Showing posts with label Penelitian. Show all posts
Showing posts with label Penelitian. Show all posts

Sunday 29 June 2008

POKOK-POKOK PENGANTAR PENDEKATAN KWALITATIF

POKOK-POKOK PENGANTAR PENDEKATAN KWALITATIF*)
PARSUDI SUPARLAN
UNIVERSITAS INDONESIA




Penelitian dalam Ilmu-Ilmu Sosial:

Penelitian ilmiah adalah kegiatan sistematik, dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori yang baku dan relevan, untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta melalui kegiatan-kegiatan pengamatan, wawancara, dan pengamatan terlibat, untuk digunakan sebagai bukti-bukti dan/atau pembuktian dalam pembuatan teori.

Konsep-konsep dan teori-teori yang relevan, dari hasil seleksi oleh si peneliti, digunakan untuk menciptakan sebuah kerangka teori atau model teori yang digunakan sebagai acuan untuk menciptakan masalah penelitian. Sebuah masalah penelitian diciptakan berlandaskan atas hipotesa yang dibuat. Hipotesa adalah jawaban sementara, atau teori sementara, mengenai hubungan diantara gejala-gejala atau fakta-fakta yang dipertanyakan. Kerangka teori atau model teori tersebut juga digunakan sebagai acuan untuk menentukan pendekatan yang digunakan. Yaitu, pendekatan kwalitatif atau pendekatan kwantitatif.

Teori-teori yang dihasilkan melalui dan oleh pendekatan kalitatif adalah teori-teori substantif. Sedangkan teori-teori yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan kwantitatif adalah teori-teori metodelogi dan subtantif.

Pendekatan kwantitatif menekankan pada kegiatan pengukuran kecenderungan-kecenderungan dari korelasi-korelasi yang ada diantara gejala-gejala sebagai satuan-satuan yang tergolong dalam kategori yang sejenis yang dibedakan dari kategori yang lain jenisnya yang dinamakan variabel-variabel. Karena sasaran kajiannya adalah gejala sebagai satuan, maka untuk ketepatan pengukuran hubungan-hubungan atau korelasinya haruslah menggunakan rumus-rumus statistik atau matematik. Begitu juga , data yang dikumpulkan dan diteliti atau dikaji adalah data kwantitatif, karena itu, dalam pendekatan kwantitarif digunakan konsep-konsep universum, populasi, sampel, dsb., yang mencirikan coraknya yang kantitatif.

Sedangkan dalam pendekatan kwalitatif penekanan kegiatannya adalah pada pemahaman mengenai hakekat hubungan diantara satuan-satuan gejala atau satuan-satuan permasalahan konseptual yang merupakan sebuah satuan permasalahan yang dikaji. Sasaran kajiannya adalah prinsip-prinsip mendasar yang berlaku umum, yang diperlakukan sebagai konsep-konsep; dan karena itu tidak mengenal adanya konsep-konsep universum, populasi, sampel, dan sebagainya, yang digunakan dalam pendekatan kwantitatif. Sebuah satuan kajian atau penelitian dinamakannya sebagai kasus.

Teori-teori yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan kwantitatif ditunjukan kebenarannya dengan cara melakukan pembuktian-menunjukkan data yang kwantitatif dan sekaligus menunjukan metodenya, tanpa tambahan interpretasi dari si peneliti atau penyaji hasil-hasil temuan penelitian. Sedangkan teori-teori yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan kwalitatif dilakukan dengan menunjukkan serangkain bukti-bukti, dan bukti-bukti tersebut dihubungkan dengan teori yang dibuatnya melalui interpretasi oleh si peneliti. Interpretasi yang menggunakan serangkaian teori-teori yang ada yang baku.

Pendekatan Kwalitatif

Karena tujuan kajian adalah pemahaman mengenai hakekat hubungan diantara satuan-satuan permasalahan konseptual, dan karena kenyataan-kenyataan empirik atau fakta-fakta itu diperlakukan sebagai bukti-bukti, maka dalam pendekatan kwalitatif satuan permasalahan yang diteliti itu dilihat dan diperlakukan sebagai sebuah sistem, dengan unsur-unsurnya yang saling terkait satu sama lainnya sebagai sebuah satuan yang menyeluruh. Satuan-satuan gejala yang diteliti diperlakukan sebagai unsur-unsur yang saling terkait sebagai sebuah sejumlah sub-sistem yang secara keseluruhan saling terkait secara fungsional sebagai sebuah sistem.

Dalam kegiatan penelitiannya seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kwalitatif tidak menggunakan hipotesa uji sebagi pedoman untuk menguji hubungan-hubungan diantara gejala-gejala, tetapi menggunakan sebuah pedoman umum yang dinamakan sebagai hipotesa kerja. Hipotesa kerja ini mendefinisikan ruang lingkup permasalahan yang diteliti dan satuan-satuan permasalahan, baik secara horizontal maupun secara vertikal atau berjenjang unsur-unsur atau satuan-satuan permasalahan yang tercakup dalam masalah penelitian tersebut. Karena itu pendekatan kwalitatif seringkali juga dinamakan pendekatan yang sistematik atau holistik (unsur-unsurnya saling terkait satu sama lainnya merupakan suatu keseluruhan yang bulat).

Dalam pendekatan kwalitatif instrumen penelitian adalah si peneliti itu sendiri. Karena, dalam pendekatan kwalitatif si peneliti bukan hanya mengumpulkan informasi selama melakukan penelitian lapangan, tetapi bersamaan dengan pengumpulan bukti -bukti tersebut si peneliti melakukan penggolongan gejala-gejala atau informasi-informasi, menganalisa hubungan diantara gejala-gejala , membuat kesimpulan-kesimpulan, dan kesimpulan-kesimpulan tersebut dihubungkan lagi dengan satuan-satuan gejala atau fakta-fakta atau informasi yang ada di lapangan. Kemampuan mengidentifikasi gejala-gejala dan menggolong-golongkannya serta menganalisa hubungan-hubungan golongan-golongan atau kategori-kategori tersebut tergantung pada kemampuan konseptual dan teoretikal yang dipunyai oleh si peneliti. Seorang peneliti dengan kamampuan S1 akan mempunyai kemampuan instrumental dalam penelitian yang berbeda dengan seorang peneliti dengan kemampuan S2 atau S3.

Pendekatan kwalitatif seringkali juga disebut sebagai pendekatan yang humanistik, karena dalam pendekatan ini cara-cara hidup, cara-cara pandang, ataupun ungkapan-ungkapan emosi dari warga masyarakat yang diteliti mengenai sesuatu gejala yang ada dalam kehidupan mereka itu justu yang digunakan. Dan dalam perspektif inilah ke-obyektifan dari pendekatan kwalitatif data atau bukti-bukti tidak dirubah atau direkduksi tetapi diperlakukan sebagaimana adanya, yaitu dari perspektif para pelaku yang ditelitinya. Karena itu, dalam pendekatan kwalitatif, para pelaku yang diteliti atau yang memberikan informasi kepadanya dinamakannya sebagai informan atau pemberi informasi. Berbeda dari pendekatan kwantitatif yang menamakan pemberi informasi sebagi responden atau pemberi respons karena dalam kenyataannya pendekatan kwantitatif dalam ilmu-ilmu sosial adalah bertuan untuk memperoleh informasi mengenai respons atau tanggapan dari pelaku yang diteliti. Dalam psikologi dinamakan subyek, atau pelaku yang menjadi subyek penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Dalam pendekatan kwalitatif seorang peneliti bersikap skeptis atau tidak percaya sepenuhnya terhadap informasi yang diperolehnya melalui keterangan dari informan atau melaui wawancara. Kemampuan manusia, termasuk informan, dalam memanipulasi informasi tidak terbatas; dan informasi dimanipulasi oleh dan untuk kepentingan pelaku atau informan yang bersangkutan. Untuk menghindari informasi yang menyimpang dan khususnya menghindari data palsu, maka penelitian yang menggunakan pendekatan kwalitatif terutama akan menggunakan metode pengamatan dan wawancara dengan pedoman.

Metode pengamatan terlihat pada dasarnya adalah sama dengan metode verstehen yang dikembangkan dalam filsafat. Max Weber, tokoh sosiologi klasik, menggunakan metode verstehen ini kajiannya mengenai hubungan antara etika Kristen dan munculnya kapitalisme, yaitu sebuah cara memandang dan menilai sesuatu dari kacamata atau sudut pandang orang atau warga masyarakat yang diteliti. Tingkat kemampuan untuk dapat memandang dan menilai sesuatu gejala dari sudut pandang yang diteliti ditentukan oleh tingkat kemampuan si peneliti untuk dapat secara sempurna mengikuti sudut pandang dan penilaian dari para warga masyarakat yang diteliti. Dalam hal ini, si peneliti juga menjadi instrumen penelitian.

Dalam metode pengamatan terlibat, si peneliti bukan hanya mengamati, tetapi juga melakukan wawancara, mendengarkan, melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan oleh para pelaku yang diteliti (dalam batas-batas tertentu). Wawancara yang dilakukan bukan wawancara yang formal dengan menggunakan pedoman wawancara atau menggunakan kwesioner, tetapi lebih sebagai sebuah dialog atau percakapan yang spontan. Justru yang spontan itulah yang obyektif karena tidak melalui rekayasa terlebih dahulu. Wawancara yang dilakukan dalam pendekatan kwalitatif dapat dilakukan dengan menggunakan kwesioner, untuk memperoleh data sensus yang akurat dari sebuah komuniti atau pemukiman; dan dapat juga menggunakan wawancara dengan pedoman yang terutama digunakan untuk memperoleh data mengenai sistem kekerabatan, sejarah kehidupan (life history), atau mengenai berbagai permasalahan formal-legal (perkawinan dan hak waris, misalnya).

Salah satu ciri yang juga dapat dilihat sebagai yang membedakan pendekatan kwalitatif dari pendekatan kwantitatif adalah pentingnya setting atau lingkungan kehidupan dari masyarakat yang diteliti. Metode yang digunakan untuk mencatat lingkungan kehidupan ini adalah metode pengamatan. Dengan metode pengamatan seorang peneliti mencatat dan membuat peta wilayah atau lingkungan kehidupan tersebut beserta segala isinya yang relevan. Pembuatan peta ini merupakan suatu prasyarat yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti dapat betul-betul memahami segala gejala yang ada dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Peta yang dibuat tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk betul-betul dapat mencernakan berbagai informasi yang dikumpulkannya dan lebih lanjut digunakan sebagai satuan-satuan unsur dalam analisa sistemik yang dilakukannya.


*) Pelatihan Pembimbingan, Penelitian di Lingkungan U.I., Puslit Pranata Pembangunan, U.I., Jakarta, 25 Februari - 4 Maret 1994

BIMBINGAN PEMBUATAN SKRIPSI

BIMBINGAN PEMBUATAN SKRIPSI*)
Parsudi Suparlan
Universitas Indonesia

PENDAHULUAN

Uraian singkat berikut ini adalah menganai bagaimana membuat skripsi yang mutu ilmiahnya diharapkan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagimana kita ketahui, pada akhir setiap pendidikan tinggi di Indonesia, para mahasiswa diharuskan membuat sebuah skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mencapai gelar kesarjanaan menurut bidang ilmu pengetahuan masing-masing. Kesukaran yang selama ini dihadapi oleh dunia pendidikan tinggi kita adalah bukan hanya dalam hal penulisan skripsi itu sendiri, yaitu yang dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan, tetapi juga dalam hal pembimbingan yang dilakukan oleh dosen pembimbingnya, dan ukuran nilai atau mutu ilmiah sesuatu skripsi yang telah ditulis oleh mahasiswa.

Uraian berikut ini berusaha menyajikan serangkaian garis besar petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana membuat skripsi. Diharapkan bahwa uraian yang disajikan tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan bagi para mahasiswa maupun pengajar yang berkepentingan dengan masalah skripsi. Yang tercakup dalam uraian ini adalah:
(1) Uraian mengenai pengertian skripsi, dan
(2) Cara membuat skripsi
Yang mencakup tahap-tahap pembuatan , dan cara-cara menyusun dan cara menyajikannya.
Contoh-contoh yang diberikan dalam pembahasan ini adalah dari bidang ilmu-ilmu sosial dan khususnya dari antropologi budaya.

SKRIPSI

Pada hakekatnya inti dari sebuah skripsi adalah suatu pernyataan atau tesis. Tesis adalah suatu pernyataan atau argumentasi ilmiah yang berisikan suatu teori berkenaan dengan suatu masalah yang dikaji, yang didukung oleh bukti-bukti yang berupa keterangan-keterangan yang telah diperoleh dari suatu hasil penelitian ilmiah.

Sebuah skripsi bukanlah suatu uraian yang isinya yang menekankan pada metodologi (kecuali kalau skripsi tersebut adalah sebuah skripsi mengenai metodologi). Sebuah skripsi tidak juga semata-mata menekankan pada kumpulan keterangan-keterangan yang terrwujud sebagai suatu deskripsi mengenai kenyataan-kenyataan yang tidak ada kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya ssecara keseluruhan. Sebab sebuah skripsi menekankan pada suatu hasil penemuan yang berupa tesis atau pernyataan ilmiah.

Dengan demikian, pembuatan sebuah skripsi tidaklah semudah yang disangkakan oleh kebanyakan orang, tetapi harus melalui tahap-tahap pembuatan sistematik dan yang disadari oleh pengetahuan yang cukup mengenai teori-teori yang ada dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan dan yang relevan dengan itu. Karena itu, sebuah skripsi hanya diharuskan dibuat oleh mahasiswa yang telah menduduki jenjang terakhir pendidikan di perguruan tinggi. Karena pada tingkat terakhir ini mereka dianggap telah mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai teori-teori yang ada dalam bidang ilmu pengetahuan mereka masing-masing yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang relevan dengan itu. Mereka juga telah dianggap mempunyai kesanggupan untuk menyeleksi teori-teori yang diketahuinya, dan menggunakannya untuk mengkaji dan memahami masalah-masalah yang dihadapi.

Sebenarnya, sebuah skripsi adalah suatu tahapan akhir dari suatu kegiatan mengenai sesuatu masalah, yang terwujud sebagai laporan hasil penelitian.
Penelitian tersebut dapat berupa:
(1) Penelitian lapangan.
(2) Penelitian kepustakaan.
(3) Kombinasi daari keduanya.

TAHAP-TAHAP PEMBUATAN SKRIPSI

Kalau data hasil penelitian telah dikumpulkan, maka pembuatan skripsi biasanya dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Pembuatan judul.
2. Kerangka skripsi.
3. Kepustakaan.
4. Penulisan draft pertama.
5. Perbaikan.
6. Penulisan perbaikan.
7. Pembacaan teliti (Proofreading)

1. Pembuatan Judul

Pembuatan atau pemilihan suatu judul skripsi biasanya mengikuti judul yang telah dipilih menjadi topik masalah penelitian yang menjadi landasan bagi pembuatan skripsi tersebut. Walaupun demikian, tidak jarang terjadi bahwa suatu judul skripsi telah dibuat secara berbeda dari judul masalah penelitian yang menjadi landasan bagi pembuatan skripsi tersebut. Sehubungan dengan itu, hendaklah diingat bahwa sebuah judul skripsi yang baik adalah:
a. Mencerminkan masalah yang dikaji/diuraikan dalam skripsi tersebut.
b. Sederhana dan tidak bertele-tele.
Dengan demikian diharapkan bahwa para pembaca skripsi, begitu melihat judul skripsi tersebut akan langsung dapat memperkirakan isinya mengenai apa, dan bagaimana para pemeriksa/pembimbing skripsi akan lebih memudahkan dalam kegiatan pembimbingan dan pemeriksaannya.
Berikut ini adalah contoh-contoh skripsi dan laporan kegiatan penelitian, berkenaan dengan judulnya.

Contoh 1. Judul skripsi sederhana dan langsung mencerminkan isi masalah yang dikaji/diuraikan;
PENGARUH INDUSTRI TERHADAP STRUKTUR RUMAH TANGGA PENDUDUK DESA CITEUREUP

Contoh 2. Judul skripsi terlalu panjang dan tidak secara langsung mencerminkan isi masalah yang dikaji/diuraikan.
MASYARAKAT SANGIR TALAUD DI TANJUNG PRIUK DENGAN LATAR BELAKANG MASYARAKAT SANGIR TALAUD DI SANGIR TALAUD
Judul skripsi tersebut sebenarnya dapat diganti dengan sebuah judul yang lebih sederhana dan mencerminkan isi masalah yang dikaji/diuraikan dengan judul lain, yaitu:
KOMUNITAS PADA MASYARAKAT SANGIR TALAUD DI TANJUNG PRIUK

Contoh 3. Judul laporan hasil penelitian lapangan ini tidak secara tidak secara tepat mencerminkan isi laporan, karena menggunakan istilah-istilah yang pengertiannya tidak tepat atau tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh si pembuat laporan.

JARINGAN-JARINGAN GOLONGAN SUKU BANGSA DI JAKARTA

Jaringan adalah suatu pengelompokan yang terdiri dari tiga noktan, (orang, benda dan sebagainya) yang masing-masing dihubungkan satu sama lainnyaoleh garis-garis (hubungan sosial, kegiatan, benda, prestasi, dan sebagainya) secara menyeluruh. Dengan demikian pengertian jaringan sosial adalah mengenai keadaan pengelompokan , yang secara kongkrit nyata dan ada yang secara empirit dapat dibuktikan keberadaannya.

Interaksi adalah suatu bentuk tindakan kongkrit yang berupa tindakan-tindakan timbal balik antara dua pelaku atau lebih. Yang secara keseluruhan tindakan-tindakan tersebut menghasilkan hubungan-hubungan sosial yang mewujudkan adanya suatu jaringan sosial. Jadi, penggunaan istilah jaringan interaksi tidaklah tepat. Ketidaktepatan ini menjadi bertambah lagi, karena judul jaringan interaksi tadi adalah berkenaan dengan interaksi golongan suku bangsa. Dalam hal ini golongan suku bangsa menjaadi komponen- komponen atau pelaku-pelaku dari jaringan sosial tersebut. Ini tidak mungkin terjadi. Karena pengertian golongan adalah berkenaan dengan sesuatu kumpulan atau pengelompokan yang longgar, dan yang secara empiris tidak dapat dibuktikan keberadaannya dan batas-batasnya. Kalau secara empiris dapat dibuktikan keberadaannya dan batas-batasbnya, maka namanya bukan lagi golongan tetapi kelompok. Golongan adalah suatu bentuk dari hasil penggolongan, yang dapat berfungsi sebagai sistem referensi untuk interaksi sosial. Sebaiknya judul laporan ini adalah:
PERANAN KESUKU-BANGSAAN PADA BERBAGAI INTERAKSI SOSIAL DI JAKARTA
Dengan adanya judul skripsi yang sederhana dan yang secara langsung dapat mencerminkan isi skripsi, maka kerangka skripsi dengan mudah dapat dibuat dan disusun sesuai dengan judul skripsi yang mencerminkan masalah yang dikaji.

2. Kerangka Skripsi

Kerangka skripsi adalah tahapan-tahapan pokok-pokok pikiran berkenaan dengan penyajian uraian yang secara sistematik dan secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan dalam hal menyatakan pernyataan ilmiah (tesis) dan mendukung pernyataan ilmiah tersebut dengan bukti-bukti yang berupa data dan analisa. Berikut ini adalah suatu kerangka skripsi, yang lazim digunakan oleh para mahasiswa Jurusan Anthropologi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan:
a. Pokok masalah dan latar belakangnya (tesis ruang lingkup variabel dan pendekatan yang digunakan).
b. Penelitian dilapangan (metode-metode penelitian yang digunakan dan bagaimana menggunakannya, dan mencakup sasaran apa saja).
c. Susunan karangan (uraian singkat mengenai isi masing-masing bab yang ada dalam skripsi tersebut).

BAB II, dan seterusnya.
Jumlah bab tergantung dari masalah yang dikaji dan cara pengkajian/uraian dari masing-masing mahasiswa dan pembimbing yang bersangkutan. Pada prinsipnya, uraian dan urutan-urutan bab-bab ini adalah dimulai dengan bab yang isinya umum (luas) dan tidak mendalam dan diakhiri dengan bab yang isinya menyempit tetapi mendalam yang langsung berkenaan dengan masalah yang dikaji.

BAB ? KESIMPULAN.
Berisikan:
a. Tinjauan mengenai pokok-pokok isi skripsi.
b. Implikasi dari tesis terhadap variabel-variabel lain atau masalah-masalah lain yang tidak tercakup dalam uraian skripsi (suatu analisa yang berdasarkan atas perkiraan deduksi).

3. Kepustakaan.

Walaupun dalam pembuatan rencana penelitian para siswa telah juga menggunakan kepustakaan untuk landasan bagi pembuatannya, tetapi biasanya kepustakaan yang telah digunakan dalam membuat rencana penelitian tersebut masih harus ditambah lagi atau kadang-kadang juga harus diganti dengan sejumlah bacaan lainnya. Syarat-syarat dari suatu bacaan yang baik, adalah:
a. Ketepatan uraiannya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran uraian tersebut.
b. Teori-teori yang dikemukakan tidaklah kuno, tetapi yang sedang berkembang atau kurang yang baru. Karena teori kuno biasanya sudah dikalahkan oleh teori-teori yang baru. Walaupun demikian haruslah diingat bahwa tidak semua teori-teori kuno tersebut tidak bisa dipakai lagi. Contohnya adalah teori berkenaan dengan sistem tukar-menukar yang dikemukakan oleh Malinowski (seorang ahli antropologi) yang dibuatnya berdasarkan atas studinya pada orang Trobriand sebelum perang Dunia II, yang sampai sekarang masih berlaku.
C. Kecocokan dengan atau dapat digunakannya bagi bagian-bagian khusus dalam uraian/pengkajian masalah dalam skripsi.

Dalam hal memeriksa bacaan-bacaan yang tersedia, para mahasiswa (termasuk juga pembimbingnya) hendaknya memperhatikan bacaan yang sesuai dengan bidang ilmu pengetahuannya, memperhatikan ruang lingkup atau scope dari masalah yang disajikan dalam bacaan tersebut, disamping memperhatikan tiga macam syarat seperti tersebut diatas. Kalau hal-hal ini telah diperhatikan, maka hal-hal yang lainnya yang juga harus diperhatikan adalah dalam hal membuat kutipan-kutipan atas bacaan yang telah dipelajarinya (dapat berupa buku, surat kabar, artikel dan buku, makalah yang tidak diterbitkan).

Kutipan

Kutipan yang tidak seharusnya dilakukan bagi sebuah skripsi adalah yang diambil dari buku pengantar. Karena para mahasiswa yang sudah calon sarjana tersebut dianggap telah mengetahui/memahami konsep-konsep yang paling dasar dalam bidang ilmu pengetahuan mereka masing-masing. Kutipan dari suatu buku pengantar dapat dilakukan kalau kutipan tersebut dimaksudkan sebagai suatu referensi untuk timbangan atau penilaian.
Kutipan dari bahan bacaan yang telah dipelajari dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Mengutip intisari dari keterangan atau pernyataan ilmiah pengarang yang bersangkutan, yang dalam hal ini si pengutip menyimpulkan keterangan yang dibacanya dalam kalimat-kalimat dan kata-kata yang dibuat dan disusun sendiri. Dalam cara pengutipan seperti ini si pengutip tidak diharuskan untuk mencantumkan tanda kutip (') diantara kalimat-kalimat dan kata-kata yang disusunnya tersebut, tetapi cukup dengan menyebutkan sumber kutipannya.
Mengutip intisari dari keterangan atau pernyataan ilmiah pengarang lain dapat dilakukan oleh pengutip dari suatu keterangan atau pernyataan ilmiah terbatas yang merupakan suatu bagian dari buku atau artikel atau makalah, tetapi dapat juga merupakan intisari dari keseluruhan buku, buku, makalah atau artikel.

b. Mengutip pernyataan atau keterangan ilmiah dengan secara langsung menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat dari pengarang yang dikutip karangannya tersebut. Dalam hal ini si pengutip harus memberikan tanda kutip (") diantara kalimat-kalimat/kata- kata yang dikutipnya tersebut disamping juga harusmenyebutkan sumbernya kutipan tersebut. Dalam hal kutipan tersebut pendek, maka kutipan tersebut dapat merupakan sebagian dari kalimat dan alinea dari uraian si pengutip. Tapi bila kutipan tersebut panjang, maka si pengutip haruslah membuat suatu alinea kutipan tersendiri. Kutipan yang panjang tersebut adalah kalau melebihi tiga atau empat baris. Kutipan dalam alinea tersendiri ini harus diketik dengan jarak satu spasi.
Dari pengalaman membimbing skripsi mahasiswa di beberapa fakultas dan universitas, ada suatu kesan bahwa para mahasiswa senang mengutip keterangan-keterangan yang ada dalam bacaan- bacaan yang ditulis oleh orang-orang asing, walaupun dalam kenyataannyaketerangan yang dikutip tersebut adalah mengenai keadaan umum di Indonesia yang kita semua mengetahui. Nampaknya ada kesan, bahwa karena sudah mengutip dari bacaan yang ditulis oleh orang asing dan dalam bahasa asing laku skripsinya kelihatan mentereng.

Cara mengutip seperti ini adalah salah. Yang benar adalah mengutip (kalau dari sumber asing) suatu keterangan yang berupa kasus yang struktur dan prosesnya kira-kira sama atau bertentangan dengan sesuatu kasus atau sesuatu gejala yang dibahas dalam skripsi sebagai perbandingan. Di samping itu, cara mengutip yang baik adalah kalau mengutip teori atau hipotesa yang dikemukakan oleh si penulis (termasuk asing) yang dapat dipakai untuk memperkuat teori yang sedang dikembangkan ataupun untuk memperbandingkan dengan teori yang sedang diajukan dalam skripsi tersebut.

Mengutip dan Menyebut Sumbernya.

Contoh berikut adalah lazim berlaku di jurusan antropologi, FSUI, dan yang juga digunakan oleh majalah Masyarakat Indonesia dan Berita Antropologi.
Para ahli (of. Geertz 1963; Sutherland 1973; Onghokham 1975) dewasa ini umumnya sependapat bahwa politik pada periode tersebut masyarakat Jawa mulai mendapat corak sosial, politik dan ekonomi yang melandasi kehidupan sosial budaya mereka masa kini.
Mengutip Furnivall (1944:140): "....(They) were in on their feety they were hanging on to the Dutch Government......."
Suatu kasus ditulis oleh Day (1975:186): On resident had the fancy to have the roads lined with hedges; his successor had them torn up and replaced by stone walls. A third resident required the roads to be bordered by finished wood fences, which had always to be kept neatly whitewshed.

Simbol-Simbol Kutipan

Sejumlah kutipan, seperti misalnya contoh tersebut diatas (no.1) telah menggunakan simbol cf, yang artinya adalah bandingkan. Disamping itu masih terdapat simbol-simbol yang biasanya juga digunakan bersama dengan kutipan yang diambil, seperti dibawah ini:
et.al - dan lain-lain (digunakan untuk menunjjukkan adanya dua pengarang atau lebih untuk satu tulisan).
N.d - karangan yang tidak bertanggal.
n.p. - karangan yang tidak ada nama tempat ppenerbitannya.
no pub. - karangan yang tidak ada nama penerbitnya.
(sic) - menunjukkan bahwa kutipan yang diambiil mempunyai kesalahan atau kelemahan, dan si pengutip sadar akan hal itu tetapi dapat memperbaiki atau merubahnya karena bukan tulisannya.

Daftar Bacaan.
Daftar bacaan hendaknya disusun menurut cara berikut dan sesuai dengan urutan-urutan abjad. Nama pengarang, bila ada nama belakangnya maka nama belakangnya yang di tulis terdahulu.
Geertz, C.
1960 The Religion of Java. Glencoe, III.: The Free Press. Koentjaraningrat, ed.
1967 Villages in Indonesia. Ithaca, N.Y.: Cornell University Press.
1975 Masyarakat Desa di Jakarta Selatan. Masyarakat Indonesia. Seri Monografi No. 1.
1979 Javanese Magic, Sorcery and Numerology. Masyarakat Indonesia, Juni, Jilid 6, No.1, hal. 37-52.

Koentjaraningrat dan H.W.Bachtiar.
1975 Pendidikan Tinggi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial di Indonesia. Masyarakat Indonesia, Juni, Jilid 2, No.1, hal.1-41.

Singarimbun, M.
1975 Abstinensi dan Pola Hubungan Kelamin pada Sebuah Masyarakat Jawa. Masyarakat Indonesia, Juni, Jilid 2, No.1, hal. 43-49.

4. Penulisan Draft Pertama.

Bila ada data dari hasil penelitian diatur dan diklasifikasikan dan bacaan serta kutipan yang dianggap perlu bagi penulisan telah dikerjakan, maka mahasiswa yang bersangkutan dapat mulai menulis skripsinya berdasarkan atas kerangka yang telah dibuat.

Skripsi yang telah dibuatnya ini dinamakan draft pertama, karena bukannya suatu skripsi yang sudah selesai. Suatu draft pertama biasanya penuh dengan sejumlah kesalahan, baik dalam hal bahasa dan susunan komposisinya pernyataan-pernyataan dan uraiannyamauppun teori-teori yang digunakan dan dinyatakannya. karena itu juga suatu draft pertama adalah untuk diperiksa dan diperbaiki.

Dalam penulisannya, hendaknya dipakai sebagai pegangan dalam mengatur dan mengorganisasi ide-ide dan pikiran yang ingin dituangkan secara sistematik dalam uraian-uraian dan pengkajian masalah. Untuk lebih secara mudah dapat mewujudkan uraian yang sistematik, kerangka yang terdiri atas bab-bab hendaknya dibagi lagi atas masing-masing babnya dalam sub-sub bab. Setiap sub bab kemudian dibagi lagi atas alinea, yang masing-masing alinea merupakan suatu kebulatan uraian yang berkaitan dengan kebulatan- kebulatan pikiran yang tercermin dalam sutu bab.

Cara seperti ini akan memudahkan dalam berpikir secara sistematik dan mengurangi waktu terbuang dalam mengorganisasi pikiran dan menuangkan hasil pikiran dalam bentuk uraian dan pengkajian masalah. Begitu juga kaitan-kaitan antara alinea dengan alinea lainnya dalam satu sub bab dapat dipertahankan, dan kaitan antara satu sub bab lainnya yang ada dalam satu sub bab akan tercermin, dan lebih lanjut, kaitan antara satu sub bab dan bab-bab lainnya dalam skripsi tersebut akan terwujud. Ini sangat penting, karena suatu skripsi bukanlah suatu uraian yang terpisah-pisah dan tidak saling berkaitan tetapi bagian yang terpisah- pisah dan berbeda serta beranekaragam itu saling berkitan antara satu sama lainnya, saling melengkapi dan merupakan suatu kesatuan yang bulat yang intinya pada tesis. Berikut ini adalah suatu contoh kerangka draft pertama skripsi sarjana antropologi, FSUI, yang dibuat oleh Eniarti Djohan.

PENGARUH INDUSTRI TERHADAP STRUKTUR
RUMAH TANGGA PENDUDUK DESA CITEUREUP
BAB I PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang Masalah.
2. Masalah.
3. Waktu dan Pelaksanaan penelitian.
4. Penyusunan Karangan.
BAB II SEJARAH DESA.
BAB III LOKASI DAN SISTEM PEMERINTAHAN DESA.
1. Keadaan Alam.
2. Demografi.
3. Sistem Pemerintahan Desa.
BAB IV AGAMA DAN PRANATA-PRANATA SOSIAL.
1. Agama.
2. Gotong-Royong.
3. Kesenian.
BAB V INDUSTRI.
1. Sistem Ekonomi dan Industri Rakyat.
2. Masuknya Industri Modern.
BAB VI PENGARUH INDUSTRI.
1. Respons Penduduk.
2. Perubahan Strultur Rumah Tangga.
BAB VII KESIMPULAN.
Kalau diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka terlihat bahwa kerangka yang dibuat (yaitu susunan dan urutan bab-bab dan sub-sub babnya) kurang sistematik dan kurang mencerminkan penekanan pada judul skripsi yang menjadi topik masalah skripsi.
Ini belum lagi diperhitungkan tidak sistematiknya uraian-uraian yang ada dalam sub-sub bab yang ada dalam alinea-alinea. Di samping itu ada data yang tidak lengkap atau kurang sempurna diuraikannya sehingga tidak mendukung pernyataan ilmiah yang dibuatnya. Karena itu draft pertama skripsi ini harus diperbaiki kembali.

5. Perbaikan.

Perbaikan mencakup kerangka skripsi, susunan alinea dan data yang diuraikannya atau disajikan dalam uraian-uraian. Tahap pertama yang saya lakukan dalam memperbaiki skripsi ini adalah memperbaiki kerangkanya. Hasil perbaikan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN.
1. Pokok Masalah dan Latar Belakangnya.
2. Metode Penelitian.
3. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan.
4. Susunan Karangan.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA CITEUREUP
1. Lokasi dan Administrasi Desa.
2. Penduduk dan Latar Belakang Sejarahnya.
3. Pranata-Pranata Sosial: Kohesi dan Perpecahan Sosial.
4. Mata Pencaharian dan Perkembangan Industri.

BAB III INDUSTRI DAN RESPONS PENDUDUK.
1. Kegiatan-Kegiatan Industri.
2. Pandangan Penduduk Terhadap Industri.
3. Sikap Penduduk Terhadap Industri.
4. Harapan-Harapan dan Rencana-Rencana Kegiatan Ekonomi
Dengan Adanya Industri.

BAB VI RUMAH TANGGA DAN PENGARUH INDUSTRI.
1. Identitas Rumah Tangga Penduduk Desa Citeureup.
2. Bentuk Pendidikan Warga Rumah Tangga.
3. Mata Pencaharian Warga Rumah Tangga.
4. Struktur Rumah Tangga dan Pengaruh Industri.

BAB V KESIMPULAN.
Setelah kerangka ini diperbaiki, maka yang kemudian saya lakukan adalah meminta kepada yang bersangkutan untuk menyusun isi masing-masing sub bab dan bab yang ada dalam kerangka tersebut. Isi yang dimaksudkan adalah berdasarkan pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya ingin diuraikan atau dijelaskan dalam masing- masing sub bab dan bab yang ada dalam kerangka tersebut yang secara keseluruhan merupakan suatu rangkaian yang bulat yang mendukung atau sesuai dengan judul skripsinya.

Setelah pokok isi masing-masing sub bab diterima lalu dipermasalahkan mengenai bagimana menguraikan pokok isi tersebut dalam uraian-uraian atau pengkajian-pengkajian yang terdiri atas sejumlah alinea. Dengan demikian yang ditugaskan kepada mahasiswa yang bersangkutan adalah menyusun pokok-pokok isi setiap alinea yang menjadi bagian dari setiap sub bab. Kepada mahasiswa yang bersangkutan diminta untuk menuliskan pokok isi uraian setiap alinea, lalu diminta untuk memeriksa dan mengkaji apakah memang betul uraian masing-masing alinea itu secara keseluruhan akan merupakan suatu pikiran atau uraian yang bulat sesuai dengan judul sub bab yang bersangkutan.

Dengan cara ini, seorang penulis skripsi dan begitu juga seorang pembimbing skripsi akan dapat lebih mudah merencanakan sejumlah halaman yang harus digunakan dalam menyelesaikan sebuah skripsi. Begitu juga dapat dengan lebih mudah mengatur bacaan dan kutipan bacaan yang akan digunakannya dalam menyusun uraian- uraian dalam urutan-urutan alinea-alinea.
Setelah kerangka diperbaiki dan urutan-urutan dan tehnik- tehnik penyajian uraian dalam skripsi dipahami, kepada yang bersangkutan saya tanyakan apakah ada data yang kurang lengkap. Dan ternyata memang ada data yang kurang lengkap dalam penggunaannya untuk mendukung suatu pernyataan sehingga kepada yang bersangkutan diminta untuk menggunakan data yang kurang tersebut.

6. Penulisan Perbaikan.

Sambil mengumpulkan data yang kurang, kapada yang bersanggkutan diminta untuk memulai menulis skripsinya berdasarkan atas kerangka yang telah dibuat secara menyeluruh tersebut. Penulisan perbaikan ini disamping mengikuti kerangka yang sudah ada juga ditambahkan dengan kat pengantar (Ucapan terima kasih), Daftar Isi Skripsi, Daftar Tabel, Daftar Bacaan, dan Lampiran-Lampiran (Peta Rencana Penelitian, Daftar Pertanyaan, dan Kasus-Kasus mengenai berbagai golongan keluarga yang terkena pengaruh industri dan perubahan yang terjadi yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya).
Susunannya adalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I s/d BAB V
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

7. Pembacaan - Teliti (proofreading).

Setelah skripsi ditulis dan sekali lagi diperiksa oleh pembimbing, ada baiknya kalau mahasiswa yang bersangkutan diminta untuk melakukan pembacaan teliti. Pembacaan teliti ini dimaksudkan untuk memeriksa susunan kalimat, kelengkapan kata-kata, dan kelengkapan angka-angka. Sehingga sebelum skripsi tersebut dianggap selesai dan diuji oleh panitia penguji , tidak akan terdapat kesalahan-kesalahan tehnis yang bisa mengakibatkan salah mengerti di pihak penguji.

Pembacaan teliti yang terbaik adalah yang dilakukan oleh orang lain dan bukan oleh si penulis skripsi sendiri. Karena biasanya orang lain yang sama sekali tidak tahu menahu mengenai proses pembuatan skripsi tersebut akan lebih peka terhadap kesalahan- kesalahan tehnis yang ada dalam skripsi dibandingkan dengan penulis sendiri yang sudah menggumulinya sejak awal dan dalam skripsi tersebut sedah hapal di luar kepala.
Lay out.

Walaupun masalah lay out skripsi sebenarnya diluar masalah bimbingan penulisan skripsi, tetapi ada baiknya kalau masalah ini dikemukakan dalam kesempatan ini. Semoga dapat turut membantu memperbaiki mutu skripsi-skripsi di Indonesia, dan khususnya berkenaan dengan penyimpanan, keawetan, dan kemudahan membacanya.
a. Skripsi hendaknya diketik diatas kertas HVS Kwarto berat 80 gram.
b. Batas ketikan disebelah kiri hendaknya paling sedikit 3 cm dari batas kertas, dan 1,5 cm dari batas kertas di sebelah kanan.
c. Hendaknya selalu konsisten dalam hal penggunaan istilah-istilah penting yang ada dalam skripsi.
Misalnya: Kalu BAB I ditulis dengan BAB I, maka bab-bab berikutnya juga harus dengan huruf besar dan dengan angka Romawi besar.
d. Begitu juga penulisan skripsi harus konsisten dalam hal meletakkan angka-angka halaman, judul-judul bab, dan sub bab.
Misalnya: Kalau pada halaman pertama nomor halaman diletakkan ditengah-tengah halaman, maka pada halaman-halaman berikutnya nomor-nomor halaman juga harus secara tepat diletakkan ditengah halaman yang bersangkutan.
e. Konsistensi juga dituntut dalam hal penggunaan istilah-istilah singkatan.
Misalnya: Selaki digunakan istilah nom, maka nominal hendaklah istilah nom dipakai seterusnya dan jangan diganti dengan istilah nominal ataupun dengan istilah lain.

Bimbingan.

Agak sukar untuk dengan secara tepat memberikan resep-resep berkenaan dengan bagaimana sebenarnya memberikan bimbingan penulisan skripsi kepada penulis skripsi. Kemudahan suatu bimbingan skripsi dapat dimungkinkan kalau:
1. Pengajar yang bersangkutan betul-betul memahami bidang ilmu pengetahuan dengan baik.
2. Mahasiswa yang bersangkutan betul-betul telah menguasai ilmu pengetahuan sesuai dengan yang diharapkan dari tingkat pendidikannya, dan betul-betul mengetahui apa yang diinginkan untuk ditulisnya dalam skripsinya.
3. Disamping itu, mahasiswa yang bersangkutan betul-betul melakukan penelitian dengan sebaik-baiknya dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dia telah mempunyai data yang lengkap berkenaan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsinya.

Pembimbingan skripsi memerlukan ketekunan dan kesabaran, disamping cara-cara tersebut diatas, yang mirip dengan kuliah pribadi (antara dosen, pembimbing dan mahasiswa yang bersangkutan). Karena dalam pembimbingan penulisan skripsi, tidak hanya dilakukan dengan memberikan kuliah lalu selesai, tetapi juga menyangkut kadar pemahaman mahasiswa akan kuliah/petunjuk yang diberikan, bacaan-bacaan yang harus dibaca oleh mahasiswa, dan kesanggupan mahasiswa dalam merangkum pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya tersebut dan mewujudkannya dalam bentuk pikiran-pikiran ilmiah yang berupa pernyataan-pernyataan ilmiah. Pernyataan-pernyataan ilmiah ini dapat dalam bentuk tersurat (suatu pernyataan teori atau hipotesa) dan dapat pula terwujud dalam bentuk tersirat (pengorganisasian data untuk mendukung atau menentang atau memperbaiki sesuatu teori yang sudah ada).

Dalam pembimbingan masih diperlukan keahlian pembimbing, dalam hal penggunaan bahasa Indonesia. karena, pernyataan- pernyataan pikiran berkenaan dengan sesuatu masalah haruslah dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan kalimat-kalimat yang pasti dan tepat serta tidak berkepanjangan sehingga tidak ada interpretasi lain selain dari yang dimaksudkan oleh penulis. Maaf saja, kebanyakan kesanggupan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah pada mahasiswa-mahasiswa yang pernah saya bimbing masih amat rendah.

Penutup.

Besar harapan saya bahwa uraian singkat ini akan bermanfaat bagi kita semua, yaitu para mahasiswa maupun para dosen pembimbing. Yang ingin saya tekankan sekali lagi dalam uraian ini adalah bahwa skripsi bukanlah suatu deskripsi semata-mata mengenai sesuatu gejala dan bukan juga mengenai metodologi, tetapi mengenai teori yang merupakan hasil dari penelitian dan pengkajian data yang telah diperoleh sebagai hasil penelitian tersebut.

Deskripsi yang ada dalam sebuah skripsi adalah berfungsi sebagai bukti untuk mendukung teori yang dibuatnya dan dinyatakannya dalam skripsi, begitu juga metodologi yang diuraikan hanyalah untuk menunjukkan bagaiamana cara-caranya sampai dapat memperoleh data yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.

Besar harapan saya bahwa dengan telah diketahuinya hakekat skripsi itu apa, maka bimbingan skripsi akan menjadi lebih mudah bagi pembimbing yang bersangkutan maupun mahasiswa yang dibimbingnya, dan mutu ilmiah skripsi-skripsi yang dihasilkan oleh perguruan-perguruan tinggi di Indonesia akan menjadi lebih baik.

*) Naskah aslinya pernah disampaikan sebagai makalah pada: Penataran & Seminar PTS, KOPERTIS Wilayah II; Cisarua, 23-28 Feb. 1981

RINGKASAN PENELITIAN AGAMA DI PERKOTAAN

RINGKASAN PENELITIAN AGAMA DI PERKOTAAN*)
PARSUDI SUPARLAN
UNIVERSITAS INDONESIA

1. Kehidupan Di Perkotaan

a. Pranata-pranata yang kompleks dan terspesialisasi.
b. Masyarakat yang heterogen dengan masing-masing asal, corak kebudayaan, kehidupan ekonomi dan tingkat kemampuannya, keyakinan keagamaan, orientasi politik, dan seleranya yang berbeda-beda.
c. Sikap-sikap yang individualistik, dan bahkan anomie dalam sejumlah bidang kehidupan; tetapi juga komunalistik dan menekankan pentingnya kebersamaan dalam sejumlah bidang kehidupan lainnya.
d. Kehidupan sehari-hari yang lebih banyak digunakan untuk pekerjaan daripada untuk kepentingan pribadi sosial.
e. Pentingnya uang dan kekuasaan.
f. Corak kehidupan yang kompetitif dan juga konflik.
g. Banyak stressor, sehingga banyak yang terkena stress.

2. Agama Dalam Kehidupan Di Perkotaan

a. Pranata-pranata keagamaan lebih terspesialisasi dan efisien dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebagai pembimbing dan penghibur kerokhanian pemeluk-pemeluknya.
b. Kegiatan-kegiatan keagamaan berjamaah lebih terpimpin dan menekankan coraknya yang formal-ritual.
c. Pranata-pranata keagamaan juga berfungsi sebagai pranata-pranata politik.

3. Agama Dalam Kehidupan Warga Kota

a. Pada tingkat pribadi atau perorangan gama yang formal-ritual adalah acuan yang digunakan dalam kehidupan sosial.
b. Agama yang diyakini juga dituntut untuk berfungsi dalam berbagai struktur kegiatan perkotaan yang penuh dengan tantangan dan tekanan (stress).
c. Makna doa, petikan ayat suci, benda-benda skral menjadi lebih berarti dan fungsional.
d. Toleransi diantara yang berbeda agama terwujud, karena corak kehidupan yang lebih individualistik, selama tidak mengganggu kepentingan ekonomi dan pilitik (termasuk harga diri dan prestise perorangan, kelompok ataupun sesuatu golongan sosial).
e. Agama adalah acuan untuk interpretasi dan pemahaman bagi kegiatan-kegiatan formal-ritual

4. Masalah-Masalah Penelitian

Masalah-masalah penelitian ini dibuat dalam rangka kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kehidupan keagamaan yang berkeTuhanan YME dan dalam rangka pemantapan fungsi agama dalam kehidupan pemeluknya didalam menghadapi lingkungan kehidupan perkotaan yang penuh dengan tantangan. Masalah-masalah penelitian tersebut, antara lain:
a. Faktor-Faktor Agama Dalam Pembangunan (seperti yang dilakukan oleh Lenski di Detroit: The Religious Factors..) Pendekatan kwalitatif. Menggunakan kwesioner dan mengukur kecenderungan-kecenderungan para pemeluk agama (Kristen, Katolik, dan Yahudi) dalam menanggapi modernisasi, dianalisa melalui korelasi-korelasi diantara variabel agama dengan berbagai variabel yang ada dalam modernisasi.
b. Struktur dan Fungsi Pranata-Pranata Keagamaan di Perkotaan. Pengkajian terfokus pada pelayanan-pelayanan pranata-pranata keagamaan dalam kehidupan warga masyarakat.Pendekatan struktural-fungsional, kwalitatif dan kwalitatif Pendekatan kwalitatif untuk memahami hakekat dan fungsinya dalam struktur kehidupan; pendekatan kwantitatif untuk melihat kecenderungan-kecenderungan fungsi-fungai tersebut.
c. Kehidupan Perkotaan, Penataan Kota, dan Kegiatan Keagaman Pendekatan Kwalitatif-interpretif, dan kwantitatif untuk mengukur pendapat umum mengenai kegiatan-kegiatan keagamaan dan non-agama dalam perspektif waktu dan tempat. Kegiatan Penelitian seperti ini dapat terfokus dalam bentuk penelitian survai mampu dalam bentuk penelitian kasus. Sebagai contoh untuk penelitian kasus adalah konsep warga masyarakat Jakarta tentang pemisahan atau penyatuan tempat-tempat hiburan dari tempat-tempat beribadah. Atau kasus tentang penyatuan tempat-tempat hiburan bermaksiat dari tempat ibadah. Dalam hal penelitian kasus yang terakhisr tersebut, mungkin ada baiknya kalau Litbang Depag dapat melakukan penelitian mengenai kehidupan pelacuran dan keagamaan di Kramat Tunggak. Kajian ini akan dapat digunakan untuk membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai berbagai kegiatan pembinaan para pelacur dan germo, pendirian mesjid di Kramat Tunggak, kegiatan-kegiatan ibadah di Kramat Tunggak, dsb.
d. Agama dan Kemiskinan. Fokus terutama pada permasalahan penggunaan pengetahuan dan keyakinan keagamaan yang dipunyai dalam upaya orang miskin untuk mengatasi kemiskinan mereka dan corak ketakwaan yang mereka punyai. Kajian dapat dilakukan dalam bentuk studi kasus. Model acuan bagi permasalahan penelitian mungkin dapat mengacu pada hasil-hasil penelitian yang telah disajikan oleh Oscar Lewis (lihat: Kemiskinan di Perkotaan) atau yang telah yang dibuat (lihat: Penamas, vol.3, 1990).

*) Ceramah Berkala Litbang Dep. Agama, R.I. Jakarta 28 Februari 1994