Sunday, 5 December 2010

Rumah Kaca - Pramoedya Ananta Toer

Rumah Kaca - Pramoedya Ananta Toer




"Rumah Kaca" merupakan buku seri terakhir dari tetralogi Pulau Buru karya masterpiece dari penulis besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer. Di buku inilah Pak Pram menunjukan kejeniusannya dalam menciptakan plot cerita yang sangat tidak konvensional. Jika di 3 buku terdahulu fokus cerita ada pada tokoh Raden Mas Minke yang juga sekaligus menjadi pencerita utama maka di buku ke-4 ini Pak Pram membalikan situasi sehingga tokoh Minke tidak menjadi tokoh utama dan pencerita jatuh pada tokoh Pagemanann yang muncul selintas sebagai tokoh misterius dalam buku ke-3 Jejak Langkah. Kepiawaian meramu cerita Pak Pram sehingga walaupun tidak lagi menjadi tokoh utama namun tokoh Minke tetap menjadi nyawa dari cerita.

Di bagian akhir buku Ke-3 dikisahkan kalau Minke ditangkap oleh pihak kepolisian pimpinan inspektur Pagemanann yang memang sudah mengincarnya sejak lama. Pagemanann adalah seorang pribumi tapi berpendidikan Eropa pekerja keras dan memiliki jaringan yang luas sehingga karirnya cepat naik. Walaupun menjadikan Minke sebagai target operasi tapi diam-diam Pagemanann mengagumi Minke dan dalam batinnya menjadikan Minke sebagai guru besarnya. Pagemanann juga seorang yang cerdas namun sayangnya dia mempunyai kebiasaan buruk yaitu senang minum-minuman keras, hal ini pula yang menyebabkan rumah tangganya hancur berantakan.

Karena kekagumannya pada maka Pagemanann sendiri yang mengawal Minke ke tempat pembuangannya di daerah maluku sana. Sejak awal buku kita langsung disuguhi perspektif cerita dari kacamata Pagemanann sehingga rasanya buku ke-4 ini adalah sebuah bagian yang terpisah namun sesungguhnya kalau tidak mengikuti bagian-bagian sebelumnya maka kita akan susah mengikuti jalan ceritanya. Setelah Minke dibuang, Pagemanann tetap saja rajin menyelidiki kehidupan sang tokoh panutan. Pagemanann juga menyelidiki tokoh-tokoh yang diceritakan Minke dalam buku-buku karyanya yaitu "Bumi Manusia", "Anak Segala Bangsa" dan "Jejak Langkah", disinilah Pak Pram menunjukan kejeniusannya sehingga pembaca berhasil digiringnya untuk ikut berpikir kalau ketiga tetralogi sebelumnya adalah karya Minke bukan karya Pak Pram. Ide yang rasa-rasanya sulit untuk diikuti pengarang manapun untuk membuat sebuah cerita baru dalam sebuah sebuah cerita.

"Rumah Kaca" pun digambarkan oleh Pak Pram sebagai buku yang tengah disusun oleh Pagemanann yang menceritakan tentang kebangkitan organisasi-organisasi modern serta kesadaran kaum terpelajar untuk mengusir kaum kolonial. Pagemanann tak cuma diam-diam mengagumi Minke tapi juga diam-diam mendukung aksi pemberontakan kaum terpelajar pribumi tersebut tapi sebagai abdi pemerintah kolonial yang baik, Pagemanann tidak dapat melakukan apa-apa kecuali hanya sekedar jadi penonton. Tugas Pagemanann sebagai anggota elit kepolisian adalah membasmi kegiatan pergerakan yang dapat mengancam pemerintah kolonial sebetulnya bertentangan dengan nuraninya namun ia lebih menuruti ambisi untuk menjadi yang pribumi yang memiliki jabatan di kepolisian yang tertinggi.Berbeda dengan Minke yang memang menjadi hero, Pagemanann ini adalah tokoh abu-abu kadang ia adalah seorang yang baik misalnya saja dengan Menutupi keterlibatan Prinses (istri Minke) dalam usaha pembunuhan terhadap Robert Suurhoff) tapi di sisi lain demi karir ia mau memberikan berbagai rahasia pergerakan terhadap kepolisian kolonial.

"Rumah Kaca" memang lebih berat daripada ketiga buku sebelumnya karena selain kita dipaksa untuk mengubah perspektif, pada buku ini kita juga akan kehilangan kisah romansa yang manis. Mungkin karena Pagemanann tokoh utama kita kali ini adalah seorang yang sangat ambisius mengejar karir sehingga pembawaanya lebih serius daripada tokoh Minke yang memang gampang jatuh hati pada wanita. Namun rasa bosan itu terobati dengan munculnya fakta-fakta dibalik kisah di tiga buku sebelumnya. Secara keseluruhan tetralogi Pulau Buru ini memang luar biasa. Pantas saja kalau Pak Pram sang pengarang dipuji-puji oleh pecinta sastra sedunia.




http://inarciss.blogspot.com/2008/04/rumah-kaca-pramoedya-ananta-toer.html

No comments: