Wednesday, 10 November 2010

PERAN SANGGAR SENI DALAM MENUNJANG KEGIATAN BIMBINGAN EDUKATIF PADA PAMERAN BENDA BUDAYA KOLEKSI MUSEUM - MUSEUM DI PAPUA

PERAN SANGGAR SENI DALAM MENUNJANG KEGIATAN BIMBINGAN EDUKATIF PADA PAMERAN BENDA BUDAYA KOLEKSI MUSEUM - MUSEUM DI PAPUA


Enos H. Rumansara

Dosen Tetap di Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih dan Kurator Musium
Universitas Cenderawasih



Abstract
Art studio is a place where the artists process the art into a show, whereas museum
is an institute with its job to preserve environment and cultural history by
collecting, treat, and exhibit for the purpose of developing art, sciences and
technology in order to increase total comprehend cultural values of a nation.
One of the main job of a museum is do an exhibition.
Exhibition in Museum in Papua normally followed by a description of the material
being exhibit so the education aspect of the museum not maximal. The essay tries to
gives a picture where art studio can plays an important role on supporting the
museum in its education role. Through the activities in the museum of the theatre,
dances, music, paintings and crafting in live, the art studio can help improving the
sense of comprehending of the visitors towards the material being exhibit. These
kind of activities had been done by Mambesak in 1978-1984.
A. Pendahuluan
Museum pada mulanya muncul di Eropa, yaitu merupakan suatu ruang /
tempat khusus untuk menyimpan barang – barang eksotik milik raja. Namun
dalam perkembangan dunia selanjutnya, museum merupakan tempat bukan
yang sekedar memamerkan tetapi berfungsi sebagai tempat mengumpulkan,
melestarikan, merawat, dokumentasi, menyajikan dan mengkomunikasikan
benda-benda alam dan budaya untuk kepentingan pengkajian, pembelajaran
dan rekreasi.
Peninggalan-peninggalan kebudayaan primitif yang dipamerkan di
museum pada masa modern sekarang merupakan suatu media yang
menginformasikan masa lampau kepada kita, terutama generasi muda
sekarang yang tidak bersamaan hidup dengan generasi tua pada masa
lampau.
Ada beberapa peninggalan yang dikategorikan termasuk museum, yaitu
antra lain: (a) koleksi museum yang dipamerkan pada ruang pameran tetap
pada museum, (b) munumen sejarah dan bagian-bagian dari sejarah seperti
khsana yang terdapat dalam bangunan tempat peribadatan, suaka purbakala
yang secara resmi terbuka untuk umum, (c) kebun raya, kebun binatang,
akuarium, dan taman laut, (d) pusat-pusat ilmu pengetahuan dan
planetarium, (e) suaka alam dan lain-lainnya. Khusus untuk koleksi benda
budaya museum ada sistem dan tata penyajiannya (pameran) yang tepat
untuk museum yang berorientasi kepada kepentingan publik adalah
mengunakan pendekatan kontekstual. Artinya penyajian koleksi museum
yang ditunjang dengan berbagai media, baik media grafis, gambar, sketsa,
dan informasi tertulis, agar koleksi yang dipamerkan dapat dipahami secara
baik. Dengan demikian, maka media yang digunakan untuk membantu
bimbingan edukatif bagi para pengunjung museum agar mereka memahami
budaya materi ( benda-benda budaya) pada pameran museum sangat
diperlukan pada suatu museum.
Bertolak dari hal tersebut di atas, maka tulisan ini memberikan salah
satu media pendekatan yang dapat membantu dalam hal pemahaman dan
penghayatan pengunjung tentang benda-benda budaya yang dipamerkan,
terutama yang berhubungan dengan kesenian dan religi. Pendekatan yang
dimaksud adalah bagaimana mengoptimalkan peran penampilan hidup (
live show) dari masyarakat untuk mendukung pemeran budaya milik
masyarakat dalam bentuk peragaan atau pertunjukan yang disajikan oleh
Kelompok Seni / Sanggar Seni.
Untuk memahami peran Sanggar Seni dalam menunjang kegiatan
bimbingan edukatif pada pameran museum perlu dikemumakan beberapa
hal yang ikut memperjelas pamahaman pameran koleksi museum. Hal-hal
yang perlu dikemukakan antara lain tentang : pemeran benda budaya
koleksi museum, sanggar seni dan kesenian daerah Papua.
B. Pameran Benda Budaya Koleksi Museum
Yang dimaksud dengan pemeran benda budaya koleksi museum adalah
benda budaya koleksi museum yang dipamerkan pada ruang pameran
museum. Sedangkan “koleksi budaya” adalah kumpulan benda-benda
peninggalan sejarah dan budaya sebagai bukti material manusia dan
lingkungannya. Khusus untuk Papua, koleksi museum yang di maksudkan di
dalam penulisan ini adalah koleksi etnografi yaitu benda budaya yang
merupakan hasil karya manusia dan juga benda yang bukan hasil karya
manusia (ada secara alami) namun digunakan dalam kehidupan manusia,
terutama manusia yang berada di Papua. Koleksi benda budaya pada
museum tidak sebarangan di adakan karena ada syarat untuk pengadaannya
yaitu benda budaya tersebut harus mewakili benda budaya milik suatu
Antropologi Papua Volume 1. No. 3 Agustus 2000
komunitas / suku bangsa tempo dulu dan sudah langkah. Hal demikian
ditekankan karena museum berfungsi sebagai : (a) tempat pengumpulan dan
pelestarian warisan sejarah alam dan budaya; (b) dokumentasi, penelitian,
informasi dan komunikasi seni / ilmu; (c) pengenalan dan penghayatan seni,
ilmu dan teknologi; (d) pengenalan kebudayaan suatu daerah dan antar
bangsa; (e) cermin pertumbuhan alam, peradaban manusia dan sejarahnya;
(f) visualisasi warisan alam dan budaya: (g) tempat rekreasi, dan
pembangkit rasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Koleksi benda etnografi yang merupakan bukti-bukti material budaya
manusia dan lingkunngannya dipamerkan dengan diberikan deskripsi
tentang latar belakang benda. Khusus untuk benda budaya yang digunakan
dalam kegiatan upacara dan kesenian yang dipamerkan walaupun ada
deskripsinya namun lebih dihayati lagi apabila diperagakan walaupun nilai
religius pada situasi sekarang tidak sama atau telah tergeser. Untuk itu,
sanggar Seni mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan
kegiatan bimbingan edukatif pada pameran museum, yaitu menyanyi dan
menari dengan menggunakan perlengkapan tari dan nyanyi seperti
menampilkan busana tradisi dan alat musik tradisi yang dimiliki oleh
kelompok masyarakat.
C. Sanggar Seni
Sanggar adalah tempat / wadah dimana berkumpul atau bertemu untuk
bertukar pikiran ( pembahasan, pengolahan , dsb.) tentang suatu bidang ilmu
atau bidang kegiatan tertentu. Sedangkan Sanggar Seni adalah tempat atau
wadah dimana seniman-seniman mengolah seni guna suatu pertunjukan.
Selain itu, di dalam sanggar ini pula ada kegiatan-kegiatan yang sangat
penting, yaitu menggali, mengola dan membina seni bagi para seniman.
Setiap sanggar seni ada organisasinya, yaitu mulai dari pimpinan hingga
koordinator bidang pembinaan. Misalnya, koordinator bidang tari, teather,
vokal, musik, seni ukir, lukis dan lain-lainnya.
D. Kesenian Daerah Papua
Kesenian merupakan salah satu dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan1. Unsur
Kesenian sendiri terbagi-bagi lagi ke dalam beberapa unsur ( lihat bagan).
1. 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang dimaksud, yaitu : (a) system religi, (b) system
pengetahuan, (c) B a h a s a , (d) Organisasi Sosial, (e) Sistem peralatan hidup dan
Teknologi, (f) Sistem Mata pencahrian hidup, dan (g) Kesenian.
Menurut Hegel, perkembangan seni mengakibatkan tumbuhnya bermacammacam
seni. Menurutnya ada beberapa jenis seni yang dimiliki oleh
masyarakat dengan klasifikasi sebagai berikut :
Bagan Pembagian Jenis – Jenis Seni Menurut Hegel
1. Seni Lukis dan gambar
Seni Rupa 2. Seni Relief
3. Seni Kria / Kerajinan
4. Seni bangunan
5. Seni Patung
SeniTari Seni Drama
1.Seni vokal
Seni Suara 2. Seni Instrumen
3.Seni Sastra
1. Prosa
2. Puisi
Ciri / Karakteristik kesenian asli suatu kelompok masyarakat / suku bangsa
dipengaruhi oleh lingkungan alam dimana kelompok tersebut bermukim
dan juga dipengaruhi migrasi. Khusus untuk kesenian tradisional Papua,
ciri dan karakteristiknya dibentuk oleh kondisi alam yang ada di Papua.
Kondisi alam papua terbagi kedalam 4 zona ekologis, yaitu :
1. Zona Rawa, Pantai dan Sepanjang Aliran sungai; meliputi: daerah
Asmat, Jagai, Marind-Anim, Mimika dan Waropen.
2. Zona Dataran Tinggi; meliputi: orang Dani, Ngalun dan orang
Ekari/Mee.
3. Zona Kaki Gunung dan Lembah-Lembah Kecil; meliputi : daerah
Sentani, Nimboran, Ayamaru dan orang Muyu.
4. Zona Dataran Rendah dan Pesisir; meliputi : Sorong sampai Nabire,
Biak dan Yapen.
Setiap suku bangsa yang mendiami zona tersebut di atas memiliki unsur
kesenian, namun unsur kesenian dari setiap suku bangsa tersebut tidak sama
( satu suku dengan suku lainnya berbeda) sesuai dengan kondisi alam
dimana suku itu bermukim.
Antropologi Papua Volume 1. No. 3 Agustus 2000
Mengapa seni dipengaruhi alam ? Karena seni adalah peniruan alam
dalam bermacam-macam bentuk yang indah dan menyenangkan. Selain itu,
seni merupakan kreatifitas dari seseorang untuk menciptakan suatu karya yang
akhirnya diakui oleh masyarakat secara keseluruahan. Hal demikian diperkuat
oleh teori Plato, yaitu : seni yang dihasilkan sifatnya naturalistik, artinya
ketepatan bentuk alam sangat diutamakan dalam penciptaan. Sedangkan
menurut teori imitasi batasan seni kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
Ø Seni adalah peniruan alam dengan segala segi-seginya.
Ø Seni adalah suatu kemahiran atau kemampuan meniru alam menjadi
bentuk-bentuk yang indah.
Ø Seni adalah peniruan alam dengan segala segi-seginya menjadi bentuk
yang menyenangkan.
Selain itu, menurut Haviland, seni adalah penggunaan kreatif imajinasi
manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan.
Dalam beberapa kebudayaan suku bangsa, Seni di gunakan untuk keperluan
yang dianggap penting dan praktis. Kesenian disamping menambah
kenikmatan pada hidup sehari-hari , kesenian yang beraneka ragam
mempunyai sejumlah fungsi, yaitu antara lain:
Ø Menentukan prilaku yang teratur ,
Ø Meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan,
Ø Menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan,
Ø Sebagai media komunikasi dan media ekspresi kehidupan yang
dihayati secara kolektif,
Ø Dan lain-lainnya.
Khusus di Papua, kesenian tidak terlepas dari unsur lain. Misalnya setiap
upacara adat, seperti : upacara yang diselenggarakan dalam upacara lingkaran
hidup individu / manusia (life cycle rites), upacara pembukaan lahan baru,
panen, bepergian dan lain-lainnya selalu disertai dengan kegiatan seni ( seni
tari, musik / isntrumen, vokal, sastra dan lainnya). Dalam upacara adat disertai
dengan tarian dan nyanyian-nyanyian adat serta diiringi instrumen
tradisional.
Perlu diketahui pula bahwa kesenian daerah Papua mengalami perubahan
akibat terjadinya kontak budaya dengan budaya lain di luar Papua.
Berdasarkan kontak budaya (akulturasi) kesenian daerah diklasifikasikan
kedalam 3 kategori, yaitu :
· kesenian tradisional/asli1,
· kesenian transisi2,
· kesenian modern3
Kesenian tradisional atau asli Papua pernah diteliti oleh orang-orang asing
dengan pembagian wilayah kesenian sesuai dengan hasil penemuan mereka.
Dalam "Papua Kunst in Het Rijks Museum" kesenian asli Papua dapat
dibedakan mejadi 6 (enam) ragam seni yang terdiri dari:
a. Ragam seni Teluk Yos Sudarso (Humbold baay) dan pantai utara Jaya
pura,
b. Ragam seni daerah Sentani dan Tanah Merah,
c. Teluk Cenderawasih sampai pantai Selatan Sorong,
d. Ragam seni daerah Marind-Anim didaerah Merauke,
e. Ragam Seni di daerah Asmat,
f. Ragam Seni di daerah Mimika dan sekitarnya (Subardi, dkk., 1980 : 8-9).
Dari pembagian tersebut di atas, terlihat bahwa pedalaman Papua tidak
disebutkan masuk ke dalam kelompok mana. Untuk itu, dapat kita tambahkan
bahwa daerah pegunungan Tengah memiliki ragam seni tersendiri.
E. Peran Sanggar Seni Dalam Menunjang Bimbingan Edukatif Pada
Pameran Benda Budaya Koleksi Museum Di Papua
Telah diuraikan pada bagian pendahuluan bahwa kelompok seni
merupakan salah satu dari media yang digunakan dalam bimbingan edukatif,
yaitu sebagai metode atau pendekatan kontekstual yang digunakan dalam
system menyajian koleksi (pameran) di museum, termasuk pameran benda
budaya / etnografi. Pendekatan seperti ini pernah digunakan pada MUSEUM
LOKA BUDAYA UNCEN, yaitu dibentuknya kelompok musik “GRUP
MAMBASAK”. sebagai salah satu pendekatan / cara untuk membantu
2 Kesenian transisi, yaitu bentuk kesenian yang muncul dalam suatu kelompok masyarakat
yang merupakan hasil dari kontak budaya antara kebudayaan asli dengan kebudayaan asing
(akulturasi).
3 Kesenian modern, yaitu kesenian yang bentuk, watak, jiwa dan iramanya sama sekali bebas
dari ikatan, norma-norma dan hukum yang berlaku karena didalam kesenian modern ini sasaran
pokoknya adalam pembaharuan (Kussudiardjo, 1881: 19).
Antropologi Papua Volume 1. No. 3 Agustus 2000
beberapa tugas dan fungsi dari Museum, antara lain : melestarikan,
mendukumentasi dan memberikan informasi yang lebih lengkap dan
menyeluruh kepada para pengunjung / masyarakat sehingga memahami dan
menghayati apa fungsi, manfaat dan kegunaan suatu benda koleksi yang ada di
Museum.
1. Tujuan dan manfaat
Tujuan dari di bentuknya kelompok / Sanggar Seni adalah :
Ø Mengolah seni yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat untuk
kepentingan pertunjukan dengan tidak meninggalkan ciri khas budaya
daerahnya.
Ø Untuk kepentingan studi kesenian secara keseluruhan yang dimiliki
masyarakat tradisi dan kesenian yang berhubungan dengan benda –
budaya koleksi pada museum dengan tahapan pembinaan sebagai
berikut : menggali ( meneliti dan menginfentarisir bentuk dan jenis
kesenian yang ada), memelihara, meletarikan dan membina serta
mengembangkan kesenian daerah.
Ø Untuk kepentingan penyajian koleksi (pameran) terutama dalam bidang
bimbingan edukatif.
Ø Untuk memberikan kesempatan kepada para seniman alam4 ( informal)
dan seniman formal (seniman yang memiliki ijazah dalam bidang seni)
untuk dapat berkretif dengan tidak meninggalkan keaslian dari seni
tradional suku bangsa yang ada.
Ø Untuk menghidupkan kembali kesenian yang sudah atau hampir punah
Ø Dapat menciptakan lapangan kerja bagi para seniman.
Ø Untuk mendukung fungsi museum sebagai tempat rekreasi.
Manfaat dari pembentukan kelompok / sanggar seni adalah sebagai berikut:
Ø Melalui Kelompok / Sanggar Seni para pengunjung mendapat informasi
yang cukup jelas tentang suatu benda – budaya koleksi yang di
pamerkan pada museum.
Ø Melaui atraksi-atraksi seni yang di gelar kelompok / Sanggar seni dapat
memperkenalkan dan menambah informasi tambahan tentang suatu
benda sehingga benda budaya tersebut dapat dikethui, dihayati dan
dinikmati oleh masyarakat pengunjung.
4 Seniman alam; yang dimaksud adalah seniman daerah yang tidak memiliki ijazah formal
dalam bidang seni tetapi secara alami memiliki kemampun dalam mengolah ( menggali,
menciptakan ) seni.
Ø Melalui atraksi-atraksi ( tari, musik, ukir dan lukis) yang digelar dapat
membantu masyarakat dalam meningkatkan pengenalan dan apersiasi
budaya.
Ø Melalui kelompok / Sanggar seni, pembinaan kesenian dapat terorganisir
secara baik sehingga pembinaan dan pengembangannya berakar pada
kebudayaan asli suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa.
Ø Melalui Kelompok / Sanggar Seni, bagian dari kebudayaan yang tidak
dapat di pamerkan, seperti : gerak tari, musik (instrumen dan vokal),
pelaku seni (penari atau pemusik) dan lain-lainnya dapat dilihat melalui
pertunjukan seni yang ditampikan oleh sanggar seni.
2. Sanggar Seni Sebagai Media Informasi
Pementasan dan pagelaran seni yang diselenggarakan oleh kelompok seni
sebagai media informasi merupakan suatu usaha yang menyampaian pesan
yang sangat bermakna. Yang dimaksudkan di sini adalah pementasan seni
tari dan musik yang ditampilkan oleh penari, pemusik dan penyanyi serta
demonstrasi yang dilakukan atau diragakan oleh pengukir dan pelukis yang
ada dapat memberikan informasi yang menyeluruh sehingga menambah
penghayatan terhadap nilai budaya suatu koleksi.
Museum bertugas melestarikan warisan sejarah alam dan budaya,
mendayagunakan dan memanfaatkan bukti-bukti material manusia dan
linkungannya berupa benda, termasuk benda kebudayaan (kebudayaan
materi). Kegiatan pelestarian benda budaya merupakan usaha / kegiatan
yang berhubungan dengan masa lampau untuk kepentingan masa kini dan
masa yang akan datang. Untuk itu, kegiatan (pementasan dan pagelaran
seni) yang dilakukan oleh setiap Kelompok Seni / Sanggar Seni merupakan
suatu usaha dalam rangka melestarikan aspek-aspek dalam kebudayaan
suatu suku bangsa yang tidak dapat diwakili oleh benda koleksi (pameran)
yang ada di Museum. Misalnya :
a. Seni Tari
Alat musik seperti tifa dapat dipamerkan, sedangkan bunyi, cara
menabuh tifa, cara memegang tifa, dan gerak dasar tarinya sama sekali
belum diketahuinya oleh para pengunjung atau masyarakat generasi
sekarang. Bertolak dari hal tersebut maka kegiatan pentas dan pagelaran
Seni dapat menambah informasi-informasi tentang aspek-aspek budaya yang
dapat dilestarikan. Contohnya :
Antropologi Papua Volume 1. No. 3 Agustus 2000
Ø Bagaimana cara menabuh tifa orang Sentani, orang Asmat, Marindanim,
orang Waropen. Orang Biak dan lain-lainnya?
Ø Bagaimana bentuk , gerak tari dan irama musik pengiringnya?
Ø Bagaiman busana yang cocok untuk sebuah tari ?
Ø Siapa-siapa yang terlibat dalam tariantersebut dan lain-lainnya
b. Seni Musik
Alat musik seperti tifa atau trompet bambu, triton (kulit siput)
dipamerkan namun cara menggunakannya, bunyi, tempo (ritme) belum tentu
diketahui oleh para pengunjung atau masyarakat generasi muda yang
memiliki benda budaya tersebut. Hal ini akan di jawab oleh sanggar seni /
kelompok seni yang dibentuk untuk mendukung dan membina dan
melestarikan kesenian daerah itu sendiri. Misalnya : Tempo (ritme) pukulan
tifa dari setiap suku bangsa yang ada di Papua berbeda satu sama lainnya.
Tempo (ritme) pukulan tifa orang sentani berbeda dengan tempo (ritme)
pukulan tifa dari orang Asmat dan lain-lainya.
Pertunjukan / penampilan atau peragaan dari sanggar seni dapat
memberikan penjelasan yang menyeluruh tentang seni musik , yaitu mulai
dari alat musik yang dipamerkan, insterumen musik ( bunyi dan tempo /
ritme) dan siapa yang memainkan alat musik tersebut menurut budaya
masing- masing suku.
c. Seni ukir dan lukis
Ukiran dan lukisan yang dipamerkan pada Museum belum bisa
dimengerti proses pembuatan dan siapa membuatnya apabila tidak disertai
dengan demonstrasi yang dilakukan oleh para pengukir dan pelukis yang
ada. Untuk itu, pembentukan kelompok seni sangat di butuhkan dalam
mengorganisir para seniman ukir dan lukis yang dapat memproduksikan
benda-benda budaya secara terus-menerus dengan tidak menghilangkan ciri
khas budayanya.
F. P E N U T U P
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka usaha pelestarian
kebudayaan Papua, yaitu perlu didirikan lembaga-lembaga yang mempunyai
tanggung jawab dalam hal usaha melestarikan kebudayaan daerah Papua,
khususnya yang berhubungan dengan benda-benda budaya yang merupakan
identitas suku-suku bangsa yang mendiami Tanah Papua. Untuk itu,
diharapkan setiap kabupaten di Propinsi Papua perlu mendirikan Suatu
MUSEUM yang bertugas untuk melestarikan kebudayaan suku-suku bangsa
di kabupaten tersebut yang merupakan warisan sejarah alam dan budayanya.
Kelompok-kelompok seni yang dapat mendukung Museum dalam
hal memberikan informasi secara lengkap terhadap suatu benda koleksi (
bimbingan edukatif) perlu dibentuk dan dibina oleh pihak yang berkompeten
pada setiap kabupaten. Karena melalui kelompok seni pula para seniman
dapat menggali, membina dan mengembangkan kesenian daerah sehingga
kesenian daerah tetap hidup dan dapat dilestarikan.
Pembentukan kelompok seni dapat juga menciptakan lapangan kerja
bagi para seniman. Serta mendukung program Kepariwisataan yang
sementara ini di galakkan di tanah Papua. Karena kesenian daerah
merupakan suatu aset daerah yang perlu ditumbuh kembangkan untuk masa
depan Tanah Papua.
DAFTAR BACAAN
Bastomi, Suwaji. 1992 Wawasan Seni, IKIP Semarang Press.
Flassy, Don dkk. 1980 Aspek dan Prospek seni Budaya Irian Jaya.
Jayapura. Penerbit : Bintang Mas.
Haviland, William. 1988 Antropologi (jilid 2). Penerbit Erlangga.
Kussudiardjo, Bagon 1981 Tentang Tari. Yogyakarta, Penerbit : Nur
Cahaya.
Subardi, dkk. 1980 Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Irian Jaya.
Jayapura. Proyek Inventarisasi dan Dukumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat
Penelitian sejarah dan Budaya depertemen Pendiikan dan Kebudayaan
1979/1980.
Ramandey, Thamo Ph. 1988 Usaha Pembakuan Tari Pergaulan di Irian
Jaya (makalah seminar). Dewan Kesenian Irian Jaya.
Sumandio, Bambang 1997 Bunga Rampai Permuseuman. Direktorat
Jendaral Kebudayaan – Direktorat Permuseuman.

No comments: