Saturday, 4 December 2010

Sedulur Sikep Kembangkan Pupuk dari Urin Sapi

Sedulur Sikep Kembangkan Pupuk dari Urin Sapi



BLORA, SELASA - Komunitas Sedulur Sikep Dukuh Mbalong, Kelurahan Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mengembangkan pupuk berbahan baku urin sapi sebagai pengganti pupuk urea. Mereka juga membuat obat pembasmi hama sebagai pengganti pestisida dengan bahan baku tembakau, sabun colek, dan kapur.

Tokoh Komunitas Sedulur Sikep Dukuh Mbalong Salim (43), Selasa (10/2) di Blora, mengatakan pupuk pengganti urea dan obat hama pengganti pestisida itu dikembangkan Widji Slamet (21) sejak dua tahun lalu. Upaya itu mampu menghemat pengeluaran para petani Dukuh Mbalong.

"Sekarang saya tidak memakai pestisida lagi, sehingga menghemat Rp 45.000 setiap kali tanam. Saya juga mengurangi pemakaian pupuk urea dari 250 kilogram menjadi 100 kilogram," kata pemilik sawah seluas seperempat hektar itu.

Ramijan (60), petani dari kalangan Sedulur Sikep Desa Mbalong, mengaku mengurangi pembelian pestisida dari enam botol menjadi tiga botol per musim tanam. Ia juga mengurangi pemakaian urea dari enam zak menjadi lima zak per musim tanam.

"Totalnya, saya menghemat Rp 105.000 setiap musim tanam," kata Ramijan yang baru pertama kali mencoba pupuk dan obat buatan Widji.

Menurut Salim, pupuk dan obat buatan Widji tidak mengurangai hasil panen. Selama empat kali musim tanam, produktivitas padinya tidak berkurang, yaitu 15 kuintal.

Meski hasil panen tetap, tetapi pupuk buatan Widji itu mampu menghemat pengeluaran petani di kelompok Sedulur Sikep. "Pasalnya, bahan bakunya ada di sekitar petani sendiri," kata dia.

Secara terpisah, Widji mengatakan pupuk pengganti urea itu merupakan campuran urine sapi, daun lamtoro, kembang pisang, jahe, laos, dan kunir. Pemakaiannya cukup hemat, yaitu dua gelas pupuk cair urin sapi untuk campuran satu tangki penyemprot padi.

Adapun obat pembasmi hama pengganti pestisida terbuat dari tembakau, sabun colek, dan kapur. Ketiga bahan baku itu di rebus selama setengah jam atau tidak sampai mendidih. Setelah disaring, airnya dapat digunakan untuk membasmi sundep atau ulat daun dengan cara disemprotkan.

"Kalau tanaman padi terserang hama, air tembakau yang dicampurkan sebanyak satu liter, sedang kalau tidak terserang, cukup dua gelas saja," kata Widji.

Belakangan ini, Widji sedang mengembangkan pupuk kompos dan tambahan nutrisi nitrogen untuk tanaman padi. Ia membuat bakteri pengurai kompos kotoran sapi dengan campuran teh, gula, nanas, rambutan, belimbing, dan pisang hijau, sedang tambahan nitorgen dengan bahan baku lele dan gula merah.

"Bahan-bahan itu direndam dalam air lima liter selama tujuh hari. Setiap pagi dan sore, campuran bahan itu diaduk. Setelah jadi, dalam cairan itu akan muncul jamur putih berbentuk mirip benang laba-laba," kata Widji.




http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/02/10/19212411/sedulur.sikep.kembangkan.pupuk.dari.urin.sapi..

No comments: