Saturday 4 December 2010

Pemerintahan: Musthofa, Bupati Pilihan Warga Sedulur Sikep

Pemerintahan: Musthofa, Bupati Pilihan Warga Sedulur Sikep



Memasuki hari kedelapan setelah dilantik menjadi Bupati Kudus per 30 Juni lalu, Musthofa Wardoyo, disertai staf, berkunjung ke rumah tokoh Sedulur Sikep, Wargono, di Dukuh Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Selasa (8/7) siang.

Jawa Tengah (Kompas). Memasuki hari kedelapan setelah dilantik menjadi Bupati Kudus per 30 Juni lalu, Musthofa Wardoyo, disertai staf, berkunjung ke rumah tokoh Sedulur Sikep, Wargono, di Dukuh Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Selasa (8/7) siang.

Sedulur Sikep adalah komunitas yang hingga sekarang menganut ajaran Samin Surontiko asal Blora yang begitu kondang ketika masa penjajahan Belanda. Mereka tinggal dan menyebar di Kabupaten Pati, khususnya di Kecamatan Sukolilo dan di Kecamatan Undaan serta Jekulo, Kabupaten Kudus.

Beberapa jam sebelum rombongan bupati tiba di rumah Wargono, Kompas lebih dahulu datang dan ternyata tuan rumah malah tidak ada di rumah. "Bapak masih di sawah. Sebentar lagi biar disusul anak saya," tutur Ny Wargono.

Setengah jam kemudian, Wargono muncul dan ketika diberi tahu jika Bupati Kudus disertai staf akan mengunjungi dan posisi terakhir telah berada di kantor Kecamatan Undaan, segera menuju kamar mandi.

Istri, anak, dan menantunya cepat-cepat menyiapkan minuman, membeli kue dan memasak. "Mengingat serbadadakan, karena saya tidak diberi tahu, apa yang akan sajikan ya bersifat darurat," ujar Wargono sambil memerintahkan salah satu anaknya, Guntoro, untuk menghadirkan sejumlah warga Sedulur Sikep.

Kurang dari sejam, ruang tamu rumah Wargono yang berukuran 9x5 meter sudah dipenuhi dengan kursi plastik, kursi-kursi panjang terbuat dari kayu, dan rombongan bupati Kudus pun tiba.

Lalu sesuai adat kebiasaan yang berlaku sehari-hari, setiap tamu disalami dan disapa, "Rak yo podho seger kuwarasan to?" Artinya kurang lebih, "Apakah Anda dalam kondisi segar bugar?" Kemudian bupati duduk berdekatan dengan Wargono yang didampingi istri dan keduanya mengenakan pakaian adat serbawarna hitam.

Dalam pertemuan yang penuh keakraban tersebut, Wargono yang mengatasnamakan Sedulur Sikep maupun Dukuh Kaliyoso, menyampaikan unek-uneknya tentang pembangunan jembatan di Kali Juwana yang belum juga terwujud, meskipun sudah pernah dilontarkan permintaan kepada Bupati Kudus periode 2003-2008 Muhammad Tamzil. "Kami berharap, Pak Bupati bersedia membangun jembatan itu yang banyak sekali manfaatnya karena sudah lima tahun tidak kunjung terwujud," ujarnya.

Selain itu, meminta kesediaan Bupati agar segenap Sedulur Sikep memperoleh fasilitas dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), yaitu kolom agama tidak ditulis agama tertentu karena salah satu ajaran Samin Surontiko, agama yang dianut adalah agama Adam (diterjemahkan kepercayaan).

Menurut Wargono, kedua hal tersebut sebenarnya telah dibicarakan sebelum Musthofa terpilih menjadi Bupati Kudus periode 2008-2013. Tepatnya pada masa kampanye, ketika yang bersangkutan mengunjungi Sedulur Sikep yang berkumpul di rumahnya.

"Jane mono koyo dianggap nagih janji, amarga kabeh Sedulur Sikep milih Pak Musthofa lan nyatane dadi tenan. Alesanne para Sedulur Sikep milih Pak Musthofa amargo piyambake rawuh langsung ono kene. Calon liyane ora rene. Aku sak konco arep sowan neng kabupaten, oleh to?" ujar Wargono, selalu dalam bahasa Jawa campuran.

Artinya, "Bagai menagih janji, karena Sedulur Sikep memilih (mencoblos) Musthofa dan akhirnya terpilih. Alasan utama, karena yang bersangkutan datang langsung ke rumah, calon lain tidak pernah datang ke sini. Saya bersama teman-teman akan dolan ke rumah dinas bupati, boleh to?"

Menanggapi permintaan tentang jembatan, pada prinsipnya Bupati Kudus menyetujui dan segera diagendakan untuk ditindaklanjuti, "Menyangkut KTP, saya serahkan kepada Pak Camat Undaan dan ternyata tidak ada masalah. Artinya, bisa segera dilaksanakan," ujar Musthofa yang selalu menebarkan senyum dan berbicara hati-hati.

Keakraban yang dibangun antara diri seorang bupati dengan tokoh dan segenap Sedulur Sikep, menurut Musthofa, bukan sekadar "balas jasa", tetapi merupakan salah satu strategi untuk pembangunan ke depan. "Kejujuran hati dan tindakan nyata dari Sedulur Sikep, bisa kita jadikan contoh," ujar Musthofa.



Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/09/10155919/.musthofa.bupati.pilihan.warga.sedulur.sikep

No comments: