CINTA YANG SIA-SIA
malam menolak tiba
kau pun tak datang
sedang aku tak bisa menjelang
tapi aku kan berangkat juga
kendati pelipisku mesti makan matahari kalajengking.
dan belakangan kau menyusul datang
dengan lidah dibakar hujan garam
siang menolak datang
kau luput dari pandang
sedang aku juga terhalang
tapi aku akhirnya datang juga
menyerahkan ke tunanetra anyelirku yang cedera
malam dan siang menolak datang
akhirnya aku mati untukmu
dan kau pun mati untukku
jangan bawa kenanganmu
biarkan ia sendiri di hatiku
gemetar pepohonan céri putih
dalam martir bulan januari
sebaris tembok mimpi buruk
memisahkan aku dari maut
setangkai leli langka kupersembahkan
bagai hadiah bagi hati yang beku
di taman saban malam, mataku
ibarat dua ekor anjing perkasa
sepanjang malam mengepung meronda
pojok demi pojok dan segala bisa
angin terkadang bagaikan
kembang tulip kengerian
dialah kembang tulip duka
kerna pagi beku musim dingin
sebaris tembok mimpi buruk
memisahkan aku dari maut
kabut menyelimut keheningan
lembah kelabu tubuhmu
di bawah lengkung perjumpaan dahulu
belukar racun sekarang menghutan
tapi tinggalkan untukku kenanganmu
biarkan sendiri ia di situ di kalbuku
Federico Garcia Lorca,”Poésies III. 1926-1936″, Gallimard, Paris,
1954,hlm.155.
No comments:
Post a Comment