PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM MENYAMBUT TAHUN BARU 2006 JAKARTA, 31 DESEMBER 2005
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saudara-saudara se-bangsa dan seTanah Air yang saya cintai.
Beberapa saat lagi kita akan meninggalkan tahun 2005. Kita akan membuka sebuah lembaran baru, tanpa melupakan perjalanan yang telah kita lalui sepanjang tahun 2005 ini. Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah dan karunia-Nya, insya Allah kita semua dapat menyaksikan terbitnya matahari, yang mengantarkan datangnya tahun 2006 pada esok hari.
Proses peralihan waktu selalu mengajak kita untuk merenung dan melakukan refleksi diri. Kita harus melihat kembali apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun 2005 ini, dan dengan rendah hati menerima kekurangan dan kelemahan yang ada. Dengan mengakui dan menerima kenyataan, kita semua dapat tumbuh dan berkembang lebih maju lagi, aik sebagai individu maupun sebagai sebuah bangsa. Dengan kearifan dalam memandang masa lalu, kita dapat menyambut masa depan dengan penuh semangat dan harapan.
Tahun 2006 mengandung sejumlah tantangan dan peluang, juga kecemasan dan harapan. Kita harus menghadapi semua itu dengan sikap yang optimis, dengan memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan, dengan bekerja sekuat tenaga, dan dengan tetap memohon perlindungan dan rahmat dari Allah SWT.
Saudara-saudara, se-bangsa dan se-Tanah Air,
Tahun 2005 yang baru saja kita lalui, bukanlah tahun yang mudah. Sejak awal Januari 2005, kita sudah dihadapkan pada kerja besar untuk menanggulangi dampak bencana gempa bumi di Alor dan Nabire, serta gelombang Tsunami yang melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, Nias dan sekitarnya. Seluruh kemampuan bangsa telah dicurahkan untuk membantu saudara-saudara kita yang ditimpa musibah tersebut. Solidaritas nasional dan internasional telah memberikan sumbangan terbaiknya melalui bantuan kemanusiaan untuk para korban. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan di daerah bencana tersebut, atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Luapan solidaritas umat manusia se-dunia yang merebak setelah terjadinya bencana di Aceh dan Nias membesarkan hati kita, serta membuktikan bahwa umat manusia diikat oleh simpati dan tali persaudaraan, untuk membantu mereka yang tertimpa musibah.
Selain bencana alam, berbagai persoalan lain juga datang silih berganti. Di bidang kesehatan kita berhadapan dengan gejala merebaknya lumpuh layu (polio), demam berdarah, kekurangan gizi, dan munculnya endemi flu burung. Menghadapi situasi ini,
Pemerintah telah menempuh berbagai upaya secara maksimal, dengan mengadakan vaksinasi polio secara nasional, pencegahan penularan virus flu burung, perawatan gratis bagi pasien demam berdarah yang tidak mampu, dan mengefektifkan kembali kegiatan posyandu bagi ibu hamil atau menyusui dan balita.
Masyarakat pun telah turut berpartisipasi secara aktif untuk mencegah meluasnya berbagai penyakit tersebut. Namun, kita perlu menyadari, bahwa sebagian besar dari upaya bersama tersebut lebih banyak menyentuh aspek penanggulangan, daripada aspek pencegahan. Kita masih perlu membangun sistem dan menata diri lebih baik, termasuk memperjelas pembagian kewenangan dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemeerintah daerah, agar upaya pencegahan dapat terbangun secara efektif.
Di bidang keamanan, situasi selama setahun terakhir masih diwarnai oleh letupan konflik horizontal dan aksi terorisme. Meskipun pelaku-pelaku utama dari gerakan terorisme telah berhasil dilumpukan, namun pekerjaan besar belum selesai. Demikian pula, dalam upaya pemberantasan jaringan narkoba, kita patut bersyukur, bahwa pihak keamanan telah berhasil mengungkap serta memberantas pusat pembuatan obat-obat terlarang tersebut. Tetapi kita masih harus bekerja lebih serius dan lebih sistematis, agar akar-akar penyebab dan faktor-faktor yang mendorong terjadinya konflik terorisme dan kejahatan narkoba itu dapat kita hilangkan dari negeri yang kita cintai ini.
Selain berbagai persoalan yang ada, kita juga patut bersyukur, bahwa penghentian konflik bersenjata secara damai di Aceh telah dapat diwujudkan dengan baik. Ini sebuah prestasi penting yang membesarkan hati kita, sebuah prestasi yang juga diakui oleh dunia internasional. Dengan inisiatif dan implementasi perdamaian ini, kita dapat membangun Aceh lebih intensif lagi, untuk meninggalkan masa lalu yang kelam dan membangun masa depan yang lebih cerah.
Persoalan di bidang ekonomi bermula, dengan meningkatnya tekanan terhadap anggaran pemerintah, akibat lonjakan harga minyak lebih dari dua kali lipat dari asumsi semula. Situasi ini menghendaki dilakukannya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), karena beban subsidi menjadi sangat besar, dan mengancam keberlangsungan anggaran.
Dengan berat hati, keputusan untuk menaikkan harga BBM dua kali dalam satu tahun harus diambil. Saya sungguh mengerti bahwa keputusan ini telah menambah beban masyarakat. Pemerintah berusaha mengurangi beban itu dengan melaksanakan program-program kompensasi di bidang kesehatan, pendidikan, penciptaan lapangan kerja di perdesaan dan subsidi langsung tunai kepada kelompok masyarakat miskin. Saya sadar, program tersebut tidak cukup untuk membebaskan seluruh beban masyarakat, dan atas pengorbanan dan pengertian seluruh masyarakat, saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kenaikan harga BBM untuk pengurangan subsidi, telah banyak memperbaiki posisi anggaran, dan memulihkan kepercayaan kepada pemerintah. Namun, akibat kebijakan tersebut, inflasi meningkat cukup tajam dalam dua bulan terakhir.
Inflasi yang tinggi tentu mengurangi daya beli rakyat, dan mengancam keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah harus mengembalikan stabilitas ekonomi, seraya terus-menerus meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita, sebagai prasayrat bagi upaya pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Untuk menjaga inflasi, ketersediaan
pasokan dan kelancaran distribusi barang-barang strategis termasuk makanan harus dijaga. Dalam pengendalian inflasi, kerjasama yang lebih erat dan harmonis dengan Bank Indonesia merupakan hal yang mutlak dilakukan.
Tantangan pembangunan ekonomi dan sosial yang kita hadapi memang tidak ringan, dan tidak semakin mudah. Tingkat pertumbuhan yang kita capai tahun-tahun terakhir ini, belum cukup untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran seperti yang kita harapkan. Langkah pertama yang akan pemerintah ambil adalah, mengefektifkan instrumen fiskal untuk mencegah perlambatan, dan mengembalikan arah dari pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang cukup tinggi. Luncuran anggaran 2005 dan pelaksanaan belanja negara 2006, akan menjadi sumber pertumbuhan pada awal tahun depan.
Selanjutnya, peranan swasta dan masyarakat menjadi penting, guna menopang pertumbuhan ekonomi 2006, seiring dengan membaiknya kepercayaan. Untuk mencapai itu, langkah-langkah perbaikan iklim investasi yang telah dilakukan, akan terus ditingkatkan intensitasnya secara terukur dan sistematis. Prioritas kebijakan akan ditujukan pada perbaikan kebijakan dan administrasi perpajakan, kepabeanan, peraturan ketenagakerjaan dan pengurangan ekonomi biaya tinggi, melalui langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi. Langkah-langkah perbaikan fundamental tersebut, kita yakini akan mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi lebih baik dan kokoh, dalam menghadapi goncangan eksternal maupun internal.
Perbaikan kesejahteraan rakyat akan terus dilakukan, antara lain melalui revitalisasi sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta pengembangan usaha kecil dan menengah. Peningkatan pendapatan petani, nelayan, peternak, pekebun dan petani hutan, serta masyarakat di perdesaan, dilakukan dengan mengalokasikan sumber daya dan dana yang signifikan untuk memperbaiki fasilitas infrastruktur perdesaan, serta meningkatkan produktifitas pertanian. Upaya ini memang perlu didukung dengan kebijakan sektor pertanian yang baik.
Saudara-saudara se-bangsa dan se-Tanah Air, yang saya cintai,
Meski di tahun ini kita menghadapi banyak tantangan dan persoalan, namun kita juga mencatat berbagai kemajuan yang menggembirakan di berbagai bidang. Kita berhasil melangkah maju dalam penegakan hukum, seperti dalam reformasi peradilan yang dicanangkan oleh Mahkamah Agung, pemberantasan judi dan premanisme di segenap penjuru tanah air, pemberantasan produksi dan peredaran narkoba, serta langkah-langkah pemberantasan illegal logging, illegal fishing dan penyelundupan BBM. Namun belum saatnya kita berpuas diri. Tugas-tugas besar masih menanti di tahun depan, agar kemajuan-kemajuan yang ada itu, dapat terus kita tingkatkan.
Pemberantasan korupsi juga mengalami kemajuan yang menggembirakan. Kepolisian, Kejaksaan Agung, Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Komisi Pemberantasan Korupsi telah memulai langkah pemberantasan korupsi secara sistematis, dengan tetap memperhatikan tatanan dan proses penegakan hukum yang berlaku. Langkah-langkah ini membuktikan bahwa zaman telah berubah. Di masa yang lalu, amat langka seorang pejabat negara, gubernur, bupati, walikota dan anggota DPR yang dibawa ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Sekarang, semua sudah berbeda. Sebagai Presiden saya telah menandatangani 63 surat perintah pemeriksaan dan penahanan pejabat negara yang diduga melakukan korupsi. Sambil tetap
mempertahankan asas praduga tak bersalah, aparat-aparat penegak hukum kita sudah semakin intensif dalam tugas mulia mereka memberantas korupsi. Di sisi lain, yang juga memberikan harapan yang nyata, upaya pencegahan terhadap terjadinya korupsi telah mulai membuahkan hasil. Dari laporan yang saya terima, serta hasil pemeriksaan saya di berbagai instansi baik pusat maupun daerah, iklim takut melakukan korupsi mulai nampak, meskipun belum kuat benar. Saya benar-benar menginginkan terwujudnya pemerintahan yang bersih, efisien dan bebas korupsi.
Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri dalam memerangi korupsi. Dalam hal ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada segenap masyarakat yang telah membantu pemerintah, baik langsung maupun tak langsung, dalam proses penegakan pemerintahan yang bersih. Hanya dengan dukungan masyarakatlah cita-cita mulia untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, dan tata pemerintahan yang baik dapat diwujudkan.
Kita juga patut bersyukur bahwa kehidupan demokrasi di Tanah Air semakin bertambah dewasa. Masyarakat semakin terbiasa dengan perbedaan pendapat. Daya kritis masyarakat terus meningkat dan semakin berkualitas, dengan semakin terjaganya kebebasan pers. Selain itu, pada tahun ini kita juga ttelah berhasil menyelenggarakan proses pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkada) di 11 propinsi, 180 kabupaten dan 35 kota. Hal ini pertama kali terjadi dalam sejarah kita. Dengan semua ini, kita berharap bahwa pemerintahan di tingkat lokal bisa lebih efektif, akuntabel, dan responsif terhadap persoalan-persoalan lokal yang ada.
Tentu, karena baru pertama kalinya dilakukan, masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyelenggaran maupun dalam penetapan hasil Pilkada di beberapa daerah. Karena itu, saya mengajak semua pihak untuk menaati aturan-aturan yang ada, sambil terus menyempurnakan berbagai peraturan dan mekanisme yang lebih adil, terbuka dan efektif.
Terkait dengan akuntabilitas politik dan peningkatan kualitas demokrasi, maka reformasi birokrasi tidak dapat ditunda-tunda. Upaya ini mencakup perbaikan kapasitas dan produktivitas, serta peningkatan disiplin dan etos kerja, serta perbaikan penggajian. Dengan mengutamakan golongan menengah ke bawah, direncanakan dilakukan peningkatan gaji pegawai negeri, anggota Polri dan TNI, serta pemberian gaji ke-13 dan pengangkatan pegawai-pegawai honorer. Kebijakan ini seiring dengan pemberian bantuan kepada warga masyarakat bukan pegawai, seperti pengurangan biaya pendidikan, kesehatan, dan bantuan tunai langsung kepada kaum miskin.
Dalam soal penanganan, pelaksanaan dan pembangunan hak-hak asasi manusia (HAM), intensitas pelanggaran jauh menurun dalam tahun 2005 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan ini kita patut berbangga, bahwa Indonesia telah semakin menegakkan martabat dan hak-hak dasar warganya. Kita perlu meningkatkan lagi upaya mulia ini, dengan menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM yang serius di masa lalu, sambil terus memperkuat pilar-pilar kelembagaan, yang menjadi penyangga pembangunan hak-hak asasi manusia.
Keberhasilan kita dalam meningkatkan demokrasi dan HAM, memiliki dampak penting lain, seperti meningkatnya kepercayaan dunia kepada kita, serta dalam mendorong peningkatan peran Indonesia dalam kerjasama internasional. Kita telah berhasil menyelenggarakan KTT ASEAN untuk tsunami dan KTT Asia-Afrika. Kita juga telah
berperan aktif dalam meningkatkan kerjasama regional, baik melalui forum Asean maupun forum lainnya. Di forum dunia, kita juga telah berperan aktif dalam memberikan sumbangan pemikiran bagi reformasi PBB dan pencapaian Millenium Development Goal, atau sasaran pembangunan se dunia dalam millenium baru. Ke depan, sebagai pelaksanaan dari amanat konstitusi yang kita junjung tinggi, peran positif di panggung dunia semacam itu akan terus kita dorong dan tingkatkan.
Saudara-saudara se-bangsa dan se-Tanah Air,
Saya mengajak seluruh bangsa, untuk memulai tahun 2006 dengan semangat kebersamaan yang lebih kokoh, membangun rasa saling percaya, dengan hati yang lebih tegar, dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi, dan dengan optimisme yang semakin kuat. Kita berharap dan tentunya berupaya dengan sungguh-sungguh, agar tahun 2006 lebih baik dari tahun 2005. Kita berupaya tahun 2006 ini kita dapat mencapai keberhasilan yang lebih banyak, dalam upaya memperbaiki kondisi masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk itu saya tak henti-hentinya mengajak segenap komponen bangsa, untuk memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan. Mari melangkah bersama dan bekerja keras untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa. Dengan komitmen dan modal utama ini, Insya Allah tahun 2006 akan menjadi tahun ahrapan, menyongsong hari depan kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menuntun dan menyertai bangsa kita, dalam berjuang membangun hari esok yang lebih baik.
Terima kasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 31 Desember 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
No comments:
Post a Comment