Monday, 20 December 2010

Konfederasi Kota, Pemerintahan Nagari ala Kerajaan Champa

Konfederasi Kota, Pemerintahan Nagari ala Kerajaan Champa


Champa adalah nama negeri yang akrab dalam literatur tambo dan kaba klasik Minangkabau. Nama negeri ini identik dengan nama tokoh Harimau Campa yang merupakan anggota rombongan nenek moyang orang Minangkabau, Sultan Maharajo Dirajo. Nama Harimau Campa kemudian diabadikan dalam nama lembaga negara Harimau Campo Koto Piliang, yaitu lembaga negara yang berfungsi sebagai angkatan perang dan menteri pertahanan yang dijabat oleh Tuan Gadang di Batipuah. Keberanian orang-orang Champa yang sangat legendaris ini disebabkan keberhasilan mereka dalam menghancurkan pasukan Mongol dalam invasi yang dilakukan oleh Kubilai Khan.

Dalam kaba klasik, Champa muncul sebagai nama negeri perantauan Anggun Nan Tongga dan Malin Kundang, bahkan Malin Kundang dalam legenda masyarakat Air Manis, Padang di kemudian hari berhasil mempersunting salah satu Puteri Champa.

Champa juga dipercaya sebagai daerah asal dari pendiri Kerajaan Inderapura, terlihat dari nama ibukota pertama Inderapura yang disebut Muara Campa.

Selain itu Suku Jambak di Minangkabau juga merupakan suku yang pada awal mulanya datang dari negeri Champa ini. Nama Suku Campa lama kelamaan berubah jadi Suku Jambak dalam lidah Minangkabau.

Sekilas Kerajaan Champa

Kerajaan Champa (bahasa Vietnam: Chiêm Thành) adalah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam tengah dan selatan, diperkirakan antara abad ke-7 sampai dengan 1832. Sebelum Champa, terdapat kerajaan yang dinamakan Lin-yi (Lam Ap), yang didirikan sejak 192, namun hubungan antara Lin-yi dan Campa masih belum jelas. Komunitas masyarakat Champa, saat ini masih terdapat di Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Pulau Hainan (Tiongkok). Bahasa Champa termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

VietnamChampa1

Sebelum terbentuknya Kerajaan Champa, di daerah tersebut terdapat Kerajaan Lin-yi (Lam Ap), akan tetapi saat ini belum diketahui dengan jelas hubungan antara Lin-yi dan Champa. Lin-yi diperkirakan didirikan oleh seorang pejabat lokal bernama Ku-lien yang memberontak terhadap Kekaisaran Han pada tahun 192 masehi, yaitu di daerah kota Huế sekarang.

Wilayah Kekuasaan

Daerah Champa meliputi area pegunungan di sebelah barat daerah pantai Indochina, yang dari waktu ke waktu meluas meliputi wilayah Laos sekarang. Akan tetapi, bangsa Champa lebih berfokus pada laut dan memiliki beberapa kota berbagai ukuran di sepanjang pantai. Setelah abad ke-7, Champa melingkupi wilayah provinsi-provinsi modern Quảng Nam, Quảng Ngãi, Bình Định, Phú Yên, Khánh Hòa, Ninh Thuận, dan Bình Thuận di Vietnam.

Budaya dan Agama

Pada awalnya Champa memiliki hubungan budaya dan agama yang erat dengan Tiongkok, namun peperangan dan penaklukan terhadap wilayah tetangganya yaitu Kerajaan Funan pada abad ke-4, telah menyebabkan masuknya budaya India. Setelah abad ke-10 dan seterusnya, perdagangan laut dari Arab ke wilayah ini akhirnya membawa pula pengaruh budaya dan agama Islam ke dalam masyarakat Champa.

Sebelum penaklukan Champa oleh by Lê Thánh Tông, agama dominan di Champa adalah Syiwaisme dan budaya Champa sangat dipengaruhi India. Islam mulai memasuki Champa setelah abad ke-10, namun hanya setelah invasi 1471 pengaruh agama ini menjadi semakin cepat. Pada abad ke-17 keluarga bangsawan para tuanku Champa juga mulai memeluk agama Islam, dan ini pada akhirnya memicu orientasi keagamaan orang-orang Cham. Pada saat aneksasi mereka oleh Vietnam mayoritas orang Cham telah memeluk agama Islam.

Kebanyakan orang Cham saat ini beragama Islam, namun seperti orang Jawa di Indonesia, mereka mendapat pengaruh besar Hindu. Catatan-catatan di Indonesia menunjukkan pengaruh Putri Darawati, seorang putri Champa yang beragama Islam, terhadap suaminya, Kertawijaya, raja Majapahit ketujuh sehingga keluarga kerajaan Majapahit akhirnya memeluk agama Islam. Makam Putri Campa dapat ditemukan di Trowulan, situs ibukota Kerajaan Majapahit.

Perdagangan

Champa merupakan jalur penghubung penting dalam Jalur Rempah-rempah (Spice Road) yang dimulai dari Teluk Persia sampai dengan selatan Tiongkok; dan kemudian ia juga termasuk dalam jalur perdagangan bangsa Arab ke Indochina, yang merupakan pemasok aloe.

Champa memiliki hubungan perdagangan dan budaya yang erat dengan kerajaan maritim Sriwijaya, serta kemudian dengan Majapahit di kepulauan Melayu. Dalam Babad Tanah Jawi, dikatakan bahwa raja Brawijaya V memiliki istri bernama Anarawati (atau Dwarawati), seorang puteri dari Kerajaan Champa yang beragama Islam. Beberapa Walisongo juga dikatakan pernah bermukim di Kerajaan Champa sebelum menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Demikian pula, terdapat hubungan yang erat antara Kerajaan Champa dan Kerajaan Kamboja. Meskipun sering terjadi peperangan, kedua kerajaan juga mengadakan pertukaran kebudayaan dan perdagangan; dimana sering terjadi pernikahan keluarga kerajaan diantara keduanya.

Konfederasi Kota di Kerajaan Champa

Sebelum tahun 1471, Champa merupakan konfederasi dari 4 atau 5 kepangeranan, yang dinamakan menyerupai nama wilayah-wilayah kuno di India:

Indrapura – Kota Indrapura saat ini disebut Dong Duong, tidak jauh dari Da Nang dan Huế sekarang. Da Nang dahulu dikenal sebagai kota Singhapura, dan terletak dekat lembah My Son dimana terdapat banyak reruntuhan candi dan menara. Wilayah yang dikuasai oleh kepangeranan ini termasuk propinsi-propinsi Quảng Bình, Quảng Trị, dan Thừa Thiên–Huế sekarang ini di Vietnam.

Amaravati – Kota Amaravati menguasai daerah yang merupakan propinsi Quảng Nam sekarang ini di Vietnam.
Vijaya – Kota Vijaya saat ini disebut Cha Ban, yang terdapat beberapa mil di sebelah utara kota Qui Nhon di propinsi Bình Định di Vietnam. Selama beberapa waktu, kepangeranan Vijaya pernah menguasai sebagian besar wilayah propinsi-propinsi Quang-Nam, Quang-Ngai, Binh Dinh, dan Phu Yen.
Kauthara – Kota Kauthara saat ini disebut Nha Trang, yang terdapat di propinsi Khánh Hòa sekarang ini di Vietnam.
Panduranga – Kota Panduranga saat ini disebut Phan Rang, yang terdapat di propinsi Ninh Thuận sekarang ini di Vietnam. Panduranga adalah daerah Champa terakhir yang ditaklukkan oleh bangsa Vietnam.

Diantara kepangeranan-kepangeranan tersebut terdapat dua kelompok atau suku: yaitu Dua dan Cau. Suku Dua terdapat di Amaravati dan Vijaya, sementara suku Cau terdapat di Kauthara dan Panduranga. Kedua suku tersebut memiliki perbedaan tata-cara, kebiasaan, dan kepentingan, yang sering menyebabkan perselisihan dan perang. Akan tetapi biasanya mereka berhasil menyelesaikan perselisihan yang ada melalui perkawinan antar suku.

Penaklukan oleh Bangsa Vietnam

Para penguasa Champa di Panduranga (Nagar Champa) yang terbentuk pada pertengahan abad ke-15, melakukan perlawanan terhadap Vietnam dan pada tahun 1695 melalui perundingan memperoleh status kepangeranan otonom (Tran Thuan Thanh) di bawah dinasti Nguyen dari Cochin Tiongkok. Kerajaan Champa kemudian menjadi negara bawahan yang setia dari Kaisar Gia Long dari dinasti Nguyen, namun pada akhirnya kedaulatannya dibubarkan pada tahun 1832 oleh anak Kaisar Gia Long, yaitu Kaisar Minh Mạng. Pada masa peperangan dengan Vietnam, banyak penduduk Champa termasuk para aristokratnya yang mencari perlindungan di Kamboja, dan mendapatkan kedudukan yang tinggi.
Sumber

Insight Guide – Vietnam (ed.) Scott Rutherford, 2006. ISBN 981-234-984-7.
Vietnam, Trials and Tribulations of a Nation D. R. SarDesai, ppg 33-34, 1988. ISBN 0-941910-04-0
Emmanuel Guillon. Cham Art. Thames & Hudson Ltd, London, 2001. ISBN 0-500-97593-0
art.com Hindu-influenced art above the entrance of one of the Po Nagar Cham towers, Photographic Print by Steve Raymer, 12×16 ASIN B000EUCYYQ
Jean-Francois Hubert. The Art of Champa. Parkstone Press, 2005. ISBN 1-85995-975-X
AA. Navis, Alam Terkembang, Curaian Adat Minangkabau, 1979

No comments: