Saturday, 26 February 2011

CINTAKU DI ANDALUSIA

CINTAKU DI ANDALUSIA





hari kau dilahirkan

matahari tentu akan berduka

oleh munculnya tandingan

dari dirinya lebih bercahaya

kembang mawar kembang anyelir

demikian pun cengkeh yang wangi,

menyertai bibirmu

ketika kau tersenyum

matamu, wahai si kulit sawomatangku

demikian bijak bestari

pembunuhmu pun merunduk

memberikan salut

wajahmu bernama

Sierra Morena

dan matamu, para pencuri

yang melintasinya

- dengan gerangan apa

wajah kau basuh maka warna kencana?

- kubasuh dia dengan air jernih

selebihnya tuhanlah yang lakukan

nafasmu, nafasmu bunga

nafas limau, mungil:

di dadamu ada

sebuah limau semarak bunga

aku tak tahu gimana dan pabila

ia datang ke kalbu

cercah api pelan menyala

tapi tak nampak lidah cahayanya

sebuah derita lembut kecil

di sini kupunyai bernama cinta

dari mana gerangan ia masuk tiba

maka sampai tak terasa?

bukan salahku tentu saja

kalau mawar jadi milikmu

sedangkan wanginya berasal dari diriku

kau menatapku dan kau kupandang

kepalamu merunduk, demikianpun aku:

tak tahu apa yang kau harapkan

akupun tak tahu apa yang kutunggu

para pastur padaku berkata

agar aku jangan mencintaimu

kepadanya kukatakan: “ah, pasturku

andaikan kau melihatnya…!”

andaikan cinta yang kukandung ini

menjelma jadi gandum

di sevilla tak kan ada

lumbung tak menyimpannya

kalau kau berangkat perang

gantungkan fotoku di dada

ketika peluru melanda abang

kita terbunuh bersama-sama

kau memandangku dan kau kupandang

sedang apa yang ingin kau bilang

melalui pandang

kudengar dengan terang

kau adalah cinta pertamaku

kaulah yang mengajarku cinta

tapi jangan ajarkan aku lupa

yang tak ingin kutahu

kalau kau ingin melupakan aku

lebih baik kau membunuhku

yang kuminta adalah kematian

samasekali bukan melupakan

bawalah hatiku ke sana ;

kalau mau bunuh saja, jika bisa;

tapi karena kau juga di dalamnya ,

membunuhnya kau ikut binasa.

ambillah belati kecil ini,

buka dadaku maka wajahmu

di situ kau dapati

sempurna tertata rapi.

ambillah jeruk ini, o perempuan

demi cinta kepadamu kuberikan

tapi jangan belah dengan belati

kerna jantungku di dalamnya ada.

kulempar ke langit sebuah limau

ingin tahu apakah ia berobah merah;

naik hijau dan jatuhpun hijau;

seperti harapanku warna hijau

pada laut kucari limau

tapi laut tak punya;

ke dalam air tangan kucelup

harapan memberiku rasa hidup.

kalau boleh mencintaimu

wangikan diriku dengan pandan

penghapus semerbak

cinta-cintamu semula

kau satu dan juga dua

juga tiga dan empatpuluh

kau juga bagai gereja

di mana berbondong orang tiba

pinjamkan matamu kepadaku

hingga mataku jadi empat

karena dengan dua aku tak bisa

menangiskan duka-petaka

gitar yang kupetik ini

punya mulut dan bisa bicara;

hanya yang kurang adalah mata

yang membantuku untuk menangis.

terasa ada perih di dada, ku tak tahu di mana,

lahir dari mana pun aku juga alpa;

ketika sembuh akupun lupa

penyembuhnya pun aku tak tahu siapa.

kuterjuni air

dalam sepinggang

tunanganku dibawa orang

dan dingin tiba-tiba menyusup belulang

ketidakmungkinan membunuhku

aku terbunuh oleh ketidakmungkinan;

ketidakmungkinan pun sampai tepian

ketidakmungkinan yang kurindukan.







"Coplas. Poemes de l'Amour Andalou", Edition

Allia, Paris,1998.

No comments:

Post a Comment