Sebotol Anggur Coonawarra, La Trobe University dan Ideologi Kiri
Arif Rohman
Jum'at malam pukul 7 tepat sebuah mobil abu-abu lewat di depan flatku. Aku beranjak turun dan memasuki mobilnya dan duduk disampingnya. Kami meluncur ke sebuah restoran China 'Mun Hing' untuk makan malam. Tapi kami tidak langsung masuk karena, malam itu terlalu pagi untuk sekedar makan..
Kami berjalan menyusuri lorong sepi sampai ke sebuah market. Kami berjalan menuju arah sudut yang paling kanan. Disitu adanya cuma botol-botol beraneka ragam yang indah.. Terkesan mahall!! Ini dia wine dari kampungku, serunya sambil menunjuk sebotol anggur coonawarra dari South Eastern Australia. Kamu mau ini?? Ini dari kampungku.. Kampungku!! Teriaknya padaku. Aku hanya tersenyum kecil.. Aku kemudian membayarnya dengan uang 50 an dollar dan membawa botol itu yang sudah dibungkus kertas coklat.
Mun Hing Restoran..!! Sebuah restoran China yang terkenal di kota ini. Kami berdua layaknya dua orang yang super cuek dan cewawakan segera masuk dan memesan tempat untuk dua orang. Kami mendapatkan tempat duduk paling pojok, bersampingan dengan sebuah keluarga dengan 2 anak kecilnya. Kami kemudian makan spring role sambil ketawa-ketawa bebas ngomongin tentang banjarmasin, bali, jogja, jakarta dan travel warning, dimana semua pelajar, mahasiswa dan dosen begitu sulitnya pergi liburan ke Indonesia. Sementara Indonesia hanya memberikan ijin untuk para pemakai visa, itupun harus bayar mahal dan cuma untuk waktu 1 bulan saja. Jadi aku mengerti kenapa setelah bom bali angka turis menurun, bukan karena bom balinya saja, tapi kebijakan 30 hari pemerintah yang bikin orang Australia terlalu cepat untuk menikmati keindahan Indonesia yang terpapar dari Sabang sampai Merauke. Kami tahu di Australia orthodox makan tidak boleh sambil bicara, tapi kami melanggar adat itu. Hihi.. Dua orang teman beda benua asyik menikmati malam dan hanya ada canda tawa.
Ceritakan aku tentang kampungmu!! Aku meminta dia cerita. Dia pun bercerita dengan penuh kebanggaan.. Di tempatku itu kota kecil. Banyak dari kami yang menanam anggur dan mengolahnya sendiri untuk dijual dalam bentuk wine. Kami bisa tahu mana anggur yang baik, anggur yang disimpan seratus tahun malah semakin enak, anggur yang diminum setelah 5 tahun semakin enak, atau anggur yang justru harus diminum sebelum tahun tertentu agar rasanya tidak hilang. Dan khusus anggur ini harus diminum dalam keadaan dingin. Kalau tidak tastenya bakal hilang.. Dia bercerita sambil memegang botol anggur dari kampungnya. Seorang pelayan cantik, masih muda datang ke meja kami dengan membawa tempat es khusus untuk menaruh botol wine supaya dingin.. Aku pernah lihat di library. Kayaknya dia ngambil communication studies.. Malam semakin larut, obrolan semakin kacau, kami terlarut dalam obrolan sehingga tidak menyadari kalau orang-orang sudah pada pergi.
Ceritakan aku tentang ideologimu!! Kataku ke dia. Dia pun bercerita dengan penuh semangat.. Keluarga kami di South Eastern Australia dibesarkan dalam tradisi kiri. Ideologi kami adalah ideologi kiri. Jadi kami kemana saja selalu ikut organisasi buruh. Ikut partai ya pasti partai buruh. Kami selalu jadi ketuanya. Kamu tahu ga La Trobe University? Dia didirikan tahun 1960'an bareng dengan Flinders University.. Mereka adalah dua organisasi kiri. Tahun pertama yang kuliah adalah orang-orang miskin kelas bawah. Mereka bangga kuliah di dua university ini. La Trobe dan Flinders adalah bagaikan dua saudara menentang hegemony University of Sydney, UNSW ataupun University of Melbourne. Aku pernah menjadi ketua mahasiswa di Flinders. Jadi La Trobe University itu universitas yang bagus. Universitas yang kiri, jadi kalau mau belajar ideologi yang kuat kamu harus kuliah di sana. Ideologi itu penting.. Kamu harus ngelanjutin studi kamu ke sana! La Trobe University..
Hmm.. Aku tersenyum simpul. La Trobe University.. Terlalu muluk buat aku untuk bisa study kesana.. Tapi entah kenapa nama university ini sudah memenangkan ruang dalam hatiku.. University ini seperti akrab di hatiku.. Semoga ini benar-benar de javu.. Kami segera membayar dan pergi. Dalam perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Dia pun tersenyum padaku.. 'Suatu saat kamu pasti bisa study kesana', katanya padaku.. Huahahaha!! Tertawaku kencang.. Tanda keceriaanku dah muncul kembali. Tanda semangat itu telah datang kembali..
Armidale, 2 April 2009.
Arif Rohman
Jum'at malam pukul 7 tepat sebuah mobil abu-abu lewat di depan flatku. Aku beranjak turun dan memasuki mobilnya dan duduk disampingnya. Kami meluncur ke sebuah restoran China 'Mun Hing' untuk makan malam. Tapi kami tidak langsung masuk karena, malam itu terlalu pagi untuk sekedar makan..
Kami berjalan menyusuri lorong sepi sampai ke sebuah market. Kami berjalan menuju arah sudut yang paling kanan. Disitu adanya cuma botol-botol beraneka ragam yang indah.. Terkesan mahall!! Ini dia wine dari kampungku, serunya sambil menunjuk sebotol anggur coonawarra dari South Eastern Australia. Kamu mau ini?? Ini dari kampungku.. Kampungku!! Teriaknya padaku. Aku hanya tersenyum kecil.. Aku kemudian membayarnya dengan uang 50 an dollar dan membawa botol itu yang sudah dibungkus kertas coklat.
Mun Hing Restoran..!! Sebuah restoran China yang terkenal di kota ini. Kami berdua layaknya dua orang yang super cuek dan cewawakan segera masuk dan memesan tempat untuk dua orang. Kami mendapatkan tempat duduk paling pojok, bersampingan dengan sebuah keluarga dengan 2 anak kecilnya. Kami kemudian makan spring role sambil ketawa-ketawa bebas ngomongin tentang banjarmasin, bali, jogja, jakarta dan travel warning, dimana semua pelajar, mahasiswa dan dosen begitu sulitnya pergi liburan ke Indonesia. Sementara Indonesia hanya memberikan ijin untuk para pemakai visa, itupun harus bayar mahal dan cuma untuk waktu 1 bulan saja. Jadi aku mengerti kenapa setelah bom bali angka turis menurun, bukan karena bom balinya saja, tapi kebijakan 30 hari pemerintah yang bikin orang Australia terlalu cepat untuk menikmati keindahan Indonesia yang terpapar dari Sabang sampai Merauke. Kami tahu di Australia orthodox makan tidak boleh sambil bicara, tapi kami melanggar adat itu. Hihi.. Dua orang teman beda benua asyik menikmati malam dan hanya ada canda tawa.
Ceritakan aku tentang kampungmu!! Aku meminta dia cerita. Dia pun bercerita dengan penuh kebanggaan.. Di tempatku itu kota kecil. Banyak dari kami yang menanam anggur dan mengolahnya sendiri untuk dijual dalam bentuk wine. Kami bisa tahu mana anggur yang baik, anggur yang disimpan seratus tahun malah semakin enak, anggur yang diminum setelah 5 tahun semakin enak, atau anggur yang justru harus diminum sebelum tahun tertentu agar rasanya tidak hilang. Dan khusus anggur ini harus diminum dalam keadaan dingin. Kalau tidak tastenya bakal hilang.. Dia bercerita sambil memegang botol anggur dari kampungnya. Seorang pelayan cantik, masih muda datang ke meja kami dengan membawa tempat es khusus untuk menaruh botol wine supaya dingin.. Aku pernah lihat di library. Kayaknya dia ngambil communication studies.. Malam semakin larut, obrolan semakin kacau, kami terlarut dalam obrolan sehingga tidak menyadari kalau orang-orang sudah pada pergi.
Ceritakan aku tentang ideologimu!! Kataku ke dia. Dia pun bercerita dengan penuh semangat.. Keluarga kami di South Eastern Australia dibesarkan dalam tradisi kiri. Ideologi kami adalah ideologi kiri. Jadi kami kemana saja selalu ikut organisasi buruh. Ikut partai ya pasti partai buruh. Kami selalu jadi ketuanya. Kamu tahu ga La Trobe University? Dia didirikan tahun 1960'an bareng dengan Flinders University.. Mereka adalah dua organisasi kiri. Tahun pertama yang kuliah adalah orang-orang miskin kelas bawah. Mereka bangga kuliah di dua university ini. La Trobe dan Flinders adalah bagaikan dua saudara menentang hegemony University of Sydney, UNSW ataupun University of Melbourne. Aku pernah menjadi ketua mahasiswa di Flinders. Jadi La Trobe University itu universitas yang bagus. Universitas yang kiri, jadi kalau mau belajar ideologi yang kuat kamu harus kuliah di sana. Ideologi itu penting.. Kamu harus ngelanjutin studi kamu ke sana! La Trobe University..
Hmm.. Aku tersenyum simpul. La Trobe University.. Terlalu muluk buat aku untuk bisa study kesana.. Tapi entah kenapa nama university ini sudah memenangkan ruang dalam hatiku.. University ini seperti akrab di hatiku.. Semoga ini benar-benar de javu.. Kami segera membayar dan pergi. Dalam perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Dia pun tersenyum padaku.. 'Suatu saat kamu pasti bisa study kesana', katanya padaku.. Huahahaha!! Tertawaku kencang.. Tanda keceriaanku dah muncul kembali. Tanda semangat itu telah datang kembali..
Armidale, 2 April 2009.
No comments:
Post a Comment