Saturday 19 February 2011

Andi Arief Ditodong Moncong Pistol di Pelipis

Andi Arief Ditodong Moncong Pistol di Pelipis

Penculikan Andi Arief makin terkuak. Meski tidak disiksa fisik, ia sempat ditodong dengan pistol ketika dibawa kabur penculiknya. Tapi ia tak diancam jika buka mulut.
Andi Arief Ini cerita baru soal penculikan Andi Arief. Ternyata ketika dibawa oleh para penculiknya, Andi bukan hanya diborgol, di kedua pelipis kepalanya "ditempelkan" moncong pistol. Hal itu terbongkar dalam konferensi pers soal orang hilang di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Rabu (29/4).

Konferensi pers yang dipimpin oleh Wakil Ketua YLBHI yang sekaligus Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Munir SH, juga dihadiri oleh ayah Andi Arief, M Arief Makhya serta tiga kakak perempuannya. Konferensi pers itu dilaksanakan seusai Munir dan keluarga Andi Arief melengkapi laporan mereka kepada Puspom ABRI. Sebelum itu mereka mengunjungi Andi di Mapolda Metro Jaya.

Makhya bercerita, dalam pertemuan yang kedua itu -- sebelumnya ia telah bertemu Andi Sabtu 25 April lalu -- ia mendapat kesan bahwa perlakuan terhadap Andi kurang menyenangkan. Sejak tanggal 28 Maret sampai 7 April 1998, mata Andi ditutup, tangan dan kakinya diborgol ganda, borgolnya dua. Bahkan salah satu borgol diikatkan ke kaki meja. Sehingga Andi tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, tidak bisa makan, mandi dan tidak bisa shalat (Lihat wawancara Makhya: "Dia Sering Ditutup Matanya").

Kemudian, tanggal 7 April hingga 17 April ia dipindahkan dari tempat terdahulu ke tempat lain, yang diindentifikasi semacam lantai bawah, dan menempati bekas tempat Pius Lustrilanang yang sudah keluar. Andi tetap diborgol, tetapi matanya dibuka. Selanjutnya, sejak tanggal 17 April sampai 20 April 1998, ketika berada di Mabes Polri, Andi tetap diborgol dan mata ditutup. "Inilah yang dikatakan langsung Andi," kata Makhya.

Makhya menyimpulkan bahwa memang benar ia berada di Mabes Polri sejak tanggal 17 April. "Jadi jelas bahwa sebelum itu ia diculik oleh orang, yang menurut kami, tidak dikenal," kata Makhya. "Oleh karena itu perlu sekali aparat berwenang mengusut tuntas siapa yang menculik anak saya."

Hilyati, kakak perempuan tertua Andi, membenarkan bahwa Andi dipindahkan dari tempat penculikan ke Mabes Polri pada tanggal 17 April dengan mata ditutup. Ia diberangkatkan sekitar pukul 23.00 WIB dari tempat penculikan. Setelah lebih satu jam perjalanan, kendaraan yang membawanya berhenti dan ia dipindahkan ke kendaraan lain. "Sampai di Mabes Polri jam satu malam," kata Hilyati. Sesampai di Mabes Polri matanya dibuka. Tetapi tetap diborgol tangannya hingga tanggal 20 April.

Sementara itu selama sepuluh hari periode awal penculikan, 28 Maret sampai 7 April, tambah Hilyati, Andi tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa buang air, tidak bisa shalat. Sementara untuk makan Andi disuapi. Untuk buang air kecil, disediakan kaleng.

Di samping itu di tempat penyekapan, Andi juga sempat diteror mental. Di bagian tubuhnya sering ditempelkan sejumlah pistol. Diperkirakan ada delapan pistol yang ditempelkan ke tubuh Andi. Penculik sempat juga berkata kepada Andi, "Ajal kamu di tangan Tuhan. Tapi bisa, ajal kamu di tangan saya," kata Hilyati, pemilik ruko di Lampung tempat Andi diculik. Dan di dalam ruang penculikan itu, ia disuguhi siaran radio Kiss FM secara penuh. "Hanya tiga jam radio itu istirahat," tambah Hilyati.

Hilyati juga menambahkan, sesuai keterangan dari Andi Arief, bahwa selama di tahanan ia juga melihat tahanan lain, Haryanto Taslam, Rahardjo Waluyojati, dan Faisol Riza dalam keadaan tak menyenangkan. Tapi Hilyati tidak menggambarkan secara jelas bagaimana bentuk penyiksaan terhadap ketiga orang itu.

Ketika ditanya tentang lokasi, Hilyati menjelaskan bahwa sejak dibawa, mata Andi ditutup lalu dibuka (di Bakeuhuni), kemudian ditutup lagi sesampai di Kebon Jeruk, Jakarta, dibuka kembali. Kemudian matanya ditutup kembali, perjalanan ke tempat penyekapan memakan waktu lebih kurang satu jam. Hilyati juga menjelaskan, meski sebelumnya matanya tidak ditutup, Andi tidak bisa melihat kanan kiri karena kedua pelipisnya ditodongkan pistol.

Beda dengan korban penculikan lainnya yang sudah kembali, ketika Andi Arief diserahkan kepada Mabes Polri, ia tidak mendapat pesan khusus, misalnya tidak boleh berbicara kepada pers. "Jadi boleh dikata agak beda dengan yang lain. Kalau yang lain yang dibebaskan itu memang rata-rata mendapat pesan. Andi Arief nggak ada," kata Munir SH.

Dalam kesempatan itu Munir juga mengoreksi jumlah orang hilang yang sebelumnya sempat diberitakan tinggal empat orang. Tiga orang terakhir dibebaskan yakni Rahardjo Waluyojati, Faisol Reza, dan Herman Hendrawan. "Sampai siang jam sepuluh ternyata Herman Hendrawan yang dikabarkan sudah lepas, tidak pernah sampai di rumah. Artinya besar kemungkinan Herman Hendrawan tetap ditahan bersama proses penculikan itu. Sehingga dengan kedaaan demikian, jumlah orang yang sampai hari ini masih belum jelas keberadaannya tetap enam orang," kata Munir.

Munir juga menjelaskan bahwa pihaknya bersama keluarga orang hilang itu telah melengkapi laporannya ke Puspom ABRI. Pihak Puspom ABRI, menurut Munir, menyatakan serius menanganinya, dengan melakukan penyelidikan.

MIS

No comments: