Sunday, 28 November 2010

Stasiun Beos Menjelang Peresmian

Stasiun Kereta Api Beos di Jakarta Kota diabadikan tahun 1929 menjelang peresmian. Belanda sendiri menyebutnya BOS kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatchapij (Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Kata BOS oleh lidah Betawi mereka sebut Beos, hingga nama itu terkenal hingga kini. Letaknya di Jalan Pintu Besar Utara/Jalan Jembatan Batu, Jakarta Kota. Stasiun yang merupakan jalur kereta api (KA) dari Batavia-Buitenzorg (Bogor) diresmikan pada 8 Oktober 1929 dengan desain putra Tulung Agung, Jawa Timur, Ir FJL Gijsels. Sebelum stasiun yang terletak di depan gedung Javasche Bank (kini Museum Bank Mandiri), yang dibangun pada 1909 stasiun KA terletak di depan Balai Kota Batavia (kini Museum Sejarah Jakarta). Letaknya sekitar 200 meter dari Beos. Ketika diresmikan diadakan upacara besar-besaran, termasuk selamatan dan untuk mengusir roh jahat, juga di keempat sudut bagian muka dan belakang masing-masing diletakkan kepala kerbau. Ada kepercayaan kala itu, yang di-’amini’ pemerintah Hindia Belanda: ‘Tiap membangun gedung, pasar, atau jembatan harus ada ‘tumbal’ berupa kepala kerbau yang dikubur dan kemudian diberi bacaan-bacaan sambil ‘selamatan”. Banyak yang percaya kalau ini tidak dilakukan akan korban jiwa, terutama anak kecil, diculik roh jahat. Konon, kepercayaan berbau takhayul ini masih terjadi hingga kini. Stasiun KA Beos merupakan jalur KA menuju Bekasi dan Karawang. Beos–nama perusahaan KA BOS–merupakan jalur KA pertama dari Batavia-Bogor (Buitenzorg) yang telah beroperasi sejak 1873. Kemudian, jalur KA menuju Bandung, Yogyakarta, lewat Cirebon, Semarang, dan berakhir di Surabaya. Angkutan penumpang dari Beos kemudian meluas ke stasiun Tanjung Priok dan Merak di Banten. Ketika Beos dibangun, jalur kereta api yang telah ada sejak 1870 dipindahkan ke depan Museum Sejarah Jakarta. Stasiun Beos karya putra Belanda kelahiran Tulung Agung merupakan karya besarnya yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen, yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern Barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Kini, Beos ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No 475 tahun 1993. Saat mendatangi stasiun bersejarah ini, sangat disayangkan keadaannya kurang terawat dan tampak sampah berserakan di sana-sini. Dengan berfungsinya kereta api Jabodetabek, tiap hari dari subuh hingga malam Beos didatangi puluhan bahkan ratusan ribu penumpamg yang datang dan pergi ke berbagai penjuru tempat.



Sumber: Alwi Shahab, wartawan Republika

No comments: