Tuesday, 19 April 2011

KISAH PORNO DI KAHYANGAN

Ketika para dewa menggelar sidang paripurna, Dewa Bayu
dan Dewa Indra ketahuan sedang `mengunduh' bagian terlarang Dewi
Wilutama selama beberapa saat.

Sialnya, yang memergoki kelakuan kedua dewa itu adalah tetungguling
(raja) para dewa, yakni Bethara Guru.
Tanpa ampun, kedua dewa itu langsung dipidana dan diPAW (pergantian
antarwaktu) dari posisinya di kadewatan di Khayangan.
Rukmuka dan Rukmakala Kocap kacarita, setiap awal bulan purnama para
dewa di Khayangan mengadakan parepatan agung (sidang paripurna).
Biasanya, dalam rapat nan suci itu semua permasalahan dibahas secara
saksama, termasuk yang terjadi di Arcapada (Bumi).

S e m u a dewa wajib hadir dalam sidang itu.
Bagi dewa yang tidak hadir dikenai sanksi. Sebagai tukang absennya
adalah Dewa Penyarikan.
Dan karena pentingnya acara tersebut, yang hadir biasanya tampak khidmat
mengikutinya.

Suatu ketika, sidang paripurna berlangsung. Hadir para dewi khayangan
yang bertugas membantu kelancaran sidang. Salah satunya adalah Dewi
Wilutama, bidadari yang dikenal sangat cantik.

Penampilan Wilutama yang menggemaskan serta gayanya yang lemah gemulai
membuat libido Dewa Bayu dan Dewa Indra tersengat. Apalagi saat itu
Wilutama mengenakan pakaian tembus pandang.

Rupanya Dewa Bayu atau dewanya angin, sudah bersekongkol dengan Dewa Indra.
Dengan kesaktiannya, Dewa Bayu m a m p u mendatangkan angin jadi-jadian
yang dapat menyingkap kain yang dikenakan Dewi Wilutama sehingga
terlihatlah bagian terlarangnya.
Kejadian itu diabadikan Dewa Indra dan kemudian gambarnya dikirim kepada
dewa­ dewa cluthak (rakus) lainnya.

Bethara G u ru y a n g melihat tindakan tidak senonoh Bayu dan Indra itu
kemudian menjatuhkan sanksi tegas. Ia meng utuk kedua dewa itu menjadi
raksasa.
Dewa Bayu menjadi raksasa bernama Rukmuka, sedangkan Dewa Indra menjadi
raksasa Rukmakala.

Dalam dunia wayang, sifat dan d perilaku raksasa adalah perlambang p
yang tidak bisa menahan nafsu syahwat maupun jahat. Tindakan murka dan
selalu memaksakan kehendak adalah ciri raksasa. Maka, sudah tepatlah
jika hukuman yang dijatuhkan Bethara Guru itu adalah mengubah kedua dewa
asusila tersebut menjadi raksasa.

Setelah berubah ujud menjadi raksasa, keduanya diusir dari Khayangan.
Mereka tidak pantas berada dalam komunitas kadewatan karena perbuatannya
itu. Rukmuka dan Rukmakala harus menjalani hukuman dengan bertempat
tinggal (dipenjara) di Gunung Reksamuka.
Jujur dan ikhlas Pada suatu ketika ksatria Pandawa Bima Sena prihatin
melihat degradasi moral para nayaka praja (pejabat) di Kerajaan Amarta
serta perilaku menyimpang para kawula.
Bima berikhtiar mencari solusi atas masalah tersebut dengan mencari ilmu
jati diri.

Bima kemudian menghadap gurunya, Resi Durna, meminta piwarah atau ajaran
sangkan paraning dumadi. Untuk mendapat ajaran itu, Durna memerintahkan
Bima mencari kayu gung susuhing angin di Gunung Reksamuka.

Singkat cerita berangkatlah Bima ke gunung yang dikenal sangat angker
tersebut. Namun, setelah mencari ke sana ke sini dengan mengobrak abrik
seluruh isi hutan, Bima tidak menemukan sesuatu yang diperintahkan Durna.

Akhirnya, Bima bertemu dua raksasa penguasa hutan Gunung Reksamuka,
yakni Rukmuka dan Rukmakala. Terjadilah perang tanding. Bima dikeroyok
kedua raksasa tersebut. Namun, dengan segala kekuatannya, Bima berhasil
menghancurkan kedua raksasa itu dengan cara adu kumba, kedua kepala
raksasa saling dibenturkan. Keajaiban terjadi.
Wujud kedua raksasa hilang dan berubah menjadi Dewa Bayu dan Dewa Indra.

Kedua dewa itu mengucapkan terima kasih kepada Bima. Karena atas
perbuatan Bima itu, kutukan berwujud raksasa yang mereka jalani atas
hukuman asusila di Khayangan sudah selesai.

Sebagai ucapan terima kasihnya, kedua dewa tersebut memberitahukan
kepada Bima bahwa sesungguhnya kayu gung susuhing angin yang dicarinya
itu tidak ada. Itu hanya perlambang bahwa semua tekad akan terwujud
apabila dilandasi kejujuran dan keikhlasan berjuang serta berkorban demi
masyarakat banyak.

No comments:

Post a Comment