Tuesday 15 February 2011

Patung Penjaga

Patung Penjaga

Naskah Monolog karya Theo Adimas
Kelas XII Bahasa



Patung penjaga yang merupakan simbol dari keadilan dan keamanan berdiri tegak di tengah dengan tulisan “INI ADALAH PERLAMBANGAN DARI NIAT KAMI UNTUK MENJALANKAN TUGAS SEJUJUR – JUJURNYA DALAM MENJAGA HUKUM DAN KEAMANAN”.

(suara angin dan hewan-hewan yang menunjukkan suasana malam hari)

Patung penjaga perlahan-lahan bergerak dan turun dari tempatnya. Mulai berjalan. Melihat sekelilingnya kemudian duduk ditempatnya tadi berdiri.

Patung penjaga : Huaah, akhirnya sudah malam lagi! (melihat keatas sambil menggerak-gerakkan tubuh dan tangannya)

Patung penjaga : hari ini benar-benar hari yang aneh. Yah, sesungguhnya sudah tidak aneh lagi sih untukku. Sudah cukup sering terjadi di sini (terlihat tidak suka)

Patung penjaga : orang minta keringanan hukuman, minta dibebaskan, minta jaminan keamanan, dan bahkan memaksa bebas dengan caranya pun ada (mulai berdiri dan berjalan-jalan)

Patung penjaga : Padahal jelas mereka menempatkan aku disini sebagai simbol. “Inilah perlambangan dari niat kami untuk menjalankan tugas sejujur-jujurnya dalam menjaga hukum dan keamanan.” Itu yang mereka katakan saat meletakkanku disini (terlihat mengenang dan kemudian tampak kecewa)

Patung penjaga : huh, niat!? Niat apa? Niat yang mana? (tampak kesal dan duduk kembali)

Patung penjaga : Keadilan dan keamanan, memang aku ada untuk melambangkan hal itu. Yah, terkadang memang aku bisa dibuat bangga. Seperti yang terjadi di pagi hari tadi.
(musik berbunyi)

Berganti pakaian dengan jas. Berjalan dengan tegap dan tampak meyakinkan sebagai pengusaha dan pejabat yang baik.

Berhenti di depan tempat patung berdiri dan berbicara dengan pejabat pelaksana kantor tersebut .
Pejabat Luar : Selamat pagi, Pak! (mengulurkan tangan)

Pejabat Luar : Bagaimana kabar kau?

Pejabat Luar : Ya, ya! Aku dan keluargaku cukup baik. Kecuali anakku yang satu itu. Tentu kau tau kan masalah ini.

Pejabat Luar : untuk itulah aku menyempatkan diri untuk bertemu denganmu dan aku yakin kau pun pasti mengerti.

Pejabat Luar : Ya aku tahu memang ada anakku di pengeroyokan itu tapi belum tentukan dia dalangnya.

Pejabat Luar : Ayolah kita kan sudah lama kenal dan kau cukup mengenal anakku juga kan.
(tampak bingung dan melihat kearah patung)

Pejabat Luar : ah, kenapa kau ini?

(melihat kearah patung lagi)

Pejabat Luar : Ayolah! Tak perlu kau kawatir seperti itu, itu hanya patung.

Pejabat Luar : benar, memang itu symbol kantormu tapi dia tak bisa gebuk kepalamu! Tenanglah!

Pejabat Luar : aku tau tindakannya memang mengganggu keamanan tapi kau bantulah aku.
(bingung dan melihat ke patung lagi)

Pejabat Luar : Ah! Jadi kau memang tak mau bantu aku!

(suara angin dan hewan-hewan yang menunjukkan suasana malam hari)

Patung Penjaga : ya! Kadang-kadang aku dibuat bangga dengan petugas yang seperti itu.

Patung Penjaga : Memang keadilan itu mutlak dan karena itulah ada hukum di negara ini.(berdiri)

Patung Penjaga : dengan begitu maka keamanan pun akan terjamin.
(kembali duduk)

Patung Penjaga : Tapi… benarkah aku bisa bangga berdiri di sini?

Patung Penjaga : hari ini saja… baru pagi hari aku dibuat bangga lalu sore ini….

(Musik berbunyi)
Berganti pakaian dan membawa tas kerja berjalan ke dalam panggung kemudian berhenti di depan patung.
Pejabat Pelaksana : Huahh, akhirnya pulang juga!

Pejabat Pelaksana : benar-benar hari yang melelahkan!

Pejabat Pelaksana : Waduh, kok bapak balik lagi? (terkejut)

Pejabat Pelaksana : kan sudah saya bilangin tadi pagi, pak! saya tidak bisa membantu anak anda karena urusanya rumit.

Pejabat Luar : tapi aku percaya kau pasti bisa bantu aku.

Pejabat Pelaksana : Bantu gimana? Kan sudah saya terangkan kalau untuk mengurus itu prosedurnya rumit.

Pejabat Luar : dan prosedur itu kau yang menjalankan kan? Jadi pasti bisa kau atur!

Pejabat Pelaksana : administrasi yang harus diurus sangatlah rumit pak! anda harus mengerti itu.

Pejabat Pelaksana : berbagai macam administrasi harus diselesaikan. Lagi pula…. (melihat ke arah patung)

Pejabat Luar : Kalau begitu kau uruslah! Kenapa kau tampak takut pada patung itu? Itu cuma patung.

Pejabat Pelaksana : dan itu sebuah lambang!

Pejabat Luar : kesini kau (meminta pejabat pelaksana mendekat)

Pejabat luar : kau bilang tadi masalah administrasi kan? Bagaimana dengan ini? (menyerahkan bungkusan pada pejabat pelaksana)

Pejabat Pelaksana : ini…ini….ini untuk saya? (setelah melihat isi bungkusan sambil terus melirik ke patung)

Pejabat Pelaksana : Tidak.

Pejabat Pelaksana : eh…maksud saya tidak kurang. Ya, ini cukup untuk administrasi. (kembali melirik ke patung)

Pejabat Pelaksana : ya, memang hanya sebuah patung.

Pejabat Pelaksana : mitos patung itu mengawasi paling cuma untuk menakut-nakuti saja.

(suara angin dan hewan-hewan yang menunjukkan suasana malam hari)

Patung penjaga : Cuh! Niat apa? Niat yang mana? (marah)

Patung penjaga : Sampah semua! Untuk apa aku diletakkan disini kalau begitu.

Patung penjaga : Benar-benar memalukan!

Patung penjaga : sejujur-jujurnya dalam menjaga hukum dan keamanan?

Patung penjaga : Omong kosong!

(suara ayam berkokok)

Patung penjaga tampak kaget dan bingung. Naik kembali ke tempat patung dan tampak ragu untuk tetap berdiri tegap seperti biasanya. Memunggut spidol yang tergeletak di depanya dan menambahkan tulisan “dahulu” di tempatnya berdiri menjadi “DAHULU INI ADALAH PERLAMBANGAN DARI NIAT KAMI UNTUK MENJALANKAN TUGAS SEJUJUR – JUJURNYA DALAM MENJAGA HUKUM DAN KEAMANAN”. Kemudian patung terdiam dalam posisi tampak malu.

No comments: