saya ya…”
(lampu gelap dan pindah lagi ke adegan 1)
Aku :”nah…seperti itu lah awalnya kenapa sekarang saya menunggu maut menjemput saya. Saya dituduh sebagai pembunuh dan tidak ada yang percaya kata-kata saya”
Adegan 3
(lampu gelap dan langsung pindah adegan)
Aku :”hm…apa yang sebaiknya saya lakukan ya ?”
Aku :”saya akan melaporkan peristiwa ini kepada polisi pasti para polisi mempercayai saya”
(lampu gelap lalu adegan di kantor polisi)
Aku :”na…na…nama saya odoy” (dengan ketakutan) (diam)
Aku :”u…u…umur saya 25 tahun (dengan ketakutan) (diam)
Aku :”gini pak, faktanya, saya mau ban…bantuin seorang cowok yang di ta…tabrak lari tapi saat saya mau menolong, dia nya sudah tidak bernapas, orang2 yang melihat, menyangka saya yang membunuhnya, begitu pak cerita yang benar…tidak seperti cerita orang-orang kampung itu…mereka memfitnah saya”
(diam)
Aku :”itu bukan alibi atau apalah itu, saya tidak menutup-nutupi tetapi itulah fakta sebenarnya…saya bukanlah pembunuh” (dengan agak kasar) (diam)
Aku :” ya…memang sih, tak ada saksi yang melihat orang itu di tabrak lari, tetapi saya tidak berbohong.” (diam)
Aku :”bagaimana lagi saya bisa membuat bapak polisi ini percaya?, saya bukan pembunuh” (diam)
Aku :”kok bapak bisa tidak percaya dan mau menangkap saya yang dituduh pembunuh ini oleh para orang2 kampung?, tapi bapak bisa percaya kepada para pejabat yang sudah jelas memakan duit rakyat dan sudah dituduh sedemikian rupa tetapi tetap saja mereka tidak pernah merasakan “kelam”nya penjara” (nada meninggi) (diam)
Aku :”bukannya saya ingin melecehkan kerja bapak, tapi memang itu faktanyakan…yang jelas saya bukan pembunuh” (nada makin tinggi) (diam)
Aku :”saya akan melawan bapak pokoknya agar saya bebas” (diam)
Aku :”ya…saya akan melaksanakan apa saja…” (diam)
Aku :”contohnya…” (diam)
Aku :”tidak…tidak…saya tidak akan memakai pengacara…itu mahal… (diam)
Aku :”hm…hm…(dengan lemas) saya tidak tahu harus berbuat apa…hah…” (diam)
(lampu gelap, pindah adegan 1)
Aku :” ya…akhirnya saya dipenjara, memang tidak terlalu buruk di penjara, dapat makan dan tidur yang terjamin…tetapi masalah datang setelah kurang lebih 3 minggu saya dipenjara…saya dipanggil ke pengadilan…”
Adegan 4
Aku :”pak hakim, saya tidak bersalah…saya hanya di tuduh…percayalah” (diam)
Aku :”kenapa semua orang menanyakan seperti itu ?, saya tak punya bukti” (diam)
Aku :”kalau tak punya bukti berarti bersalah ? siapa yang membuat peraturan seperti itu ? apakah sudah tidak ada kepercayaan antar setiap orang ?” (diam)
Aku :”ya…aku tahu…ini bukan masalah kepercayaan…tapi benar, saya tidak bersalah” (diam)
Aku :”tidak…tidak…saya tidak punya pengacara. Mahal biaya sewanya.” (diam)
Aku :”lalu apa yang mau bapak perbuat kepada saya…terserah bapak saja” (diam)
Aku :”apa ? menghukum ? saya kan tidak bersalah…” (diam)
Aku :”ya…tadi saya memang bilang terserah bapak, tapi saya tidak mau di hukum atas kesalahan yang bukan saya yang melakukan” (diam)
Aku :”tapi…ya sudah, apa hukumannya, jangan berat-berat, ya…”(diam)
Aku :”apa ?(tidak percaya) hukuman tembak ?...tidak bisa…tidak… itu tidak mungkin terjadi padaku…itu namanya pelanggaran HAM… apa pak hakim tega ?... walaupun saya terbukti bersalah pun, saya tidak pantas dihukum tembak. Saya tidak terima” (diam)
Aku :”yang mau saya perbuat adalah…” (diam)
Aku :”adalah…” (diam)
Aku :”ya…memang tidak ada, tapi saya mau mengajukan pertanyaan ?” (diam)
Aku :”kenapa saya apabila terbukti bersalah telah membunuh 1 orang maka dihukum tembak, apa yang terjadi apabila ada seseorang yang membunuh hampir seperempat negara tetapi tidak langsung di bunuh melainkan di siksa perlahan sampai mati, apa hukumannya ?” (diam)
Aku :”dia juga akan disiksa dan dihukum mati…itu jawaban pak hakim…tetapi saya masih belum mengerti kenapa para koruptor masih banyak saja di negeri ini, padahal mereka sudah mati harusnya kalau menurut jawaban bapak hakim tadi” (diam)
Aku :”saya berbicara seperti ini karena saya sudah mau mati dan saya ingin mengeluarkan fakta-fakta di negeri ini, saya tidak takut lagi untuk berkata yang sebenarnya tentang negeri ini. Yasudah pak hakim, waktu saya kan 30 hari sebelum penembakan, jadi boleh g saya tinggal di rumah sebelum penembakan” (diam)
Aku :”terimahkasih pak, dan doakan saya semoga dapat melihat kejujuran yang sejujur-jujurnya di atas sana”
(kembali ke adegan 1)
Aku :”itulah alasan kenapa aku merenung terus dan menunggu waktu yang sepertinya berjalan cepat sekali. Aku mau mati” (setelah beberapa lama, melihat jam)
Aku :”sebentar lagi…” (diam)
(ekspresi senang)
Aku :”nah…itu jemputan ku datang…selamat tinggal semuanya, akhirnya aku tidak melihat kebohongan dan fakta-fakta tidak jelas lagi. Selamat tinggal” (meninggalkan panggung)
No comments:
Post a Comment