Sunday, 5 December 2010

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN KE XX TAHUN 2003 Palangkaraya 2 Juli 2003

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN KE XX TAHUN 2003 Palangkaraya 2 Juli 2003


SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA




Saudara-saudara Menteri,
Saudara Gubernur dan para anggota MUSPIDA Provinsi Kalimantan Tengah,
Para Pemuka dan Tokoh Agama. serta AIim Ulama yang saya hormati.
Saudara-saudaraku kaum muslimin dan musilimat Indonesia yang saya cintai,
Assalantu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Mengawali sambutan ini, izinkan saya mengajak Saudara-saudara semua untuk terlebih dahulu memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahuwata’aIla, karena hanya atas ridho dan perlindungan-Nya saja, malam hari ini kita dapat bersama-sama mengantar penyelenggaraan MTQ tingkat nasional yang ke XX.
Gempitanya sambutan masyarakat dan selalu besarnya minat para peserta dari seluruh penjuru tanah air dalam setiap kali penyelenggaraan Musabaqah nasional, sangat membesarkan hati kita. Semua itu menambah keyakinan kita tentang dalamnya kecintaan umat Islam Indonesia yang secara bersama-sama menjadikan kita sebagai bangsa dengan umat Islam terbesar di dunia terhadap Kitab Suci Al Qur’an.
Kita Iayak berbangga, bahwa kita mampu menjadikan seni membaca Al Qur’an ini sebagai kegiatan nasional yang berkala dan berkelanjutan. Lebih dan itu, sekarang ini malahan menjadikannya sebuah tradisi,. Namun seperti kita ketahui, seni membaca dengan lantunan yang indah, jelas sangat berbeda dan jauh dan sifat rutinitas. Lantunan seperti itu tidak mungkin keluar tanpa penghayatan makna ayat-ayat suci dalam Al Qur’an. Dengan kata lain, pelantunan ayat-ayat tersebut hanya mungkin berlangsung bila disertai pemahaman yang tepat dan benar terhadap makna yang terkandung di dalamnya.
Betapapun, kemampuan memahami isi ajaran Al Qur’an yang hakekatnya berintikan petunjuk atau tuntunan tentang bagaimana umat harus menjalani hidup dan kehidupan ini, pasti merupakan kepuasan pribadi yang tidak terkira nilainya. Pemahaman tentang sikap santun yang tidak hanya penting maknanya dalam membina hubungan dengan Allah Yang Maha Pencipta, tetapi juga dalam membina hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang penuh keadaban baik dalam dimensi ke-Tuhanan maupun dimensi kemanusiaan.
Dalam ukuran kehidupan kebangsaan yang kita bangun diatas keragaman yang Luar biasa itu, sungguh luar biasa nikmat yang dapat direguk dengan kemampuan pemahaman tadi. Kita merasa bagai memperoleh tambahan kekuatan untuk menunjukkan tanggungjawab, bahwa sebagai kelompok terbesar dalam keseluruhan warga bangsa, kita tetap toleran dan bersikap sayang terhadap kelompok lainnya.
1
Rasanya tidak ada yang Iebih menyejukkan selain tetap tidak melihat tampilnya kecenderungan ciri-ciri kediktatoran dalam segala aspek kehidupan nasional kita, walau kemungkinan untuk itu sebenarnya dapat dilakukan oleh umat Islam yang merupakan kelompok mayoritas. Sama melegakannya bahwa pada saat yang sama, juga tidak ada iritasi yang memancing munculnya sikap dan tindak tirani dari kelompok masyarakat walau mereka merupakan bagian yang Lebih kecil. Kemampuan saling dapat memposisikan diri dengan tepat seperti itu, sungguh-sungguh menjadi dambaan bagi setiap bangsa yang dibangun diatas kemajemukan yang luar biasa besarnya seperti bangsa kita ini.
Saya percaya umat Islam Indonesia mampu melaksanakan dan mewujudkan ajaran tersebut, Umat Islam di Indonesia, yang dari dahulu memang telah merupakan bagian yang terbesar dalam kehidupan bangsa, mampu menunjukkan toleransi dan kebesaran hati yang luar biasa ketika membangun dan memelihara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Umat Islam telah membuktikan dirinya sebagai kekuatan yang sangat bertanggungjawab dalam menjaga dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsanya.
Demikianlah, me!alui pemahaman terhadap kebenaran ajaran Al Qur’an, umat Isram Indonesia telah menunjukkan betapa mereka mampu menjalankan kehidupan yang jauh dari sikap semena-mena terhadap umat dan kelompok lain yang lebih kecil. Seperti itu pula yang dahulu dicontohkan junjungan kita Nabi Muhammad Sallalahu’alaihi Wassalam, ketika beliau membangun masyarakat Madani di Madinah.
Kita jelas bisa mengikuti keteladanan junjungan kita. Kita juga jelas mampu meneruskan jejak dan Langkah para pendahulu kita, karena kemampuan kita sekarang memang Iebih besar. Kita bersyukur, bahwa kita dapat memperoleh dan memiliki pelajaran yang Iebih banyak dari berbagai pengalaman sejarah yang demikian berwarna. Kita mampu, karena seperti sekarang ini, kesempatan yang kita miliki untuk memahami ajaran Al Qur’an, sesungguhnya memang lebih luas dan lebih mendalam.
Dalam kerangka pentingnya pemahaman Al Qur’an yang tepat dan benar itulah kita melihat manfaat penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an yang kita selenggarakan hingga sat ini. Sekarang, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim.
saya nyatakan Musabaqah Tilawatil Qur’an yang ke XX secara resmi dimulai. terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palangkaraya, 2 Juli 2003
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI




Sumber: http://www.lin.go.id/news.asp?kode=030703AgaA0001
Koleksi: Perpustakaan Nasional RI, 2006
2

No comments: