Sunday, 5 December 2010

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PERTEMUAN TINGKAT MENTERI ASEAN KE-37 Jakarta, 30 Juni 2004

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PERTEMUAN TINGKAT MENTERI ASEAN KE-37 Jakarta, 30 Juni 2004


SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA




Yang Mulia para Menteri Luar Negeri,
Hadirin yang saya hormati,
Perkenankanlah saya mengawali sambutan ini dengan menyampaikan
ucapan selamat datang kepada Yang Mulia para Menteri Luar Negeri ASEAN
beserta seluruh delegasi pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-37 ini.
Saya berharap anda sekalian menikmati suasana selama berada di Jakarta
dan mendoakan mudah-mudahan pertemuan ini berjalan sukses, mengingat
begitu banyak hal penting yang akan dibicarakan.
Bulan Oktober lalu, saya mendapat kehormatan untuk memimpin
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN kesembilan. Dalam pertemuan bersejarah
itu, para pemimpin ASEAN menyepakati strategi baru menghadapi tantangan
zaman yakni mengubah ASEAN dari asosiasi negara-negara menjadi
komunitas negara-negara. Hal ini dituangkan dalam dokumen bersejarah,
yaitu Bali Concord II.
Untuk melaksanakan Bali Concord II, saya memandang kita perlu
mengambil inisiatif-inisiatif baru yang bersifat konstruktif berlandaskan rasa
saling percaya dan saling pengertian. Saya yakin inilah cara terbaik untuk
menunjukkan bahwa kita mampu hidup berdampingan secara damai satu
sama lain ataupun dengan dunia luar. Saya menilai bahwa hal tersebut
sangat tepat dengan tema pertemuan ini, yakni : “Striving for Full Integration
of ASEAN : A prosperous, caring and peaceful Community.”
Gagasan mengenai ASEAN yang sejahtera, saling peduli dan damai,
diangkat dari visi yang terdapat dalam dokumen yang memiliki nilai sejarah
bagi kita semua, yakni Deklarasi ASEAN. Deklarasi yang ditandatangani 37
tahun lalu oleh lima Menteri Luar Negeri pendiri ASEAN itu mencitrakan
Negara-negara Asia Tenggara yang hidup bersama secara harmonis dan
aman, dan memberikan “perdamaian, kebebasan dan kesejahteraan” bagi
seluruh masyarakat dan generasi mendatang.
3
Kurang lebih tiga puluh tahun kemudian, gagasan ini diungkapkan
kembali dalam “Visi ASEAN 2020” yakni ASEAN sebagai “negara-negara
Asia Tenggara yang bersatu, yang melihat keluar, hidup dalam perdamaian,
stabilitas dan kesejahteraan”, yang bersama-sama terikat dalam satu
kemitraan pembangunan dinamis serta dalam suatu komunitas masyarakat
yang saling peduli.
Dalam rentang waktu antara Deklarasi ASEAN tahun 1967 dengan
Visi ASEAN 2020 tahun 1997, kita menyaksikan berkembangnya ASEAN
yang hingga saat ini telah mencakup seluruh negara Asia Tenggara.
Sekarang, setelah hampir empat dekade berjalan, ASEAN telah
menjadi penggerak perdamaian dan stabilitias serta kesejahteraan di seluruh
kawasan Asia-Pasifik. Hal ini berhasil dicapai melalui upaya yang terus
menerus dalam memelihara budaya konsultasi dan kerjasama antar anggota
negara-negara mitra wicara. Banyak negara mitra wicara yang disamping
mengupayakan integrasi ekonomi dengan ASEAN, juga bekerja keras
bersama ASEAN bagi perwujudan keamanan dan stabilitas.
Namun demikian, kita hendaknya jangan mudah berpuas diri. Berbagai
tantangan global dan regional yang berat tengah menguji kita. Menguatnya
upaya unilateralisme dalam hubungan internasional telah sedikit banyak
mengesampingkan cara-cara demokratis dalam penyelesaian sengketa intra
dan antar Negara. Konflik di Timur Tengah dan di Irak yang belum juga
berakhir telah mengganggu stabilitas dunia. Belum terselesaikannya masalah
isu nuklir di Semenanjung Korea ataupun masih rentannya perekonomian
kawasan Asia Timur, juga menjadi keprihatinan kita bersama.
Kita juga tetap harus waspada terhadap kemungkinan menyebarnya
berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, SARS, flu burung serta penyakit menular
lainnya dan mencegah dampak buruknya terhadap masyarakat dan
perekonomian kita. Kita juga harus secara terus menerus memerangi
peredaran obat-obat terlarang, penyelundupan senjata, penyelundupan orang
dan perdagangan wanita dan anak-anak, pencucian uang serta berbagai
bentuk tindak kejahatan lintas batas lainnya.
Di atas semua itu, kita juga harus berada di depan dalam memerangi
tindak kejahatan lintas batas yang paling tidak berprikemanusiaan: terorisme
internasional. Pada saat kita sedang bersusah payah memerangi berbagai
ancaman tersebut dan merasakan dampak buruknya, kita juga masih harus
berjuang keras memajukan pembangunan di seluruh bidang sosial ekonomi.
Berbagai ancaman dan tantangan baru terus hadir di depan kita.
Pengalaman kita dari waktu ke waktu-lah yang kemudian mengajarkan,
bahwa kita tidak lagi bisa menghadapinya hanya dengan cara-cara yang
selama ini lazim kita lakukan, seperti membuat rencana aksi dalam rangka
kerjasama fungsional, atau mengharapakan bantuan dari rekan-rekan dialog.
4
Kita sendirilah yang harus mulai memikirkan cara-cara yang lebih
kreatif dan efektif. Kita harus membangun kekuatan dan mekanisme yang
kongkrit, yang mampu mengamankan dan menyelamatkan ASEAN dari
tantangan dan ancaman di masa depan.
Saya sepenuhnya yakin bahwa para pemimpin ASEAN telah
menjawab kebutuhan itu Oktober lalu dalam Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN Kesembilan di Bali, ketika kita menetapkan Declaration of ASEAN
Concord II dan berjanji untuk mewujudkan komunitas ASEAN pada tahun
2020.
Dengan visi dan kepemimpinannya, para pemimpin ASEAN telah
meletakkan fondasi bagi kekuatan baru untuk mengatasi semua tantangan
dan ancaman, yaitu sebuah komunitas yang akan terdiri dari tiga pilar :
Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas
Sosial Budaya ASEAN.
Melalui Declaration of ASEAN Concord II, atau lebih kita kenal dengan
Bali Concord II, yang merupakan cetak biru pembentukan komunitas ASEAN,
saya optimis bahwa kita akan mampu mencapai tujuan yang kita inginkan
pada waktunya.
Kita akan menjadi Komunitas Ekonomi ASEAN tatkala proses integrasi
ekonomi yang sedang kita laksanakan saat ini telah mampu menciptakan
kawasan perekonomian yang stabil, sejahtera dan memiliki daya saing yang
kuat di dunia. Pada saat itu, kawasan ASEAN akan menjadi kawasan bebas
arus keluar masuk barang, jasa dan investasi serta memiliki tingkat
pembangunan ekonomi yang merata. Kita berharap, pada saat itu tidak akan
ada kesenjangan pembangunan yang berarti antar anggota keluarga ASEAN.
Kita berencana, pada saat itu kita juga telah berhasil mengentaskan
kemiskinan yang merupakan masalah mendasar.
Sebagai satu komunitas sosial budaya, kita bersama-sama mengatasi
berbagai permasalahan pertumbuhan penduduk, pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia, dan pencegahan serta pengawasan
penyebaran wabah penyakit, penurunan kualitas lingkungan dan polusi lintas
batas.
Sebagai komunitas sosial budaya, kita akan lebih mengenali benang
merah yang ada di dalam budaya-budaya kita, dan akan lebih mampu
menghargai identitas nasional satu sama lain. Guna mewujudkan semua itu
pula, kita harus menciptakan “rasa ke-kita-an” yang begitu penting bagi
manusia dalam membentuk sebuah komunitas.
Sebagai komunitas keamanan, kita akan meningkatkan kerjasama di
bidang politik dan keamanan sehingga kita bisa bertanggung jawab
sepenuhnya dalam mengatasi segala bentuk ancaman terhadap kawasan
keamanan kita.
5
Berlawanan dengan anggapan sebagian orang,kita tidak akan
membentuk sebuah aliansi militer ataupun sebuah pakta pertahanan, karena
bukan itu yang dimaksud dengan pembentukan komunitas keamanan
ASEAN. Pada tahap ini, penting bagi kita di ASEAN untuk memperkuat dan
memperluas kerjasama politik sehingga kita dapat meningkatkan kapasitas
guna diplomasi preventif, penyelesaian politik, dan pembangunan pascakonflik.
Kita juga perlu menumbuhkan “rasa ke-kita-an” yang lebih besar
sehingga kita dapat menyelesaikan segala sengketa secara damai dan
bersahabat, meskipun isu yang dibahas sangat sensitive. Kita harus dapat
berdialog secara terbuka dan jujur, bahkan mengenai masalah internal atau
isu dalam negeri yang jika tidak diselesaikan, bisa berdampak buruk terhadap
kawasan.
Dengan “rasa ke-kita-an” tersebut, kita dapat mewariskan kepada anak
cucu kita sebuah kawasan Asia Tenggara yang bukan saja bebas tetapi juga
mampu mengelola sengketa dengan arif. Dengan demikian, komunitas
keamanan ASEAN akan menjadi instrumental bagi pembentukan sebuah
tertib kawasan yang dewasa.
Tertib kawasan seperti itu memerlukan kita untuk memperluas “stakeholders”
di ASEAN lebih dari hanya pejabat pemerintah, tetapi menyertakan
sebanyak mungkin anggota masyarakat kita serta menanamkan kepada
mereka rasa memiliki yang kuat terhadap ASEAN. Untuk itu, kami sangat
percaya bahwa Asia Tenggara harus progresif dan tidak konservatif dalam hal
partisipasi publik dalam pemerintahan dan dalam pemajuan dan perlindungan
hak-hak asasi manusia.
Para Yang Mulia,
Hadirin yang saya hormati,
Melalui peningkatan kohensifitas dan solidaritas, kita akan dapat
mengatasi secara efektif segala dinamika kawasan, seperti halnya terhadap
dinamika di tingkat internasional. Kita menjadi lebih kreatif dan responsif
terhadap proses integrasi dan rasionalisasi yang lebih luas di Asia Timur dan
Asia Pasifik, yang meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial.
Kita perlu meningkatkan momentum dalam proses ASEAN+3 yang
telah mendukung kerjasama kita dengan mitra kita dari Asia Timur Laut.
Dalam satu dasawarsa mendatang, Kawasan Perdagangan Bebas ASEANChina
dan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Jepang akan mulai berlaku.
Hubungan dialog dengan India juga meningkat, saat India menjalankan
sebuah kebijakan “Melihat ke Timur”. Kita menjalin hubungan ekonomi yang
semakin erat dengan Australia dan Selandia Baru, sementara Uni Eropa,
Rusia dan Kanada juga berusaha meningkatkan kehadiran mereka di Asia
Tenggara. Selain itu, kita juga membangun kerja sama dengan Afrika dan
Amerika Latin. Kita juga perlu menanggapi secara bijaksana kembalinya
6
kepentingan besar Amerika Serikat di Asia Tenggara. Kecenderungan lain
yang sama pentingnya dengan kecenderungan integrasi antar negara-negara
dan kawasan adalah tumbuhnya demokrasi di seluruh dunia. Pemilihan
Umum yang bebas, jujur, dan berhasil baru-baru ini telah diadakan di Korea
Selatan, Malaysia, Sri Lanka, India, Filipina, dan Indonesia. Dalam konteks
ini, dengan gembira kita memperhatikan bahwa salah satu anggota keluarga
ASEAN, yaitu Myanmar, telah turut berperan dalam meningkatkan demokrasi.
Kami mendorong Myanmar untuk mengambil segala langkah yang dapat
menambah substansi bagi aspirasi demokrasinya.
Kami di Indonesia juga bangga dengan keberhasilan pemilihan
anggota parlemen kami yang baru berlangsung. Kami berharap pemilihan
Presiden secara langsung yang untuk pertama kalinya akan kami
selenggarakan dalam beberapa hari mendatang, juga akan sukses seiring
makin kuatnya rasa kedaulatan rakyat Indonesia.
Tentu, kami harus bekerja keras untuk dapat mengatasi tantangantantangan
tersebut. Selain itu, dalam dunia yang semakin terbuka dan saling
berketergantungan, kami juga tidak kebal terhadap dampak perkembanganperkembangan
eksternal, seperti kecenderungan yang tidak menentu dari
harga minyak dan dari nilai tukar mata uang kami, disamping kontraksi
mendadak yang acapkali menimpa pasar-pasar ekspor kita. Seperti keluarga
ASEAN lainnya, kami juga tidak kebal terhadap ancaman yang meliputi
kawasan kita dan dunia.
Namun demikian saya percaya, dengan ketahanan yang semakin baik
dan kekuatan yang semakin kokoh, di ASEAN secara bersama-sama kita
akan selalu mengatasi ancaman dan tantangan di masa depan. Lebih dari itu,
kita dapat memanfaatkan kecenderungan positif dari integrasi ekonomi dan
demokrasi – jika kita tekun dan menjaga kawasan kita dengan tertib.
Inilah pesan saya hari ini, bahwa di ASEAN kita telah memiliki cetak
biru untuk memelihara ketertiban kita, meningkatkan kekuatan yang
dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan pada masa ini, dan
menjamin kredibilitas yang kita butuhkan guna bergabung pada proses
integrasi yang lebih luas.
Cetak biru itu adalah Bali Concord II, yang mengatur transformasi kita
menuju sebuah Komunitas ASEAN. Artinya, kita harus sekaligus menjadi tiga
hal: Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan
Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Kita tidak dapat membentuk Komunitas
ASEAN hanya dengan salah satu pilarnya dan mengesampingkan dua pilar
yang lain.
Di atas semua itu, kita harus melaksanakan apa yang sudah kita
katakan. Kita sekarang memberi makna kepada retorika kita dan
meningkatkan kredibilitas kita.
7
Negara-negara lain di kawasan Asia dan Pasifik serta belahan dunia
lainnya saat ini sedang memperhatikan kita. Jangan kita lantas
menembunyikan kelemahan-kelemahan kita; mari kita tunjukkan kekuatan
kita dengan menjadi sebuah komunitas sebagaimana telah kita umumkan.
Dalam semangat itu, saya buka secara resmi Pertemuan Tingkat
Menteri ASEAN ke-37.
Terima kasih.


Jakarta, 30 Juni 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

No comments: