Sunday, 5 December 2010

PERIODE ANGKATAN ’50 (1950-1970)

PERIODE ANGKATAN ’50 (1950-1970)



4.1 Sejarah Lahirnya Periode ‘50
Slamet Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut
(successor) saja, dari angkatan sebelumnya (’45).
Tinjauan yang mendalam dan menyeluruh membuktikan bahwa masa ini pun
memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu:
a. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakan pada
tahun 1945.
b. Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai nasional
lebih lanjut).
Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari angkatan ‘45, melainkan merupakan
survival, setelah melalui masa-masa kegonjangan. Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah
sebagai berikut:
1. Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya hampir
di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.
2. Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah dalam
menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
3. Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, tetapi
lebih kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan
perasaan dan ukuran nasional.
4.2 Ciri-ciri Periode 50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jasin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kumpulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya.
Kemudian angkatan ini dikenal dengan karyanya berupa sastra majalah
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan yang bergabung
dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yang berkonsep sastra realisme sosialis.
Timbullah perpecahan antara sastrawan sehingga menyebabkan mandegnya perkembangan
23
sastra, karena masuk ke dalam politik praktis, sampai berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30 S/PKI di Indonesia.
Adapun ciri-ciri dari periode ini antara lain:
a. Umumnya karya sastrawan sekitar tahun 1950-1960-an;
b. Sampai tahun 1950-1955, sastrawan angkatan ‘45 juga masih menerbitkan karyanya;
c. Corak karya cukup beragam, karena pengaruh faktor politik/idiologi partai;
d. Terjadi peristiwa G 30 S/PKI sehingga sastrawan Lekra disingkirkan.
4.3 Masalah yang Dihadapi Periode 50
a. Angkatan ’50 mengalami kendala dalam menerbitkan karya-karyanya, dikarenakan Balai
Pustaka sebagai penerbit utama buku-buku sastra, kedudukannya tidak menentu. Penerbit
ini bernaung dibawah P dan K dan pergantian status yang dilakukan hanya dalam waktu
yang singkat dan tidak menentu, di tambah penempatan pemimpin yang bukan ahli,
sehingga tidak dapat mengelola anggaran yang tersedia yang berakibat macetnya
produksi karya.
b. Setelah Balai Pustaka yang mengalami kesulitan penerbitan, penerbit yang lainnya pun
mengalami nasib serupa, seperti penerbit seperti Pembangunan dan Tintamas.
c. Oleh sebab itu, karya-karya sastra hanya banyak bermunculan di majalah-majalah seperti
Gelanggang/Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, dan Pudjangga Baru. Oleh sebab itu pula
karya yang banyak ditampilkan terutama sajak, cerpen, dan karangan-karangan lain yang
pendek-pendek, sesuai dengan kebutuhan majalah-majalah tersebut, maka tak anehlah
kalau para pengarang pun lantas hanya mengarang cerpen, sajak dan karangan-karangan
lain yang pendek-pendek. Keadaan seperti itulah yang menyebabkan lahirnya istilah
sastra majalah. Istilah ini dilansir dan diperkenelkan oleh Nugroho Notosusanto dalam
tulisannya Situasi 1954 yang dimuat di majalah Kompas yang dipimpinnya.
4.4 Periode ‘50 dan Karyanya
1. Ajip Rosidi
Lahir di Jatiwangi, Majalengka, 1938. Sejak berumur 13 tahun sudah menulis di
majalah-majalah sekolah, kemudian di majalah orang dewasa.
Karya-karyanya antara lain:
a. Cari Mauatan (kumpulan sajak, 1956)
b. Ditengah keluarga (1956)
24
c. Pertemuan Kembali (1960)
d. Sebuah Rumah Buat Hari Tua
e. Tahun-Tahun Kematian (1955)
f. Ketemu di Jalan$ (kumpulan sajak bersama Sobrone Aidit dan Adnan, 1956)
g. Perjalanan Pengantin (prosa,1958)
h. Pesta (kumpulan sajak, 1956)
2. Ali Akbar Navis
Lahir di Padang Panjang, 17 November 1924. Sejak tahun 1950 mulai terlibat dalam
kegiatan sastra. Ia keluaran INS Kayu Taman. Karya-karyanya antara lain:
a. Bianglala (kumpulan cerita pendek, 1963)
b. Hujan Panas (kumpulan cerita pendek, 1963)
c. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerita pendek, 1950)
d. Kemarau (novel, 1967)
3. Bokor Hutasuhut
Karyanya Datang Malam (1963)
4. Enday Rasyidin
Karyanya Surat Cinta
5. NH. Dini
NH. Dini, nama lengkapnya Nurhayati Suhardini, lahir 29 Pebruari 1936. Setelah
menamatkan SMA 1956, lalu masuk kursus stewardess, kemudian bekerja di GIA Jakarta.
Karya-karyanya banyak mengisahkan kebiasaan barat yang bertentangan dengan timur.
Karya-karyanya antara lain:
a. Dua Dunia (1950)
b. Hati yang Damai (1960)
6. Nugroho Notosusanto
Lahir di Rembang, 15 Juni 1931. Dia bergerak dalam kemasyarakatan dan pernah
menjadi Tentara Pelajar, lulusan Fakultas sastra UI Jakarta. Karya-karyanya antara lain:
a. Hujan Kepagian (kumpulan cerita pendek, 1958)
b. Rasa Sayange (1961)
25
c. Tiga Kota (1959)
d. Hujan Tanahku Hijau Bajuku (kumpulan cerita pendek, 1963)
7. Ramadhan K.H
Lahirkan di Bandung, 16 Maret 1927. Namanya mulai muncul sekitar tahun 1952.
Karyanya berupa sajak, cerita pendek, dan terjemahan-terjemahan karya Lorca, pengarang
Spanyol.
Karya-karyanya antara lain:
a. Api dan Sirangka
b. Priangan si Jelita (kumpulan sajak, 1958, mendapat hadiah BMKM)
c. Yerna (terjemahan dari Lorca, 1959)
8. Sitor Situmorang
Lahir di Tapanuli, 21 Oktober 1924. Dia adalah angkatan ‘45, yang tetap produktif
menghasikan karya di tahun 50-an. Karya-karyanya antara lain:
a. Pertempuran dan Salju di Paris (1956, mendapat hadiah dari BMKM)
b. Jalan Mutiara (kumpulan tiga sandiwara, 1954)
c. Surat Kertas Hijau (kumpulan sajak, 1953)
d. Wajah Tak Bernama (kumpulan sajak, 1955)
e. Jaman Baru (kumpulan sajak)
f. Dalam sajak
9. Subagio Sastrowardojo
Karyanya antara lain:
a. Simphoni (sajak, 1957)
b. Kejantanan di Sumbing (1965)
c. Perawan Tua (cerpen)
d. Daerah perbatasan
e. Salju.
10. Titis Basino
Karyanya antara lain Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen, 1963)
26
11. Toto Sudarto Bachtiar
Lahir di Palimanan, Cirebon, 12 Oktober 1929. Pendidikannya Cultuur-School di
Tasikmalaya tahun 1946, Mulo Bandung 1948, SMA Bandung 1950, dan Fakultas Hukum
UI.
Karya-karyanya antara lain:
a. Suara (kumpulan sajak, 1950-1955)
b. Elsa (kumpulan sajak, 1958)
12. Trisnojuwono
Lahir di Yoyakarta, 5 Desember 1929. Dia menamatkan SMA tahun 1947. Sejak 1946
masuk Tentara Rajyat Mataram, 1947-1948 anggota Corps Mahasiswa di Magelang dan
Jombang. Tahun 1950 masuk tantara Siliwangi, Combat Intelligence, Kesatuan Komando,
Pasukan Payung AURI sampai dapat Brevet.
Karya-karyanya antara lain:
a. Laki-laki dan Mesiu (kumpulan cerita pendek, 1951/1957)
b. Angin Laut (kumpulan cerita pendek, 1958)
c. Di Medan Perang (1962)
d. Pagar Kawat Berduri.
13. Muhammad Ali
Lahir di Surabaya, 25 April 1927. Pandidikannya HIS dan kursus-kursus bahasa pada
masa Jepang. Dia bekerja di Kotapraja Surabaya, menjadi redaktur Mingguan Pemuda dan
Mingguan Pahlawan (1949-1950). Ia mulai bergerak di bidang Sastra tahun 1942.
Karya-karyanya antara lain:
a. Siksa dan Bayangan (Balai Buku Surabaya, 1955)
b. Persetujuan dengan Iblis
c. Kubur Tak Bertanda (1955)
d. Hitam Atas Putih (1959)
14. Alexander Leo
Lahir di Lahat, 1935. Pendidikannya SMA Malang 1945. Kemudian bekerja di Balai
Pustaka bagian redaksi,
27
Karya-karyanya antara lain:
a. Orang-orang yang Kembali (kumpulan cerita pendek, 1956)
b. Mendung (Novel)
15. Toha Muchtar
Karya-karyanya antara lain:
a. Pulang (novel, 1958)
b. Daerah Tak Bertuan ( 1963)
c. Bukan Karena Kau (1968)
d. Kabut Rendah (1968)
16. Riono Praktikto
Lahir di Semarang, 27 Agustus 1932. Pendidikannya SMP 195, kemudian masuk
Fakultas Pengetahuan Tehnik bagian bangunan umum. Karyanya-karyanya antara lain:
a. Api (kumpulan cerita pendek, 1951)
b. Si Rangka (1958)
17. Kirdjomuljo
Lahir di Yogyakarta, 1930. Sejak tahun 1958 termasuk penyair produktif. Karyanya
antara lain Romance Perjalanan (1955).
18. Montinggo Busje
Karya-karyanya antara lain:
a. Malam Jahanam (drama, mendapat hadiah ke-1 Departemen P &K)
b. Hari Ini Tak Ada Cinta
c. Sejuta Matahari
d. Malam Penganten di Bukit Kera (Novel)
28
19. Misbah Jusa Biran
Karyanya antara lain Bung Besar (drama, mendapat hadiah ke-2).
20. Nasjah Jamin
Karya-karyanya antara lain:
a. Sekelumit Nyanyian Sunda (drama, mendapat hadiah ke-3)
b. Hilanglah Si Anak Hilang (novel, 1936)
c. Di Bawah Kaki Pak Dirman (kumpulan cerita pendek, 1967)
21. N. Susy Aminah Aziz
Lahir di Jakarta, 24 Oktober 1937. Sejak 1957 menulis sajak dan cerita pendek dalam
majalah-majalah di ibu kota. Ia juga deklamator Tunas Mekar RRI Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
a. Seraut Wajahku (kumpulan sajak, 1961)
b. Tetesan Embun (kumpulan sajak, 1961)
c. Mutiaraku Hilang (novel biografi)
22. Titie Said
Lahir di Bojonegoro, 11 Juni 1935. Ia pernah menjadi redaksi majalah wanita.
Karyanya antara lain Perjuanagan dan Hati Perempuan (kumpulan cerita pendek, 1962)
23. W.S. Rendra
Karya-karyanya antara lain:
a. Balada Orang-orang Tercinta (1957)
b. Empat Kumpulan Sajak (1961)
c. Ia Sudah Bertualang dan Cerita-Cerita Pendek Lainya (1963)
24. Iwan Simatupang
Lahir di Sibolga, 18 Januari 1928. Dia merupakan sastrawan modern yang pernah
dimiliki Indonesia. Iwan sangat taat mempraktikan filsafat eksistensialisme dalam karya29
karyanya. Ia juga dikenal sebagai penulis puisi, cerpen, esai, dan drama. Iwan adalah
sastrawan yang mewakili paradigma postmodernisma dan menganut civil society
international. Dalam pandangan Iwan, penyakit kebudayaan seperti etatisme, liberalisme, dan
individualisme dapat diselesaikan atau disembuhkan melalui pertolongan orang luar (di
antaranya satrawan-penulis) secara proposional, sistematis, dan universal. Esainya banyak
menghiasi majalah-majalah kebudayaan seperti Zenith (1951-1954), Kisah (1953-1957),
Mimbar Indonesia, Siasat, dan Sastra (1961-1964).
Karya-karyanya antara lain:
a. Bulan Bujur Sangkar
e. Taman Drama, kemudian dibukukan menjadi Petang di Taman.
f. RT Nol /RW Nol
g. Lebih Hitam dari Hitam (cerpen, 1959)
h. Ziarah, Kering dan Merahnya Merah (1968).
4.5 Fenomena Periode 50-an
Tidak ada keterangan khusus yang mengatakan karya terfenomenal pada Angkatan
‘50, tetapi ada karya-karya yang dihasilkan dan dapat dikatakan bahwa kebisaan menulis
sastra majalah merupakan fenomena dan ciri khas tersendiri untuk karya angkatan 50-an.



http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA%20DAERAH/AGUS%20SUHERMAN/Handout%20Sastra%20Indonesia.pdf

No comments:

Post a Comment