Wednesday, 20 April 2011

Dua kelompok preman Pasar Tanah Abang bertempur. Para pedagang berharap pengamanan pasar ditingkatkan.

Dua kelompok preman Pasar Tanah Abang bertempur. Para pedagang berharap pengamanan pasar ditingkatkan.

PARA pedagang Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat baru saja buka
"warung". Jarum jam pada Kamis pekan lalu baru menunjuk angka 08.00.
Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, puluhan preman bermunculan dan
menduduki sebuah sudut pasar tempat para pedagang kaki lima berjualan.
Mereka dipimpin Hercules, salah seorang yang mereka kenal sebagai
pentolan preman di situ. Banyak di antara mereka yang membawa senjata
tajam. Kepada para pedagang, mereka menanyakan apakah Iyus dan anak
buahnya -kelompok preman lainnya- sudah terlihat sosoknya.

Sebagaimana diceritakan seorang pedagang yang tak mau disebutkan
namanya, kira-kira satu jam kemudian "pasukan Iyus" yang juga
berjumlah puluhan orang berdatangan. Kedua kelompok pun berhadapan
dalam posisi siap tempur. Sejenak mereka bertengkar mulut. Setelah
diplomasi buntu, kata-kata dilanjutkan dengan perkelahian massal.
Masing-masing mencari lawan. Samurai, pisau, golok, celurit, dan
tongkat beradu. Ada pula yang bertarung dengan tangan kosong.

Pasar Tanah Abang yang macet dan penuh sesak dengan manusia itu
menjadi kacau-balau. Para pedagang buru-buru menutup kios atau warung,
lalu bersembunyi di dalam. Pembeli dan pejalan kaki serabutan. Para
penumpang kendaraan umum berhamburan ke luar. Seorang wanita hamil
tampak terinjak-injak oleh kerumunan manusia yang belingsatan. Entah
bagaimana nasib wanita itu.

Untunglah tak lama kemudian sepasukan tentara segera terjun. Dalam
waktu singkat mereka berhasil melerai perkelahian. Selanjutnya,
sebagaimana diungkapkan Wali Kota Jakarta Pusat, Abdul Kahfi, sehari
kemudian, 24 preman sudah ditangkap dan sudah diserahkan ke kepolisian
untuk diproses secara hukum kalau memang terbukti bersalah. Dari 24
orang itu, 17 di antaranya adalah para preman kelompok Iyus. Sisanya
anggota kelompok Hercules.

Peristiwa itu segera menjadi berita utama di berbagai media massa,
sekaligus menyingkap adanya "keganasan" di suatu tempat: para preman
yang menambang rezeki dengan kegarangan. Pertempuran yang terjadi di
Tanah Abang itu, menurut sejumlah pedagang, tak jauh dari urusan
rebutan rezeki antarkelompok preman. Sejak sekitar dua tahun silam,
menurut para pedagang, Pasar Tanah Abang dikuasai oleh sekelompok
preman yang berasal dari daerah timur Indonesia. Semula mereka
dikomandoi oleh Hercules, pemuda gagah itu.

Entah karena apa, kelompok ini pecah menjadi dua: kelompok Hercules
dan kelompok Iyus -ada yang menyebut kelompok Anis. Boleh jadi "Anis"
dan "Iyus" adalah satu orang. Selama ini mereka berbagi lahan rezeki
dengan "memajak" para pedagang, terutama pedagang kaki lima yang
berjualan di trotoar. Hercules mengusai kawasan tertentu, Iyus kawasan
lain. "Di luar bulan Puasa, kami dipajak Rp 200.000 sebulan untuk
menempati areal satu meter persegi," ujar seorang pedagang kaki lima.
Itu belum termasuk bayaran bila mereka mengadakan kunjungan mendadak.
"Pada bulan Puasa, pajaknya naik. Bulan Puasa ini, misalnya, kami
dikenai Rp 400.000 untuk menempati 1 x 1 meter di trotoar," kata
pedagang itu.

Kalau pajak dan setoran rutin tak dibayar, masih menurut pedagang itu,
mereka tak segan-segan melayangkan pukulan atau tamparan. Pernah suatu hari seorang penjual rokok di pinggir jalan tewas digebuki karena tak
membayar setoran sejumlah yang ditentukan. Para pedagang berniat
mengusung mayatnya beramai-ramai ke Gedung DPR. Tentu untuk mengadukan nasib. Namun niat mereka dihalangi oleh para preman.

Perkelahian yang pecah Kamis pekan lalu terjadi karena kedua kelompok
memperebutkan lahan trotoar di dekat grosir kain dan pakaian jadi,
yang memang paling banyak dihuni pedagang kaki lima. Masing-masing tak
mau mengalah. Dan hasilnya, empat preman luka, termasuk Hercules yang
kini kabarnya dirawat di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta.

Sehubungan dengan kasus tersebut, Wali Kota Jakarta Pusat berjanji
akan membantu petugas keamanan meningkatkan pengamanan Pasar Tanah
Abang dan kawasan ramai lainnya. Dan tentu saja sekitar 6.000 pemilik
kios serta ribuan pedagang kaki lima lainnya, yang selama ini merasa
diperas oleh para preman, menunggu janji itu. "Selama ini kami memang
selalu berharap pengamanan pasar ditingkatkan, agar kami bisa terbebas
dari para preman," ujar seorang pedagang. Ada juga yang menyebutkan
bahwa para preman itu bekerja sama dengan oknum pejabat pasar. Dan
tampaknya apa yang kini terjadi itu bukan cuma ada di Pasar Tanah Abang,
melainkan juga pasar lainnya di ibukota.

No comments: