Ketika Tonil Klosed menyikapi Sikep
Sikep, sebuah lakon terbaru Kelompok Tonil Klosed Solo, tadi malam (15/07) tuntas dipentaskan. Bertempat di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta, naskah lakon ditulis dan sekaligus disutradarai pementasannya oleh Sosiawan Leak.
Lakon Sikep sebagaimana judulnya memang mengangkat persoalan tentang komunitas sedulur Sikep atau Samin yang terkenal itu.
Sosiawan Leak bersama Klosed agaknya juga “tergoda” untuk menjadikan komunitas unik di Jawa ini sebagai sumber inspirasi karya mereka. Sesuatu yang sebenarnya telah lebih dulu dilakukan oleh kalangan ilmuwan sosial di wilayah pengkajian dan penelitian keilmuan mereka.
Gerakan perlawanan terhadap kekuasaan semacam yang dilakukan Kyai Samin Surosentiko memang masih menggelitik beberapa kalangan, termasuk seniman. Perlawanan oleh yang lemah atau minoritas terhadap kuasa yang lebih besar adalah tema yang seksi yang juga telah menggoda Sosiawan Leak. Tak mengherankan jika penampilan lakon Sikep tadi malam juga begitu “genit” ditampilkan oleh Klosed.
Bentuk perlawanan Kyai Samin Surosentiko berbeda dengan Che Guevara, Tan Malaka atau siapapun yang kerap jadi symbol perlawanan terhadap kekuasaan. Masing-masing punya karakter sendiri dan hal tersebut tampil dari sikap tokoh dan pengikutnya.
Kyai Samin Surosentiko mengobarkan perlawanan terhadap tirani bukan secara fisik tetapi kekuatan batin dan intelektual. Bahasa menjadi menjadi media mengekspresikan perlawanan sedulur Sikep terhadap penguasa. Bahasa menjadi ruang kuasa menentang kesewenang-wenangan lewat pemaknaan-pemaknaan yang terkandung di dalamnya.
Hal tersebut bersenyawa dengan pesan substantif yang didengung-dengungkan yang meliputi jatmiko (bijaksana) dalam kehendak, ibadah, mawas diri, mengatasi bencana alam dan jatmiko selalu berpegangan akan budi pekerti.
Negara Batin
Perlawanan orang Samin adalah merebut ruang demi untuk membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah “Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni.”
Tapi Sikap dan karakter demikian itulah yang kurang bisa ditampilkan oleh Klosed. Gaya pemanggungan yang banyak membangun bentuk komposisi blocking pemain dan sesekali adegan akrobatik membuat “riuh” pertunjukan mereka.
Selain itu, warna vokal dan artikulasi pemain yang cenderung seragam dan berteriak membuat pertunjukan kehilangan suasana kontemplatifnya. Padahal untuk memahami ajaran Kyai Samin Surosentiko dibutuhkan ruang tenang bagi penonton untuk mengeja makna gerakan sedulur Sikep.
Bagaimanapun, Kelompok Tonil Klosed agaknya memang lebih memilih sikap untuk mementaskan Sikep sebagai sebuah pemaparan kronik-kronik perjalanan gerakan Kyai Samin Surosentiko dan Sedulur Sikep. Sebab hampir di setiap adegan selalu ditandai penyebutan tanggal maupun tahun peristiwa-peristiwa masa itu. Sebuah visualisasi sejarah yang cukup menggelitik dan menghibur yang berhasil ditampilkan Klosed.
http://kabarsoloraya.com/2009/07/16/ketika-tonil-klosed-menyikapi-sikep%E2%80%A6/
No comments:
Post a Comment