PERIODE ANGKATAN PUJANGGA BARU 1930-1945
2.1 Latar Belakang
Buku Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B Jasin adalah sebuah
bunga rampai (antologia) dari para pengarang dan penyair yang oleh penyusunnya
digolongkan ke dalam Angkatan Pujangga Baru. Seperti diketahui, oleh para ahli dan para
penyusun buku-buku pelajaran sastra Indonesia, perkembangan sastra Indonesia dibagi-bagi
menjadi angkatan-angkatan. Angkatan Pujangga Baru biasanya ditempatkan sebagai
angkatan kedua, yaitu setelah angkatan Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan
‘45. Tetapi kita lihat pembagian sejarah sastra Indonesia dalam angkatan-angkatan ini,
tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak sedikit pula para
sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan dalam sesuatu angkatan, mereka memilih
masuk angkatan yang disukainya. Misalnya Achdiat K. Mihardja pernah menyatakan bahwa
ia lebih suka digolongkan kepada angkatan Pujangga Baru, padahal para ahli telah
menggolongkannya kepada angkatan ‘45.
2.2 Sejarah
Ketika sastra Indonesia dikuasai oleh angkatan Pujangga Baru, masa-masa tersebut
lebih dikenal sebagai Masa Angkatan Pujangga Baru. Masa ini dimulai dengan terbitnya
majalah Pujangga Baru pada Mei 1933. Majalah inilah yang merupakan terompet serta
penyambung lidah para pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga
serangkai pujangga baru, yaitu Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana.
Dalam manivestasi pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi kesusastraan itu, selain
melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya suatu bangsa, juga mendorong bangsa
tersebut ke arah kemajuan.
Sebenarnya para pujangga baru serta beberapa orang pujangga Siti Nurbaya sangat
dipengaruhi oleh para pujangga Belanda angkatan 1880 (De Tachtigers).
Hal ini tak mengherankan sebab pada jaman itu banyak para pemuda Indonesia yang
berpendidikan barat, bukan saja mengenal, bahkan mendalami bahasa serta kesusastraan
Belanda. Di antara para pujangga Belanda angkatan 80-an, dapat kita sebut misalnya Willem
Kloos dan Jacques Perk. J.E. Tatengkeng, seorang pujangga baru kelahiran Sangihe yang
beragama Protestan dan merupakan penyair religius sangat dipengaruhi oleh Willem Kloos.
Lain halnya dengan Hamka. Ia pengarang prosa religius yang bernafaskan Islam, lebih
8
dipengaruhi oleh pujangga Mesir yang kenamaan, yaitu Al-Manfaluthi, sedangkan Sanusi
Pane lebih banyak dipengaruhi oleh India daripada oleh Barat, sehingga ia dikenal sebagai
seorang pengarang mistikus ke-Timuran.
Pujangga religius Islam yang terkenal dengan sebutan Raja Penyair Pujangga Baru
adalah Amir Hamzah. Ia sangat dipengaruhi agama Islam serta adat istiadat Melayu. Jiwa
Barat itu rupanya jelas sekali terlihat pada diri Sutan Takdir Alisyahbana. Lebih jelas lagi
tampak pada Armijn Pane, yang boleh kita anggap sebagai perintis kesusastraan modern.
Pada Armijn Pane rupanya pengaruh Barat itu menguasai dirinya secara lahir batin. Masih
banyak lagi para pujangga baru lainnya seperti Rustam Effendi, A.M. Daeng Myala,
Adinegoro, A. Hasjemi, Mozasa, Aoh Kartahadimadja, dan Karim Halim. Mereka datang dari
segala penjuru tanah air dengan segala corak ragam gaya dan bentuk jiwa serta seninya.
Mereka berlomba-lomba, namun tetap satu dalam cita-cita dan semangat mereka, yaitu
semangat membangun kebudayaan Indonesia yang baru dan maju. Itulah sebabnya mereka
dapat bekerjasama, misalnya saja dalam memelihara dan memajukan penerbitan majalah
Pujangga Baru.
2.3 Karakteristik Karya Angkatan Pujangga Baru
1. Dinamis
2. Bercorak romantik/idealistis, masih secorak dengan angkatan sebelumnya, hanya saja
kalau romantik angkatan Siti Nurbaya bersifat fasip, sedangkan angkatan Pujangga
Baru aktif romantik. Hal ini berarti bahwa cita-cita atau ide baru dapat mengalahkan
atau menggantikan apa yang sudah dianggap tidak berlaku lagi.
3. Angkatan Pujangga Baru menggunakan bahasa Melayu modern dan sudah
meninggalkan bahasa klise. Mereka berusaha membuat ungkapan dan gaya bahasa
sendiri. Pilihan kata, Penggabungan ungkapan serta irama sangat dipentingkan oleh
Pujangga Baru sehingga dianggap terlalu dicari-cari
4. Ditilik bentuknya, karya angkatan Pujangga Baru mempunyai ciri-ciri:
a. Bentuk puisi yang memegang peranan penting adalah soneta, disamping itu
ikatan-ikatan lain seperti quatrain dan quint pun banyak dipergunakan. Sajak
jumlah suku kata dan syarat-syarat puisi lainnya sudah tidak mengikat lagi,
kadang-kadang para Pujangga Baru mengubah sajak atau puisi yang pendekpendek,
cukup beberapa bait saja. Sajak-sajak yang agak panjang hanya ada
beberapa buah, misalnya ”Batu Belah” dan ”Hang Tuah” karya Amir Hamjah.
b. Tema dalam karya prosa (roman) bukan lagi pertentangan faham kaum muda
dengan adat lama seperti angkatan Siti Nurbaya, melainkan perjuangan
9
kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan, misalnya pada roman Layar
Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana
c. Bentuk karya drama pun banyak dihasilkan pada masa Pujangga Baru dengan
tema kesadaran nasional. Bahannya ada yang diambil dari sejarah dan ada pula
yang semata-mata pantasi pengarang sendiri yang menggambarkan jiwa dinamis.
2.4 Angkatan Pujangga Baru dan Karyanya
1. Sutan Takdir Alisjahbana
Orang besar ini dilahirkan di Natal (Tapanuli) pada 11-02-1908. Setelah
menamatkan HIS di Bengkulu ia memasuki Kweekschool di Bukitinggi dan kemudian
HKS di Bandung. Setelah itu ia belajar untuk Hoof Dacte di Jakarta dan juga belajar
pada Sekolah Hakim Tinggi. Selain itu belajar pula tentang filsafat dan kebudayaan pada
Fakultas sastra. Pendidikan yang beraneka ragam yang pernah dialaminya serta cita-cita
dan keinginan yang keras itu, menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada
dirinya. Karangannya mempunyai bahasa yang sederhana tetapi tepat. Karya-karyanya
antara lain:
a. Tak Putus Dirundung Malang (roman, 1929)
b. Dian Tak Kunjung Padam (roman, 1932)
c. Anak Perawan Disarang Penyamun (roman, 1941)
d. Layar Terkembang (roman tendenz, 1936)
e. Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
f. Melawat Ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
g. Puisi Lama (1942)
h. Puisi Baru (1946)
2. Amir Hamzah
Amir Hamzah yang bergelar Pangeran Indera Putra, lahir pada 28-2-1911 di
Tanjungpura (Langkat), dan meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan,
kemenakan dan menantu Sultan Langkat, serta hidup ditengah-tengah keluarga yang taat
beragama Islam. Ia mengunjungi HIS di Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS,
AI (bagian Sastra Timur) di Solo. Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai
kandidat. Amir Hamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan “Raja
Penyair” Pujangga Baru. Karya-karyanya antara lain:
a. Nyanyi Sunyi (kumpulan sajak, 1937)
b. Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941)
10
c. Setanggi Timur (kumpulan sajak, 1939)
d. Bhagawad Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)
3. Sanusi Pane
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, 14-11-1905. Ia mengunjungi SR di Padang
Sidempuan, Sibolga, dan Tanjungbalai, kemudian HIS Adabiyah di Padang, dan
melanjutkan pelajarannya ke Mulo Padang dan Jakarta, serta pendidikannya pada
Kweekschool Gunung Sahari Jakarata pada tahun 1925. Pada tahun 1928, ia pergi ke
India untuk memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari
India ia memimpin majalah Timbul. Di samping sebagai guru pada Perguruan Jakarta, ia
menjabat pemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang Balai Pustaka sampai
tahun 1941. Pada jaman pendududkan Jepang menjadi pegawai tinggi Pusat Kebudayaan
Jakarta dan kemudian bekerja pada Jawatan Pendidikan Masyarakat di Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
a. Pancaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)
b. Puspa Mega (kumpulan puisi, 1927)
c. Madah Kelana (kumpulan puisi, 1931)
d. Kertajaya (sandiwara, 1932)
e. Sandyakalaning Majapahit (sandiwara, 1933)
f. Manusia Baru (Sandiwara, 1940)
4. Muhamad Yamin, SH.
Prof. Muhammad Yamin, SH. dilahirkan di Sawahlunto, Sumbar, 23 agustus
1905. Setelah menamatkan Volkschool, HIS dan Normaalschool, ia mengunjungi
sekolah-sekolah vak seperti sekolah pertanian dan peternakan di Bogor. Kemudian
menamatkan AMS di Jogyakarta pada tahun 1927. Akhirnya ia memasuki Sekolah Hakim
di Jakarta hingga bergelar pada tahun 1932. Pekerjaan dan keahlian Yamin beraneka
ragam, lebih-lebih setelah Proklamasi Kemerdekaan 19’45, ia memegang jabatan-jabatan
penting dalam kenegaraan hingga akhir hayatnya (26 Oktober 1962). Ia pun tidak pernah
absen dalam revolusi.
Karya-karyanya antara lain:
a. Tanah Air (kumpulan puisi, 1922)
b. Indonesia Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928)
a. Menanti Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore)
11
d. Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga (Terjemahan dari Rabindranath
Tagore)
e. Ken Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934)
f. Gajah Mada (roman sejarah, 1934)
a. Dipenogoro (roman sejarah, 1950)
b. Julius Caesar (terjemahan dari karya Shakespeare)
c. 6000 Tahun Sang Merah Putih (1954)
d. Tan Malaka (19’45)
e. Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (sandiwara, 1957)
5. J.E. Tatengkeng
Lahir di Kalongan, Sangihe, 19 Oktober 1907. Pendidikannya dimulai dari SD
kemudian pindah ke HIS Tahuna. Kemudian pindah ke Bandung, lalu ke KHS Kristen di
Solo. Ia pernah menjadi kepala NS Tahuna pada tahun 1947. Karya-karyanya bercorak
religius. Dia juga sering melukiskan Tuhan yang bersifat Universal. Karyanya antara lain
Rindu Dendam (kumpulan sajak, 1934).
6. Hamka
Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di
Maninjau, Sumatera Barat, 16 Februari 1908. Dia putera Dr. H. Abdul Karim Amrullah,
seorang teolog Islam serta pelopor pergerakan berhaluan Islam modern dan tokoh yang
ingin membersihkan agama Islam dari khurafat dan bid’ah. Pendidikan Hamka hanya
sampai kelas dua SD, kemudian mengaji di langgar dan madsrasah. Ia pernah mendapat
didikan dan bimbingan dari H.O.S Tjokroaminoto. Prosa Hamka bernafaskan religius
menurut konsepsi Islam. Ia pujangga Islam yang produktif. Karyanya antara lain:
a. Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
b. Di Dalam Lembah kehidupan (kumpulan cerpen, 1941)
c. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (roman, 1939)
d. Kenang-Kenangan Hidup (autobiografi, 1951)
e. Ayahku (biografi)
f. Karena Fitnah (roman, 1938)
g. Merantau ke Deli (kisah;1939)
h. Tuan Direktur (1939)
i. Menunggu Beduk Berbunyi (roman, 1950)
j. Keadilan Illhi
12
k. Lembaga Budi
l. Lembaga Hidup
m. Revolusi Agama
7. M.R. Dajoh
Marius Ramis Dajoh lahir di Airmadidi, Minahasa, 2 November 1909. Ia
berpendidikan SR, HIS Sirmadidi, HKS Bandung, dan Normaalcursus di Malang. Pada
masa Jepang menjabatat kepala bagian sandiwara di kantor Pusat Kebudayaan. Kemudian
pindah ke Radio Makasar. Dalam karya Prosanya sering menggambarkan pahlawanpahlawan
yang berani, sedang dalam puisinya sering meratapi kesengsaraan masyarakat.
Karyanya antara lain:
a. Pahlawan Minahasa (roman; 1935)
b. Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (roman, 1931)
c. Syair Untuk Aih (sajaka, 1935)
8. Ipih
Ipih atau H.R. adalah nama samaran dari Asmara Hadi. Dia lahir di Talo,
Bengkulu, tanggal 5 September 1914. Pendidikannya di HIS Bengkulu, Mulo Jakarta,
Bandung, serta Mulo Taman Siswa Bandung. Lebih dari setahun ia ikut dengan Ir.
Soekarno di Endeh. Setelah menjadi guru, ia menjadi wartawan dan pernah memimpin
harian Pikiran Rakyat di Bandung. Dalam karyanya terbayang semangat gembira dengan
napas kebangsaan dan perjuangan. Karya-karyanya antara lain:
a. Di Dalam Lingkungan Kawat Berduri (catatan, 1941)
b. Sajak-sajak dalam majalah
9. Armijn Pane
Armijn Pane adalah adik dari Sanusi Pane. Lahir di Muarasipongi, Tapanuli
Selatan, 18 Agustus 1908. Ia berpendidikan HIS, ELS, Stofia Jakarta pada tahun 1923,
dan pindah ke Nias, Surabaya, dan menamatkan di Solo. Kemudian menjadi guru bahasa
dan sejarah di Kediri dan Jakarta serta pada tahun 1936 bekerja di Balai Pustaka. Pada
masa pendudukan Jepang menjadi Kepala Bagian Kesusastraan di Kantor Pusat
Kebudayaan Jakarta, serta memimpin majalah Kebudayaan Timur.
Karyanya antara lain:
a. Belenggu (roman jiwa, 1940)
b. Kisah Antara Manusia (kumpulan cerita pendek, 1953)
c. Nyai Lenggang Kencana (sandiwara, 1937)
13
d. Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939)
e. Ratna (sandiwara, 1943)
f. Lukisan Masa (sandiwara, 1957)
g. Habis Gelap Terbitlah Terang (uraian dan terjemahan surat-surat R.A Kartini, 1938)
10. Rustam Effendi
Lahir di Padang, 18 Mei 1905. Dia aktif dalam bidang politik serta pernah
menjadi anggota Majelis Perwakilan Belanda sebagai utusan Partai Komunis. Dalam
karyanya banyak dipengaruhi oleh bahasa daerahnya, juga sering mencari istilah-istilah
dari Bahasa Arab dan Sansakerta. Karyanya antara lain:
a. Percikan Permenungan (kumpulan sajak, 1922)
b. Bebasari (sandiwara bersajak, 1922)
11. A. Hasjmy
A. Hasjmy nama sebenarnya adalah Muhammad Ali Hasjmy. Lahir di Seulimeun,
Aceh, 28 Maret 1912. Ia berpendidikan SR dan Madrasah Pendidkan Islam. Pada tahun
1936 menjadi guru di Perguruan Islam Seulimeun.
Karya-karyanya antara lain:
a. Kisah Seorang Pengembara (kumpulan sajak, 1936)
b. Dewan Sajak (kumpulan sajak, 1940)
12. Imam Supardi
Karya-karyanya antara lain:
a. Kintamani (roman)
b. Wishnu Wardhana (drama, 1937)
Sastrawan dan penyair lainnya dari angkatan Pujangga Baru:
13. Mozasa, singkatan dari Mohamad Zain Saidi
14. Yogi, nama samaran A. Rivai, kumpulan sajaknya Puspa Aneka
15. A.M. DG. Myala, nama sebenarnya A.M Tahir
16. Intojo alias Rhamedin Or Mandank
http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA%20DAERAH/AGUS%20SUHERMAN/Handout%20Sastra%20Indonesia.pdf
No comments:
Post a Comment