FRAGMENTASI 191299
Lewat keheningan yang tak
Dibasuh Sorga
Kuurai serobu dzikir dan kata-kata
Yang tak diinginkan Tuhan. Kegelapan menjelma
Guntur yang meledak di utara. Lalu
Dari reruntuhan gedung-gedung dan menara
Seperti tarian-tarian lelawa
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Kerinduan-kerinduanku tak ubahnya
Patung-patung retak di taman
Taman. Harapan-harapanku serupa trowongan
Trowongan pengap dengan seribu pengemis
Yang tertidur di dadanya
Seperti persetubuhan antara musim dan derita
Dengan anak-anak kunang yang melingkarinya
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Seperti daun-daun yang runtuh
Dan dikuyupkan hujan
Aku adalah seribu tahun dalam penampakan
Bening yang merindukan Isa. Dan
Di antara barisan-barisan lumut yang ditumbuhi
Dinding-dinding rengat, menjelma sajak
Sajak lindap yang membekap dan begitu bebal
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
Dikekalkan dari timbunan mayat
Dan anyir darah
Demikianlah, kuamini diriku, begitu perih
Dan terlunta. Dan pada seribu ledakan taufan
Menjeritkan seluruh persalinan gagak
Gagak. Seperti keriuhan para perusuh atau kota
Yang dibalur bara, dengan matanya yang bulat bejat
Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya
1999.
No comments:
Post a Comment