Friday, 12 November 2010

Lahirnya Bima

Lahirnya Bima


Raja negara Gajahoya, Destarata memanggil Sangkuni dan Jakapitana. Mereka diperintahkan mencari senjata untuk membuka bungkus bayi dari Raden Bungkus yang dibuang di hutan Setragandamayit.

Batara Guru dan Batara Narada di khayangan kedatangan Raden Pandu untuk meminjam Lembu Andini sebagai permintaan Dewi Madrim, istri Raden Pandu. Batara Guru mengizinkannya.

Pandu pulang ke Astina dan disambut Dewi Madrim dengan sukacita lalu mereka naik lembu Andini mengitari pendopo hingga tiga kali lalu ke Andrawira dan menuju kamar mereka untuk bermain cinta. Namun Dewi Madrim meminta Raden Pandu untuk menahan diri dalam sepekan.

Dewi Madrim kemudian meminta kepada Dewi Kunti untuk diajari ajian “Punta Wekasing Tunggal tanpa Lawan”. Oleh Dewi Kunthi diajari sampai dua kali. Maka seketika itu pula Dewi Madrim hamil bayi kembar.

Di negara Barareta, Prabu Kaladergangsa, ratu raksasa mengutus Patih Bragalda meminang putri Tasikmadu, setelah surat lamaran dibuka lalu dibalas dengan jawaban akan diadakan sayembara perang.

Bala tentara Batareta segera menyerbu negara Tasikmadu. Bala tentara Tasikmadu kalah lalu Raden Citra Warsita masuk hujan dengan bala tentaranya.

Semar dan anak-anaknya membuat gara-gara setelah mengajak Raden Harjuna untuk pulang ke Astina tetapi Harjuna tidak mau karena sedang prihatin tidak ada senjata ampuh yang bisa membuka bungkus jabang bayi yang dibuang ayahnya di hutan Setragandamayit.

Pada saat itu datanglah Raden Citra Wasma meminta tolong pada Harjuna mengusir raksasa di Tasikmadu. Harjuna segera menolong dan mengalahkan para raksasa. Sampai di Tasikmadu, Harjuna meminta senjata pada Prabu Tasikmadu untuk memecah bungkus. Tetapi dijawab bahwa tidak ada senjata yang ampuh kecuali kehendak Dewata sendiri. Harjuna merasa lega dan pulang ke Astina.

Batara Guru dan Narada sedang membicarakan gara-gara yang terjadi disebabkan oleh Raden Bungkus di Hutan Setragandamayit.

”Kalau bungkus pecah akan hilang uger-ugering Pandawa, tali kasihnya,” kata Batara Guru.

Batara Guru memanggil anaknya bernama Gajahsena dan meminta untuk memecah bungkus di hutan Setragandamayit. Batara Narada diminta mengiringinya. Batara Narada dan Gajahsena pun pergi menjalankan tugas. Kemudian Batara Guru meminta istrinya Dewi Uma untuk memberikan pakaian kepada Raden Bungkus. Dewi Uma lalu mengambil kain”Poleng Bang”dan turun ke hutan Setragandamayit dan memasukkan kain tersebut bayi Raden Bungkus.

Lalu datanglah Gajahsena dan Batara Narada.Gajahsena segera menusuk bungkus dengan gadingnya, sehingga bungkus tersebut pecah. Namun dengan pecahnya bungkus tersebut hilang pula Gajahsena. Dan yang muncul adalah Raden Bungkus yang memakai Cawat “Poleng Bang”melihat ke kiri dan ke kanan dimana Batara Narada berada. Raden Bungkus kemudian bertanya,” Kamu siapa?” Batara Narada lalu menerangkan siapa dirinya dan memberi tahu bungkus tentang asal-usulnya. Bahwa Raden Bungkus sebenarnya adalah anak Pandu dengan Dewi Kunthi yang lahir berupa bungkus dan dibuang di hutan Setragandamayit.

“Karena kamu bisa keluar dari bungkus tetapi Gajahsena hilang maka kamu saya beri nama Raden Bratasena. Karena tapamu di dalam bungkus dan Gajahsena yang menolongnya. Kamu mempunyai kakak Yudhistira dan adik Raden Harjuna, sekarang kamu pulanglah ke negara Astina, temuilah ayahmu Raden Pandu Dewanata,” perintah Batara Narada.

Batara Narada terbang ke angkasa sambil membawa bungkus bayi yang telah robek. Lalu dia turun di hutan Banakeling kemudian menaruh bungkusan yang mengeluarkan cahaya tersebut diatas batu gilang itu.

Tidak berselang lama, Prabu Sempani di Banakeling yang sedang disuruh istrinya untuk mencari bayi untuk dijadikan anak, melihat ada cahaya di tengah hutan Banakeling. Setelah didekati ternyata ada bungkus di atas batu gilang. Setelah dipegang dan dibaui ternyata berbau bayi. Oleh Prabu Sempani lalu diciptakan menjadi bayi kembar dan dibawa pulang.

Kepada istrinya, Prabu Sempani berkata,”Jangan kamu susui bayi-bayi itu, akan aku mandikan dengan ‘air gege’ supaya cepat besar. Setelah dimandikan segera menjadi jejaka kemudian diberi nama Raden Tirtanata dan Jajadrata.

Di tempat lain, alam perjalanannya menuju Astina, Raden Harjuna bertemu dengan Raden Bungkus, Harjuna bertanya,”Kamu anak dari mana?” Raden Bungkus menjawab,”Namaku si Bungkus. Anak yang dibuang ayahku Pandu Dewanata dan Ibuku Dewi Kunthi.

Segera Harjuna menyembah kepada kakaknya tersebut dan menangis yang tentu saja membuat Raden Bungkus bingung.

“Mengapa kamu berbuat seperti itu?”tanya Raden Bungkus.

Harjuna menjawab bahwa dia adalah adiknya, yang bernama Harjuna. Lalu Bratasena merangkul adiknya tersebut lalu meminta Harjuna pulang terlebih dulu, dia akan menyusul kemudian.

Di tengah jalan Harjuna bertemu dengan Jakapitana dan Sangkuni yang berusaha membunuhnya. Mereka mengeroyok Harjuna beramai-ramai namun Harjuna bisa mengelak. Tidak berama lama Raden Bungkus melihat adiknya dikerubuti orang lalu datang membantunya. Sengkuni lalu bertanya kepada Raden Bungkus yang tinggi besar, ”Siapa kamu kok berani turut campur?” Raden Bungkus menjawab, ”Aku bocah dari Setragandamayit, si bungkus namaku, si Harjuna saya bela karena dia adikku.” Para Kurawa setelah melihat itu lalu bubar melarikan diri.

Harjuna dan Raden Bungkus pulang ke Astina disambut Prabu Abiyasa dan Raden Pandu, Puntadewa dan Dewi Kunthi. Mereka lalu menceritakandari awal hingga akhirnya. Keluarga besar itu pun berangkulan bahagia. Namun Raden Bungkus tidak mau duduk tetapi berdiri saja. Raden Bungkus kemudian dipanggil Raden Bratasena.




Hatiku selembar daun...

No comments: