PERIODE ANGKATAN BALAI PUSTAKA 1920-1940
1.1 Sejarah Berdirinya Balai Pustaka
Pada tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan lembaga bacaan rakyat yang
bernama Volkslectur dengan Dr. G.A.J Hazeu sebagai ketuanya di Jakarta. Lembaga ini
bertugas memilih karangan-karangan dan kemudian menerbitkannya sebagai bacaan umum
(rakyat), untuk anak-anak dan orang dewasa, guna mengisi waktu senggang dan menambah
pengetahuan.
Pada tahun 1917 Volkslektur itu diubah namanya menjadi Balai Pustaka serta para
redakturnya terdiri atas para penulis dan ahli bahasa melayu.
Tugas Balai Pustaka adalah:
Mula-mula hanya menerbitkan naskah-naskah lama yang bila perlu dapat diubah dan
disempurnakan.
Menerbitkan saduran dan terjemahan hasil karya pujangga-pujangga asing kenamaan,
seperti Shakespeare, Cervantes, Alexander Damas, Jules Verne, Tolstoi, Rudyat Klipling,
Rabindranath Tagore.
Fase terakhir barulah menerbitkan naskah-naskah pengarang muda bangsa Indonesia, baik
berupa puisi maupun prosa.
Balai Pustaka juga menerbitkan majalah-majalah: Panji Pustaka dan Sari Pustaka dalam
bahasa Melayu, Kejawen dalam bahasa Jawa, dan Parahiangan dalam bahasa Sunda.
Selain itu, Balai Pustaka juga memberikan kekangan terhadap naskah-naskah
karangan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
Karangan-karangan jangan mengandung unsur yang menentang pemerintahan.
Karangan-karangan tidak boleh menyinggung perasaan-perasaan golongan tertentu dalam
masyarakat.
Karangan-karangan hendaknya bebas dalam agama, yakni jangan menyinggung
penganutnya serta hendaknya mengandung tuntutan perangai.
Walaupun Balai Pustaka sering menahan atau mengubah naskah-naskah, namun
manfaatnya besar sekali, yaitu:
Memberi kesempatan kepada para pengarang untuk mengembangkan bakatnya.
Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat menikmati buku-buk bacaan,
sehingga bertambah pengetahuannya serta dapat mengisi waktu senggang.
4
Balai Pustaka hidup terus dan perannya semakin besar, lebih-lebih pada masa
sekarang. Nama-nama Dr. D. A. Rinkes, Dr. G.A.J. Drewes dan K.A. Hidding pernah
menjadi pemimpin Balai Pustaka.
1.2 Konsep Pemikiran dan Ciri-ciri Periode Balai Pustaka
Adapun konsep pemikiran dan ciri-ciri angkatan Balai Pustaka, adalah sebagai
berikut:
1. Agak dinamis.
2. Bercorak pasif-romantik. Ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa terkalahkan oleh adat
lama yang membeku, sehingga merupakan angan-angan belaka. Itulah sebabnya dalam
mencapai cita-citanya, pelaku utama senantiasa kandas, misalnya dimatikan oleh
pengarangnya.
3. Mempergunakan bahasa Melayu baru, yang tetap dihiasi ungkapan-unngkapan klise serta
uraian-uraian panjang.
Menilik bentuknya, kesusastraan angkatan Balai Pustaka ini mempunyai ciri-ciri:
a. Para penyairnya masih banyak yang mempergunakan bentuk-bentuk puisi lama, pantun
dan syair, seperti terlihat pada karya Tulis Sutan Ati, Abas, Sutan Pamunjtak.
b. Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh syarat-syarat, seperti puisi lama, mulai
dipergunakan oleh para penyair muda. Para penyair baru ini dipelopori oleh Moh. Yamin,
yang mempergunakan bentuk sonata dalam kesusastraan Indonesia.
c. Bentuk prosa yang memegang peranan pada masa kesusastraan angkatan Balai Pustaka
adalah Roman. Roman angkatan ini bertema perjuangan atau perlawanan terhadap adat
istiadat lama, misalnya kawin paksa.
1.3 Angkatan Balai Pustaka dan Karyanya
1. Marah Rusli
Lahir di Sumatera Barat, 1898. Namanya terkenal berkat beberapa karyanya, di
antaranya: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, Memang Jodoh (autobiografi).
2. Merari Siregar
Karyanya antara lain: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan.
3. Nur Sutan Iskandar
Lahir di Sumatera Barat, 1893. Dia pengarang yang paling produktif sehingga ada
yang memberi julukan “Raja Pengarang” Angkatan Balai Pustaka. Beberapa karyanya
5
antara lain: Salah Pilih, Karena Mertua, Neraka Dunia, Hulubalang Raja, Katak Hendak
Menjadi Lembu, dan Cinta Tanah Air.
4. Aman Datuk Modjomdo
Lahir di Suprayang Solok Sumatera Barat, 1895. Dia bekerja di Balai Pustaka,
kemudian diangkat menjadi pembantu ahli bahasa pada Balai Pustaka. Perhatiannya lebih
tertuju pada cerita anak-anak. Karyanya antara lain: Rusmala Dewi, Hang Tuah, Si Cebol
Rindukan Bulan, Si Dul Anak Betawi, Anak Nelayan, Menebus Dosa, dan Cita-Cita
Mustafa.
4. Sunan Hasibuan
Lahir di Bengkalis, 1904. Dia terkenal sebagai pengarang roman detektif.
Karyanya antara lain: Kawan Bergelut (kumpulan cerpen), Mencari Pencuri Anak
Perawan, Kasih Tak Terlerai, Percobaaan Setia, Tebusan Darah, dan Kasih Tersesat.
5. I. Gusti Nyoman Pandji Tisna
Putra Raja Buleleng yang dilahirkan pada 8 Februari 1908, di Singaraja. Bahasa
dalam karangannya berlainan dengan pengarang-pengarang yang berasal dari
Minangkabau. Karyanya antara lain: Ni Rawit, Ceti Penjual Orang, Sukreni Gadis Bali,
dan Dewi Karuna.
6. Sariamin
Sariamin, bernama samaran Selasih atau Selagari. Lahir di Talu Lubuksikaping,
1909. Karyanya antara lain: Kalau Tak Untung,dan Pengaruh Keadaan.
7. Hamidah
Hamidah adalah nama samaran dari Fatimah Hasan Delais, (1914-1953). Seorang
wanita yang terkenal dengan karyanya Kehilanagn Mustika.
8. Abdoel Moeis
Lahir tahun 1886. Karyanya antara lain: Salah Asuhan, Penemuan Jodoh,dan
Robert Anak Surapati.
9. Sutomo Djauhar Arifin
Karyanya antara lain Andang Taruna.
6
10. Adinegoro
Merupakan seorang sastrawan dan wartawan. Karyanya antara lain: Melawat ke
Barat (kisah), Darah Muda (roman), dan Asmara Jaya (roman).
11. Haji Said Daeng Muntu
Karyanya: Pembalasan,dan Karena Kerendahan Budi.
12. Ajirabas
Ajirabas adalah nama samaran dari Welfridus Joseph Sabarija Purwadarmita.
Karyanya antara lain: Pacoban (roman dalam bahasa Jawa), Mardi Kawi (buku pelajaran
bahasa Kawi), dan Punca Bahasa Nippon (pelajaran bahasa Jepang).
13. Tulis Sutan Nan Sati
Karangan-karangannya penuh dengan bahasa dan lagam Minangkabau. Karyanya
antara lain: Memutuskan Pertalian, Sengsara Membawa Nikmat, dan Siti Marhumah
Yang Saleh (syair).
14. Muhammad Kasim
Banyak menghasilkan karangan yang bernada humor. Karyanya antara lain:
Teman Duduk (kumpulan cerpen), Muda Teruna, dan Pemandangan Dalam Dunia
Kanak-kanak.
15. Abas Sutan Pamuntjak
Karyanya di antaranya Pertemuan.
16. Rustam Sutan Felindih
Karyanya antara lain: Mekar Bunga Majapahit (sandiwara), Lutung Kasarung
(terjemahan dari bahasa Sunda).
1.4 Fenomena pada Periode Balai Pustaka
Tahun 1922 memberi suasana baru terhadap gelanggang sastra Indonesia, yaitu
dengan terbitnya dua buah buku satra yang telah meninggalkan tradisi lama, yaitu:
1. Tanah Air, kumpulan puisi baru karya Moh. Yamin SH.
2. Siti Nurbaya, roman karya Marah Rusli yang sangat mengagumkan dan menggemparkan
pada waktu itu, sehingga angkatan Balai Pustaka ini dijuluki sebagai Angkatan Siti
Nurbaya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kesusastraan Indonesia, baik puisi maupun prosa
sejak tahun 1922 mengalami perubahan.
http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA%20DAERAH/AGUS%20SUHERMAN/Handout%20Sastra%20Indonesia.pdf
No comments:
Post a Comment