"PUISI PABLO NERUDA"
SONETA XIII
Aku tidak mencintaimu seolah-olah kau adalah serbul mawar atau batu topaz, atau panah anyelir yang menyalakan api.
Aku mencintai mu seperti sesuatu dalam kegelapan yang harus dicintai, secara rahasia, diantara bayangan dan jiwa. Aku mencintai mu seperti tumbuhan yang tak pernah mekar, tetapi membawa dalam dirinya sendiri cahaya dari bunga-bunga yang tersembunyi;
Terima kasih untuk cinta mu suatu wewangian padat, bermunculan dari dalam tanah hidup secara gelap didalam tubuh ku.
Aku mencintai mu tanpa tahu mengapa, atau kapan, atau darimana.
Aku mencintai mu lurus, tanpa macam-macam, tanpa kebanggaan;
Demikianlah aku mencintai mu karena aku tak tahu cara lainnya.
Beginilah dimana aku tiada, juga kau, begitu dekat sehingga tangan mu didada ku adalah tangan ku.
Begitu dekat sehingga mata mu terpejam, aku pun jatuh tertidur.
SONETA LXVI
Aku tidak mencintai mu kecuali karena aku mencintai mu.
Aku pergi dari mencintai mu menjadi tidak mencintai mu, dari menunggu menjadi tidak menunggu diri mu.
Hati ku berjalan dari dingin menjadi berapi.
Aku mencintai mu hanya karena kamu lah yang aku cinta;
Aku membenci mu tanpa henti, dan membenci bertekuk kepada mu, dan besarnya cinta ku yang berubah untuk mu adalah bila aku tidak mencintai mu, tetapi mencintai mu dengan buta.
Mungkin cahaya bulan januari akan memamah hati ku dengan sinar kejamnya, mencuri kunci ku pada ketenangan sejati.
Dalam bagian cerita ini hanya aku lah yang mati, hanya satu-satunya, dan aku akan mati karena cinta, karena aku mencintai mu, karena aku mencintai mu, cinta ku dalam api dan dalam darah.
SONETA XXV
Sebelum aku mencintai mu, cinta tiada ada yang aku miliki;
Aku melambai melalui jalan-jalan diantara benda-benda;
tiada yang berarti ataupun mempunyai sebuah nama;
dunia terbuat dari udara yang menunggu.
Aku mengenal kamar-kamar yang dipenuhi oleh debu, terowongan dimana bulan hidup, gudang-gudang kasar yang menggeram pergilah, pertanyaan yang memaksa didalam pasir.
Semua adalah kekosongan, mati, bisu, jatuh, terlantar dan membusuk;
tidak diragukan asing, semuanya
Milik orang lain--tidak pada siapapun;
sampai kecantikan mu dan kemiskinan mu dipenuhi oleh musim gugur yang penuh dengan hadiah.
SONETA LXXIII
Mungkin saja kau teringat dengan pria bermuka cukur, yang keluar dari kegelapan seperti pisau dan- sebelum kita sadar- tahu apa yang ada disitu;
dia melihat asap dan api terakhir.
Perempuan yang pucat dengan rambut hitam mawar seperti ikan dan jurang, dan keduanya membangun sebuah alat yang aneh, bersenjata sampai dengan gigi, melawan cinta.
Laki-laki dan perempuan, mereka menjatuhkan gunung-gunung dan taman-taman, mereka mereka menyusuri sungai, mengukur dinding, mereka menaikkan persenjataan kejamnya pada bukit.
Dan cinta mengetahui dipanggil cinta dan sewaktu aku mengangkat mata ku pada nama mu, tiba-tiba hati mu menunjukkan jalan ku.
DISINI AKU MENCINTAI MU
Disini aku mencintai mu
Didalam hutan kayu pinus, angin berhembus dengan sendirinya.
Bulan bersinar seperti phospor pada air pengembara.
Berhari-hari semua yang sejenis, berlari saling berkejaran.
Salju terbuka dalam figur-figur tarian.
Burung camar keperakan menukik dari barat, kadang-kadang kapal, tinggi, bintang-bintang yang tinggi.
Terkadang aku bangun pagi dan jiwaku pun basah.
Jauh sekali laut berbunyi dan bergema, ini adalah pelabuhan.
Disini aku mencintai mu.
Disini aku mencintai mu dan horison menyembunyikan mu dalam kesirnaan.
Aku masih mencintai mu diantara semua yang dingin ini.
Kadang ciuman-ciuman ku pergi bersama kapal-kapal itu.
Menyeberangi lautan tidak menuju ke suatu arah.
Aku melihat diriku terlupakan seperti jangkar-jangkar tua itu.
Dermaga-dermaga membuat sedih ketika senja bertambat disitu.
Hidupku berjalan dengan keletihan, lapar tanpa ada tujuan.
Aku mencintai apa yang tak aku miliki;
Kau terlalu jauh.
Bebanku dihindarkan dengan sinar yang redup.
Tetapi malam datang dan bernyanyi untuk ku.
Bintang-bintang terbesar melihat padaku dengan kedua matamu.
Dan sewaktu aku mencintaimu, kayu-kayu pinus diantara angin.
Ingin menyanyikan nama-nama mu dengan daun-daunnya yang terhubung dengannya.
TIADA SELAIN KEMATIAN
tertunda...
http://my.opera.com/Terisno/blog/puisi-pablo-neruda
No comments:
Post a Comment