Showing posts with label Soeharto. Show all posts
Showing posts with label Soeharto. Show all posts

Sunday 5 December 2010

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1974

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1974


DEPARTEMEN PENERANGAN R.I.
PIDATO KENEGARAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL SOEHARTO
DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1974
REPUBLIK INDONESIA



PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati;
Yang terhormat para Hadirin; Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Dua hari lagi, Insya'Allah, kita akan memperingati hari ulang tahun Proklamasi yang ke - 29.
Kita bersyukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi nikmat kemerdekaan ini. Kita berterima kasih kepada semua pahlawan yang mendahului kita, yang terkenal maupun yang tidak dikenal, yang telah berjuang memberikan segala-galanya untuk kemerdekaan yang kita kenyam hari ini. Kita bertekad untuk berusaha dan bekerja agar dalam alam kemerdekaan itu kita mencapai kemajuan, merasakan kesejah-teraan dan menikmati keadilan. Kita berjanji kepada generasi yang akan datang bahwa kita akan memberikan mereka hari yang lebih baik dari apa yang dapat kita rasakan sekarang.
Menjelang peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan itu kita perlu membuat renungan ulang mengenai cita-cita kita bersama; membuat renungan ulang mengenai arah dan usaha
5
pembangunan yang sedang kita kerjakan sekarang. Ini sangat penting, agar perjalanan kita tidak salah arah : agar kita da- pat tetap meluruskan yang telah lurus dan segera melempang- kan apa yang sekiranya bengkok. Ini sangat perlu. Karena dalam perjuangan membangun bangsa, kita tidak hanya di- ikat dan diarahkan oleh cita-cita yang tinggi dan menggairah- kan, akan tetap kita juga dihadapkan pada tantangan-tantang- an yang seringkali keras dan menggelisahkan. Kita berulangkali dihadapkan pada pilihan-pilihan. Acapkali pilihan itu bukan harus kita jatuhkan pada yang terbaik di antara pilihan-pilihan yang baik; melainkan kita hanya dapat memilih yang paling kurang buruk di antara pilihan-pilihan yang 1ebih buruk. Itu adalah suka-duka perjuangan. Itu adalah asam garamnya pem-bangunan.
Yang penting adalah kita harus tahu dengan jelas dan sadar ke arah mana kita sesungguhnya bergerak : apakah gerak kita itu benar-benar makin mendekati cita-cita Kemerdekaan. Karena itu, pada hari-hari di seputar peringatan ulang tahun Kemerdekaan ini kita perlu membuat neraca nasional secara umum dan menyeluruh daripada perjalanan perjuangan dan hasil yang kita peroleh.
Membuat perhitungan neraca nasional pada tahun ini adalah tepat. Karena dalam tahun ini — tepatnya 31 Maret yang lalu — kita telah menyelesaikan REPELITA I, ialah suatu babak baru dalam perjuangan kita untuk memberi isi kepada Kemer- dekaan dengan melaksanakan pembangunan berencana: Suatu pembangunan berencana yang kita laksanakan dengan penuh kesungguhan dan kemauan. Dengan berakhirnya REPELITA I itu, kita langsung memasuki tingkat baru pula ialah pelaksa-naan REPELITA II yang merupakan kelanjutan dan pening- katan dari REPELITA I. Justru karena itu maka neraca na- sional tahun ini akan berisi pula arah langkah-langkah kebi-jaksanaan yang telah dan harus diambil oleh Pemerintah dan oleh kita sekalian dalam menciptakan landasan dan keadaan yang dapat memperlancar pelaksanaan REPELITA II itu.
6
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air ;
Kadang-kadang kita tertegun oleh suatu pertanyaan, mengapa kita baru melaksanakan pembangunan setelah kita hampir 25 tahun merdeka. Bukankah pada tahun-tahun sebelumnya kita juga telah pernah memiliki rencana pem-bangunan ?
Benar, kita pernah berusaha melaksanakan pembangunan dalam tahun-tahun pertama Kemerdekaan dahulu, yang dikenal sebagai "Rencana Kasimo". Akan tetapi perjuangan bersenjata untuk mempertahankan Kemerdekaan dan dalam kepungan musuh yang lebih kuat persenjataannya, terang tidak memung-kinkan terlaksananya rencana pembangunan tadi. Kita pun pernah memiliki Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Tetapi rencana ini tidak kunjung terlaksana, ka- rena kita tidak dengan sungguh-sungguh berusaha melaksana- kan rencana pembangunan itu, melainkan selalu menyibukkan diri dengan permainan politik yang justru mendatangkan ren- tetan kegoncangan politik dan nafsu menjadi "mercu suar" dunia. Sedangkan penyusunan rencana itu sendiri tidak mem-perhitungkan kemampuan-kemampuan dan kemungkinan pe-laksanaannya.
Justru karena kita telah memperoleh pelajaran dari penga-laman-pengalaman masa lampau itulah, kita sekarang harus bertekad bulat untuk melaksanakan pembangunan sebaik-baik-nya dan harus berhasil. Kegagalan melaksanakan pembangunan yang sekarang ini, berarti kita dan generasi yang akan datang akan hidup main sengsara dan bahkan akan berarti kehan- curan bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Panca- sila. Dan dari pengalaman-pengalaman itulah, maka makin sadar dan yakinlah kita, bahwa untuk suksesnya pelaksanaan pembangunan itu diperlukan dua syarat mutlak; ialah :
Pertama, adanya kemauan yang sungguh-sungguh dan tekad bulat yang tak tergoyahkan dari seluruh bangsa untuk melaksanakan pembangunan itu. Segala fikiran dan usaha harus dipusatkan dan dicurahkan untuk berhasilnya pem-
7
bangunan itu. Seluruh bangsa ini harus mengikatkan diri se- cara utuh kepada pelaksanaan pembangunan itu. Karena ke-mauan dan tekad membangun itu bukan sekedar slogan politik, maka rencana pembangunan itu harus masuk akal, dan ditilik dari perhitungan ekonomi rencana pembangunan itu harus mungkin dilaksanakan dan secara sosial mendapatkan dukung- an yang tidak mendua dari seluruh rakyat.
Kedua, adanya stabilitas nasional yang mantap, baik stabi- litas politik, stabilitas keamanan dan stabilitas ekonomi. Orang tidak mungkin melaksanakan pembangunan apabila tidak dapat tenang memusatkan fikiran dan kemampuannya untuk pemba-ngunan, karena selalu diganggu oleh keadaan yang goncang dan tidak menentu; apabila ia selalu disibuki dengan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi berbagai kericuhan dan pergolakan yang tak kunjung henti.
Dua syarat pokok itu dalam era pembangunan yang sekarang telah berhasil kita ciptakan; iklim dan suasana pembangunan yang cocok memang telah ada dan harus makin kita pupuk, agar semakin mantap dan jangan sampai mundur atau mengendor.
Kebulatan tekad, kesungguh-sungguhan dan kegairahan me-laksanakan pembangunan dari seluruh rakyat tidak perlu di-sangsikan.
REPELITA I yang baru kita selesaikan telah dapat menca- pai tujuannya ialah meningkatkan tingkat hidup rakyat banyak dan menciptakan landasan bagi REPELITA II yang meningkat.
REPELITA II itu disusun berlandaskan pada Garis-garis Be- sar Haluan Negara yang ditetapkan oleh rakyat sendiri.
Pembangunan ini adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ini tidak dapat lain karena pembangunan itu sendiri adalah usaha besar untuk merobah nasib. Bahkan suatu usaha untung-untungan tanpa perhitungan, melainkan harus merupa-kan usaha yang sadar. Sadar akan apa yang ingin dicapai da- lam jangka panjang, sadar akan apa yang dapat dicapai dalam jangka menengah, sadar akan apa yang belum mungkin ter-
8
capai dalam waktu dekat, sadar akan tantangan-tantangan yang dihadapi, sadar akan kewajiban-kewajiban yang harus diker-jakan dan sadar akan beban yang harus dipikul. Dan kesadaran
ini harus tumbuh dan berakar kuat secara nasional. Kesadaran yang demikian akan tumbuh, apabila setiap usaha pembangun- an itu benar-benar dirasakan oleh rakyat sebagai miliknya, apabila tujuan dan arah pembangunan itu rakyat sendiri yang menetapkannya, apabila pelaksanaan pembangunan itu dirasa-kan oleh rakyat sebagai kepentingannya dan apabila basil pem-bangunan itu pada akhirnya terasa terbagi kembali secara adil kepada rakyat.
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan Anggota-anggota De- wan yang terhormat;
Stabilitas nasional sungguh merupakan syarat pokok dan mutlak bagi berhasilnya pelaksanaan pembangunan. Berkat terpeliharanya stabilitas nasional selama REPELITA I, maka kita berhasil menyelesaikan REPELITA I dengan hasil baik dan memungkinkan kita melanjutkannya dengan REPELITA II. Bahkan kita baru dapat mulai dengan pelaksanaan REPELITA I waktu itu setelah kita berhasil melampaui masa stabilisasi dan konsolidasi.
Itulah sebabnya, maka usaha memelihara dan memantapkan stabilitas nasional — stabilitas politik, keamanan dan ekono- mi tetap merupakan program penting dari Pemerintah, se- perti tercantum dalam Sapta Krida.
Setiap kebijaksanaan dan langkah yang diambil oleh Pemerin- tah dalam rangka mensukseskan pelaksanaan REPELITA II, akan selalu diperhitungkan pula dapatnya tetap memelihara dan memantapkan stabilitas nasional. Sebaliknya Pemerintah akan mengambil tindakan yang sepadan untuk menghadapi dan menetralisir setiap keadaan atau tindakan dari siapapun yang dapat mengganggu stabilitas nasional, yang berarti akan dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan.
Karena stabilitas nasional adalah syarat mutlak bagi berha-silnya pembangunan, sedangkan tujuan dan isi pembangunan
9
itu sendiri adalah peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan keadilan bagi seluruh rakyat, maka stabilitas nasional itu ha- ruslah stabilitas yang dinamis, stabilitas yang memberi ruang gerak bagi perobahan, perbaikan dan kemajuan; bukan stabi- litas yang tertekan, mandeg dan beku.
Usaha menciptakan dan membina stabilitas nasional merupa- kan bagian sendiri dari usaha pembangunan bangsa. Usaha membina stabilitas politik adalah senafas dengan pelaksanaan program pembangunan di bidang politik. Stabilitas politik hanya dapat kita bina dan pelihara dengan mantap, apabi1a kita dapat menumbuhkan kehidupan politik dan ketatanegaraan berdasar-kan dan sesuai dengan landasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan pembangunan di bidang politik tidak lain adalah usaha. agar kehidupan politik dan ketatanegaraan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu benar-benar melembaga, menjadi sistim yang mantap, ma- pan, tidak gampang tergoyahkan lagi.
Itulah prinsip dan tekad Orde Baru sejak kelahirannya. Jus- tru karena kita ingin membina stabilitas nasional yang mantap dan dinamis, justru karena kita ingin membangun kehidupan politik dan, ketatanegaraan yang sesuai dengan landasan ber-sama Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen, maka kita — waktu itu — memilih jalan kon-stitusionil dalam usaha menyelesaikan situasi konflik dan dual -isme dalam Pemerintahan serta untuk menegakkan lembaga Kepresidenan dan Kepemimpinan Nasional, dengan mengada- kan Sidang-sidang Umum dan Sidang Istimewa MPRS dalam tahun-tahun 1966, 1967 dan 1968; tidak dengan jalan yang inkonstitusionil.
Demikian pula, bangsa Indonesia telah mengambil langkah-langkah panting berikutnya yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, seperti penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bebas, langsung dan rahasia, pembentukan MPR dan DPR ber-dasarkan hasil Pemilihan Umum, pembentukan Lembaga- lembaga Tinggi Negara lainnya — DPA - BPK - Mahkamah
10
Agung — sesuai dengan ketentuan konstitusi, penyelenggaraan Sidang Umum MPR, yang telah berhasil memilih Presiden dan Wakil Presiden serta menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara; kesemuanya itu merupakan langkah-langkah dalam rangka membangun kehidupan bangsa, khususnya dalam rang- ka menegakkan. kehidupan politik dan ketatanegaraan yang stabil, dinamis dan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang telah kita sepakati bersama ialah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembinaan kehidupan politik dan ketatanegaraan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta pembinaan stabilitas nasional yang mantap, erat hubungan- nya dengan penyelenggaraan lembaga Kepresidenan dan penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada umumnya.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pre- siden dan Wakil, Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun. Presiden adalah Mandataris MPR dan bertanggung jawab kepada MPR. Di bawah MPR Presiden adalah penyelenggara Pemerintahan Negara yang tertinggi. Dan dalam menjalankan Pemerintahan Negara itu kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden.
Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 memberikan landasan yang cocok untuk pembinaan stabilitas politik khususnya stabilitas Pemerintahan, yang sangat diperlukan untuk kelan-caran pelaksanaan pembangunan.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengabaikan prinsip demokrasi. Bukankah justru Undang-Undang Dasar itu mewajibkan dilaksanakannya sendi demokrasi dalam penyelenggaraan negara Indonesia?
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permu-syawaratan Rakyat, sebagai badan penjelmaan kekuasaan rakyat. Sedangkan Majelis itu dibentuk dan anggota-anggota- nya terdiri dari wakil-wakil rakyat sebagai hasil Pemilihan Umum.
11
Sangat terang pula bahwa Presiden tidak memegang kekua- saan mutlak. Ia sama sekali bukan "diktator". Tidak ada kekuasaan mutlak apapun yang mempunyai tempat dalam ke-hidupan kebangsaan dan kenegaraan kita yang berdasar atas, kerakyatan dan permusyawaratan ini. Juga tidak bagi Pre- siden yang memang diberi kekuasaan besar itu. Malahan, walaupun Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi ia diharuskan bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Dan di atas itu, Presiden diwajib- kan tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis Permusya-waratan Rakyat.
Ia harus, menjalankan Haluan Negara menurut garis-garis besar yang ditetapkan oleh MPR. Dalam pada itu Dewan Per-wakilan Rakyat senantiasa dapat dan harus mengawasi tin- dakan-tindakan Presiden. Ini pun bukannya tanpa "sanksi". Sebab, jika Dewan Perwakilan Rakyat — yang semuanya me-rangkap menjadi Anggota Majelis itu — menganggap bahwa Presiden sungguh melanggar Haluan Negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau MPR, maka Majelis dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya dapat me-minta pertanggungjawaban kepada Presiden.
Justru untuk menjamin stabilitas nasional dan kelancaran pembangunan ini, maka tatkala kita menegakkan Orde Baru pada awal tahun '66, kita semua berbulat hati untuk melak-sanakan secara murni Undang-Undang Dasar 1945 ini.
Banyak jalan terbuka lebar untuk mengawasi Presiden dan seluruh tubuh Pemerintahan ini. Dalam Dewan Perwakilan Rakyat ini misalnya diuji kebijaksanaan Presiden yang sangat penting dalam mengemudikan Pemerintahan dan menjalankan Garis-garis Besar Haluan Negara, terutama setiap kali ia mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara itu jelas bukan hanya angka-angka mati. Di balik angka itu terkandung kebijaksanaan yang sangat luas dari Presiden, terbentang ren-cana-rencana usaha bangsa kita dalam bekerja dan membangun
12
dirinya dalam Tahun Anggaran yang bersangkutan. Kebijak-sanaan-kebijaksanaan Presiden juga dapat diuji dari berbagai Rancangan Undang-undang yang diajukannya kepada Dewan yang terhormat ini. Tentu ada ukuran yang harus digunakan dalam melakukan penilaian dan pengawasan tadi oleh DPR. Ukuran itu adalah Undang-Undang Dasar sendiri dan Garis- garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR. Dalam rangkaian ini, saya dapat menilai bahwa hubungan antara Peme-rintah dan DPR dalam praktek selama ini telah dapat berjalan dengan sangat lancar. Hubungan antara Pemerintah dan DPR yang kadang-kadang tampaknya tegang, akhirnya dapat di- atasi dengan saling pengertian dan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat. Kita mengharapkan agar cara ker-jasama yang demikian itu dapat dipupuk terus, demi pertum-buhan kehidupan ketatanegaraan yang konstitusionil dan de-mokratis yang memperlancar pelaksanaan pembangunan.
Kesempatan untuk menilai hasil penyelenggaraan Kepemim-pinan dan Pemerintahan Negara oleh seorang Presiden akhir- nya akan ditentukan oleh Sidang MPR lima tahun berikutnya, di mana Presiden wajib mempertanggungjawabkan pelaksana- an tugasnya seperti yang ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.
Waktu penilaian ini bahkan dapat dimulai pada waktu "kampanye" Pemilihan Umum untuk memilih wakil-wakil rakyat di DPR dan MPR yang akan datang. Di situ calon- calon Presiden atau golongan-golongan peserta Pemilihan Umum yang mendukungnya dapat menjelaskan konsepsi-kon-sepsinya, yang kiranya lebih baik daripada kebijaksanaan dan program Presiden yang sedang menjabat dalam melaksanakan Garis-garis Besar Haluan Negara ataupun kebijaksanaan-kebi-jaksanaan lainnya.
Mereka yang mengemukakan konsepsi program yang dinilai lebih baik oleh rakyat, karena lebih sesuai dengan keinginan nya dan lebih memperhatikan kepentingannya, tentu akan
13
memperoleh suara lebih banyak dalam Pemilihan Umum, yang selanjutnya akan menentukan Pemilihan Presiden yang akan datang.
Dengan jalan itu, dengan melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, maka akan tumbuh stabilitas yang dinamis pada puncak-puncak Pemerintahan Negara. Karena, berdasar- kan Undang-Undang Dasar 1945 itu di satu fihak ada jaminan waktu yang cukup bagi Presiden dalam melaksanakan tugas- nya; dan di lain fihak tetap tersedia sarana-sarana untuk meng-awasi dan bahkan mengoreksi atau mengganti Presiden.
Cara-cara yang lain yang menyimpang dari ketentuan Un- dang-Undang Dasar 1945 tidak dapat diterima dan tidak dapat dibiarkan, karena pasti akan menimbulkan kegoncangan-ke-goncangan dalam masyarakat yang jelas tidak menguntung- kan bagi usaha pembangunan. Lebih-lebih apabila cara-cara yang inkonstitusionil itu hendak dipaksakan dengan jalan kekerasan, dengan dalih dan tujuan apapun — seperti yang ternyata dilakukan oleh dalang dan penggerak kerusuhan Pe-ristiwa 15 Januari —, maka terhadap pelaku-pelakunya yang bertanggung jawab harus ditindak berdasarkan hukum dan wewenang yang dapat dipertanggungjawabkan secara konsti-tusionil.
Stabilitas Pemerintahan juga terjamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, karena sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, para Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka adalah pembantu Presiden.
Untuk menetapkan politik Pemerintah dan koordinasi dalam pemerintahan Negara para Menteri itu bekerjasama seerat- eratnya di bawah pimpinan Presiden. Justru karena merup- kan pembantu-pembantu dekat Presiden dalam mengemudikan Pemerintahan dan melaksanakan pembangunan, maka suasana kerjasama di antara para Menteri itu merupakan syarat yang penting.
14
Untuk memelihara stabilitas Pemerintahan dan lebih-lebih lagi untuk menjamin kelangsungan serta kelancaran pemba-ngunan, maka sangatlah wajar pula apabila para Menteri itu tidak terlalu sering diganti oleh Presiden. Lebih-lebih tanpa alasan-alasan yang masuk akal. Dengan landasan pikiran yang demikian itu dan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, maka masalah Kabinet, masalah Menteri-menteri adalah urusan dan tanggung jawab sepenuhnya dari Presiden, bukan orang lain.
Penyelenggaraan Pemerintahan yang stabil dan demokratis yang sesuai dengan kebutuhan era pembangunan bukan saja diperlukan di tingkat pusat, tetapi juga sampai ke tingkat daerah.
Dengan disahkan dan diundangkannya Undang-undang ten-tang Pemerintahan di Daerah baru-baru ini jelas akan makin memantapkan penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah yang demikian itu, yang sekaligus juga akan memperlancar pelaksanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Saudara Ketua yang terhormat,
Menumbuhkan kehidupan politik yang sesuai dengan Un- dang-Undang Dasar dan Pancasila tidak dapat dipisahkan dari hak demokrasi dan penggunaannya oleh dan di dalam masya-rakat.
Sangat terang bahwa dalam alam demokrasi berdasarkan Pancasila tetap ada tempat yang terhormat bagi hak untuk menyampaikan pendapat. Juga hak berbeda pendapat dengan Pemerintah Akan tetapi bersamaan dengan itu juga harus ada tempat yang sama terhormatnya bagi tanggung jawab. Tanggung jawab kita adalah memelihara persatuan nasional dan menjaga keselamatan bersama, melaksanakan pembangun an untuk menikmati hari esok yang lebih bahagia dari hari sekarang, menumbuhkan kehidupan bangsa dan negara ini agar bertambah kokoh, sentausa dan dapat melindungi kita semua.
15
Rita cukup mempunyai wadah penyalur pendapat: kita mem-punyai lembaga-lembaga perwakilan rakyat di tingkat nasio- nal maupun daerah, kita dapat menggunakan kebebasan mim-bar, kita memiliki pers yang kita harapkan menjadi pers yang bebas dan bertanggung jawab. Menyampaikan pendapat tidak perlu dengan cara-cara yang mengundang kekacauan dan keonaran, seperti demonstrasi. Demonstrasi bukanlah satu-satunya wajah demokrasi; lebih-lebih demonstrasi yang men-datangkan huru-hara dan bencana.
Hendaknya kita ingat baik-baik : bahwa hak demokrasi ha- rus berjalan seiring dengan tanggung jawab.
Karena itu jangan lagi ada di antara kita yang berlindung di balik demokrasi untuk menimbulkan keonaran, atau dengan dalih menegakkan kehidupan konstitusionil tetapi bertujuan untuk merombak Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Mengambil sikap atau berbuat yang demikian, akan berarti mengkhianati dan bertentangan dengan prinsip demokrasi dan konstitusi itu sendiri.
Sidang Dewan yang terhormat;
Usaha lain dalam rangka menegakkan stabilitas politik dan menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis adalah langkah-langkah kita untuk meneruskan pembinaan kehidupan kepartaian, kekaryaan dan organisasi-organisasi kemasyara-katan lainnya agar ada wadah-wadah yang sehat untuk meli- batkan seluruh kekuatan nasional kita dalam pembangunan bangsa di segala bidang.
Langkah-langkah ke arah ini telah kita mulai. Dan seka- rang harus makin dimantapkan lagi.
Lebih dari 2 tahun yang lalu 9 partai politik telah terbagi menjadi 2 kelompok saja, masing-masing adalah Partai Persa-tuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia. Organ- sasi-organisasi karya yang sangat banyak dahulu juga telah menjadi satu organisasi Golkar. Dengan ini maka apa
16
yang dikehendaki oleh Garis-garis Besar Haluan Negara, ialah tiga "tanda gambar" saja dalam Pemilihan Umum yang akan datang, pasti akan terlaksana. Kecuali mungkin hambatan psi-kologis yang lambat laun pasti dapat diatasi, maka landasan untuk pengelompokan partai itu cukup kuat. Karena: semua partai sebagai partainya rakyat Indonesia dengan sendirinya memiliki satu ideologi nasional — ialah Pancasila semua partai mempunyai tujuan jangka panjang yang satu pula ialah terwujudnya kehidupan masyarakat seperti yang dituangkan secara khidmat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan semua partai jelas menggunakan cara-cara yang sama dalam memperjuangkan tujuan nasional ialah cara-cara yang demokratis dan damai. Karena itu dasar pengelompokan bukanlah ideologi golongan yang sempit, melainkan kesamaan dan titik berat perhatian dalam memperjuangkan perbaikan mutu kehidupan masyarakat kita. Ini adalah dasar yang sehat clan sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Dalam jangka panjang partai harus benar-benar jadi milik nasional. Partai-partai perlu membuka pintu halamannya lebar-lebar bagi setiap warga negara Indonesia yang memang menurut ketentuan hukum berhak dan boleh masuk. Rita sung-guh-sungguh memerlukan partai yang dapat menjadi wadah penyalur keinginan rakyat dan pendidikan kesadaran politik rakyat, dalam arti: kesadaran atas tanggung jawabnya terha- dap kemajuan dan pembangunan bangsa dalam anti yang luas.
Proses penyederhanaan kehidupan kepartaian ini harus kita percepat dan diberi dasar hukum yang lebih jelas. Untuk itu Undang-undang yang mengatur kepartaian dan kekayaan harus dapat segera kita selesaikan.
Dewasa ini sesungguhnya sedang berlangsung penataan kem-bali seluruh tata kehidupan politik dan sosial. Tatanan lama seperti yang tumbuh salah arah sebelum tahun '66 jelas tidak dapat menjawab kebutuhan kita untuk membangun. Rakyat terkotak-kotak dalam kesempitan ideologi dan golongan. Guru, pegawai negeri, buruh, tani dan nelayan, mahasiswa, pemuda,
17
411234 - (II).
cendekiawan, pelajar tercerai berai dalam organisasi-organisasi yang tidak lain adalah kelanjutan tangan saja dari partai politik. Akibatnya seluruh masyarakat kita terbelah dalam kepingan kelompok-kelompok kecil yang terlibat langsung dalam kegiatan politik praktis. Tentu saja perhatian kepada pembangunan ter-desak ke belakang dan kegiatan pembangunan terbengkalai.
Karena itu penataan kembali kehidupan politik dan sosial adalah mutlak. Mungkin usaha-usaha kita ke arah itu masih banyak hambatan-hambatannya. Tetapi kita harus terus ber -jalan.
Di kalangan perburuhan kita mencatat kemajuan besar dengan lahirnya Federasi Buruh Seluruh Indonesia. Organisasi buruh perlu tumbuh secara wajar untuk melindungi kepentingan buruh, terutama terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang, untuk memperluas pengetahuan dan memperdalam ketrampilan buruh di lapangan pekerjaannya. Dengan begitu organisasi buruh dapat menjadi wadah bagi seluruh buruh untuk meningkatkan peranannya dalam pembangunan. Karena itu saya sangat menganjurkan agar dalam tiap-tiap perusahaan dapat segera dibentuk organisasi buruh.
Pembinaan organisasi buruh haruslah tetap kita lihat dalam kerangka pembangunan nasional dalam arti yang luas. Perlu segera kita fikirkan bersama hubungan antara buruh dan ma-jikan atau perusahaan dalam alam Pancasila. Kedua-duanya harus saling menghormati, saling mengerti kedudukan dan pe-ranannya, sama-sama memahami hak-hak dan kewajibannya, dalam keseluruhan proses produksi. Dalam alam Pancasila terang tidak ada tempat bagi sikap saling berhadap-hadapan ataupun penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Apa bila sikap dasar ini dapat diciptakan maka dapatlah di- hindarkan pemogokan oleh buruh dan penutupan perusahaan oleh majikan karena perselisihan pendapat antara keduanya.
Penataan kembali wadah-wadah dalam masyarakat lainnya pun harus kita teruskan seperti organisasi-organisasi profesi;
18
pemuda dan mahasiswa, tani, nelayan, pegawai, guru, wanita dan sebagainya, terlepas dan tidak terikat pada suatu partai politik ataupun golongan karya.
Dalam hubungan ini saya ingin menegaskan bahwa tidak ada niat sedikitpun dari Pemerintah untuk mengikat kebebasan golongan-golongan profesi, khususnya mahasiswa dan pemuda, calon-calon pemimpin hari esok. Ikatan demikian bukan saja tidak bijaksana akan tetapi dapat memacetkan pembangunan di hari nanti. Padahal, pembangunan memerlukan kelangsung- an. Dan pembangunan yang sekarang juga untuk generasi yang akan datang.
Sekali lagi penataan kembali wadah-wadah dalam masyarakat itu sama sekali tidak berarti adanya kekangan terhadap ke-bebasan berserikat atau berkumpul. Langkah-langkah tadi juga tidak ada sangkut pautnya dengan kemelut yang ditinggalkan oleh "Peristiwa 15 Januari".
Yang kita lakukan adalah usaha bagaimana kita mengatur sendiri kebebasan itu agar dengan kebebasan tadi kita tetap kreatif dan menjadi bangsa yang kokoh.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Usaha memperkokoh pertumbuhan bangsa ini merupakan bagian penting dan tujuan tersendiri daripada pembangunan Indonesia. Lebih-lebih karena masyarakat kita adalah masya- rakat majemuk; masyarakat yang serba ganda. Kita terdiri dari bermacam-macam suku, kita memiliki bahasa dan kebudayaan daerah yang beraneka ragam, kita masing- masing mempunyai adat istiadat kedaerahan yang ber- beda-beda, karena kulit dan rambut kita pun tidak semua- nya sama, kita menganut agama yang berlain-lainan, kita mendiami kepulauan besar kecil yang tidak terbilang jumlah nya di satu Tanah Air yang luas dan indah ini. Kita menyadari perbedaan-perbedaan itu. Akan tetapi jauh di atasnya kita lebih menyadari kebulatan tekad kita untuk bersatu padu se-
19
bagai Bangsa Indonesia, kita ingin hidup rukun dalam satu Negara Indonesia, kita telah mengikatkan diri dalam satu Bahasa Indonesia.
Ya, kita memang berbeda-beda tetapi kita bertekad untuk bersatu !
"Bhineka Tunggal Ika" !
Apabila kita ingin bersatu, maka persoalan pokoknya bukan menghilangkan perbedaan-perbedaan tadi. Itu adalah mustahil, karena bertentangan dengan kodrat. Biarlah perbedaan itu ada dan tetap ada. Yang kita usahakan adalah bagaimana perbedaan-perbedaan itu dapat tetap mempersatukan kita dalam persatuan yang indah, seperti indahnya kesatuan warna warni pelangi yang serasi.
Persatuan dalam keaneka ragaman bagi kita bukanlah hal yang mustahil. Kita telah ditempa oleh perjuangan dan sejarah yang panjang untuk bersatu. Lebih dalam lagi, kita sesungguh nya adalah bangsa yang senantiasa mencari keserasian dan keselarasan.
Bagaimana usaha kita memperkokoh kebhineka tunggal ikaan itulah sesungguhnya garis pembinaan dan pembangunan kehidupan, sosial politik. yang kita arah. Pembangunan kehi-dupan sosial politik tidak selamanya akan tampak dengan pro-yek-proyek lahiriah. Pembangunan sosial politik lebih menyen- tuh pandangan hidup, sikap mental dan dorongan-dorongan rokhani.
Dalam rangka ini sangatlah penting artinya pembinaan ke-hidupan agama dalam masyarakat kita yang serba ganda dan berdasarkan Pancasila itu. Semua agama yang ada di Indonesia ini, memerintahkan ummatnya agar membangun. Agama akan kehilangan sinarnya apabila masyarakatnya miskin, melarat dan lemah. Dan agama menunjukkan tujuan yang jelas dari pada pembangunan : ialah untuk kebahagiaan dan martabat manusia; bukan untuk kehancurannya. Agama memperhalus
20
budi pekerti manusia. Dan dengan kehalusan budi pekerti itu pembangunan akan mempunyai makna yang indah dan dalam. Tidak satu agama pun yang melarang orang bekerjasama dengan orang lain yang berlainan agama dalam bersama-sama membangun masyarakat. Karena itu tidak dapat lain, semua ummat beragama di Indonesia harus bersatu padu bahu mem-bahu membangun masyarakat kita dalam kesatuan bangsa dan negaranya. Landasan untuk membina kehidupan bangsa dan masyarakat yang demikian itu juga telah kita miliki, ialah — sekali lagi — Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Negara kita bukanlah negara agama; bukan negara yang mendasarkan diri pada agama tertentu saja. Pasal 29 Undang-Undang Dasar kita menegaskan bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". Negara diwajibkan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan ke-percayaannya itu. Karenanya menjadi kewajiban Pemerintah untuk memberi kesempatan dan mendorong tumbuhnya kehi-dupan keagamaan yang sehat di negeri Kita berbesar hati melihat hasil-hasil pelaksanaan program pembangunan di bidang agama selama PELITA I yang akan ditingkatkan lagi dalam PELITA II. Mesjid dan gereja baru serta tempat ibadah lainnya bermunculan di mana-mana. Setiap tahun Pe-merintah mencetak ribuan kitab-kitab suci dari berbagai agama yang ada. Jumlah jemaah haji bertambah besar setiap tahunnya, sedangkan penyelenggaraan perjalanannya semakin tertib dan teratur. Ini semua menunjukkan bahwa Pemerintah sungguh-sungguh berusaha agar kehidupan beragama — se- mua agama yang ada — di alam Pancasila ini benar-benar dapat tumbuh dengan subur, dapat hidup berdampingan antara agama dengan rukun dan tenteram. Sebaliknya negara yang berdasarkan Pancasila ini pasti tidak membenarkan, seandai nya ada salah satu agama yang berusaha untuk menguasai agama yang lain. Pemerintah pasti tidak membiarkan agama berebut umat, lebih-lebih dengan cara paksa. Sila Ketuhanan
21
Yang Maha Esa dari Pancasila harus dapat membimbing kehi-dupan kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat mem-perkokoh persatuan bangsa kita, harus dapat memberi rasa kehalusan dan tanggung jawab dalam menumbuhkan demokra- si serta harus menunjukkan jalan ke arah kehidupan bersama yang sejahtera dan berkeadilan sosial.
Pengertian dan arah kehidupan beragama yang sehat itu masih perlu kita kembangkan dalam masyarakat kita; agar supaya sikap dan pengertian saling tenggang rasa, hormat menghormati dan saling percaya antara pemeluk-pemeluk agama yang berlain-lainan makin dapat dihayati dan benar- benar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam rangka itu pula Pemerintah pada dasarnya menyetujui permintaan Dewan Gereja-gereja se Dunia untuk mengadakan Sidang Raya di Indonesia yang sedianya akan diadakan pada tahun 1975. Ini harus kita anggap sebagai satu kehormatan dan kepercayaan bahwa hidup rukun antara ummat beragama di Indonesia benar-benar menjiwai kehidupan bangsa kita.
Namun Pemerintah juga terus berusaha agar berlangsung- nya Sidang itu di Indonesia tidak akan merugikan kepentingan nasional ataupun mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa kita sendiri sebagai syarat mutlak terpeliharanya stabilitas nasional demi kelancaran pembangunan. Karena itu sekiranya Sidang Raya tadi dapat mengganggu stabilitas nasional dewasa ini, maka pelaksanaannya perlu dicarikan waktu yang lebih tepat. Dalam hubungan maka keputusan Komite Dewan Gereja-gereja se Dunia baru-baru ini untuk tidak jadi menye-lenggarakan sidangnya di Indonesia sangat melegakan kita semua.
Dan saya ingin mengingatkan agar kita tidak membuat salah tafsir terhadap kebijaksanaan Pemerintah itu. Saya harapkan agar masyarakat selalu waspada. Jangan mudah terbius oleh berita atau cerita bohong yang diselinapkan melalui nafas ke-
22
agamaan. Agama memang masalah yang peka. Karena itu jangan ada di antara kita yang bermain-main api dengan aga- ma, yang akhirnya dapat membakar tubuh kita sendiri.
Namun demikian kita tetap berbesar hati, karena jauh lebih banyak pemuka-pemuka agama dan ulama-ulama Islam, Kris-ten, Katolik, Hindu Bali, Budha, yang telah dapat menterjemah-kan ajaran-ajaran agama itu untuk pembangunan masyarakat secara bersama-sama antara semua pemeluk agama. Dan me-mang dengan cara itulah seharusnya ajaran agama diterapkan dalam masyarakat kita yang ber Pancasila ini.
Dengan jalan itu perbedaan-perbedaan agama yang kita pe- luk tetap dapat bertemu pada tugas-tugas kemasyarakatan yang luhur dan membahagiakan kita semua; dan tidak dibesar-besarkan perbedaannya sehingga menjadi benih-benih gang- guan keamanan seperti yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, yang ternyata didalangi oleh sisa-sisa G-30-S/PKI.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Erat hubungannya dengan pembinaan stabilitas Nasional adalah pemeliharaan keamanan dan ketertiban sebagai syarat yang penting bagi pembangunan itu. Di samping merupakan syarat, ia juga menjadi tujuan daripada pembangunan itu sen- diri, ialah agar kita semua merasakan keamanan lahir dan ketenteraman batin, bebas dari ketakutan ancaman dari luar dan bebas dari kecemasan gangguan dari dalam.
Persoalan keamanan karenanya menyangkut segi-segi yang sangat luas dan jalin menjalin. Ia tidak hanya berarti lenyap- nya gangguan bersenjata yang dapat menjadi sumber rusaknya kedaulatan bangsa dan keamanan nasional, ia tidak hanya berupa kesiap siagaan menghadapi serangan dari luar; melain- kan juga usaha bagaimana agar masyarakat kita mampu me- nolak bahaya lain yang sama besarnya; seperti rongrongan ideologi asing terhadap Pancasila, subversi, infiltrasi, keru- sakan mental, tingkah laku dan kebudayaan yang tidak sejalan
23
dengan Pancasila. Singkatnya, usaha-usaha untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban itu bukan hanya tergantung pada tindakan-tindakan mencegah atau tindakan kemudian dari alat-alat keamanan negara saja; akan tetapi juga sama pen-tingnya adalah ketahanan masyarakat sendiri sehingga mam- pu melindungi dirinya dari kerusakan nilai-nilai hidup yang kita anggap luhur. Ini berarti usaha-usaha untuk menanamkan kesadaran masyarakat mengenai tanggung jawab keamanan dan ketertiban merupakan ikhtiar yang mutlak. Prasyarat utama untuk itu ialah: tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada alat keamanan dan ketertiban dalam menjalankan tu- gas, kewajiban dan tanggung jawabnya. Untuk ini bukan hanya penegakan hukum saja yang diperlukan, akan tetapi lebih- lebih lagi, alat-alat keamanan dan penegak hukum itu harus benar-benar menampilkan diri sebagai pengayom dan pembe- ri keadilan kepada masyarakat.
Sesungguhnya manusia Indonesia senantiasa dibimbing oleh naluri ke arah yang baik, selalu mengejar nilai-nilai hidup yang kita anggap luhur. Ini jelas tercermin dalam watak keagama an bangsa kita yang mendalam mulai dari zaman yang jauh telah silam, tercermin dalam sikap kita yang selalu ingin ber-gotong-royong, tercermin dalam ajaran mengenai budi pekerti yang diwariskan oleh orang-orang tua kita dan sebagainya.
Sifat-sifat dasar yang baik itulah yang harus kita pupuk terus, sehingga ia merupakan benteng yang kokoh dalam hati setiap orang dalam melawan kejahatan dan pengganggu kea-manan. Naluri untuk mengejar nilai-nilai hidup yang luhur itu memang banyak mengalami cobaan sejak mulai penindasan yang kejam selama ratusan tahun dari penjajahan asing, ideo- logi lain yang anti Pancasila sampai dengan masuknya, akibat-akibat samping yang buruk daripada perobahan-perobahan masyarakat dalam masa pembangunan ini. Perjuangan hidup yang keras membuat sebagian orang tidak mampu bertahan, lalu mencari jalan memintas yang pendek mencari harta atau keuntungan kebendaan lain dengan mengabaikan nilai-nilai
24
luhur tadi, mengabaikan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku. Timbullah perbuatan korupsi, penyalahgunaan kekua-saan dan lain-lain.
Hal-hal itu merupakan sebagian daripada sumber keresahan masyarakat yang tidak membantu kemantapan keamanan dan ketertiban. Karena itu, dalam jangka panjang, strategi pembi- naan keamanan dan ketertiban bukan merupakan bagian yang terpisah, melainkan menjadi bagian yang tunggal daripada strategi pembinaan manusia Indonesia dan pembinaan bangsa Indonesia. Segi-segi ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebuda yaan dan keamanan-pertahanan itu sendiri harus tetap meru-pakan satu rangkaian yang bulat dan serasi.
Tentu saja itu merupakan strategi jangka panjang yang pe-laksanaannya pun akan memakan waktu.
Berbagai masalah nyata yang timbul masa kini harus segera kita selesaikan justru untuk meratakan jalan ke arah pembi- naan keamanan dan ketertiban di atas landasan yang lebih kuat di masa datang.
Ancaman bahaya yang langsung dewasa ini adalah dari sisa-sisa G-30-S/PKI yang masalahnya telah kita ketahui semua. Dalam hubungan ini ingin saya menekankan lagi bahwa dalam menghadapi bahaya sisa-sisa G-30-S/PKI ini harus kita jawab dengan membuktikan bahwa Pancasila adalah pandangan hi- dup bangsa yang tepat. Juga harus segera kita lenyapkan ke-miskinan di tengah-tengah kita yang mereka jadikan tempat persemaian yang subur bagi propagandanya. Karena itu ber-hasilnya kita dalam membangun, sekaligus akan berarti me-lenyapkan tempat sisa-sisa akar G-30-S/PKI ini.
Kewaspadaan kita terhadap sisa-sisa G-30-S/PKI ini jangan membuat kita saling curiga. Curiga mencurigai di antara kita justru yang mereka usahakan, agar kita lemah. Terhadap yang bersalah kita memang tidak mengenal kompromi. Akan tetapi terhadap mereka yang insyaf atas kekeliruannya dan mau kembali ke jalan Pancasila, harus kita beri kesempatan untuk
25
turut serta dalam pembangunan. Sudah tentu dengan tindak- an-tindakan pengawasan, dan pengamanan yang diperlukan, agar supaya mereka itu tidak menyalah gunakan kesempatan yang diberikan. Dengan kewaspadaan saya ajak masyarakat sendiri menjadi benteng yang tangguh dalam menghadapi pe-rembesan-perembesan sisa-sisa G-30-S/PKI ini.
Di samping masalah sisa-sisa G-30-S/PKI kita masih perlu mengambil tindakan-tindakan lanjutan dalam rangka penye-lesaian secara menyeluruh untuk meniadakan sumber-sumber dan akibat-akibat negatif dari "Peristiwa 15 Januari" agar peristiwa semacam itu tidak sampai terjadi lagi.
Sedangkan kegiatan-kegiatan pemberantasan kejahatan dan pengganggu keamanan lainnya seperti perampokan bersenjata yang akhir-akhir ini disinyalir meningkat, perdagangan gelap ganja dan morfin dan lain-lain terus dilakukan.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Dalam usaha kita untuk memantapkan stabilitas nasional dan pembangunan itu, maka mau atau tidak mau, kita perlu selalu memperhatikan keadaan di luar kita. Ketegangan-kete-gangan di satu kawasan, krisis pangan, krisis ketenagaan, krisis moneter, jelas mempengaruhi hampir semua bangsa.. Tidak terkecuali kita.
Berlandaskan pada politik luar negeri yang bebas aktif yang diabdikan kepada pembangunan ekonomi, kita terus mengem-bangkan hubungan ekonomi luar negeri dengan negara-negara sahabat serta melakukan kerjasama ekonomi dan menerima bantuan ekonomi.
Atas dasar itu pula kita berusaha mempererat kerjasama di bidang ekonomi dan meningkatkan persahabatan dengan bangsa-bangsa di wilayah Asia dan Pasifik. Justru ka- rena keterbelakangan ekonomi menjadi salah satu mata rantai terlemah daripada ketahanan nasional sebagian be- sar bangsa-bangsa di sekitar kita, maka kemajuan ekonomi
26
dan kesejahteraan sosial yang akan dicapai dapat memperkuat ketahanan nasional masing-masing. Ketahanan nasional yang demikian, juga memungkinkan bangsa-bangsa itu menghindar kan diri dari kemungkinan menjadi ajang pertikaian kekuatan-kekuatan besar dari luar.
Dalam rangka itulah maka Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara, setelah Sidang para Menteri Luar Negerinya di Jakarta baru-baru ini, menganggap sudah tiba waktunya untuk mencurahkan usaha yang, lebih banyak lagi agar kerja-sama ekonomi di antara mereka memberikan hasil-hasil yang lebih nyata. Melalui Perhimpunan itu bangsa-bangsa Asia Tenggara yang menjadi anggotanya juga telah dapat mengatur hubungan bersama dengan negara-negara lain, dengan Badan-badan PBB, dengan Masyarakat Eropa dan sebagainya. Dengan "semangat Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara" per-bedaan-perbedaan pendapat di antara anggota-anggotanya juga banyak yang akan dapat diselesaikan melalui musya- warah.
Untuk mencari jalan guna memperkokoh stabilitas dan pem-bangunan di kawasan kita inilah, maka dalam tahun ini saya juga banyak mengadakan tukar pikiran secara pribadi dengan pemimpin-pemimpin negara-negara tetangga di sekitar kita.
Dalam pada itu memperkuat garis perdamaian dan pem-bangunan terus menjadi pusat perhatian politik luar negeri kita. Dalam rangka itulah kita sampai kini masih tetap ikut serta dalam ICCS di Vietnam dan mengirimkan Pasukan Ga- ruda VI dalam tugas pengawasan gencatan senjata di Timur Tengah. Dalam menghadapi perkembangan di Timur Tengah itu, terutama untuk menentukan sikap dan kesetiakawanan negara-negara Islam, maka dalam bulan Pebruari yang lalu telah berlangsung KTT Islam ke-II di Lahore, yang menghasil kan "Deklarasi Lahore" yang terkenal itu. Dalam bulan Juni yang lalu berlangsung Pula Konperensi Islam tingkat Menteri Luar Negeri di Kuala Lumpur. Kendatipun kita bukan negara
27
Islam, namun kita selalu hadir dalam konperensi-konperensi Islam itu dan sumbangan-sumbangan pikiran kita banyak manfaatnya. Indonesia juga telah memutuskan untuk turut menjadi anggota Bank Pembangunan Islam yang dibentuk baru-baru ini. Ini adalah suatu kehormatan besar kepada bangsa Indonesia yang bagian terbesar penduduknya adalah ummat Islam.
Secara umum dapat kita nilai, bahwa pelaksanaan politik luar negeri kita yang bebas aktif makin menemukan jalannya yang lurus dan makin dimengerti oleh dunia luar. Kita menya- dari sepenuhnya harapan dunia agar kita memainkan peranan yang lebih besar untuk memperkuat stabilitas dan perdamaian di kawasan ini. Kita sungguh-sungguh menyadari harapan itu, karena kita memang memiliki potensi-potensi untuk melaksa- nakannya.
Justru karena itu, di samping agar mampu mendukung lang- kah-langkah kita ke luar, maka pusat perhatian tetap kita curahkan ke dalam : membereskan dan menyehatkan rumah tangga kita sendiri.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Persatuan dan kesatuan Nasional harus terus kita pelihara dan perkokoh. Usaha-usaha ini tidak akan ada henti-henti- nya. Karena persatuan dan kesatuan bangsa merupakan ke- kuatan dan modal, utama bagi bangsa untuk maju dan men- capai cita-citanya. Wilayah nasional dari Sabang sampai Merauke memang telah bulat dan utuh kembali dan diakui secara resmi oleh dunia internasional sejak berhasilnya kita menyelesaikan PEPERA pada tahun 1969. Namun kita masih harus mengusahakan agar lautan dan selat-selat yang meng-hubungkan rangkaian kepulauan Nusantara yang ribuan jum-lahnya itu beserta dasar laut dan kekayaan alam yang ada di dalamnya, yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dari keseluruhan wilayah nasional Indonesia benar-benar aman dan damai, sehingga kita mampu memanfaatkan sumber-sumber
28
alam milik bangsa sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa semaksimal mungkin bagi kepentingan seluruh rakyat. Untuk itulah kita berusaha keras agar gagasan Wawasan Nusantara dapat diterima dan diakui oleh dunia. Dengan me-makai landasan falsafat Pancasila, yang berisi nilai-nilai luhur yang bersifat universil dan landasan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar nasional, yang menentukan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia ke dalam dan ke luar, dengan po- litik luar negeri yang dilandasi oleh prinsip-prinsip cinta damai, meskipun lebih cinta pada kemerdekaan, diabdikan kepada ke-pentingan nasional dengan tetap menghormati dan memperha-tikan kepentingan negara-negara luar, serta membuka pintu lebar-lebar bagi kerjasama internasional atas dasar saling hor- mat-menghormati dan saling menguntungkan; saya percaya bahwa konsepsi Wawasan Nusantara itu akhirnya akan dapat diterima oleh bangsa-bangsa di dunia ini.
Dengan terus memperkuat kesatuan dan persatuan nasional dan dengan memegang teguh politik luar negeri yang bebas dan aktif kita laksanakan dan kembangkan hubungan ekonomi luar negeri kita — seperti yang telah dikatakan tadi — atas dasar saling hormat menghormati dan saling menguntungkan. Secara prinsip hubungan ekonomi yang demikian itu kita lak-sanakan dengan negara manapun, tanpa membedakan sistim sosial atau ideologinya; dengan negara-negara Barat maupun negara-negara sosialis. Yang pokok adalah bahwa hubungan ekonomi itu harus diabdikan pada kepentingan nasional, khu-susnya kepentingan pembangunan.
Dalam kerangka inilah kita sejak tahun 1967 mengadakan kerjasama ekonomi dan menerima bantuan ekonomi dalam bentuk pinjaman atau pun sumbangan. Sejak semula kita berpendapat dan mengambil sikap yang ketat dalam me- nerima bantuan luar negeri ini dengan menetapkan sya- rat-syarat; pertama : bantuan itu harus tanpa ikatan politik, kedua: penggunaannya harus sesuai dengan kebutuhan dan rencana pembangunan kita, dan ketiga: pembayaran kem-
29
bali harus sesuai dengan kemampuan kita dan tidak akan mem-beratkan generasi yang akan datang.
Sesuai dengan syarat yang ketiga itu, maka kita hanya dapat menerima pinjaman dengan syarat-syarat yang lunak, ialah dengan jangka waktu pembayaran kembali minimum 25 tahun, masa tenggang 7 tahun dan bunga maksimum 3% setahun.
Bantuan pinjaman dengan syarat-syarat yang lebih keras dari itu tidak dapat kita terima karena akan memberatkan dan di luar kemampuan kita untuk membayar kembali.
Dengan menetapkan syarat-syarat yang demikian itu ter-nyata hanya mungkin diberikan oleh negara-negara Barat yang pada tahun 1967 membentuk kelompok negara-negara dan organisasi-organisasi internasional pemberi bantuan kepada Indonesia yang terkenal dengan nama IGGI. Penjajagan yang dilakukan terhadap negara-negara Sosialis waktu itu mengenai kemungkinan memberikan bantuan dengan syarat-syarat yang lunak seperti dengan IGGI ternyata tidak dapat di-terima oleh negara-negara Sosialis.
Beberapa tahun kita telah menerima bantuan pinjaman dengan syarat-syarat itu dari negara-negara dan organisasi-organisasi internasional yang tergabung dalam IGGI. Dan kita telah menggunakan sebaik-baiknya demi perbaikan ekonomi dan kelancaran pembangunan. Di samping itu kita juga telah makin memeras keringat dan menggali sendiri sumber-sumber kemampuan dalam negeri. Jumlah bantuan luar negeri itu memang bertambah besar dari tahun ke tahun. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah, bahwa kemampuan kita untuk membiayai sendiri proyek-proyek pembangunan lebih bertam-bah besar. Sehingga, dalam perbandingan, bagian daripada bantuan luar negeri itu mengecil dalam keseluruhan biaya pembangunan kita.
Namun demikian, justru untuk mempercepat pembangunan, kita masih harus tetap mengerahkan segala sumber dana yang dapat kita gunakan; baik dari sumber-sumber dalam negeri sendiri maupun dari sumber-sumber luar negeri. Dalam pada
30
itu keadaan ekonomi kita terang bertambah baik dan jalannya pembangunan makin lancar. Neraca pembayaran kita ber- tambah mantap terutama karena penerimaan yang berasal dari minyak.. Dalam keadaan ekonomi yang bertambah baik itu, se-karang, kita telah mungkin untuk menerima bantuan luar negeri dengan syarat-syarat yang "kurang lunak" jika dibandingkan dengan syarat-syarat IGGI yang kita terima se- lama ini. Dalam rangka inilah sekarang kita sedang mengada- kan penjajagan lagi kepada negara-negara Sosialis, kemung- kinan dapatnya memberikan bantuan pinjaman kepada Indo nesia dengan syarat-syarat yang kurang lunak, baik mengenai jangka waktu pengembalian, tenggang waktu pembayaran dan tingkat bunganya. Penjajagan ini tampaknya mendapatkan tanggapan yang cukup positif dari negara-negara Sosialis itu, sehingga diharapkan bahwa pelaksanaan kerjasama ekonomi dengan negara-negara tersebut akan meningkat dalam REPELITA II ini.
Ini terang tidak berarti bahwa politik luar negeri kita bero- bah. Beberapa tahun dahulu, tatkala kita menerima bantuan dari negara-negara IGGI, kita tetap melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif, yang diabdikan kepada kepentingan pembangunan nasional seperti yang digariskan oleh MPR (S).. Sekarang dan nanti pun, apabila kita mengadakan kerjasama di bidang ekonomi dengan negara-negara Sosialis, kita pun tetap berjalan lurus di atas garis politik luar negeri yang bebas aktif itu.
Segi lain lagi yang berhubungan dengan kerjasama ekonomi luar negeri adalah peranan modal luar negeri. Untuk melaksa-nakan pembangunan nasional yang dapat menciptakan lapang -an kerja yang banyak, diperlukan permodalan yang besar jumlahnya. Di samping mengarahkan sepenuhnya potensi modal di dalam negeri maka dimanfaatkan pula modal dari luar negeri.
Dalam hubungan ini diusahakan adanya keseimbangan yang serasi antara peranan modal asing dan peranan modal nasional. Salah satu langkah ke arah ini adalah penyediaan bidang-
31
bidang tertentu khusus bagi usaha nasional. Ini berarti bahwa bidang-bidang tertentu tersebut tertutup bagi modal asing, sedang kemampuan usaha nasional untuk bergerak di bidang-bidang tersebut diusahakan agar semakin meningkat.
Demikian pula dikembangkan berbagai bentuk usaha ber sama antara usaha nasional dan usaha asing yang menjamin bahwa peranan pihak Indonesia dalam pemilikan, pimpinan dan lain-lainnya semakin lama semakin meningkat. Dalam hubung- an ini yang dapat menjadi partner bagi penanaman modal asing baru adalah perusahaan-perusahaan pribumi dan perusahaan-perusahaan milik negara.
Selanjutnya perusahaan-perusahaan asing berkewajiban pula untuk secara berencana meningkatkan jumlah tenaga Indonesia di dalam usahanya. Bilamana belum cukup tersedia tenaga Indonesia di bidang-bidang tersebut maka perusahaan-perusahaan tersebut diwajibkan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia. Pendidikan itu dapat dilaksanakan sendiri oleh per-usahaan yang bersangkutan ataupun dengan menyediakan bia- ya untuk pendidikan tenaga-tenaga Indonesia guna mengikuti sekolah, latihan-latihan dan sebagainya.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Marilah kita tinjau kini hasil-hasil REPELITA I serta kebi-jaksanaan-kebijaksanaan apa yang telah dan harus diambil oleh Pemerintah untuk memelihara stabilitas ekonomi dan seka-ligus untuk mendorong kelancaran pelaksanaan REPELITA II.
Saudara Ketua yang terhormat;
Selama REPELITA 1 kita sebenarnya mencapai kemajuan-kemajuan yang sangat membesarkan hati.
Kita jelas melihat perbaikan dan peningkatan di berbagai bidang yang penting : keuangan negara, moneter, produksi, distribusi, pertanian, industri, pertambangan, prasarana dan sebagainya. Keadaan kita sekarang lebih baik jika dibanding kan dengan keadaan sebelum REPELITA I; apalagi jika diban-dingkan dengan keadaan sebelum masa Orde Baru.
32
Memang keadaan belum semuanya serba baik; belum terca- pai keadilan sosial, masih sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, belum semua keluarga memiliki perumahan, belum semua orang berkesempatan memperoleh perawatan kesehatan yang murah dan mudah, belum semua anak-anak dapat menge-nyam pendidikan sekolah secara wajar dan lain-Lain kekurang- an yang masih kita rasakan.
Keadilan sosial, keadaan serba baik, pasti tidak dapat dica- pai dengan satu kali membangun dalam tempo 5 tahun saja. Sedangkan baru untuk sampai pada landasan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, diperlukan 5 - 6 kali REPELITA. Tetapi bagaimanapun juga, satu hal telah pasti, bahwa keada- an kita pada umumnya lebih baik dan meningkat dibandingkan dengan 5-8 tahun yang lalu.
Apabila kita sekarang masih banyak mengalami kesulitan-kesulitan hidup, bahkan mungkin dirasakan semakin berat, ini bukanlah karena kita ini makin mundur. Justru kemajuan yang kita capai itu telah membawa serta masalah-masalah dan kebu-tuhan-kebutuhan baru; yang tidak semuanya dapat dipenuhi dengan serentak dan mudah.
Banyak contoh dapat kita lihat, yang menunjukkan bahwa hasil pembangunan itu justru menimbulkan masalah-masalah baru. Ini tidak mengherankan, karena perbaikan mutu kehi- dupan yang ingin kita nikmati dengan melaksanakan pemba-ngunan itu memang mengharuskan terpenuhinya berbagai kebutuhan hidup yang bertambah banyak dan meluas.
Dahulu Pak Tani tidak pernah mengeluh kalau tidak ada pupuk, karena pupuk tidak dianggap sebagai kebutuhan mut- lak. Ia dapat dan biasa menanam padi tanpa pupuk, meskipun hasilnya tetap rendah. Dan waktu itu hasil beras secara nasio- nal hanya sekitar 11 juta ton.
Sekarang Pemerintah harus berusaha keras untuk menye- diakan pupuk yang cukup dan tepat pada waktunya. Karena apabila ada kelambatan sedikit saja, Pak Tani pasti mengeluh dan berusaha untuk mendapatkannya dengan jalan apa saja; kalau perlu membeli secara "gelap" dengan harga yang mahal.
33
411234 - (III).
Sekarang Pak Tani telah mengetahui bahwa dengan menggu-nakan pupuk — dan sarana produksi lainnya — ia dapat meng-hasilkan padi jauh lebih besar. Secara nasional produksi beras juga mengalami kenaikan, menjadi 14,7 juta ton dalam tahun 1973. Suatu kenaikan rata-rata 4,8% setahunnya sela- ma 5 tahun terakhir ini.
Dahulu jenis barang seperti transistor masih merupakan barang yang langka, yang belum dikenal dan masih di luar jangkauan rakyat. Sekarang barang tersebut sudah menjadi kebutuhan baginya, bukan raja yang tinggal di kota-kota teta- pi juga sampai di desa-desa dan di lereng-lereng gunung; dan telah banyak orang yang mampu memilikinya. Timbullah ke-butuhan baru ; kebutuhan untuk memeliharanya, kebutuhan untuk menyediakan "battery" untuk tetap menghidupkan pesa-watnya yang tidak selalu dapat dipenuhinya.
Sekarang, setelah kita dapat mengasembling mobil-mobil dan sepeda motor sendiri serta kemampuan masyarakat untuk me-milikinya bertambah, setelah bus-bus dan mobil-mobil angkut- an umum bertambah, setelah lalu-lalang truck meningkat, maka timbullah masalah kepadatan lalu lintas, terutama di kota-kota besar. Ini menimbulkan masalah baru: pelebaran jalan atau pembuatan jalan-jalan baru di kota-kota besar dan antar kota dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak. Kita semua me-rasakan betapa banyak masalah yang harus dipecahkan sebe- lum pelebaran jalan itu dapat dilaksanakan.
Sekarang setelah ribuan kilometer jalan dan ratusan jembat- an diperbaiki dan ditingkatkan mutunya, sehingga masalah perhubungan antar kota tidak merupakan masalah lagi, timbul- lah soal baru ialah bagaimana dapat mengurangi sampai sekecil mungkin kecelakaan lalu-lintas yang menimbulkan korban, yang sebagian diakibatkan oleh ramainya lalu-lintas kendaraan ber-motor.
Jelaslah bahwa masalah-masalah baru pasti akan tetap tim bul dalam gerak maju pembangunan itu, baik masalah-masalah yang sudah dapat diperhitungkan sebelumnya maupun yang tidak terduga sebelumnya. Dan masalah-masalah tersebut
34
memang harus diatasi. Itulah tantangan pembangunan. Tidak ada usaha pembangunan tanpa tantangan masalah yang me-merlukan pemecahan. Kita hanya dapat maju, dapat mencapai hasil apabila kita bekerja keras dan dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Yang ingin saya tekankan adalah janganlah kita mengharap- kan yang bukan-bukan, seolah-olah dengan melaksanakan pem-bangunan ini, kita lalu dapat hidup enak — apalagi hidup seenaknya—; seolah-olah hanya dengan bertopang dagu dan sekedar mengedipkan mata sudah dapat menghasilkan sesuatu.
Yang dapat diharapkan adalah bahwa dengan melaksanakan pembangunan yang berhasil, tingkat hidup kita lebih baik dan lebih bermutu dan dengan hasil-hasil itu kita dapat melanjutkan dan meningkatkan usaha pembangunan selanjutnya.
Dalam REPELITA I, dapat dikatakan kita telah berhasil mencapai tujuan dan sasaran-sasaran pembangunan.
Sebagaimana kita ketahui, tujuan pembangunan kita, tujuan setiap REPELITA tidak lain adalah: Pertama: menaikkan taraf hidup rakyat banyak; dan Kedua : meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk pembangunan tahap-tahap berikutnya.
Dalam REPELITA I, kedua tujuan itu jelas tercapai. Dalam lima tahun ini, setelah berakhirnya REPELITA I, taraf hidup kita jelas meningkat. Gambaran sepintas yang saya sebutkan tadi, seperti peningkatan penghasilan para petani, bertambah banyaknya macam kebutuhan masyarakat dan peningkatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan pening-katan kegiatan ekonomi pada umumnya, menandakan adanya kenaikan taraf hidup rakyat banyak, apabila dibandingkan dengan sebelum REPELITA I.
Dengan selesainya REPELITA I, kita juga dapat mencipta- kan dasar-dasar yang kuat untuk melanjutkannya dengan RE-PELITA II. REPELITA II itu baik secara kwantitatif maupun kwalitatif jauh lebih luas dari REPELITA I. Jumlah proyek dan besarnya pembiayaan REPELITA II jauh lebih besar dan lebih luas ruang lingkupnya. Sedangkan isi dan sifatnya makin
35
mendekati kepada tujuan dan aspirasi perjuangan bangsa itu sendiri; lebih memperhatikan segi-segi keadilan sosial, makin mengarah pada keseimbangan antara program-program di bi- dang ekonomi dan bidang non ekonomi, pembiayaannya makin ditekankan pada sumber-sumber di dalam negeri, partisipasi dan swadaya masyarakat di daerah-daerah diusahakan untuk makin diperluas, dan sebagainya.
Peningkatan dan perluasan REPELITA II itu dimungkinkan karena kemampuan kita memang meningkat sebagai basil pe-laksanaan REPELITA I. Kemampuan negara meningkat dan kemampuan masyarakat juga meningkat.
Penerimaan negara yang berasal dari berbagai macam pajak dan bea cukai meningkat, sehingga memungkinkan penyediaan biaya pembangunan yang lebih besar di samping biaya untuk keperluan rutin, khususnya bagi peningkatan gaji pegawai ne- geri dan ABRI. Penerimaan negara itu tidak mungkin mening- kat apabila tidak ada peningkatan kegiatan usaha ekonomi dan penghasilan dari masyarakat dalam REPELITA I.
Penerimaan devisa meningkat, sebagian karena volume ekspor kita meningkat: minyak, kayu, barang-barang ekspor lainnya balk yang tradisionil maupun macam-macam barang ekspor barn; sebagian karena kenaikan harga-harga barang ekspor kita di luar negeri. Dalam hubungan ini memang kita perlu tetap waspada terhadap perkembangan dalam perekono-mian dunia, antara lain cepatnya kenaikan harga barang-barang impor, sedangkan sebaliknya akhir-akhir ini tampak pula geja- la-gejala menurunnya harga barang-barang ekspor di luar minyak seperti kayu, karat dan lain-lain. Peningkatan ekspor berbagai macam barang itu adalah hasil usaha dan investasi kita selama REPELITA I.
Sasaran-sasaran pembangunan, ialah: pangan, sandang, per-baikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rokhani, meskipun belum sepenuhnya dapat dicapai, tetapi yang pasti terdapat banyak kemajuan-kemajuan.
36
Pangan: jelas bertambah baik keadaannya dibandingkan dengan waktu sebelum REPELITA I. Usaha kita untuk menye-diakan bahan pangan beras bagi setiap penduduk sebanyak 120 kg dalam setahun dapat dikatakan tercapai dalam REPE- LITA I. Sekarang kita tidak lagi antri beras atau gula, atau tepung terigu, atau minyak tanah, yang pada waktu sebelum REPELITA I merupakan keadaan yang sering terjadi. Juga sudah sangat jarang atau hampir tidak pernah terdengar lagi adanya daerah-daerah yang mengalami busung lapar, meskipun pada akhir tahun 1972 kita pernah mengalami keadaan pangan yang kritis, sebagai akibat musim kering yang panjang yang melanda hampir seluruh dunia.
Sandang: sekarang juga tidak merupakan masalah lagi. De- ngan kenaikan produksi tekstil sebesar 100% dalam REPELI- TA I, yang cukup menyediakan bahan sandang rata-rata sekitar 7½ meter setiap penduduk, maka sekarang hampir tidak ada lagi tampak orang yang telanjang. Sekarang kebutuhan masyarakat bukan hanya sekedar mendapatkan bahan san- dang, tetapi bahan sandang yang memenuhi selera, baik mutu dan coraknya.
Perbaikan prasarana : Keadaan prasarana dan perhubungan sekarang tidak lagi menyedihkan, rusak dan menjengkelkan seperti keadaan menjelang REPELITA I. Ratusan ribu hektar sawah telah dapat diairi makin teratur, ribuan kilometer jalan telah kita perbaiki dan ratusan kilometer jalan baru telah kita bangun, ribuan meter jembatan telah dapat dilewati dengan lebih aman, bendungan-bendungan besar dan pusat-pusat tenaga listrik telah rampung; dan angkutan di darat, laut, sungai dan udara bertambah baik. Setiap tahun makin banyak dan makin lancar barang dan orang yang dapat diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Volume angkutan darat dan laut naik dengan rata-rata 7 — 10% setahun, sedangkan angkutan udara meningkat dengan 15%. Perbaikan prasarana dan per-hubungan itu jelas telah menunjang pembangunan di berbagai sektor; yang secara keseluruhan menunjukkan laju pertum-
37
buhan 7% setahun. Dan yang tidak kalah pentingnya ada- lah telah dapat dipatahkannya isolasi daerah di masa lampau, yang tidak jarang menjadi benih kegelisahan nasional, menjadi sumber ketegangan antara pusat dan daerah. Saat ini hampir dapat kita katakan bahwa seluruh penjuru Tanah Air ini sudah terjangkau oleh jaringan angkutan darat, laut dan udara serta telekomunikasi. Dengan itu — dan ini sangat panting — pem-bangunan prasarana dan perhubungan telah makin memper- kuat persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara.
Perumahan rakyat : Hasil-hasil yang dapat kita capai baru- lah hasil-hasil penelitian dan persiapan untuk memungkinkan pelaksanaan pembangunan perumahan rakyat yang sederhana tetapi sehat. Di samping itu juga telah berhasil ditingkatkan penyediaan air minum di berbagai kota yang sangat memerlu- kan. Selama REPELITA I telah diadakan persiapan-persiapan untuk melaksanakan program perumahan yang lebih nyata yang akan kita mulai dalam tahun pertama REPELITA II ini. Persiapan-persiapan itu mencakup segi-segi tehnis seperti penelitian bahan bangunan yang cukup kuat tetapi murah, perencanaan dan percontohan rumah murah di lapangan, penyusunan kebijaksanaan dan pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan untuk mendorong dan memperlancar usaha pembangunan perumahan rakyat.
Perluasan lapangan kerja : Dalam gerak ekonomi dan pem-bangunan yang meningkat dalam REPELITA I tentulah ada perluasan kesempatan kerja. Memang dalam REPELITA I itu belum dapat dipecahkan masalah kesempatan kerja kese-luruhan. Namun kebijaksanaan yang diambil selalu diarahkan untuk memungkinkan perluasan lapangan kerja yang akan makin ditingkatkan dalam REPELITA II dan REPELITA- REPELITA berikutnya. Anggaran pembangunan yang terse- dia dititik beratkan penggunaannya untuk pembangunan proyek-proyek yang padat karya seperti proyek-proyek prasa- rana dan pertanian. Dalam rangka penanaman modal asing
38
maupun dalam negeri prioritas diberikan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak atau yang memungkinkan tumbuhnya usaha-usaha sampingan yang juga memerlukan tenaga kerja yang besar.
Kesejahteraan rokhani : Pembangunan menyangkut ikhtiar untuk memperbaiki mutu kehidupan yang memuaskan batin kita, bagaimana membuat perasaan kita tenteram dalam ma-syarakat kita sendiri selama kita hidup dan dalam menghadapi masa sesudahnya. Sebaliknya pembangunan pun memerlukan dorongan batiniah yang teguh, agar pembangunan itu mem-punyai kekuatan gerak dari kemauan masyarakat dan arahnya tetap terpelihara. Usaha pembangunan selalu kait mengkait dengan semua segi kehidupan manusia dan betapa berhasil atau gagalnya usaha pembangunan berkisar pada manusia serta nilai-nilai luhur yang dipegangnya.
Oleh karena itu masalah kesejahteraan rokhani adalah masa- lah yang luas, sehingga tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali REPELITA, dan akan tetap merupakan sasaran yang harus diraih selama kita melaksanakan pembangunan.
Dalam REPELITA I telah banyak yang kita garap dan banyak kemajuan yang telah dicapai. Kehidupan beragama tampak berkembang, sarana dan prasarana untuk melakukan ibadah, berupa mesjid, gereja, pura, kitab-kitab suci dari ber- bagai agama terus bertambah. Sarana pendidikan, pengembang- an kebudayaan nasional, sarana kesehatan dan keluarga berencana juga telah dapat ditingkatkan sesuai dengan ke-mampuan dan lain-lain kemajuan yang erat hubungannya dengan kesejahteraan rokhani.
Demikian secara singkat dan umum, Saudara Ketua, gam baran tentang hasil-hasil REPELITA I yang baru lalu. Laporan yang lengkap dan terperinci, seperti juga tahun-tahun yang lalu, saya sertakan sebagai Lampiran dari Pidato Ke- negaraan ini.
39
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Suksesnya Repelita I adalah sukses kita semua, seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke. Di dalam hal ini peranan dan hasil kerja daerah adalah sangat penting karena, semua proyek-proyek fisik pembangunan, baik proyek departemental/ sektoral maupun proyek-proyek daerah berada di daerah. Dae- rah-daerahlah yang langsung bertanggung jawab dalam meng ajak dan menggerakkan rakyat untuk melaksanakan pemba-ngunan di daerahnya sesuai dengan rencana nasional dan yang hasil-hasilnya tampak serta manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan. Hasil-hasil dan ke-majuan-kemajuan yang dicapai daerah-daerah tentu tidak sama; tergantung dari banyak faktor, antara lain kemampuan dan kemungkinan daerah yang bersangkutan untuk mengem-bangkan daerahnya, seperti sumber-sumber alamnya, sumber-sumber pembiayaannya, keadaan prasarana, jumlah penduduk dan tenaga kerjanya, dan yang tidak kalah pentingnya kepe-mimpinan di daerah yang bersangkutan dalam mengajak masyarakat untuk melaksanakan pembangunan.
Untuk memberikan dorongan yang lebih besar kepada daerah dalam ikut serta mensukseskan pembangunan nasional serta memajukan daerahnya, Pemerintah telah menetapkan untuk memberikan tanda penghargaan kepada satu Daerah Tingkat I dan kepada satu Kabupaten/Kotamadya untuk setiap Propinsi/ Daerah Tingkat I, yang dinilai telah dapat mencapai hasil karya tertinggi dalam melaksanakan setiap REPELITA. Tanda penghargaan tersebut berupa suatu tanda dan piagam yang bernama "Parasamya Purnakarya Nugraha".
Berdasarkan penilaian secara seksama, baik yang dilakukan oleh Departemen-departemen teknis maupun oleh suatu team penilai antar Departemen, maka untuk REPELITA I ini saya telah memutuskan untuk memberikan tanda penghargaan itu kepada: Daerah Jawa Timur. Sedangkan Daerah-daerah Kabu-paten/Kotamadya di setiap Propinsi yang memperoleh tanda penghargaan adalah :
40
Propinsi Aceh
Propinsi Sumatera Utara Propinsi Sumatera Barat Propinsi Riau
Propinsi Jambi
Propinsi Sumatera Selatan
Propinsi Bengkulu Propinsi Lampung Propinsi Jawa Barat Propinsi Jawa Tengah
Daerah Istimewa Yogya-karta
Propinsi Jawa Timur Propinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Selatan
Propinsi Kalimantan Tengah
Propinsi Kalimantan Timur Propinsi Sulawesi Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara Propinsi Sulawesi Tengah Propinsi Sulawesi Utara Propinsi Bali
Propinsi Nusa Tenggara Barat
Propinsi Nusa Tenggara Timur
Propinsi Maluku
Propinsi Irian Jaya
Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Asahan Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Indragiri Hilir Kotamadya Jambi
Kabupaten Lematang Ilir Ogan
Tengah
Kabupaten Bengkulu Utara Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Tanggerang Kabupaten Jepara
Kabupaten Bantul
Kabupaten Trenggalek Kabupaten Sambas
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kabupaten Barito Utara
Kabupaten Pasir Kotamadya Ujung Pandang Kabupaten Buton Kabupaten Panggai Kabupaten Gorontalo Kabupaten Badung
Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Manggarai
Kabupaten Maluku Utara Kabupaten Jayapura.
Saya ucapkan selamat kepada Daerah-daerah yang berhasil untuk menerima anugerah yang tinggi itu. Penganugerahan ini
41
pasti merupakan dorongan bagi Daerah-daerah lain, yang kali ini belum berkesempatan untuk mendapat anugerah itu, untuk bekerja lebih keras mensukseskan REPELITA II.
Saudara-saudara;
Dalam memasuki pelaksanaan REPELITA II ini, mau tidak mau kita juga harus melihat keadaan sekeliling kita, keadaan ekonomi dunia. Sebab, tidak semua unsur yang membuat pem-bangunan itu berhasil sepenuhnya berada di tangan kita. Kita hidup dalam dunia yang semakin erat tali temali dan hubung-annya, di mana banyak unsur yang saling bertautan dan mem-pengaruhi. Banyak perkembangan dunia yang akibat, buruknya tidak dapat kita elakkan begitu saja.
Kita juga harus terus waspada ke dalam. Gerak pemba- ngunan yang luas mengharuskan kita mengamati lebih teliti semua segi dan segera mengambil langkah-langkah pembetul- an apabila ada hal-hal yang tidak beres atau yang mengkha-watirkan, yang dapat menimbulkan hambatan terhadap pelak-sanaan REPELITA II.
Dalam mengambil langkah-langkah ke depan di bidang eko-nomi, kita perlu juga mengingat kembali keadaan dan peng- alaman masa lampau; apa yang menyebabkan kemerosotan ekonomi waktu itu dan apa yang memungkinkan kita meng- atasi keadaan dan mencapai hasil dalam REPELITA I.
Pada waktu Orde Baru mulai ditegakkan maka perekono- mian Indonesia sedang dilanda hyper-inflasi yang benar-benar menggoyahkan segala sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bukan saja kehidupan ekonomi menjadi lumpuh, melainkan segala kepercayaan kepada mata uang sendiri telah mencapai titik yang terendah. Kenaikan harga yang tiada terkendalikan itu telah menimbulkan suasana yang mencekam dan melemas- kan, seolah-olah tiada lagi jalan ke luar untuk mengatasinya dan tiada mungkin pula dilaksanakan suatu usaha pembangun- an nasional.
42
Namun berkat usaha yang sungguh-sungguh daripada selu- ruh rakyat Indonesia yang dengan penuh rasa tanggung jawab bertolak dari sikap dasar untuk 1ebih mendahulukan hal-hal yang benar-benar perlu didahulukan, maka apa yang seolah- olah tidak mungkin teratasi itu akhirnya terbukti dapat diken-dalikan. Laju inflasi yang sangat tinggi itu setapak demi seta- pak dapat dikembalikan kepada proporsi yang wajar dan pro- ses pembangunan nasional mulai dapat dilaksanakan. Keper-cayaan kepada mata uang rupiah berhasil dipulihkan kembali dan kebiasaan untuk menabung uang bagi hari depan lambat laun telah tumbuh pula.
Laju inflasi dalam tahun 1966 mencapai 650% setahun, sedang lima tahun kemudian, di dalam tahun 1971, sudah turun menjadi 2,6% setahun, dan bahkan untuk tahun anggaran 1971/’72 hanyalah berjumlah 0,9% setahun. Tingkat kesta- bilan yang tercapai itu memberikan ketenangan bekerja bagi mereka yang berpendapatan tetap, memberikan harapan per-baikan hidup bagi mereka yang berpenghasilan rendah, dan memberikan kepastian yang lebih besar bagi dunia usaha, sehingga secara keseluruhan segala itu telah mendorong proses pembangunan nasional.
Akan tetapi di dalam tahun 1972 laju inflasi meningkat men- jadi 25%, dalam tahun 1973 menjadi 27%, dan di dalam tahun anggaran 1973/74 bahkan mencapai 47%. Melonjaknya laju in-flasi dalam tahun 1972 terutama terjadi pada bulan-bulan ter-akhir tahun tersebut, Hal ini berhubungan erat dengan rendah nya produksi padi dalam tahun itu sebagai akibat musim kemarau yang luar biasa, dan berkaitan pula dengan krisis pangan yang melanda seluruh dunia. Berkat kewaspadaan untuk segera mengambil langkah-langkah tindakan yang tepat, maka persediaan pangan di Tanah Air kita berhasil ditingkat- kan dalam jangka waktu yang relatif pendek, meskipun dunia secara keseluruhan pada waktu itu sedang mengalami keku-rangan pangan yang sangat gawat.
43
Dengan bertambahnya persediaan pangan dan meningkatnya produksi pangan di dalam tahun 1973 maka keadaan pangan dalam tahun tersebut menjadi lebih tenang. Akan tetapi mes-kipun demikian ternyata laju inflasi dalam tahun tersebut tetap tinggi dan bahkan cenderung untuk lebih meningkat Pula. Gejala pelarian dari uang ke barang, gejala spekulasi tanah dan rumah, gejala menurunnya hasrat menabung dalam mata uang nasional, kesemuanya itu merupakan petunjuk-petunjuk keadaan yang kurang sehat, yang dapat membawa ke arah berkurangnya kepercayaan kepada mata uang sendiri, dan yang dapat merupakan ancaman bagi pelaksanaan pembangun- an nasional. Oleh karena itulah maka dengan tegas diambil serangkaian tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengen-dalikan keadaan tersebut.
Adapun gejala inflasi tersebut untuk sebagian disebabkan karena perkembangan ekonomi dunia. Sejak beberapa waktu perekonomian dunia mengalami kegoncangan-kegoncangan sebagai akibat permasalahan moneter dunia yang sangat pelik, keadaan pangan dunia yang sangat langka, permasalahan energi khususnya minyak bumi dan berbagai persoalan lain yang secara keseluruhan mengakibatkan berkecamuknya infla- si di negara-negara industri maupun di negara-negara yang sedang berkembang.
Kenaikan harga barang-barang di negara-negara industri mengakibatkan kenaikan harga barang-barang impor di Indo-nesia. Demikian pula kenaikan harga di negara-negara industri mengakibatkan naiknya harga barang-barang ekspor Indone- sia, termasuk pula barang-barang ekspor yang juga dipergu- nakan di dalam negeri, seperti misalnya kopra yang diperlukan untuk produksi minyak goreng.
Di samping pengaruh inflasi dari luar negeri yang menjalar ke Indonesia melalui harga barang-barang yang di impor mau pun yang diekspor maka berbagai faktor di dalam negeri telah pula menjadi penyebab gejala inflasi tersebut. Salah satu fak-
44
tor yang terpenting adalah pertambahan jumlah uang beredar yang telah meningkat dengan pesat, terutama di dalam tahun 1973. Sumber utama peningkatan jumlah uang yang sangat cepat tersebut adalah bidang perkreditan. Sumber lain lagi adalah masuknya modal luar negeri, yang ditukarkan dengan mata uang rupiah untuk dipergunakan bagi pembelian-pembe- lian di dalam negeri. Faktor-faktor dalam negeri yang lain lagi adalah langkanya berbagai macam barang, adanya hambatan-hambatan dalam kelancaran distribusi, di antaranya berbagai macam pungutan-pungutan liar, dan adanya gejala bahwa ber-bagai perusahaan dalam perhitungan biaya dan penetapan har- ga pokok sudah memperhitungkan kenaikan-kenaikan yang mungkin akan terjadi di kemudian hari. Kesemuanya ini menye-babkan laju inflasi semakin meningkat.
Adapun rangkaian langkah tindakan yang diambil untuk mengendalikan laju inflasi sekaligus bertujuan pula untuk jus- tru mempercepat laju pembangunan. Dalam hubungan ini maka langkah yang utama adalah usaha untuk lebih meningkatkan produksi karena kenaikan produksi dan penyediaan barang-barang yang diperlukan oleh rakyat banyak akan benar-benar meringankan tekanan inflasi. Sepanjang kapasitas pro- duksi di dalam negeri belum mencukupi maka penam- bahan persediaan barang-barang penting tersebut dilakukan melalui impor. Dalam hubungan ini maka di samping pengadaan stock barang-barang yang penting bagi ke- hidupan sehari-hari seperti beras, gula dan sebagainya, juga diselenggarakan persediaan stock yang cukup besar bagi ba- rang-barang yang diperlukan bagi pembangunan, diantaranya semen, besi beton, pupuk, benang tenun, kertas dan sebagai- nya. Dengan adanya stock yang cukup besar maka perkem-bangan harga-harga barang-barang penting tersebut dapat di-kendalikan secara efektif. Misalnya, dengan persediaan beras yang ada pada Pemerintah sebanyak lebih dari 800.000 ton dewasa ini, maka dapatlah ditiadakan setiap hasrat untuk berspekulasi di dalam bidang perdagangan beras.
45
Demikian pula barang-barang ekspor yang juga diperguna- kan untuk produksi di dalam negeri dapat dikurangi atau di-larang sama sekali ekspornya bilamana produksi di dalam negeri memerlukannya. Misalnya: kopra telah dilarang untuk ekspor, sedang sejumlah minyak sawit diwajibkan untuk di-sediakan untuk keperluan produksi dalam negeri, meskipun harga di pasaran dunia dewasa ini sangat menarik.
Peningkatan produksi dan penyediaan barang-barang pen- ting dapat langsung mempengaruhi tingkat harga sepanjang penyaluran benar-benar dapat dilaksanakan secara lancar.. Oleh karena itu maka langkah lebih lanjut adalah usaha me-lancarkan penyaluran barang-barang dengan jalan peningkatan investasi dalam prasarana jalan, pelabuhan, kapal, kereta api dan sebagainya, perbaikan tata kerja yang mempengaruhi arus barang, pemberantasan praktek pungutan dan pemerasan terhadap dunia usaha yang jelas menaikkan biaya penjualan, dan sebagainya.
Selanjutnya Pemerintah secara seksama mengikuti cara-cara menghitung dan menetapkan biaya pokok daripada perusaha- an-perusahaan milik negara maupun perusahaan-perusahaan swasta yang besar serta mengarahkan mereka untuk kembali kepada cara perhitungan harga yang lebih wajar. Dalam rangka mengurangi beban biaya produksi maka untuk berbagai jenis bea masuk, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya diberi- kan keringanan.
Suatu bagian yang sangat panting dalam rangkaian langkah-langkah untuk mengendalikan kenaikan harga-harga adalah usaha untuk mengurangi kecepatan laju pertambahan jumlah uang yang beredar. Untuk itu suku bunga deposito berjangka serta Tabanas telah dinaikkan, dan dimulai pula jenis depo- sito berjangka yang Baru, yakni untuk ,satu setengah dan dua tahun. Dengan jalan demikian maka sebagian daripada uang yang berkeliaran dalam masyarakat dan dipergunakan untuk kegiatan spekulasi dapat ditarik untuk masuk dalam per-
46
bankan. Dalam jangka waktu 4 bulan jumlah deposito ber- jangka telah meningkat dengan lebih dari Rp. 40 milyar, suatu kenaikan sekitar 30%. Langkah tindakan lain lagi adalah ke- naikan suku bunga pinjaman secara selektif, penyempurnaan pelaksanaan cadangan wajib bagi perbankan dan pembatas- an di dalam ekspansi kredit. Segala sesuatu ini dilakukan secara selektif dan terarah sehingga justru mendorong pembangunan di bidang-bidang yang memperoleh prioritas utama. Demikian pula telah diambil langkah-langkah untuk lebih menertibkan dan mengendalikan pemasukan modal dari luar negeri yang ditukar ke dalam rupiah untuk pembiayaan dalam negeri. Dalam rangka pelaksanaan keseluruhan rang kaian Langkah tindakan ini adalah penting sekali bahwa dunia perbankan, baik bank pemerintah maupun bank swasta, benar-benar berpegang teguh kepada peraturan permainan yang di-gariskan oleh Pemerintah.
Berdasarkan pengamatan yang seksama maka tampaklah bahwa rangkaian tindakan yang telah diambil itu kini mulai menunjukkan hasil-hasil yang memberi harapan; hasrat spe- kulasi tampak mulai berkurang; berbagai macam barang serta bahan baku untuk produksi yang semula ditimbun, kini mulai masuk pasaran kembali; di lain pihak hasrat menabung tam- pak mulai tumbuh lagi; segala sesuatu ini mengakibatkan bahwa laju kenaikan harga dalam bulan-bulan akhir ini adalah lebih rendah daripada bulan-bulan sebelumnya. Namun demi- kian jelas kiranya, bahwa tetap diperlukan kewaspadaan yang terus menerus agar tujuan rangkaian tindakan-tindakan tersebut benar-benar menjadi kenyataan.
Arah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dan akan di- ambil oleh Pemerintah adalah agar stabilitas ekonomi tetap terpelihara sedangkan pelaksanaan REPELITA II dapat tetap lancar.
Dalam pada itu, perlu pula kita catat, bahwa walaupun ada gejolak inflasi yang melanda dunia, namun kedudukan rupiah kita terhadap mata uang dollar cukup mantap. Selama tiga tahun ini kurs rupiah terhadap dolar tetap tidak berubah:
47
Rp. 415,— terhadap US $ 1,—. Ini adalah kurs rill, karena kurs yang ditetapkan itu dapat dikatakan tidak berbeda de- ngan kurs di pasar bebas.
Dengan kemantapan nilai rupiah ini, maka oleh Dana Mo- neter Internasional dengan persetujuan kita, mata uang ru- piah telah diputuskan untuk dimasukkan dalam "currency budget" dana lembaga keuangan dunia tersebut dan telah diputuskan pula sebagai mata uang yang "convertable".
Sungguh, rupiah telah membuka babak baru dalam sejarah-nya!
Perlu saya tegaskan di sini bahwa masuknya rupiah ke dalam dana budget tadi tidak berarti kita diikat oleh lembaga internasional itu. Kita tetap memiliki kebebasan dalam me-laksanakan kebijaksanaan ekonomi yang menguntungkan pem-bangunan dan rakyat Indonesia sendiri, termasuk menentukan nilai rupiah.
Namun yang penting dalam hal ini adalah bagaimana men- jaga kestabilan nilai mata uang kita, agar tetap dipercaya oleh masyarakat dan dipercaya oleh dunia . Karenanya adalah tidak masuk akal, adanya desas-desus yang menyatakan bahwa Pemerintah bermaksud untuk merobah kurs rupiah ataupun melakukan tindakan menggunting uang. Saya tegaskan bahwa desas-desus itu tidak benar.
Dalam pada itu di semua negara di dunia disadari bahaya kenaikan harga yang tidak terkendalikan bagi negara masing-masing maupun bagi perekonomian dunia. Karenanya mereka semua berbulat hati untuk mengendalikan kenaikan harga di negara masing-masing. Bilamana semua negara benar-benar bersungguh hati dalam usaha tersebut, maka ada kemungkinan bahwa gejala kenaikan-kenaikan harga internasional yang luar biasa itu akin agak mereda. Akan tetapi hal itu mengandung banyak sekali ke-tidak-pastian. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk benar-benar berusaha mengendalikan berbagai faktor di dalam negeri yang dapat mendorong kenaikan harga-harga.
48
Salah satu permasalahan dalam usaha mengurangi akibat inflasi di negara-negara lain terhadap ekonomi Indonesia adalah masalah penentuan harga bahan-bahan pokok yang untuk se-bagian diproduksi di dalam negeri dan untuk sebagian lagi di impor dari luar negeri. Antara lain hal ini menyangkut harga beras dan juga gula. Dalam berbagai pasaran di luar negeri harga beras dan gula telah sangat melonjak, jauh lebih tinggi daripada kenaikan harga beras dan gula di Indonesia. Dalam rangka mengendalikan harga barang-barang pokok agar supaya tetap terjangkau oleh daya beli rakyat banyak, maka beras dan gula impor tersebut dijual dengan harga yang lebih rendah daripada harga pembelian. Hal ini berarti bahwa perbedaan antara harga impor dan harga penjualan di dalam negeri berupa beban Pemerintah yang berbentuk subsidi.
Demikian juga pupuk dewasa ini masih mutlak memerlukan pemberian subsidi dari Pemerintah, karena pupuk merupakan bahan pokok untuk peningkatan produksi pertanian, khususnya beras.
Dewasa ini kita masih harus mengimpor pupuk dalam jumlah yang besar, yang harganya terus meningkat. Kita tidak mung- kin menjualnya kepada petani dengan harga impor, karena jelas di luar daya belinya. Karenanya kita harus menjualnya dengan harga di bawah harga impor; sehingga memerlukan subsidi yang tidak kecil.
Sehubungan dengan itu perlu kiranya disadari bahwa sejak semula memang merupakan suatu kebijaksanaan Pemerintah untuk sejauh mungkin meniadakan segala macam subsidi. Pada waktu dimulai pembaharuan kebijaksanaan ekonomi di dalam tahun 1966 maka berbagai macam subsidi telah dihapus ataupun dikurangi dengan menaikkan berbagai macam harga serta tarif angkutan. Kebijaksanaan tersebut dilanjutkan dari tahun ke tahun dengan tiap kali mengadakan penyesuaian harga serta tarif angkutan. Demikian pula dalam rangka peningkatan pro-duksi tekstil maka subsidi untuk kapas dan benang tenun yang di impor menjadi semakin kecil dari tahun ke tahun sehingga akhirnya dapat dihapus sama sekali.
49 411234 - (IV).
Akan tetapi adalah suatu kebijaksanaan pokok dana Peme-rintah pula untuk tidak membiarkan harga barang-barang ke-butuhan pokok daripada rakyat banyak ditentukan oleh kekuat-an-kekuatan pasaran belaka. Lebih-lebih lagi harga barang-barang kebutuhan pokok tersebut tidak akan dibiarkan ter-ombang-ambing oleh kekuatan-kekuatan pasaran dunia yang dewasa ini tidak menentu. Adalah menjadi kewajiban Peme- rintah untuk mengusahakan agar rakyat yang berpenghasilan rendah setidak-tidaknya dapat memenuhi kebutuhan pokok se-hari-hari. Sudah barang tentu hal tersebut perlu diusahakan agar sejauh mungkin tidak memerlukan subsidi. Bilamana sub- sidi tidak dapat dihindarkan maka jumlah subsidi tersebut perlu diusahakan sekecil mungkin dan lagi pula diusahakan agar ber-sifat sementara. Akan tetapi dalam keadaan ekonomi dunia yang sedang tidak menentu dewasa ini adalah tidak bertang- gung jawab untuk membiarkan ekonomi rakyat dilanda gejolak ekonomi dunia tersebut. Justru sebaliknya dalam keadaan se- perti itu adalah tugas Pemerintah untuk pertama-tama melin-dungi ekonomi rakyat terhadap melonjaknya harga-harga bahan pokok di pasaran dunia. Langkah selanjutnya ialah
mengusahakan suatu proses penyesuaian harga secara berta- hap dan dengan memperhatikan jangkauan daya beli rakyat banyak. Membiarkan perkembangan harga beras dalam negeri berubah-ubah mengikuti fluktuasi harga beras di pasaran dunia yang penuh gejolak dewasa ini bukan saja akan memukul kon-sumen beras yang berpenghasilan rendah melainkan juga akan sangat mengganggu proses pembangunan nasional.
Selanjutnya langkah yang mutlak harus segera kita, lakukan adalah mengusahakan dapatnya barang-barang pokok tersebut diproduksi di dalam negeri sendiri secara cukup.
Karenanya intensifikasi dengan panca-usaha lengkap dan ekstensifikasi pertanian harus terus ditingkatkan secara mak-simal, pembangunan pabrik-pabrik gula, pabrik-pabrik pupuk, pabrik-pabrik semen dan barang-barang pokok lainnya perlu
50
segera dilaksanakan, sehingga kita benar-benar dapat swasem-bada dan tidak perlu mengimpor lagi barang-barang tersebut.
Dengan dapat menghasilkan dan mencukupi kebutuhan sen-diri akan barang-barang tersebut, bukan saja kita menjadi tidak tergantung lagi dari luar, tetapi kita juga tidak perlu lagi memberikan subsidi yang besar untuk barang-barang ter-sebut. Barang-barang produksi dalam negeri harganya dapat lebih murah dari pada barang-barang impor, karena biaya pro-duksi di dalam negeri lebih rendah, sehingga barang-barang produksi dalam negeri dapat dijual kepada masyarakat dengan harga yang di dalam jangkauan masyarakat tanpa memerlukan subsidi dari Pemerintah.
Saudara Ketua yang terhormat;
Dalam keadaan yang cukup memberikan harapan dan ber-landaskan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diam-bil oleh Pemerintah itulah kita usahakan melaksanakan RE-PELITA II, khususnya dalam tahun pertama ini.
REPELITA II ini merupakan langkah kita yang kedua dari beberapa langkah besar yang harus kita lakukan dalam meng-usahakan tercapainya landasan masyarakat adil dan makmur.
Di dalam REPELITA II inilah akan kita lanjutkan dan kita tingkatkan tugas pembangunan kita. Kita akan berusaha keras agar dalam REPELITA II ini — sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara — dapat dibangun industri-industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku seperti pabrik kertas, pengecoran aluminium, pengilangan minyak mentah, pengolahan gas alam, pemanfaatan panas bumi, pengolahan besi dan sebagainya, di samping pembangunan industri-industri bahan pokok yang telah saya sebut di muka. Di samping industri juga akan dilanjutkan pengembangan bidang pertanian. Bukan saja intensifikasi pertanian padi dan palawija yang akan di-tingkatkan dalam REPELITA II ini, tetapi juga akan diperluas pada bidang-bidang perikanan, peternakan, perkebunan. Selan-
51
jutnya pembangunan dan perbaikan prasarana akan dilanjutkan untuk tetap dapat menunjang pembangunan di bidang industri dan pertanian serta bidang-bidang lainnya.
Dalam rangka memberikan perhatian yang lebih besar pada bidang-bidang non ekonomi maka dalam REPELITA II ini akan makin banyak dibangun gedung-gedung sekolah dan poliklinik-poliklinik, lengkap dengan peralatan dan perorangannya: guru, dokter dan perawat yang akan tersebar di seluruh pelosok Ta- nah Air. Dengan makin bertambahnya secara nyata sarana- sarana ini, maka bidang-bidang pendidikan dan kesehatan serta keluarga berencana akan makin terasa pula hasilnya.
Demikian pula lapangan kerja akan terbuka lebih luas, peru-mahan rakyat akan ditangani semakin nyata, sarana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan makin dikembangkan. Sedangkan untuk mengarahkan kepada penciptaan keadilan sosial, maka usaha-usaha akan di- -utamakan antara lain pada pemberian dorongan, perlindungan dan bimbingan kepada golongan ekonomi lemah, pengembangan dan memperkokoh kehidupan koperasi terutama di desa-desa, meningkatkan pembinaan hukum dan badan peradilan dan se-bagainya.
Yang saya sebutkan ini hanya pokok-pokok dari sebagian usaha dan kegiatan kita dalam REPELITA II. Sedangkan pro- gram-program secara keseluruhan dan lengkap telah kita tu-angkan dalam buku REPELITA II, yang telah saya keluarkan pada tanggal 11 Maret 1974 yang lalu.
Ke arah itulah kita laksanakan REPELITA II.
Berhasilnya REPELITA II tergantung sepenuhnya pada kita semua. Tergantung pada betapa gairah dan kesungguh-sung-guhan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan REPE- LITA II. Untuk suksesnya pembangunan kita harus bekerja keras, harus hidup dengan wajar dan hemat, menghindari hidup mewah dan boros — terutama bagi mereka yang berpunya —, meningkatkan gerakan menabung dan lain-lain sikap hidup yang memang sesuai dan dituntut oleh suasana pembangunan.
52
Suksesnya pembangunan sebagian juga akan ditentukan oleh sikap mental dan kegiatan aparatur negara. Saya mengharapkan agar keseluruhan aparatur negara — seluruh Pegawai Negeri dan ABRI — telah siap pula melaksanakan tugasnya masing-masing untuk berhasilnya pembangunan itu, Pe- gawai negeri sebagai unsur pelaksana dari aparatur negara adalah abdi negara, abdi masyarakat yang pada hakekatnya mempunyai tugas untuk melayani masyarakat, bukan sebaliknya minta dilayani oleh masyarakat. Pelayanan itu ditujukan agar semua kegiatan dalam masyarakat yang sedang membangun ini dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Samna hak dan ke-wajiban warga negara dapat dipenuhi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa harapan balas jasa apapun dari mereka yang dilayani. Atas pelaksanaan tugas melayani masyarakat itu ia tidak menerima imbalan jasa langsung dari masyarakat yang dilayani; kewa- jiban memberikan imbalan dari masyarakat yang dilayani itu apabila ada, haruslah diberikan kepada negara dalam bentuk pajak-pajak, retribusi, iuran-iuran dan sebagainya, yang meru-pakan penerimaan negara, yang selanjutnya sebagian akan di-gunakan untuk anggaran belanja rutin, termasuk gaji pegawai negeri.
Oleh karena itu, segala macam pungutan liar dan tidak sah yang dilakukan oleh oknum-oknum aparatur pelaksana, baik yang bertugas di bidang administrasi, keuangan negara, per- izinan, keamanan dan sebagainya, dengan dalih apapun tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan.
Saya perintahkan agar setiap instansi Pemerintah membuat rencana dan mengambil tindakan yang nyata untuk menertib-
kan keadaan ini.
Kepada masyarakat , para pengusaha saya serukan agar membantu usaha penertiban ini.
Alasan bahwa gaji Pegawai Negeri terlalu rendah, sehingga tidak mungkin untuk membiayai hidupnya, tidak dapat diteri- ma dan tidak dapat membenarkan si pegawai untuk bekerja
53
dengan malas atau korup. Menurut kenyataan, sebagian besar Pegawai Negeri tetap bekerja dengan jujur dan tekun dengan gaji yang sama dan mereka tetap hidup. Yang masih berpeng-hasilan rendah bukan hanya pegawai negeri, sebagian besar rakyat kita memang masih rendah pendapatannya. Justru ka- rena itulah kita melaksanakan pembangunan. Dan kita harus bekerja keras, jujur dan tekun untuk mensukseskannya. Makin keras kita. bekerja, makin besar prestasi kita, makin sukses pembangunan ini, maka makin besar penerimaan negara, se-hingga makin mampu negara memberikan gaji yang lebih memadai. Seperti yang telah berulang kali dilakukan, Peme- rintah telah memberikan kenaikan gaji sesuai dengan kenaik- an kemampuan negara.
Mental dan cara berfikir ini sebenarnya adalah wajar, namun sering-sering sudah dilupakan atau sudah salah kaprah. Oleh karena itu harus ditertibkan kembali. Untuk ini maka di samping mental pegawai negeri harus kuat, maka unsur peng-awasan juga memegang peranan yang penting.
Dalam rangka pembinaan mental pegawai dalam jangka panjang dan untuk lebih menertibkan cara-cara kerja pegawai negeri dalam rangka menegakkan kewibawaan aparatur negara secara keseluruhan, maka antara lain saya telah menetapkan peraturan untuk melarang pegawai negeri dari tingkat yang tergolong pimpinan untuk melakukan kegiatan-kegiatan usaha dagang. Saya mengharapkan agar peraturan ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan pengawasan akan terus ditingkatkan. Kepada unsur-unsur pengawasan perlu diberikan tugas-tugas yang lebih jelas dan terkoordinir serta perlu disediakan sarana yang lebih memadai untuk melaksanakan tugasnya.
Pengangkatan beberapa Inspektur Jenderal Pembangunan baru-baru ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan peng-awasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas pembangunan yang dilakukan oleh aparatur-aparatur pelaksana.
54
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Sidang Dewan yang terhormat;
Demikianlah laporan dan harapan saya yang ingin saya sampaikan kepada rakyat dan bangsa Indonesia dalam rangka menyongsong Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke 29 ini.
Kita memang masih harus terus bekerja keras. Waktu 29 tahun adalah cukup panjang bagi kita yang hidup dalam ge-nerasi sekarang ini, untuk membuat kita, makin dewasa, se-dangkan dalam rangka perjuangan bangsa untuk mencapai cita-citanya, 29 tahun adalah baru permulaan.
Tatkala kita merebut Kemerdekaan 29 tahun yang lalu, kita semua telah bergandengan tangan dan bahu membahu dengan kesediaan yang ikhlas untuk mengerahkan segala yang kita mi-liki, sehingga perjuangan itu berhasil.
Dan sekarang, marilah kita makin mengeratkan gandengan tangan kita dan sekali lagi mengerahkan segala kemampuan kita agar perjuangan pembangunan ini juga berhasil.
Kita telah menyelesaikan REPELITA I dengan sebaik-baiknya dan marilah kita laksanakan REPELITA II lebih baik lagi dengan keyakinan, bahwa dengan berhasilnya REPELITA II, jalan ke arah tercapainya cita-cita bangsa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, makin lapang dan lurus.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Sekian dan terima kasih.


Jakarta, 15 Agustus 1974.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
S O E H A R T O JENDERAL TNI
55

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971

REPUBLIK INDONESIA



Presiden Soeharto :
………..djangan kita silau dengan kemenangan-ke- menangan dan djangan pula risau dengan kekalahan-kekalahan.
Nasib Rakjat djauh lebih penting daripada menggun-djingkan terus menerus hasil Pemilihan Umum itu. Bekerdja keras djauh lebih berguna daripada me- ngutik-ngutik hasil Pemilihan Umum jang sjah itu. Dan marilah kita dengan gembira berkata; jang me- nang dalam Pemilihan Umum ini sebenarnja seluruh Rakjat, jang menang adalah kita semuanja, jang menang adalah semangat demokrasi".
Presiden Republik Indonesia Djenderal Soeharto

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Saudara Ketua, Para Wakil dan para Anggota DPR-GR jang saja hormati;
Apabila saat ini saja berbitjara dari mimbar ini pada pembu-kaan sidang DPR-GR, maka adalah jang ke-6 kalinja saja me-laporkan perkembangan keadaan Negara kita selama satu tahun jang telah dilampaui. Seperti halnja pada tahun-tahun jang lalu saja djuga ingin menggunakan kesempatan ini untuk berbitjara langsung dengan seluruh Rakjat Indonesia.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Besok pagi kita akan memperingati hari ulang tahun Kemer-dekaan kita; usia Negara Republik Indonesia akan genap 26 tahun. Setiap peringatan 17 Agustus” kita gunakan untuk membuat neratja perdjoangan: melihat posisi kita sekarang, menilai kemadjuan dan kemunduran setahun jang lewat. Kemu-dian kita melihat kemuka; dan menjusun program untuk mem-bentuk masa depan jang harus lebih baik dari masa kini.
Sekarang kita berada ditengah-tengah tahun 1971.
Tahun ini mempunjai arti jang penting, karena dua hal.
P e r t a m a : Dalam tahun ini — dengan tidak terasa — Orde Baru berusia 5 tahun. Dapat kita katakan, tahun ini ada-
5
lah Pantja Warsa Orde Baru. Lima tahun adallah djangka waktu jang tjukup pantas untuk menilai hasil sesuatu perdjoangan. Lebih-lebih bila diingat, bahwa lahirnja Orde Baru berarti kita membuka lembaran baru darfl perdjoangan Bangsa Indonesia.
K e d u a : Dalam tahun ini, untuk kesekian kalinja, Orde Baru telah berhasil melaksanakan tugasnja jang panting; ialah melaksanakan Pemilihan Umum untuk llebih mengembangkan prinsip demokrasi berdasarkan Pantja Sila.
Untuk semuanja itu, kita memandjatkan pudji sjukur jang setinggi-tingginja kehadirat Allah S.W.T.
Pada awal tahun 1969 kita telah dapat mentjiptakan stabilisasi ekonomi dan stabiliisasi politik fang agak lumajan hingga dapat kita mulai melaksanakan Pembangunan Lima Tahun.
Sekarang — dua tahun kemudian —, terbuka tantangan dan kesempatan bagi kita semua untuk mempertjepat djalannja pembangunan itu !
Ja, saja katakan pembangunan harus kita pertjepat karena berbagai alasan pokok; baik karena bimbingan tjita-tjita maupun karena dorongan keadaan, baik karena aspirasi-aspirasi dalam negeri maupun tjita-tjita kita mengenai wadjah dunia fang damai.
Ketika tahun 1945 kita menjatakan Kemerdekaan Indonesia, maka terbaj.ang kehidupan jang serba indah dari. Bangsa ini: terbentuknja Pemerintahan Nasional jang melindungi dan men-datangkan perasaan tenteram bagi segenap Bangsa Indonesia, kesedjahteraan umum jang madju, kehidupan Bangsa jang tjerdas; dan kita ikut membangun dunia jang tertib. Bajangan itulah jang ingin kita djadikan kenjataan. Sekarang, 26 tahun kemudian, bajangan itu makin djelas; dan bentuknja makin tampak. Memang, hasil-hasil itu agak lambat djuga kita tjapai. Seperti pernah saja katakan, sebagian karena keadaan jang belum memungkinkan, dan sebagian lagi karena kekeliruan- kekeliruan kita sendiri dimasa-masa lampau.
Kemadjuan-kemadjuan jang kita rasakan sekarang ini tidak datang dengan sendirinja. Langkah demi langkah kemadjuan
6
jang kita tjapai — walaupun kadang-kadang hanja merupakan langkah-langkah ketjil — adalah berkat kemampuan kita me-luruskan djalan jang kita tempuh, berkat ketabahan hati kita mengatasi kesulitan-kesulitan jang menghadang didepan kita, berkat kekuatan kita dalam menjingkirkan rintangan demi rintangan.
Djalan itu adalah djalan pembangunan.
Saat ini kita telah berada diudjung djalan jang benar; dan tampaknja djalan jang kita tempuh makin lurus dan rata.
Langkah pembangunan harus kita pertjepat sebab Rakjat sudah ingin segera menikmati hasil Kemerdekaan ini; dan ke-butuhan Rakjatpun makin banjak dan makin beraneka ragam.
Langkah-langkah pembangunan ini harus kita pertjepat; sebab apabila tidak, hasil pembangunan itu akan disusul oleh bertambahnja djumlah penduduk, sehingga kemadjuan pemba-ngunan itu akan tidak mempunjai arti sama sekali.
Pembangunan harus dipertjepat, sebab kita djauh tertinggal dari banjak bangsa-bangsa jang lain. Saling hubungan ekonomi jang erat makin mendjadi tjiri jang menondjol dari perekono- mian dunia sekarang. Kita baru akan dapat memanfaatkan hubungan tadi dalam kedudukan jang saling menguntungkan apabilla ada kekuatan ekonomi didalam negeri, sehingga kita- pun — nanti — dapat berbittjara lebih banjak dan tidak ter-gantung pada perkembangan ekonomi dunia. Ini bukan hanja soal kehormatan atau harga diri. Ini adalah djuga soal tanggung djawab dan kewadjiban. Dengan dukungan kekuatan ekonomi didalam negeri, kita akan dapat berbuat lebih banjak dalam ikut mewudjudkan perdamaian dunia, serta dalam meningkatkan kesedjahteraan jang lebih merata didunia kita ini.
Pertanjaan jang kita hadapi adalah : "Mungkinkah kita mempertjepat pelaksanaan pembangunan itu ?"
Djawabnja djelas: Ja! Pasti dapat, asal kita semua berusaha dan mau bekerdja untuk itu. Djawaban ini bukan chajalan tetapi berdasarkan gambaran dan faktor-faktor jang objektif.
7
Dalam lima tahun terachir ini dan chususnja tahun ini ke-adaan kita bertambah baik. Inilah gambaran keadaan kita se-karang :
— stabilisasi politik makin kuat;
keadaan ekonomi makin mantap dan pembangunan terus meluas;
— aparatur Negara Makin tertib dan lebih mampu melaksana-kan tugasnja, baik tugas-tugas rutin maupun tugas-tugas pembangunan;
— kekompakan ABRI makin mendalam dan kemampuannja tetap terpelihara untuk mendjamin keamanan;
— Rakjat makin „gandrung” kepada pembangunan, karena makin merasakan langsung hasil-hasil pembangunan itu;
— kepertjajaan luar negeri makin besar.
Dan ini semua kita tjapai dalam waktu jang relatif singkat; dalam 5 tahun, seumur Orde Baru ini, jang lahir dengan mewa-risi keadaan politik dan ekonomi jang serba katjau dan terbeng-kalai.
Seperti taihun-tahun jang lalu saja tidak mengatakan bahwa keadaan sekarang ini sudah baik. Tetapi jang djelas keadaan sekarang lebih baik dari tahun jang lalu; dam, djauh lebih baik dari keadaan 5 tahun sebelum
Marilah kita teliti lebih mendalam keadaan kita saat
Kekuatan kita jang paling besar dalam menegakkan Orde Baru itu ialah kesetiaan kita kepada Pantja Sila. Ingat, 5 tahun jang lalu kekuatan Rakjat dimana-mama bangkit bersama-sama ABRI untuk menumpas pemberontakan G-30-S/PKI, djustru untuk mempertahankan Pantja Sila ini, karena Rakjat segera tahu, bahwa tudjuan achir pemberontakan ini adalah untuk mengganti Pantja Sila dengan dasar negara jang lain. Dan kita tidak mau Pantja Sila ini diganti dengan dasar negara jang lain. Kemudian kita djuga meruntuhkan Orde Lama, djustru karena terbukti Orde Lama telah menjimpangkan Pantja Sila dari kemurniannja.
8
Tanpa kejakinan kepada Pantja Sila itu tidak mungkin kita menumpas pemberontakan PKI, jang dahulu dikenal sebagai partai politik terkuat dan telah mendekati puntjak-puntjak ke-djajaannja pada achir tahun 1965; dan barangkali kita djuga tidak mungkin meruntuhkan Orde Lama jang telah begitu lama memusatkan kekuasaan negara pada satu tangan.
Ideologi Nasional jang njata-njata didukung dan berakar dalam djiwa Bangsa adalah modal jang paling berharga dan kekuatan jang paling besar terutama pada saat-saat Bangsa itu menghadapi suatu antjaman bahaja. Tetapi ideologi Nasio- nal bukan hanja berguna dalam menghadapi bahaja, melainkan harus tetap merupakan pembimbing kita semua dalam men- tjapai tjita-tjita Nasional. Itulah sebabnja berulang kali saja tegaskan, bahwa ideologi Nasional merupakan bagian jang penting daripada ketahanan Nasional disamping ketahanan di-bidang-bidang politik, ekonomi, sosial dan Hankam.
Ideologi Nasional kita itu sedang kita usahakan diterapkan dalam segala segi kehidupan kita sehari-hari : dalam pemba-ngunan ekonomi, dalam pembangunan politik, dalam kehidupan ketata-negaraan, dalam melaksanakan politik luar negeri dan sebagainja. Ini sudah seharusnja; sebab kita memiliki ideologi Nasional memang untuk dirasakan dalam segala segi kehidupan Bangsa kita, bukan hanja mendjadi sembojan atau pemanis bibir sadja. Dengan menjatakan ini, tidak berarti bahwa seka- rang ini Pantja Sila itu benar-benar telah tertjermin dalam segala segi kehidupan kita. Tetapi jang djelas adalah kita sedang bergerak kearah itu.
Djustru karena Bangsa kita harus dan memang telah me- miliki ideologi Nasional, maka saja tidak djemu-djemu meng-andjurkan agar golongan-golongan dalam masjarakat atau partai-partai politik hendaknja djangan menjempitkan diri dengan ideologi golongannja :sendiri. Kesempitan ideologi go-longan inilah jang sesungguhnja mendjadi sumber peruntjingan-peruntjingan pertentangan pada masa-masa jang lampau, membatasi ruang gerak partai politik itu sendiri dalam mem- bina masjarakat jang membangun.
9
Dengan ideologi Nasional sebagai landaisan kita bersama, kita bangun tata kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia Jang tertib dan dinamis.
Pokok-pokok tata tertib itu telah ditegaskan dalam Undang-undang Dasar 1945; ialah azas dan sendi: sistim konstitusionil, demokrasi dan tegaknja hukum.
Azas dan sendi inilah jang kita laksanakan kembali sedjak berdirinja Orde Baru.
Perkembangan selama setahun jang terachir ini menundjuk-kan bahwa pelaksanaan azas dan sendi tadi menundjukkan ke-madjuan-kemadjuan, jang mentjapai salah satu puntjaknja, pada satu setengah bulan jang lalu, dengan telah terlaksananja Pemilihan Umum.
Kota mengutjapkan sjukur alhamdullillah, bahwa pelaksanaan tugas Nasional besar jang berat itu telah selesai dengan tertib dan selamat. Hal ini berarti perdjoangan Orde Baru telah dapat memantjangkan lagi satu tonggak sedjarah jang sangat penting; chususnja dalam usaha kita semua untuk menegakkan kembali demokrasi. Kita selamanja tetap ingat, bahwa tegaknja demo- krasi ini merupakan salah satu sasaran perdjoangan Orde Baru; dan sekarang, sasaran itu telah djuga kita tjapai.
Orde Baru; berusaha mengusahakan terlaksananja kehendak Rakjat, langkah demi langkah, tahap demi tahap, sesuai prio- ritas dan kemampuan.
Sedjak lahirnja Orde Baru, sedjak Sidang Umum ke-empat MPRS, pelaksanaan PEMILU ini merupakan sasaran dan kepu-tusan Orde Baru. Pemerintah sebagaii pelaksana keputusan Rakjat itu telah melaksanakan keinginan Rakjat tadi dengan sebaik-baiknja. Berdasarkan Undang-undang PEMILU jang telah dibahas oleh DPR-GR dan Pemerintah setjara mendalam, melalui musjawarah-musjawarah jang pandjang dan memakan waktu 3 tahun — djelas demokratis dan konstitusionil —, Pemerintah berusaha melaksanakan PEMILU dengan setertib-tertibnja, selantjar-lantjarnja dan dalam batas waktu jang di-tetapkan oleh MPRS.
10
Dalam konsulitasi-konsultasi saja dengan Partai-partai Politik dan Golkar sebagai langkah persiapan PEMILU itu, semua fihak telah membulatkan ketetapan hatinja untuk melaksana-kan PEMILU itu sesuai dengan keputusan Rakjat.
Dalam hubungan ini, saja telah minta kepada Partai-partai Politik dan Golkar dan kepada seluruh Rakjat, agar dalam per-siapan dan, pelaksanaan PEMILU itu tudjuan PEMILU itu sendiri djangan dikorbankan.
Berulang kali saja telah mengadjak; agar dalam berusaha mentjari pengaruh dan suara Rakjat, djanganlah sampai me-ngorbankan Rakjat itu sendiri — karena menjeret saling ber-adunja kekuatan-kekuatan Rakjat itu —, djanganlah sampai mengorbankan kepentingan Rakjat dan djangan pula meng-hambat pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup Rakjat.
Dalam Pemilihan Umum itu pendapat Rakjatlah jang ingin dikemukakan, keinginan Rakjatlah jang ingin disuarakan me-lalui Partai-partai Politik dan Golkar.
Suara Rakjat itu memang telah diberikan pada tanggal 3 Djuli jang lalu.
Pada hari itulah — antara lain — wadjah demokrasi kita menampakkan roman mukanja; sama sekali bukan wadjah jang suram atau tertekan, melainkan berseri-seri penuh harapan. Suasana waktu itu sungguh mengharukan.
Rakjat berbondong-bondong menudju ke TPS-TPS: bukan karena paksaan, melainkan karena kesadaran; bukan hanja jang segar-bugar djasmaninja melainkan djuga jang „djompo”, jang sedang sakit, jang tjatjad djasmaninja, jang sedang be-kerdja dikantor-kantor, jang sedang dalam perdjalanan. Malah-an djuga sebahagian Rakjat ada jang memakai badjunja jang terbagus, seolah-olah hendak pergi ketempat-tempat pesta, atau ketempat-tempat upatjara jang dianggapnja penting.
Memang, didepan kotak-kotak suara itulah salah satu pesta demokrasi jang besar, salah ,satu upatjara menantjapkan tong-gak demokrasi jang penting !
11
Sekali 1agi, saat-saat memasukkan kartu suara itulah salah satu wudjud demokrasi. Dihadapan kotak-kotak suara itu ke-dudukan semua warganegara adalah lama: kaum intelektuil maupun orang awam, pembesar maupun Rakjat „biasa”, orang kaja maupun orang jang kurang mampu, kaum tua maupun orang muda, laki-laki maupun wanita. Pada saat itu tidak ada satu kekuatan apapun jang dapat memaksa orang menentukan pilihannja, ketjuali keinginan pemilih sendiri.
Disini terpantjar peladjaran moral jang tinggi nilainja. Pada saat-saat pungutan suara itu pemimpin-pemimpin Pemerintah-an dan pemimpin-pemimpin Rakjat sadar, bahwa kepemimpinan mereka sesungguhnja atas dasar kepertjajaan atau mandat dari Rakjat itu.
Ja, disinilah Rakjat jang berbitjara; Rakjat jang memang berdaulat!
Dan dibilik-bilik kotak pungutan suara itu azas-azas Pemilih- an Umum jang bebas, dan rahasia benar-benar telah dilaksana-kan.
Sekarang, kita telah mengetahui hasil Pemilihan Umum itu. Apabila kita harus berbitjara soal kalah atau menang, maka tentu sadja dalam setiap Pemilihan Umum ada fihak-fihak jang menang dan jang kalah: mustahil semua fihak harus menang atau semua fihak akan kalah.
Orang boleh merasa puas atau tidak puas dengan hasil Pe-milihan Umum jang baru lalu itu. Tetapi tidak satu orangpun, tidak satu golonganpun, djuga tidak Pemerintah, jang mempu- njai wenang sjah untuk tidak mengakui putusan Rakjat pada tanggal 3 Djuli 1971 itu! Kepada fihak jang menang kita se- muanja mengutjapkan selamat. Kemenangan ini bukan berarti mengalahkan fihak lain; akan tetapi lebih berarti kepertjajaan daripada Rakjat dan tanggung djawab untuk memimpin pem-bangunan masa depan.
Tetapi, pembangunan Bangsa bukan hanja tanggung djawab salah satu golongan dalam masjarakat. Pembangunan Bangsa selamanja merupakan tanggung djawab dan hak seluruh Bang-
12
sa kita tanpa ketjuali. Beberapa waktu jang lalu saja pernah menegaskan, bahwa dalam Pemilihan Umum itu siapa jang me-nang belum merupakan soal jang penting. Jang paling penting adalah, bahwa dari hasil Pemilihan Umum ini Pantja Sila. dan Undang-undang Dasar 1945 dipertahankan dan dilaksanakan, demokrasi makin kita tegakkan, hidup rukun dan serasi dalam masjarakat kita perkuat, dan pembangunan kita perhebat.
Sebab itu, dalam setiap Pemilihan Umum — jang sekarang maupun selandjutnja nanti — djangan kita silau dengan keme-nangan-kemenangan dan djangan pula risau dengan kekalahan-kekalahan.
Nasib Rakjat djauh lebih penting daripada menggundjingkan terus-menerus hasil Pemilihan Umum itu. Bekerdja keras dja-uh lebih berguna daripada mengutik-utik hasil Pemilihan Umum jang sjah itu.
Dan marilah kita dengan gembira berkata: jang menang da-lam Pemilihan Umum ini sebenarnja seluruh Rakjat, jang me-nang adalah kita semuanja, jang menang adalah semangat de-mokrasi !
Sebab itu, saja ingin mengutjapkan selamat kepada seluruh Rakjat Indonesia. Pelaksanaan Pemilihan Umum jang baru lalu itu menundjukkan, bahwa Rakjat telah menghajati demo- krasi; bukan hanja kulitnja sadja tetapi djiwanja demokrasi itu. Mari kita ingat kembali suasana beberapa bulan jang lalu. Be-tapapun hebat kampanje dilakukan, betapapun keras suara di-kumandangkan; tetapi hari „3 Djuli” tetap merupakan hari jang tenang, barangkali paling tenang selama ini. Malahan ada surat kabar jang mentjetak dengan huruf-huruf besar „Pemilu jang paling tenang didunia”. Dan memang itulah kenjataannja.
Ini membuktikan bahwa kesadaran politik Rakjat makin de-wasa dan Rakjat memang bersikap tertib. Kesadaran inipun tampak dari djumlah Rakjat jang telah memberikan suaranja. Dalam tahun ini 90% Rakjat jang berhak memilih telah mem-berikan suaranja; lebih besar daripada Pemilihan Umum tahun 1955 jang hanja mentjapai 80% sadja. Djumlah inipun djauh
13
lebih tinggi dari negara-negara lain jang dikatakan mempunjai tradisi demokrasi jang lebih lama.
Ketertiban isuasana Pemilihan Umum itu disamping berkat kesadaran Rakjat pemilih, djuga berkat perentjanaan jang ma-tang, ketekunan bekerdja :dan rasa tanggung djawab jang besar daripada badan-badan penjelenggara Pemilihan Umum dan se-mua aparatur Negara. Dalam kesempatan saja djuga me-njampaikan penghargaan jang tinggi dan terima kasih jang sebesar-besarnja kepada Lembaga Pemilihan Umum Indonesia ditingkat atas sampai kepada petugas-petugas Kantor Pemu-ngutan Suara dibawah; kepada semua aparatur Pemerintahan dan kepada seluruh slagorde Angkatan Bersendjata Republik Indonesia.
Kepada seluruh Rakjat saja serukan terus bersatu padu. Dja-ngan lagi dilsoalkan apakah tetangga-tetangga kita, teman- teman kita, bawahan kita atau atasan kita, memilih „tanda gam-bar” jang berbeda-beda. Memilih dalam Pemilihan Umum ada- lah kesadaran dan hak demokrasi. Bersatu padu adalah kesa-daran kita sebagai Bangsa jang ingin madju bersama-sama, bekerdja dalam pembangunan adalah kewadjiban kita dan me-nikmati hasil pembangunan adalah hak kita semuanja.
Kepada pemimpin-pemimpin Rakjat saja adjak untuk melak-sanakan adjaran bidjaksana jang sering kita dengar. Menang dalam Pemilihan Umum adalah tjita-tjita dan usaha politikus. Tetapi menang dalam melaksanakan pembangunan Bangsa ada-lah tjita-tjita dan usaha negarawan.
Kemenangan dalam pembangunan inilah jang harus kita tja- pai bersama, tanpa ketjuali.
Sekarang Pemilihan Umum telah usai. Marilah kita landjut- kan bekerdja agar pembangunan tidak terbengkalai.
Dengan hasil Pemilihan Umum itu kits akan dapat memba-ngun kehidupan demokratis dalam rangka pembangunan poli- tik berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan Pantja Sila.
Dengan hasil Pemilihan Umum itu pula kita akan berkesem-patan untuk memantapkan kestabilan politik dan ekonomi, membina ketertiban dan keamanan dalam masjarakat sebagai
14
landasan usaha menggiatkan pelaksanaan pembangunan dalam bidang ekonomi dan kesedjahteraan Rakjat.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Ditengah-tengah kesibukan Bangsa mempersiapkan dan me-laksanakan PEMILU, jang ternjata telah menghasilkan prestasi Bangsa jang besar, usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan kita di-bidang ekonomi dan pembangunan djuga mentjapai sukses-sukses dan kemadjuan-kemadjuan jang mejakinkan.
Pemilihan Umum ternjata tidak mengganggu kestabilan eko-nomi dan pembangunan; malahan keadaan ekonomi makin sta-bil dan mantap serta pelaksanaan pembangunan berdjalan me-nurut rentjana dan menaikkan tingkat produksi.
Kemadjuan-kemadjuan dan hasil-hasil itu dalam garis be-sarnja .dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama-tama mengenai stabilitas ekonomi.
Dalam masalah ini, Bangsa Indonesia dapat dengan bangga menjatakan bahwa pada bulan Djuli tahun 1971 ini gedjala in-flasi sudah tidak tampak lagi di Indonesia.
Dalam semester pertama tahun 1971 ini tingkat perkembang-an harga adalah 0%! Artinja harga-harga 62 matjam barang
— jang dipakai untuk mengukur ladju inflasi itu — pada achir bulan Djuni tahun ini adalah sama .dengan harga-harga pada achir Desember tahun jang lalu, sedangkan pada permulaan bulan Agustus gedjala tersebut masih tetap.
Sungguh ini suatu kemadjuan besar, walaupun sama sekali bukan keadjaiban.
Prestasi ini mempunjai arti jang lebih mejakinkan apabila kita ingat bahwa dalam semester itu kita melampaui:
— masa-masa patjeklik — jang memang musiman —;
— melalui masa pelaksanaan Pemilihan Umum jang diselu-
bungi oleh berbagai ketegangan dan desas desus;
— dan dalam suasana terus bergeraknja roda-roda pemba-ngunan, jang berarti mengalirnja uang kemasjarakat dalam djumlah jang sangat besar pula.
15
Kemantapan ekonomi ini makin djelas dapat kita lihat dari serangkaian kenjataan berikut: nilai rupiah terhadap valuta asing tetap bertahan tidak berubah, meskipun djumlah uang jang beredar makin besar. Deposito berdjangka masih terus bertambah sedangkan kredit perbankan naik, ekspor dan im- por naik, jang berarti produksi ekspor naik dan memungkin- kan produksi industri dan lain-lain meningkat.
Dengan prestasi jang demikian itu, bertambah tebal keja- kinan kita bahwa djalan jang ditempuh selama ini dibidang ekonomi telah berada pada arah jang benar. Prestasi iitu meru-pakan hasil daripada penggarisan kebidjaksanaan jang menje-luruh jang meliputi bidang-bidang: Anggaran Pendapatan dan Belandja Negara — terutama dengan anggaran seimbang —; perpadjakan dan penjesuaian-penjesuaiian tarif serta intensifi-kasi dan penjempurnaan pemungutannja dan sebagainja; per-kreditan dengan pengaturan kredit dan suku bunga jang selek- tif isesuai dengan prioritas; penjediaan dan penjaluran bahan-bahan pokok dan bahan-bahan baku jang tjukup dan terkon- trol; penjederhanaan dan pelantjaran prosedur ekspor dan im- por dan lalu-lintas barang didalam negeri pada umumnja jang dilaksanakan setjara konsekwen.
Malahan — dalam usaha memperkuat stabilisasi ekonomi itu — Presiden sendiri setjara langsung mengamati setiap per-kembangan ekonomi dan segera mengambil keputusan-keputus-an jang penting dalam Sidang-sidang Dewan Stabilisasi Ekono-mi, jang diadakan dalam setiap minggu. Ini berarti bahwa perkembangan keadaan ekonomi dalam setiap minggu diikuti setjara teliti. Ja, terus terang saja katakan, bahwa apabila harga beras naik atau turun sedikit sadja dari harga tertinggi atau harga terendah jang telah dlitentukan, keadaan jang demi-kian telah dapat membuat Sidang mendjadi „geger”. Dengan ini saja ingin mejakinkan Rakjat bahwa Pemerintah dengan penuh kesungguhan dan dengan segala kemampuannja berusaha untuk terus memperbaiki keadaan ekonomi, mentjiptakan ke-adaan ekonomi jang stabill, dan mantap jang mendorong usaha pembangunan.
16
Saudara-saudara sekalian;
Prestasi dibidang ekonomi ini djelas bukan semata-mata ha- sil kerdja Pemerintah sendiri. Saja — atas nama Pemerintah — djustru menjampaikan terima kasih dan menjampaikan utjapan selamat kepada Rakjat Indonesia; sebab, tanpa pengertian Rak- jat, tanpa bantuan Rakjat, tanpa tjutjuran keringat Rakjat, prestasi itu tidak akan tertjapai.
Hanja Rakjat jang pertjaja kepada kemampuannja sendiri akan dapat membangun masa depannja. Dan Pemerintah ber-usaha mengembalikan kepertjajaan Rakjat kepada kemampuan-nja sendiri tadi; bukan dengan „indoktrinasi”, melainkan dengan membimbing mentjapai kemadjuan demi kemadjuan.
Kepertjajaan masjarakat itu memang makin bertambah besar.
Kemantapan harga-harga djuga tidak hanja berarti memberi-kan ketenangan hati Rakjat banjak, tetapi djuga telah meng-gerakkan mobillisasi modal jang kita perlukan untuk biaja pem-bangunan. Masjarakat jang mempunjai modal, tidak lagi men-tjari-tjari djalan spekulasi untuk menjalurkan uangnja, melainkan dapat disalurkan setjara positif pada usaha-usaha jang produktif atau mendepositokan di Bank-bank. Saja djuga tahu, bahwa mereka jang berpenghasilan sedikit lebih — walau-pun bukan „orang kaja raja” — banjak djuga jang memasukkan uangnja di Bank-bank dalam deposito berdjangka ini. Gedjala ini mempunjai arti jang penting baik ekonomis maupun kema-djuan sikap mental. Arti ekonomis — seperti saja katakan tadi —, berarti terkumpulnja dana-dana dari masjarakat sendiri. Kemadjuan sikap mental, artinja bangkitnja kesadaran dan gairah menabung, jang tentu djuga mendorong sikap hemat, tidak menghamburkan uang ,untuk tudjuan jang kurang perlu.
Pemerintah akan terus mendorong kemauan dan kemampuan menabung dari masjarakat. Untuk itu dalam bukan Agustus ini djuga Pemerintah mulai melantjarkan gerakan Tabungan
17
Pembangunan Nasional dan Tabungan Asuransi Berdjangka jang dilaksanakan oleh Bank-bank Pemerintah maupun Bank-bank Swasta. Saja adjak seluruh masjarakat untuk ikut serta dalam gerakan menabung; saja serukan kepada para orang tua dan guru-guru untuk djuga mendidik anak-anak sekolah meng-ikuti gerakan ini. Gerakan menabung bukan hanja gerakan „musim-musiman” seperti masa-masa lampau; melainkan mu-dah-mudahan dapat mendjadi kebiasaan hidup kita selama kita ingin. terus membangun. Sungguh, kebiasaan berhemat dan menabung adalah sikap hidup manusia pembangunan !
Sidang DPR-GR jang terhormat;
Peningkatan pembangunan memerlukan devisa dalam djum-lah jang besar untuk mendatangkan barang-barang modal dan bahan baku dari luar negerl jang belum dapat kita hasilkan sendiri. Untuk itu kegiatan ekspor dan impor memegang peranan jang panting.
Perkembangan dibidang ekspor dan impor dalam tahun kedua REPELITA adalah sebagai berikut.
Nilai ekspor kita mentjapai 1 miljar 214 djuta dollar; ini berarti naik hampir 17% djika dibanding dengan tahun pertama REPELITA.
Seluruh impor mentjapai 1 miljar 207 djuta dollar; jang berarti naik dengan lebih dari 12% dibanding dengan tahun sebelumnja. Komposisi impor ini djuga menundjukkan per-baikan-perbaikan: impor bahan baku dan barang modal djauh diatas impor bahan-bahan konsumsi; dan prosentase impor bahan baku dan barang modal itupun lebih tinggi lagi djika dibanding dengan tahun sebelumnja.
Gambaran dibidang ekspor dan impor ini menundjukkan bah-wa ekonomi kita tetap tumbuh dengan baik. Produksi dan industri kita djelas berkembang, baik dlihat dari nailknja nilai ekspor maupun dari naiknja impor bahan baku dan barang modal tadi, Namun, kenjataan ini tidak boleh membuat kita
18
lengah. Sebab, perkembangan harga dunia dari barang ekspor jang kita punjai tidak selalu menundjukkan gambaran jang menguntungkan.
Saudara Ketua jang terhormat;
Keadaan jang makin mantap dibidang keuangan dan moneter, kemantapan harga-harga dan lain-lain perbaikan keadaan eko-nomi tadi, tentu tidak ada artinja apabila tidak disertai dengan naiknja produksi dalam negeri dan berkembangnja industri pada umumnja. Dan bagaimana kenjataannja? Produksi kita memang telah naik dan industri djuga meluas.
Dalam tahun kedua REPELITA (1970/1971) produksi beras mentjapai 11,9 djuta ton; jang berarti sasaran jang ditetap- kan dapat kita lampaui.
Kenjataan ini membesarkan hati. Dengan meneruskan usaha-usaha jang sekarang, Insja Allah, kita benar-benar dapat ber-swasembada pangan pada achir REPELITA jang pertama ini.
Angka-angka kenaikan produksi beras tadi sebenarnja sudah „berbitjara sendiri” mengenai hasil pembangunan dibidang per-tanian jang mendjadi pusat penggerak dan sasaran utama RE-PELITA jang sekarang. Tetapi, dibelakang angka-angka itu telah bergerak kegiatan jang djauh lebih luas serta memberi- kan harapan untuk dapat menghimpun kekuatan jang lebih besar, jang akan menggerakkan pembangunan dimasa depan dengan lebih tjepat.
Seperti kita ketahui, untuk meningkatkan produksi padi, Pe-merintah telah melantjarkan program Bimas dan Inmas dibi- dang pertanian setjara besar-besaran melailui Pantja Usaha, jang meliputi: penggunaan bibit unggul, pengairan jang baik, penggunaan pupuk, penggunaan obat-obatan pemberantas hama dan tjara bertanam jang tepat.
Untuk melaksanakan Pantja Usaha ini perlu dihimpun dan disinkronisir sebagian besar kekuatan, kemampuan dan sjarat-sjarat pembangunan : modal dan ketrampilan, idam-idaman dan
19
keuletan, perentjanaan dan pelaksanaan jang teliti, pragmatis dan tepat. Bukan dalam ukuran-ukuran ketjil-ketjilan, melain-kan setjara Nasional. Bukan menjangkut puluhan orang, me-lainkan djutaan. Seluruh tubuh pemerintahan dan perekonomian Nasional bergerak dengan serentak: mulai dari Presiden dan Menteri-menteri sampai Kepala-kepala Desa, mulai dari sardja- na-sardjana jang mengadakan penelitian jang tjermat dilabo-ratorium-laboratorium sampan petani jang tekun disawah-sawah, mulai dari pembangunan bendungan jang besar-besar sampai pembuatan saluran-saluran kepetak-petak sawah, mulai dari importir dan pabrik-pabrik sampai kepengetjer-pengetjer, mulai dari Bank Sentral sampai Bank-bank keliling didesa-desa; dan masih banjak kegiatan lainnja.
Program ini mula-mula mendapat kesulitan, baik dari petani-petani sendiri maupun tjemoohan orang-orang jang sebenarnja tidak memikirkan nasib petani.
Tjara-tjara tradisionil dan sikap „nrimo” petani merupakan salah satu hambatannja: mereka enggan menggunakan pupuk karena belum jakin bahwa pupuk jang putih seperti tepung itu akan dapat menjuburkan kembali tanah sawahnja, tidak jakin bahwa bibit unggul jang telah diselidiki oleh para ahli perta-nian itu akan menumbuhkan padi jang tahan terhadap penjakit dan menghasilkan djauh debih banjak butir-butir padi dan me-reka belum mengerti bagaimana menggunakan alat penjemprot obat jang sederhana itu. Disamping itu apabila mereka sudah mengetahuinja, mereka tidak mampu mendapatkannja dengan wadjar. Saja dapat mengerti mengapa petani waktu itu belum tergerak hatinja, sebab pada masa Pemerintah jang dahulu hanja mampu menjuarakan slogan „swasembada” pangan; sarana-sarana menaikkan produksi tidak disediakan, sehingga hasilnjapun tidak ada. Dan petani mendjadi djera !
Sekarang keadaan djauh berbeda. Berkat pelaksanaan Bimas dan Inmas jang sungguh-sungguh itu, petani sendiri merasakan hasilnja: produksi padinja naik, harga beras dilindungi oleh Pemerintah hdngga menguntungkan petani, penghasilan petani
20
naik. Sekarang petani pertjaja, bahwa dengan menggunakan tjara-tjara bekerdja jang lebih baik, masa depannja akan men-djadi lebih baik. Ini berarti bahwa sebagian terbesar Rakjat kita pertjaja bahwa masa depan memang dapat diperbaiki; dan kepertjajaan ini merupakan kekuatan jang besar untuk mene-ruskan pembangunan ini.
Ini berarti pula bahwa Rakjat petani telah mulai berkesem-patan mengenal dan memanfaatkan hasil teknologi, melepaskan tjara-tjara jang tradisionil. Hal ini sekaligus berarti tertanam- nja salah satu sikap mental jang diperlukan bagi manusia pem-bangunan. Sikap mental itu, ialah penggunaan akal dan usaha untuk memanfaatkan keadaan alam; dan salah satu tjaranja ialah dengan mengenal dan menggunakan hasil teknologi setja- ra tepat bagi usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang.
Perobahan sikap mental ini bukan hal jang „remeh”, sebab menjangkut pandangan hidup dan djalan hidup masa depan
bagian jang terbesar dari Bangsa kita.
Pembentukan sikap mental jang tjotjok untuk pembangunan ini harus terus didorong oieh Pemerintah, baik dengan adjakan kepada masjarakat maupun dengan mentjiptakan iklim jang mendorong pembentukan sikap mental ini.
Dengan segala pengalaman dalam menaikkan produksi padi ini, kita harus terus berusaha menaikkan produksi peternakan, perikanan dan lain-lain usaha untuk memperbesar penghasilan petani pada umumnja.
Kepada para petani, saja ingin menjampaikan utjapan sela- mat dan hormat saja atas usaha-usaha dan djerih pajahnja jang berhasil itu; bukan semata-mata untuk dirinja sendiri sekarang, tetapi terutama djuga untuk anak-anak tjutju dan hari depan- nja. Saja mengharapkan agar usaha-usaha jang berhasil itu di-pelihara, diperluas dan dikembangkan dibidang-bidang jang lain. Saja djuga meminta dengan sangat agar sarana-sarana produksi jang telah diadakan dan berdjalan baik itu dipelihara: memelihara saluran-saluran air, bendungan-bendungan, djalan-djalan dan djembatan disekitar desa, membajar kembali kredit tepat pada waktunja, mengembangkan kehidupan berkoperasi
21
dan sebagainja. Kepada para Gubernur sampai Kepala Desa saja sampaikan utjapan selamat dan seruan jang sama. Saja djuga minta agar para petani didorong untuk memenuhi ke-wadjibannja mengembalikan kredit jang telah diterima.
Saudara-saudara sekalian;
Dalam bidang pertanian jang lain — diluar persawahan — djuga terlihat adanja kemadjuan-kemadjuan.
Hasil perkebunan menundjukkan kenaikan-kenaikan. Nilai ekspor dari perkebunan besar maupun dari perkebunan Rakjat djika dibanding dengan tahun sebelumnja; walaupun dipasaran dunia terdapat penurunan-penurunan harga dari barang-barang ekspor tradisionil kita. Kemadjuan ini me-nundjukkan bahwa Perusahaan-perusahaan Perkebunan Ne- gara bertambah sehat dan usaha-usaha perkebunan Rakjat hidup. Berbagai faktor telah mendorong kemadjuan dibidang
ini seperti iklim ekonomi jang bertambah baik, prasarana jang melantjarkan pengangkutan barang-barang ekspor kita, kredit jang disalurkan kepada usaha-usaha ini, kebidjaksanaan-kebi-djaksanaan jang mendorong ekspor dan sebagainja.
Pemerintah mengusahakan agar hasil-hasil ekspor dapat langsung sampai kenegara-negara konsumen, tanpa melalui ne-gara perantara. Untuk ini mutu barang-barang ekspor kita harus diusahakan agar memenuhi kwalitas standar internasional, dengan mengadakan pengolahan produksi perkebunan itu di-dalam negeri sendiri. Langkah penting jang telah diambil dalam bidang ini antara lain ialah dibangunnja industri-industri jang menghasilkan „crumb rubber”; jang djuga berarti adanja ke-madjuan dengan digunakannja hasil teknologi. Namun, dalam bidang ini masih banjak usaha-usaha peningkatan jang harus kita lakukan, agar benar-benar mentjapai hasil-hasil jang ting- gi, jang sepenuhnja menguntungkan ekonomi Nasional.
Produksi kaju djati dan rimba dari pengusahaan hutan djuga naik; mentjapai lebih dari 8,8 djuta m3 atau 43% diatas pro- duksi tahun jang lalu. Dengan adanja peningkatan kegiatan dalam bidang kehutanan ini bukan sadja penghasilan devisa
22
kita meningkat, tetapi djuga akan dapat menghidupkan ke-giatan ekonomi didaerah-daerah jang bersangkutan. Tetapi sungguh disajangkan bahwa pengusahaan hutan ini — pena-naman modal asing atau dalam negeri — masih belum berdja-lan setjara semestinja, banjak para pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) jang belum atau tidak memenuhi kewa-djibannja, seperti jang ditentukan dalam idjinnja. Pemerintah telah dan akan mengambil langkah-langkah jang diperlukan untuk penertiban-penertiban, serta pengawasan perlu ditingkat-kan dalam waktu jang akan datang, bukan sadja untuk mentjegah kerugian dalam bidang devisa, tetapi djuga untuk mengamankan rentjana produksi industri kita serta untuk pengamanan hutan itu sendiri.
Dibidang pertambangan — dalam tahun 1970/1971 —, pro-duksi minjak bumi naik dengan 14%, timah naik dengan 6,7%, nikkel naik lebih dari 120%, bauksit naik dengan 33% djika dibanding dengan tahun sebelumnja. Jang menurun adalah produksi batubara, emas dan perak.
Usaha-usaha pertambangan jang baru bertambah — sebagi-an sedang dalam penjelesaian dan sebagian lainnja telah ber-produksi — perluasan-perluasan diadakan, sumber-sumber baru diketemukan; terutama minjak bumi. Tahun ini mulai diekspor pasir besi dari daerah Tjilatjap. Produksi dan ekspor timah dan bauksit naik. Tambang tembaga di Irian Barat sedang terus diselesaikan, dalam bentuk kontrak karya dengan fihak asing. Demikian djuga tambang nikkel, bauksit dan lain-lain didaerah-daerah lainnja.
Perkembangan usaha ekstraktif jang terus meningkat ini, memberikan kemungkinan dan harus dapat kita manfaatkan dengan mengusahakan pengolahan bahan-bahan mentah ter-sebut mendjadi bahan baku dan seterusnja. Usaha-usaha itu harus kita lakukan dalam REPELITA-REPELITA jang akan datang.
Bidang industri mengalami tingkat kemadjuan jang agak pesat. Dari 20 djenis produksi industri jang renting hampir
23
semuanja menundjlukkan peningkatan produksinja. Djika di-banding dengan tahun sebelumnja produksi tekstil — dalam tahun kedua REPELITA 1970/1971 — naik lebih dari 30% atau mentjapai lebih dari 590 djuta meter, benang tenun naik 23%, pupuk urea naik 17%, semen naik lebih dari 7%. Ke- naikan-kenaikan lain djuga kita tjapai pada produksi-produksi kertas, ban mobil, accu, televisi, radio dan pelat-seng.
Disamping naik dalam djumlah produksi, mutu barang-ba- rang jang dihasilkanpun meningkat pula.
Kemadjuan dan kenaikan produksi inipun tidak dapat dile-paskan daripada kondisi ekonomi dan politik jang terus ber-tambah baik serta kebidjaksanaan dibidang ekonomi jang me-rangsang usaha dibidang industri ini, termasuk kebidjaksanaan penanaman modal.
Kenaikan produksi dan kondisi ekonomi ini akan bertambah madju lagi apabila dibarengi dengan kondisi mental masjarakat jang lebih positif. Saja serukan kepada masjarakat agar lebih banjak menggunakan barang-barang jang telah dapat kita pro-duksi didalam negeri sendiri. Ja, marilah kita tumpahkan se-mangat Nasionalisme jang sehat djuga kepada bidang ekonomi. Kita memang tidak perlu bersikap pitjik, men-tabu-kan segala matjam barang-barang impor. Tetapi kita djuga tidak perlu merasa rendah diri djika kita menggunakan barang-barang pro-duksi dalam negeri.
Pemerintah akan terus mendorong agar produksi dalam nege- ri terus meningkatkan mutunja sehingga mampu bersaing de-ngan barang-barang impor. Pemerintah djuga terns mendorong agar pengusaha-pengusaha Nasional dan koperasi bertambah kuat; sehingga nanti benar-benar mendjadi tulang punggung ekonomi Nasional kita. Tentu usaha-usaha seperti ini memer-lukan semangat kepengusahaan jang baik, efisiensi, penelitian jang tidak kenal lelah dan pemanfaatan teknologi jang tepat. Pemerintah djuga telah mulai membimbing industri dalam ne- geri agar mulai memandang djauh „keluar pagar halaman sen-diri”. Harus tiba saatnja nanti — walau memakan waktu — kita djuga harus mengekspor barang-barang djadi; bukan hanja
24
bahan-bahan mentah dan lemah jang seringkali diombang-ambingkan oleh harga pasanan dunia. Sekarangpun kita telah mulai mengekspor barang-barang djadi itu.
Kenaikan produksi dan kegairahan industri inipun tidak mun-tjul dengan sendirinja. Semuanja ini hasil daripada serangkaian pengarahan jang telah dirintis oleh Pemerintah dalam tahun-tahun terachir ini. Kemantapan harga-harga dan nilai valuta asing telah memungkinkan unit-unit produksi bekerdja dengan lebih baik dan memiliki rasa kepastian usaha untuk djangka waktu jang pandjang. Keadaan ini dibarengi dengan kebidjak-sanaan-kebidjaksanaan dibidang fiskali, perkreditan dan lain- lain jang menundjang perkembangan kegiatan produksi dan penanaman modal.
Sedjak achir tahun 1966 Pemerintah telah 6 kali menurunkan suku bunga Bank-bank Pemerintah; djuga disediakan kredit djangka menengah dan djangka pendek dengan suku bunga sebesar 12% setahun. Suku bunga ini djarh lebih rendah di-banding dengan waktu-waktu sebelumnja. Pemerintah tahu, bahwa fasilitas kredit hingga kini masih sukar didjangkau oleh setiap unit-unit produksi ketjil dan menengah. Mudah-mudahan, Lembaga Asuransi Djaminan Kredit jang telah kita adakan 5 bulan jang lalu dapat segera membantu keadaan. Pembaharuan-pembaharuan kebidjaksanaan dibidang fiskal, penjempurnaan-penjempurnaan tarif bea masuk, rangsangan-rangsangan ekspor ternjata djuga telah mendorong kegiatan produksi dan industri ini. Dengan gembira saja dapat menjatakan, bahwa kenaikan produksi itu didorong pula oleh perubahan-perubahan dan pe-njesuaian struktur serta perbaikan management dan pening-katan efisiensi perusahaan milik Negara. Agar produksi terus meningkat, masih banjak lagi jang harus dilaknkan untuk lebih menertibkan dan meng-efisien-kan perusahaan-perusahaan Ne-gara tersebut.
Saudara Ketua dan Sidang jang terhormat;
Kemadjuan-kemadjuan produksi chususnja dan perbaikan ekonomi umumnja seperti' jang saja kemr,kakan tadi hanja da- pat terwudjud dengan adanja perbaikan jang sangat berarti
25
dibidang prasarana: perbaikan djalan-djalan dan djembatan; perbaikan irigasi dan pengendalian bandjir; peningkatan pe-njediaan listrik; perbaikan angkutan didarat, dilaut dan udara; perbaikan telekomunikasi dan sebagainja.
Sesuai dengan sasaran-sasaran jang telah ditetapkan dalam REPELITA, maka Pemerintah menjediakan prioritas biaja jang tinggi dibidang prasarana ini. Diukur dengan biaja jang terse-dia dan sasaran-sasaran jang ditetapkan, maka hasil dibidang prasarana tjukup memuaskan. Pada kesempatan ini saja ingin menjampaikan penghargaan kepada pegawai-pegawai negeri dan teknisi-teknisi kita jang telah menundjukkan ketekunan bekerdja — bukan hanja dibelakang medja, tetapi dilapangan, kadang-kadang djauh dari keramaian kota dan dihutan-hutan belukar -, sehingga projek demi projek dapat diselesaikan menurut rentjana.
Sedjalan dengan perbaikan-perbaikan jang kita tjapai dalam bidang pengangkutan, komunikasi dan bertambah baiknja ke-amanan, usaha menarik wisatawan-wisatawan asing kita per-besar. Usaha ini penting untuk memperbesar penghasilan devisa jang sangat kita perlukan itu. Dalam hal ini usaha-usaha per-hotelan, restoran dan fasilitas-fasilitas rekreasi lainnja telah banjak meningkat; meskipun masih banjak jang harus dila-kukan.
Masjarakat setempatpun dapat memanfaatkan meluasnja ke-giiatan kepariwisiataan ini, terutama dengan pendjualan hasil-hasil keradjinan Rakjat jang sangat menarik wisatawan itu. Oleh karena itu usaha-usaha masjarakat dibidang ini harus di-bimbing dan dikembangkan.
Untuk tahun 1970/1971 djumlah wisatawan asing jang ber-kundjung ke Indonesia adalah sebesar 129.000 orang dan hal ini melebihi target semula sebanjak 105.000 orang dengan angka pemasukan kotor sebesar lebih dari US $. 16 djuta, dan diharap-kan dalam tahun-tahun jang akan datang akan terus mening-kat. Dilain fihak, saja perlu mengingattkan, agar dalam me-ngembangkan kegiatan kepariwisataan itu, kita harus tetap
26
mendjaga kepentingan sosial-budaja Nasional dan keselamatan generasi-generasi jang akan datang. Kita perlu ikut serta da- lam pergaulan kepariwisataan dunia; tetapi harus tetap didjaga agar djangan terdjadi praktek-praktek dan usaha-usaha jang dapat membawa dekadensi moral Bangsa.
Saudara-saudara;
Setelah kita menilai adanja kemadjuan-kemadjuan dibidang ekonomi, tentu timbul pertanjaan mengenai kemadjuan-kema-djuan dalam bidang kesedjahteraan Rakjat.
Saja tidak ingin mengatakan bahwa kesedjahteraan sosial sudah baik. Beberapa bulan jang lalu, pada pembukaan Pasar Kiewer di Sala, saja telah mendjelaskan setjara pandjang lebar bahwa landasan bagi masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantja Sila baru akan kita tjapai antara 20 sampai 25 tahun jang akan datang. Itupun harus disertai dengan bekerdja keras; lebih keras dari jang sekarang telah kita kerdjakan !
Namun saja ingin menundjukkan, bahwa tingkat hidup Rak- jat kita sekarang terang tidak makin merosot. Harga-harga kebutuhan pokok jang mantap telah merupakan perbaikan ter-sendiri. Penghasilan petani jang bertambah baik — tani sawah, tani nelajan, tani kebun — tentu djuga telah berarti perbaikan hidupnja. Ja, saja ingin mengambil tjontoh jang sederhana sadja. Dimana-mana orang makin banjak jang memiliki radio-radio transistor, baik pedagang-pedagang „kaki lima” dikota- kota maupun petani didesa-desa. Sepedapun makin banjak di-desa-desa.
Djustru karena suasana dan keinginan madju telah meluas, maka kebutuhan Rakjat banjakpun makin tahun makin bero- bah. Baru-baru ini telah diadakan penelitian oleh badan swasta jang dianggap netral dan objektif mengenai perasaan dan ke-adaan Rakjat, terutama didesa-desa. Hasilnja menundjukkan bahwa Rakjat menilai memang ada perbaikan-perbaikan keada- an hidupnja. Harga-harga jang mantap bukan merupakan hal jang baru lagi; sudah dianggap wadjar. Kebutuhan lain makin
27
dinasakan, terutama pendidikan untuk anak-anak dan pemeli-haraan kesehatan.
Memang tingkat kemadjuan kesedjahteraan sosial antara lain dapat diukur dengian banjaknja gedung sekolah jang kita ba-ngun, rumah-rumah sakit, perumahan Rakjat jang sehat, air minum jang tjukup dan listrik jang terang, tempat-tempat re-kreasi dan lapangan-lapangan olah raga, mesdjid-mesdjid dan geredja-geredja dan tempat-tempat ibadah lainnja.
Apabila ukuran-ukuran itu jang kita gunakan, memang masih banjak jang harus kita kerdjakan. Selama ini, tahun demi tahun, kita telah banjak membangun sarana-sarana fisik untuk meningkatkan kesedjahteraan sosial tadi; walaupun djauh belum mentjukupi djika dibanding dengan kebutuhan masjarakat. Kita hendaknja ingat, pembangunan sarana-sarana fisik itu memerlukan biaja; dan biaja ini makin dapat kita kumpulkan apabila pembangunan dibidang ekonomi makin madju.
Apabila kemadjuan dibidang sosial diukur dengan sarana-sarana fisik tampak lamban, kita tidak perlu berketjil hati. Sebab, kemadjuan mental telah tumbuh dengan hebat; jang djustru merupakan modal pembangunan.
Masjarakat kita makin terbuka dan Iebih realistis. Penge-nalan teknologi ternjata dapat diterima dan telah disadari perlunja oleh Rakjat sendiri; seperti misalnja dalam Pantja Usaha bidang pertanian. Rakjat didaerah-daerah pedesaanpun — terutama dibeberapa daerah — telah mau dengan kesa-darannja sendiri melaksanakan program-program keluarga berentjana. Chusus dalam bidang keluarga berentjana ini, saja djuga ingin menjerukan agar pelaksanaannja ditingkat- kan mulai sekarang djuga. Tidak berlebih-lebihan kiranja, apabila saja katakan, bahwa sukses tidaknja kegiatan keluarga berentjana ini merupakan tantangan bagi hari depan Bangsa Indonesia.
Kita terus berusaha dan memang dapat menaikkan produksi pertanian, pertambangan dan industri. Tetapi, apabila kenaik-
28
an-kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan penduduk jang terkendalikan, maka hasil produksi itu setjara Nasional tidak akan ada artinja.
Sebaliknja, suksesnja keluarga berentjana ini bagi Bangsa Indonesia akan merupakan prestasi jang besar, berarti akan mempertjepat usaha peningkatan kesedjahteraan Rakjat jang merata, dan djuga berarti bahwa Bangsa Indonesia telah mampu berfikir dan bersikap lebih tertib, lebih rasionil dan lebih dinamis, sjarat-sjarat pokok bagi Bangsa jang ingin madju dan membangun.
Disiplin dan rasa tertib dikalangan Rakjat sebenarnja tjukup besar; hal ini tampak djelas dari pelaksanaan Pemilihan Umum jang baru lalu. Toleransi antara ummat beragama jang berbeda-beda makin terasa.
Semuanja itu merupakan prasjarat dan modal untuk mene-ruskan pembangunan. Ketertiban sosial dan kesadaran sebagai warga negara memang masih harus kita tingkatkan, baik dengan langkah-langkah jang diambil oleh aparatur Pemerin-tahan jang berwenang maupun dengan membangkitkan kesa-daran masjarakat sendiri.
Saudara-saudara;
Hal lain jang menggembirakan adalah adanja kegairahan membangun jang terus terasa didaerah-daerah. Bagi Rakjat didaerah-daerah bekerdja untuk membangun adalah gampang dimengerti, jang mendjadi soal adalah bagaimana memperoleh dan mengerahkan dana sarananja. Dalam hal ini Pemerintah memberikan tanggapan jang riil. Bantuan kepada Desa dan Kabupaten jang telah diberikan dalam tahun-tahun terachir ini djelas menimbulkan gerak pembangunan pada seluruh Kabupaten-kabupaten sampai kedesa-desa. Masjarakat makin terdorong untuk membangun dan tanggung djawab pemba-ngunan makin besar.
Dengan bantuan-bantuan tadi kemadjuan-kemadjuan ekono-mi djelas terasa; tetapi jang lebih penting lagi adalah se-
29
mangat, kegiatan dan tanggung djawab membangun dari masjarakat sendiri. Melihat pengalaman-pengalaman jang diperoleh selama ini dan untuk mendorong pembangunan jang lebih besar, maka untuk Tahun Anggaran jang akan datang Pemerintah akan meneruskan pemberian bantuan tersebut. Bahkan akan menaikkan lagi bantuan kepada Kabupaten, sehingga mendjadi Rp. 100,- untuk setiap djiwa penduduk dalam Tahun Anggaran jang akan datang.
Saudara Ketua;
Akan terlalu memakan waktu apabila saja melaporkan satu-persatu pelaksanaan pembangunan dalam tahun kedua REPE-LITA ini. Seperti tahun jang lalu, idjinkan saja meminta kepada para Anggota Dewan jang terhormat, untuk nanti meneliti laporan tersebut jang saja sampaikan setjara tertulis sebagai lampiran Pidato Kenegaraan ini.
Hasil-hasil jang dapat kita tjapai dibidang ekonomi dan pembangunan tadi sekaligus djuga mentjerminkan prestasi kerdja aparatur kita, baik aparatur Pemerintahan umum maupun aparatur perekonomian Negara, baik aparatur diting-kat Pusat maupun ditingkat Daerah, baik aparatur sipil maupun ABRI. Aparatur Negara memang belum sempurna, tetapi bukannja lumpuh; malahan djuga menundjukkan per-baikan-perbaikan jang berarti.
Setjara Nasional dapat dikatakan, bahwa seluruh aparatur telah dapat di-"satu bahasa"-kan; tentu sadja dalam arti jang baik. Sesuai dengan garis pembangunan jang sekarang ditem-puh oleh Bangsa kita, maka segala kegiatan aparaturpun, telah menudju kepada pelaksanaan pembangunan itu.
Hal ini tampak djelas mulai dari tingkat Pusat sampai kedesa-lesa. Adanja kesatuan arah ini sungguh merupakan, kemadjuan tersendiri. Tidak mungkin kita melaksanakan pem-bangunan apabila aparatur Negara tidak djuga mengikatkan diri dan siap melaksanakan pembangunan itu. Walaupun
30
Undang-undang mengenai Otonomi Daerah — jang baru — belum djuga dapat diselesaikan, namun inisiatif Daerah terus didorong oleh Pemerintah, sekaligus dalam rangka menjiapkan otonomi jang riil dan luas serta mendewasakan Pemerintah Daerah. Kebidjaksanaan ini telah mendorong pembangunan didaerah-daerah, sebagai pelengkap pembangunan Nasional. Tertib Pemerintahan makin terasa, pembagian tugas dan wewe-nang antara instansi-instansi makin djeias. Dan untuk memeli-hara konsistensi, maka komunikasi dan koordinasi antara instansi-instansi itu setjara tehnis ditingkatkan.
Dalam bidang Hankam dapat dikemukakan, bahwa pada tingkat sekarang ini pelaksanaan tugas pokok ABRI sebagai alat Hankam dipusatkan pada kemampuan untuk memelihara keamanan dalam negeri, dengan tetap melihat djauh kedepan menghadapi kemungkinan datangnja bahaja dari luar. Tugas ini dapat dilaksanakan dengan baik. Integrasi dan konsolidasi ABRI jang telah dilakukan mulai tahun-tahun jang lalu, sekarang telah menundjukkan hasilnja. Kemampuan intelidjen tjukup baik, sehingga telah banjak dapat diambil langkah- langkah preventif : melumpuhkan kegiatan-kegiatan jang ber- sifat subversif dan destruktif, sebelum kegiatan-kegiatan seperti itu sempat mendjalar mengganggu ketenangan dan ke-amanan masjarakat. Unsur-unsur teritorial ABRI telah dapat bekerdja efektif, mulai dari tingkat pusat sampai eselon teren- dah didesa-desa. Kemampuan teritorial ini sekaligus dimanfaat-kan untuk ikut menggerakkan pembangunan didesa-desa. Sistim komunikasi djuga meningkat kemampuannja, baik ketjepatannja maupun luas djaringan-djaringannja, baik dari Pusat kekesatuan-kesatuan dan kedaerah-daerah maupun se-baliknja. Dalam hal diperllukan, maka dalam waktu 3 X 24 djam unsur-unsur strategis pusat Hankam dapat tuba pada titik-titik terdjauh diwilajah Negara kita ini. Dalam waktu 1 X 24 djam unsur strategis wilajah jang terpusat dimasing-masing Komando Wilajah Pertahanan dapat dikirim ketitik-titik terdjauh dalam wilajahnja sendiri. Dengan kemampuan ini dapat didjamin keamanan Nasional sampai tingkat tertentu.
31
Kelintjahan dan ketrampilan pelaksanaan tugas pengamanan ABRI dalam Pemilihan Umum jang lalu, djuga telah merupa- kan faktor jang mampu mendjamin keamanan, ketenangan dan ketertiban pelaksanaannja.
Ketertiban dan disiplin ABRI djuga terus ditingkatkan. Dalam hal ini, saja rasa masjarakat sendiri dapat menilainja. Sebagai alat Hankam, ABRI — sebagai lembaga — dapat di-katakan telah banjak dapat melepaskan tugas-tugas umum Pemerintahan; disamping hal ini merupakan kebidjaksanaan jang digariskan Pemerintah, djuga karena aparatur sipil sen- diri telah makin mampu melaksanakan tugasnja.
Terhadap bahaja dari sisa-sisa kekuatan gelap G-30-S/PKI kita harus tetap waspada. Kekuatan fisik mereka telah dapat dikatakan tidak mempunjai arti lagi. Tetapi mereka tetap berusaha mengadakan kegiatan-kegiatan sabotase, subversi dan kegiatan-kegiatan gelap lainnja. Kader-kader mereka tetap ada, malahan mereka menjusup ketengah-tengah kala-ngan jang biasanja dianggap bukan sarang PKI, seperti misalnja di Perguruan-perguruan Tinggi, sardjana dan maha-siswa. Sidang-sidang pengadilan gembong sisa-sisa G-30-S/ PKI jang telah berlangsung pada achir-achir ini djelas menun-djukkan bukti-bukti mengenai peringatan saja tadi. Tetapi saja minta agar masjarakat djangan gelisah dan djangan saling tjuriga-mentjurigai. Saja djamin alat-alat keamanan Negara mampu mengatasinja. Saja djuga menjampaikan penghargaan jang tinggi kepada alat-alat keamanan Negara dan semua instansi-instansi jang telah dapat membongkar kegiatan- kegiatan gelap ini dan menjeret pelaku-pelakunja kedepan Pengadilan.
Dilain pihak terhadap mereka jang telah menundjukkan kesadarannja, kita wadjib menerima mereka kembali kedalam masjarakat dan memperlakukan mereka setjara wadjar sesuai dengan pandangan hidup kita jang berdasarkan Pantja Sila. Dalam hubungan ini Pemerintah akan meneruskan kebidjak-sanaan jang ditempuh selama ini., ialah mengembalikan ke-
32
dalam masjarakat tahanan-tahanan G-30-S/PKI golongan C setjara bertahap dan selektip; ,sehingga dalam waktu jang tidak terlalu lama semua tahanan golongan C ini telah dapat dibebaskan semua.
Saudara Ketua;
Dalam kita menilai hasil-hasil kemadjuan dibidang ekonomi dan pembangunan saja harus mendjelaskan djuga mengenai peranan dan arah kerdjasama dan bantuan ekonomi luar negeri.
Dalam tahun-tahun jang terachir ini kita merasakan manfaat dari bantuan dan kerdjasama ekonomi luar negeri itu untuk mewudjudkan stabilisasi ekonomi dan melantjarkan pemba-ngunan.
Dalam hubungan saja — untuk kesekian kalinja — mengadjak kita semua mendjernihkan fikiran kita mengenai arti bantuan ekonomi luar negeri ini. Sebab, diantara kita — sjukur hanja sebagian ketjil sadja — ada jang berpendapat, bahwa stabilisasi dan kemadjuan dibidang ekonomi jang kita tjapai sekarang ini hanjalah „berkat” dari adanja bantuan luar negeri jang melimpah ruah. Pendapat ini tidak benar karena tidak sesuai dengan kenjataan. Malahan sedikit ber- bahaja karena meremehkan kemampuan dan ichtiar Bangsa sendiri.
Benar, kita mendapatkan bantuan luar negeri; akan tetapi bantuan ini tidak datang dengan sendirinja. Betapa pun baik hati negara-negara sahabat kita, betapapun mereka bersung- guh-sungguh ingin membantu kita, maka bantuan itu tidak akan tiba apabila kita sendiri tidak dapat menundjukkan ke- mampuan. Sesudah pada tahun 1966 kita setjara drastis mengambil langkah-langkah untuk mengatur kembali warisan keadaan ekonomi dan sosial jang kalut dari masa lampau, barulah bantuan luar negeri itu mengalir; bukan sebaliknja. Saja pernah menegaskan, bahwa kita tidak perlu kehilangan harga diri karena adanja bantuan-bantuan ini. Banjak bangsa-
33
bangsa lain jang sekarang telah mentjapai tingkat pereko-nomian jang sangat madju — malahan djuga membantu kita
, dahulupun mereka mendapatkan bantuan ekonomi dari negara-negara lain. Bantuan dan kerdjasama ekonomi luar negeri adalah jang djamak sekarang ini, bukan hal jang gan-djil; sebab sesungguhnja — pada achirnja - semua bangsa-bangsa didunia sating membutuhkan. Langsung atau tidak langsung bantuan jang diberikan itu bermanfaat pula bagi kepentingan nasional masing-masing. Hal lain jang perlu kita nilai adalah untuk apa bantuan luar negeri itu kita gunakan. Apabila bantuan itu kita gunakan untuk memperbaiki tingkat hidup Rakjat banjak, untuk pembangunan, mnaka tidak ada jang tertjela dalam hal ini.
Kebidjaksanaan Pemerintah sekarang adalah bahwa seluruh bantuan dari luar negeri itu, baik jang berupa bantuan projek, bantuan kredit ataupun bantuan pangan, keseluruhannja kita gunakan untuk pelaksanaan pembangunan. Tidak satu sen-pun dari segala matjam bantuan itu jang hanja kita habis-habiskan untuk „makan”. Bantuan pangan misallnja, seluruhnja didjual, kita ,,rupiah"-kan dan masuk anggaran pembangunan untuk membiajai pembangunan. Kebidjaksanaan dan sikap ini adalah prinsip, dan ini bersifat mendidik kepada diri kita sendiri. Kita ingin menikmati kehidupan jang lebih baik, untuk itulah kita membangun, untuk itulah kita harus rela membajar harga ke-bahagiaan dengan keringat kita sendiri. Bantuan luar negeri harus kita gunakan untuk membiajai pembangunan jang mem-punjai arti ekonomi, jang dapat menggerakkan kemadjuan-kemadjuan ekonomi; karena nanti, bantuan itu harus kita bajar kembali.
Dilain fihak kita mau menerima bantuan luar negeri chusus-nja jang berupa pindjaman, apabila kita jakin dan menurut perhitungan kita akan dapat mengembalikan pindjaman ter-sebut dalam waktu jang relatif pandjang, kita tidak akan mau menerima pindjaman jang djustru akan mendjerat kita sendiri. Dengan landasan jang demikian itulah saja tidak ragu-ragu
34
mengadakan kerdjasama dan menerima bantuan dari luar negeri dari manapun datangnja. Dan bantuan luar negeri itu tidak datang dengan sendirinja, harus kita usahakan.
Kemampuan kita untuk membereskan rumah tangga sendiri, kemampuan kita untuk mewudjudkan stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik, kemampuan kita dalam mengatasi kesulitan-kesulitan jang kita hadapi, kemampuan kita untuk melaksana- kan pembangunan, tetap merupakan modal pokok jang dapat meningkatkan kadar kepertjajaan luar negeri kepada kita.
Dengan latar belakang dan sikap jang demikian itu pulalah, kita mampu menjelesaikan masalah pembajaran kembali hutang luar negeri kita warisan masa lampau dengan sjarat-sjarat jang lebih mendjamin kemampuan kita untuk membajar kembali. Dalam hal ini kita djuga memperoleh kemadjuan-kemadjuan jang besar, baik dengan negara-negara „Barat”, maupun dengan negara-negara „Timur”. Dalam tahun kedua REPE- LITA telah dapat ditanda-tangani persetudjuan-persetudjuan mengenai penangguhan pembajaran kembali hutang-hutang luar negeri warisan masa lampau.
Persetudjuan itu berturut-turut telah dapat kita tanda- tangani dengan Belanda, Perantjis, Uni Soviet, Republik Fede- rasi Djerman, Amerika Serikat, Republik Demokrasi Djerman, Polandia, Tjekoslowakia, Djepang dan Rumania. Dalam waktu fang tidak terlalu lama djuga akan ditanda-tangani persetudju- an mengenai hal tadi dengan Italia dan Inggris. Penjelesaian ini djuga mentjerminkan bahwa politik luar negeri kita jang bebas aktif makin dapat dipahami oleh negara-negara lain. Saja telah meng-instruksikan kepada para Menteri jang bersangkutan untuk terus berusaha memperluas kerdja-sama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara manapun; dengan tetap berpidjak pada strategi pembangunan kita, berdasarkan kebi-djaksanaan umum jang telah kita gariskan dan tanpa perlaku- an-perlakuan chusus. Perluasan hubungan ekonomi ini perlu, agar kita lebih lintjah dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan ekonomi kita sendiri.
35
Politik luar negeri kita jang babas aktif kita laksanakan dengan penuh kepertjajaan pada diri sendiri. Djalan kearah ini tidak selamanja litjin; hal itu telah kita sadari sedjak semula. Memang, melaksanakan suatu prinsip senantiasa penuh tan-tangan. Tetapi kita telah bertekad untuk meneruskan djalan jang kita, anggap benar ini, tanpa hanja ikut-ikutan sadja ke-arah mana angin bertiup.
Politik luar negeri kita jang bebas-aktif itu tanpa sembunji-sembunji saja djelaskan pada Konperensi Tingkat Tinggi Negara-negara Non-aligned ke-3 di Lusaka, Zambia, pada bulan September tahun jang lalu. Kita tidak berprasangka bahwa se-gala pandangan Indonesia akan diterima begitu sadja oleh negara-negara peserta. Walaupun demikian, saja menilai, bahwa pandangan-pandangan jang kita kemukakan disana setidak-tidaknja telah mengingatkan kembali semua negara akan tudju-an dan tjita-tjita semula daripada non-alignment itu.
Saudara. saudara Pimpinan dan Anggota-anggota DPA-GR jang terhormat;
Pembangunan djuga mempunjai arti jang panting bagi ter-wudjudnja perdamaian jang mendjadi tjita-tjita seluruh ummat manusia. Dimana ada perdamaian, disitu pembangunan dapat berdjalan dengan pesat. Sebaliknja, melalui pembangunan jang merata kita dapat mentjiptakan keadaan membawa perdamaian dan kebebasan.
Mengenai perdamaian dunia tampaknja telah makin men- djadi usaha semua negara untuk mewudjudkannja. Hasil-hasil njata kearah terwudjudnja perdamaian itu memang belum tampak djelas. Akan tetapi, usaha-usaha perdamaian jang pada waktu-waktu terachir ini tampak diusahakan dengan lebih sungguh-sungguh oleh semua fihak setidak-tidaknja telah membuka harapan-harapan baru. Tanda-tanda kearah perda-maian itu dapat kita lihat diwilajah-wilajah jang masih tegang sekarang ini, baik di Timur Tengah maupun dibagian Benua Asia. Kita sambut dengan baik setiap langkah perdamaian ini, dari manapun datangnja. Dari mimbar ini saja hanja ingin me
36
njatakan bahwa usaha-usaha itu hanja akan berhasili apabila usaha-usaha itu benar-benar dilandasi oleh sikap dan keinginan untuk mentjapai perdamaian dan hubungan persahabatan atas dasar persamaan, kedjudjuran dan saling hormat-menghormati.
Jang kita tudju bukan pula hanja perdamaian dalam arti bebasnja ummat manusia dari bahaja peperangan jang segera memusnahkan ummat manusia; melainkan djuga dari bahaja lain jang dapat memusnahkan kemanusiaan, ialah kebodohan, keterbelakangan, kelaparan dan penjakit ; jang memang masih diderita oleh djutaan ummat manusia. Karena itu sudah seha-rusnja apabila bermiljar-miljar dollar uang jang digunakan untuk patjuan persendjataan atau biaja jang digunakan untuk peperangan atau persiapan peperangan, dialihkan setjara kon-struktif untuk mempertjepat pembangunan bangsa-bangsa jang memerlukan bantuan.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Saja telah mengadjak saudara-saudara menilai keadaan kita dewasa ini. Setjara singkat kita telah melihat bahwa keadaan kita sekarang lebih madju lagi dari tahun-tahun jang lalu, baik dibidang politik, keamanan dan ketertiban, dibidang ekonomi pembangunan maupun dalam hubungan luar negeri.
Tetapi djauh lebih penting daripada sekedar melihat kema-djuan-kemadjuan tadi, kitapun telah mentjoba meneliti sebab-sebab pokok jang memungkinkan tertjapainja kemadjuan-kemadjuan itu.
Sekarang, apa tugas kita selandjutnja?
Tepat setahun jang lalu, dari mimbar ini djuga, saja katakan waktu itu bahwa dalam djangka pendek kita menghadapi dua tugas pokok : pertama, mensukseskan pelaksanaan Pemilihan Umum; dan kedua, mensukseskan pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun. Tugas pertama telah selesai.
Dan inilah tugas kita sekarang: meningkatkan pelaksanaan pembangunan !
37
Untuk itu kita harus mampu mengkonsolidasikan dan meman-faatkan sebaik-baiknja hasil-hasil jang telah kita tjapai hingga dewasa ini; pertama, memelihara dan memperkuat keadaan jang telah stabil dan mantap; kedua, memperhebat pelaksanaan REPELITA.
Marilah kita kadji lebih dalam masalah-masalah pembangun- an kita dimasa depan itu.
Dalam djangka pandjang jang kita kerdjakan adalah pemba-ngunan Bangsa dalam arti luas, „Nation Building”. Apakah hakekat Pembangunan dalam arti luas itu? Saja akan mengu-langi lagi jang saja utjapkan setahun jang lain: „Pembangunan Bangsa dalam arti luas meliputi pengembangan nilai-nilai dasar jang kita anggap vital, menumbuhkan tata-kehidupan masja-rakat jang harmonis, mengembangkan bakat dan harkat ma-nusia, memelihara dan mengembangkan lembaga-lembaga dan tata-tjara jang telah kita pilih untuk hidup ber-Bangsa dan ber-Negara ini”.
Hakekat pembangunan bangsa adalah perobahan menudju kemadjuan disegala bidang, jang bagi Bangsa Indonesia, harus tetap berdasarkan Pantja Sila. Dengan singkat, inti persoalan pembangunan Bangsa Indonesia adalah „menumbuhkan demo-krasi politik dan demokrasi ekonorni berdasarkan Pantja Sila itu”, sedangkan tata-tjaranja telah digariskan dengan landasan hukum dasar ialah Undang-undang Dasar 1945.
Pembangunan jang demikian itu djelas memerlukan waktu; malahan sedjak semula kita harus sadar, bahwa waktu jang diperlukan itu tjukup pandjang. Kita tidak dapat melawan „hukum waktu” ini. Jang dapat kita usahakan adalah memper-tjepat proses pembangunan; sehingga kitapun dapat lebih se- gera menikmati hasilnja. „Hukum” ;ini harus kilta sadari, agar kita tidak lekas ketjewa karena tidak dapat segera melihart hasil-hasil pembangunan itu. „Hukum” ini djuga harus kita sadari, agar kita tergerak untuk mempertjepat proses pembangunan tadi.
38
Pertjepatan pembangunan ini memer1ukan perobahan sikap:. mental, perobahan orientasi.
Perobahan orientasi inilah jang sekarang sedang terdjadi.
Tidak tampak dengan mata; akan tetapi sebenarnja sedang berlangsung dengan hebat.
Dahulu, segala perhatian kita terpusat pada ideologi dan politik — dalam arti sempit — jang ditambah dengan dipompa-kannja slogan-slogan membawa masjarakat selalu pada fikiran-fikiran jang abstrak, seolah-olah lepas dari kenjataan hidup sehari-hari; malahan membuat kita kerdil tidak mengetahui kemadjuan bangsa-bangsa lain. Sekarang, dalam melaksanakan pembangunan, kita menghadapi dan memetjahkan persoalan-persoalan lebih mendalam dan lebih bersungguh-sungguh; dan jang djustru menjangkut kebutuhan hidup manusia, baik ke-butuhan lahiriah maupun kebutuhan batiniah.
Orientasi baru ini membuat kita lebih tjepat melihat keku-rangan-kekurangan kita sendiri. Hal inilah jang seringkali menimbulkan kegelisahan-kegelisahan. Sadar akan kekurangan tidak selamanja buruk; asalkan kesadaran itu kita gunakan untuk membaharui tekad dan usaha untuk memperbaikinja.
Pembangunan adalah masalah jang luas, bersegi banjak. Tidak mungkin kita melaksanakan semuanja sekaligus. Sebab itu, dalam melaksanakan pembangunan ini kita harus tepat memilih prioritas-prioritasnja.
Dalam tahap pembangunan jang sekarang ini, prioritas kita adalah pembangunan ekonomi. Saja tekankan pada kata-kata „prioritas”; sebab, hal ini telah mengandung makna bahwa pembangunan dibidang lain tidak diabaikan.
Pembangunan hakekatnja adalah pembangunan manusia dan ditudjukan untuk kepentingan manusia. Sebab itu, disamping pembangunan ekonomi kitapun terus membangun segi-segi lain dari kehidupan kita: politik, sosial, budaja, pendidikan, mental dan sebagainja. Pembangunan ekonomi jang sekarang adalah strategi agar semua tudjuan pembangunan itu achirnja dapat tertjapai. Kita masih ingat, bahwa beberapa tahun jang lalu
39
kita djustru memilih pembangunan ekonomi ini sebagai prio- ritas, karena dibidang ekonomi inilah keadaan kita jang paling parah dan selalu di-subordinasikan pada kepentingan politik.
Keparahan keadaan ekonomi ini mendjadi sumber kegelisahan masjarakat, rusaknja ketertiban, merosotnja aparatur, menu-runnja achlak. Semuanja ini makin menenggelamkan perekono-mian kita; makin mendjauhkan kita dari kesedjahteraan.
Lingkaran tidak berudjung pangkal ini harus kita potong; dan dari situ kita muiai.
Pillihan kita djatuh pada pembangunan ekonomi sebagai pangkal pembangunan dibidang-bidang jang lain.
Djelasnja, dari hasil-hasil pembangunan ekonomi itulah di-usahakan perbaikan-perbaikan pada bidang-bidang jang lain. Malahan dari hasil pembangunan ekonomi ini sekarang telah terasa berkembangnja kesadaran dan sikap mental untuk lebih madju lagi.
Pembangunan memerlukan warganegara jang kreatip.
Hal berarti, bahwa dalam melaksanakan pembangunan inipun kita sekaligus mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kebebasan dan mempertebal rasa tanggung djawab warga- negara.
Sebab itu, seperti jang djuga raja katakan setahun jang lalu, pembangunan dan demokrasi adalah satu nafas. Dengan se-lesainja Pemilihan Umum berarti kehidupan demokrasi kita makin berkembang; dan sekaligus kita usahakan agar stabili- sasi politik lebih mantap.
Lembaga-lembaga perwakilan Rakjat jang segera terbentuk nanti sebagai hasil dari Pemilihan Umum itu makin kuat ke-dudukannja karena lebih mentjerminkan dalam suara jang akan disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan tadi. Kita se- mua wadjib berusaha agar sekaligus kehidupan konstitusionil kita berdjaian dengan sehat; artinja, segala keinginan masja- rakat atau golongan dalam masjarakat benar-benar disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan Rakjat jang telah dipilih
40
oleh Rakjat sendiri. Prinsip ini penting kita perhatikan; karena tjara-tjara jang demikian itulah jang ditetapkan dalam Undang-undang Dasar kita, dan untuk itulah diadakan Pemilihan Umum setjara berkala. Sebaliknja, djustru untuk mendewasa- kan kehidupan demokrasi kita, maka dari semua golongan dan seluruh lapisan masjarakat dipanggil oleh kewadjiban untuk mematuhi keputusan bersama jang telah diambil oleh wakil- wakil Rakjat dalam lembaga-lembaga perwakilan tadi.
Sikap ini adalah sikap demokrasi jang dewasa, sikap ini ada- lah disiplin dan tertib demokrasi, sikap ini adalah tanggung djawab demokrasi.
Dalam mengembangkan daja kreasi masjarakat, demokrasi, kebebasan dan rasa tanggung djawab, pers jang sehat djuga dapat berbuat banjak.
Pers jang babas dan bertanggung djawab harus ikut meng-adakan pembaharuan dan pembangunan.
Bukan hal jang menjenangkan apabila alat-alat Negara harus menindak pers atau mengadjukannja kedepan Pengadilan. Tindakan-tindakan itu tidak berarti tanda-tanda permulaan daripada berachirnja kembali kebebasan pers. Tindakan terha- dap pers melalui pengadilan berarti langkah untuk menegakkan ketertiban melalui hukum, jang djuga dikehendaki oleh Orde Baru. Dan langkah-langkah sematjam ini akan terus ditempuh oleh Pemerintah.
Pemerintah tetap pada pendiriannja untuk mendja-min kebebasan pers; djuga kebebasan mimbar, kebebasan menjalurkan pendapat dan suara. Kebebasan-kebebasan ini djustru diperlukan agar fikiran-fikiran dalam ma-sjarakat berkembang dan bertambah kritis, agar saling hubu-ngan antara masjarakat sendiri lebih terbuka, agar masjarakat lebih mengerti masalah-masalah jang kita hadapi dan ikut serta memikirkan pemetjahannja.
Apabila, keadaan ekonomi sekarang telah menundjukkan kemampuannja untuk menundjang pembangunan selandjutnja, maka dalam tahun-tahun jang akan datang ini usaha-
41
usaha memperkuat kemantapan ekonomm harus dteruskan se-dangkan prasarana sosial diusahakan meningkat pula kemampu-annja. Gairah membangun dari masjarakat tentu diusahakan dengan landasan kemadjuan-kemadjuan jang telah ditjapai saat ini. Berbagai kebidjaksanaan jang mendorong kegiatan masja-rakat untuk membangun akan makin disempurnakan, antara lain dengan mengusahakan sarana-sarana produksi jang lebih efektif kepada masjarakat. Pengenalan dan peman- faatan teknologi harus diperluas (meskipun dalam tingkat jang sederhana), sebab teknologi inilah jang dapat membawa kemadjuan jang pesat dalam pembangunan; jang sekaligus harus dapat mendjadi landasan bagi pembangunan industri besar-besaran dimasa depan.
Sifat-sifat manusia jang membangun digerakkan. Seperti saja djelaskan tadi, gerakan Tabungan Pembangunan Nasional merupakan salah satu usaha kearah ini. Gerakan tabungan ini diharapkan dapat menggugah kesadaran kita mengenai arti uang sebagai alat pemupuk modal untuk pembangunan atau untuk keperluan jang lebih besar dikemudian hari. Gerakan tabungan djuga diarahkan untuk mendidik pola pembelandja- an masjarakat; agar lebih menahan diri terhadap kegiatan-kegiatan konsumtif dan lebih beralih kepada kegiatan-kegiatan jang produktif.
Untuk membangun, Negara memerlukan modal; dan ini tidak dapat hanja ditjetak dari kertas biasa. Uang Negara itu harus dikumpulkan dari masjarakat sendiri disamping dari tabungan jang saja sebutkan tadi, terutama dari bermatjam-matjam padjak, bea tjukai dan bea masuk dan sebagainja. Kemantapan ekonomi dan kegiatan pembangunan jang makin banjak sekarang ini, antara lain djuga karena makin besarnja pemasukan uang ke-kas Negara. Pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan penerimaan Negara. Usaha ini akan lebih lantjar dengan ladanja kesadaran dari masjarakat sendiri.
Kesadaran membajar padjak diusahakan dipupuk oleh Pe-merintah dan diharapkan tumbuh dari masjarakat. Kebidjak-
42
sanaan dibidang ini sekaligus diarahkan untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong kegiatan ekonomi dan produksi dalam masjarakat serta mengetrapkan keadilan sosial. Dalam menumbuhkan kesadaran membajar padjak ini Pemerintah ingin memberi tjontoh dari dalam tubuhnja sendiri. Sedjak tahun jang lalu — sekaligus dalam rangka memberantas korupsi setjara preventif — saja menginstruksikan kepada pedjabat-pedjabat tinggi — baik sipil maupun ABRI — agar mengirimkan Daftar Kekajaan Pribadi-nja langsung kepada saja. Untuk tahun ini saja mewadjibkan pedjabat-pedjabat tadi mengirimkan bukti bahwa mereka telah membajar padjak-padjaknja pada kas-kas negeri; dan saja sendiri akan memerik- sa pelaksanaannja. Langkah ini saja anggap tjukup penting agar kesadaran membajar padjak ditundjukkan dari atas, ditjontohkan oleh pedjabat-pedjabat tinggi Pemerintahan.
Kewadjiban membajar padjak sekaligus merupakan tjara mendidik jang baik, untuk mendjadikan setiap warga negara mematuhi dan memenuhi kewadjibannja terhadap Negara.
Setiap warga negara harus lebih sadar, tertib dan berdisiplin dalam memenuhi setiap kewadjibannja terhadap negara dan masjarakat, memenuhi peraturan-peraturan jang berlaku — termasuk membajar padjak, bea dan lain-lain —. Pemberian bimbingan dan penertiban kearah ini akan terus ditingkatkan oleh Pemerintah.
Untuk itu pulalah, aparatur Pemerintahan akan terus diper-baiki dan diefektifkan; baik strukturnja, prosedur kerdjanja dan pengawasannja.
Aparatur Pemerintahan jang berwibawa, tjekatan, bersih dan mempunjai rasa pengabdian kepada masjarakat adalah gambaran aparatur kita dimasa depan. Sekarang telah mulai difikirkan penjusunan „doktrin” administrasi Negara kita, sebagai landasan Pembangunan administrasi Negara jang mo-dern. Kode etik pegawai negeri sudah tiba saatnja untuk difikirkan. Pegawai Negeri diusahakan agar memiliki kete- nangan dan kegairahan bekerdja, menemukan kembali harga
43
diri dan kebanggaan sebagab abdi masjarakat, didjamin kariernja berdasarkan ukuran-ukuran jang lebih objektif dan berdasarkan prestasinja, dibebaskan dari rasa ketidak pastian atau gangguan karena pergantian kekuasaan politik dipuntjak Pemerintahan Negara.
Dengan memanfaatkan hasil-hasil dibidang ekonomi, dengan peningkatan efisiensi dan prestasi, diusahakan terus bertam-bahnja kemampuan Negara untuk memperbaiki gadji pegawai negeri dan anggota ABRI.
Pemerintah selalu berusaha untuk memperbaiki gadji pega- wai negeri dan anggota ABRI setjara bertahap sesuai dengan kemampuannja, seperti jang selama ini telah beberapa kali dilakukan; jang terachir dengan kenaikan sebesar 331/3% dari gadji bersih sebelumnja, jang mulai berlaku sedjak bulan April jang baru lalu.
Kepada para pegawai negeri dan ABRI saja ingin menjeru- kan dan minta kesadarannja bahwa perbaikan penghasilan (gadji) itu akan lebih mudah dan tjepat dapat dilaksanakan, apabila pegawai negeri dan ABRI — sebagai pelajan dan pe-lindung masjarakat dan unsur pelaksana pembangunan — selalu berusaha bekerdja lebih keras, lebih tertib dan djudjur, sehingga prestasi kerdjanja meningkat, jang menjebabkan meningkatnja penerimaan Negara.
Usaha konsolidasi dan integrasi ABRI jang telah berdjalan sampai sekarang djuga tetap hares diteruskan. Sampai seka-rang tugas-tugas ABRI baik sebagai kekuatan sosial politik maupun sebagai alat HANKAM telah dilaksanakan dengan baik. Sukses-sukses ini tidak boleh membuat ABRI lengah. Kemampuan-kemampuan untuk mengamankan tugas-tugas Nasional harus dipelihara, baik represif maupun preventif, mentjegah timbulnja bahaja-bahaja baru dari dalam dan mengatasi kemungkinan kegiatan-kegiatan subversi dari luar.
Keamanan dalam negeri jang bertambah baik dan pengala-man-pengalaman jang kaja dalam melaksanakan dwi-fungsi
44
selama ini hendaknja didjadikan persiapan untuk menjusun strategi pembangunan ABRI dimasa depan.
Dibentuknja Dewan Pertahanan Keamanan Nasional baru-baru ini diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam me-rumuskan kebidjaksanaan-kebidjaksanaan dibidang Hankam dalam djangka pandjang jang serasi dengan kebidjaksanaan dibidang usaha-usaha untuk kemakmuran Rakjat.
Dalam rangka konsolidasi tubuh ABRI ini, masalah pere-madjaan dan pemanfaatan anggota-anggota ABRI jang telah memenuhi sjarat-sjarat dipensiunkan harus mendapatkan perhatian kita semua.
Persiapan-persiapan dan rentjana-rentjana fang telah disiap-kan untuk memberikan latihan-latihan teknis kepada para anggota ABRI jang bersangkutan guna tugas-tugas jang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan perlu segera dilaksanakan. Dalam hal ini sambutan dan kerdjasama dari masjarakat, terutama para usahawan jang memiliki fasilitas untuk itu — disamping fasilitas fasilitas Pemerintah sendiri — sungguh akan memperlantjar pelaksanaan tersebut.
Baru-baru ini Pemerintah telah membentuk Perum Asuransi Sosial ABRI, jang bertugas mengusahakan tambahan peng-hasilan dalam djumlah dan dalam djangka waktu tertentu bagi anggota ABRI jang dipensiun dan sedang mempersiapkan diri untuk lapangan tugas baru.
Usaha sematjam ini diharapkan nanti akan dapat diperluas meliputi pegawai negeri/pegawai Perusahaan Negara dan akan merupakan langkah dalam memperbaiki nasib pegawai negeri dan anggota ABRI.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Apabila didalam negeri kegiatan kita, kita pusatkan untuk mempertjepat pelaksanaan pembangunan, maka langkah-lang-kah kita keluar — bilateral, regional atau multilateral --- kita tudjukan untuk ikut mentjiptakan suasana dunia jang tjotjok bagi pelaksanaan pembangunan tadi — keadaan jang damai
45
dan stabil —, serta untuk memperluas hubungan dan kerdja-sama dibidang sosial-ekonomi jang berrnanfaat bagi tugas- tugas pembangunan pada umumnja. Segala sesuatunja tetap berlandaskan pada politik luar negeri kita jang babas dan aktif.
Dalam rangka ini, dan djuga dalam rangka mentjiptakan stabilitas regional dan ketahanan Nasional masing-masing, maka kita akan berusaha untuk meneruskan kegiatan-kegiatan dalam ASEAN jang dalam tahun-tahun terachir telah mulai kita isi bersama dengan bentuk-bentuk kerdjasama jang njata.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Saja telah mendjelaskan langkah-langkah jang harus kita ambil diberbagai bidang: ekonomi dan pembangunan, sosial, politik, Hankam dan luar negeri.
Langkah-langkah tersebut merupakan bagian jang penting baik untuk mentjapai sasaran-sasaran djangka pendek — jang telah ditetapkan dalam REPELITA jang pertama — maupun untuk persiapan dan mendjangkau tudjuan-tudjuan pembangun-an djangka pandjang.
Untuk lebih memahami tempat berpidjak kita sekarang dalam rangkaian perdjalanan jang pandjang daripada pemba-ngunan masa depan itu, akan saja djelaskan gambaran umum dan arah pembangunan dimasa depan. Pendjelasan ini saja anggap perlu; bukan untuk mendahului hak dan pendapat Madjelis Permusjawaratan Rakjat jang nanti akan menggaris- kan haluan Negara, melainkan agar kita mempunjai pedoman-pedoman dasar jang sama dalam usaha kita mewudjudkan masjarakat jang adil dan makmur berdasarkan Pantja Sila. Telah sering saja djelaskan bahwa masjarakat jang kita tjita-tjitakan itu baru terwudjud setelah kita mengerdjakan serang-kaian pembangunan jang bertahap-tahap, jang setjara kese-luruhan djuga harus merupakan kesatuan jang serasi.
46
Pembangunan Lima Tahun jang sekarang merupakan pem-bangunan tahap pertama; jang merupakan bagian permulaan daripada rentjana pembangunan djangka pandjang untuk masa dua puluh lima tahun kedepan.
Dengan mempunjai gambaran mengenai pembangunan dua pu-luh lima tahun kedepan, kita dapat mengatur tertjapainja ketje-patan pertumbuhan ekonomi jang disesuaikan dengan kemampu-an jang dapat kita kembangkan dalam setiap tahap pembangun- an djangka menengah jang berdjangka waktu (lima tahun tadi. Dalam tiap tahap itupun kita dapat dengan djelas menentukan prioritas-prioritasnja.
Ketjepatan pertumbuhan ekonomi tadi akan tertjermin dalam pertumbuhan jang tjepat daripada Produksi Nasional Bruto. Apabila hal ini disertai dengan pengendalian ketjepatan pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan perkapita Rakjat Indonesia akan menandjak terus-menerus. Dilihat dari segi ini, program keluarga berentjana merupakan salah satu keharusan dari seluruh program pembangunan Bangsa kita.
Peningkatan pendapatan per-kapita harus tetap berlangsung dalam suasana kestabilan ekonomi. Hal ini sangat penting. Bilamana kestabilan ekonomi tidak dapat dipelihara — jang berarti harga ikut membubung tinggi —, maka kenaikan pendapatan tadi akan termakan habis oleh inflasi; dan achir- nja usaha pembangunan akan gagal. Karena itu usaha pening-katan pembangunan dan kebidjaksanaan pemeliharaan ke-stabilan ekonomi harus berdjalan bersama-sama setjara serasi.
Dalam pada itu, pembangunan jang menghasilkan pertum-buhan ekonomi jang tjepat tadi sekaligus diarahkan untuk mendjamin terlaksananja pembagian jang merata bagi seluruh Rakjat Indonesia: baik dalam menikmati hasil pembangunan maupun dalam kewadjiban memikul beban pembangunan. Hal ini berarti kita wudjudkan azas keadilan sosial. Azas ini bukan hanja akan terwudjud nanti — bila kita sudah mentjapai tingkat pembangunan jang tinggi —; tetapi djuga sudah harus
47
kita laksanakan sekarang dan selama kita melaksanakan pem-bangunan itu. Djadi djelas, bahwa kegiatan pembangunan bukan hanja bertudjuan meningkatkan pendapatan per-kapita, melainkan djuga mendjamin pembagian jang sesuai dengan rasa keadilan. Demikian djuga usaha pembangunan tidak hanja ditudjukan untuk meningkatkan produksi, melainkan sekaligus djuga untuk mengurangi kemungkdnan lebarnja djurang pemisah antarra si-kaja dan si-miskn. Dengan demi-kian, peningkatan usaha pembangunan bukan sadja membawa Rakjat Indonesia kearah tertjapainja masjarakat jang makmur, melainkan djuga terwudjudnja masjarakat jang adill; bukan sadja Bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan jang madju, tetapi djuga tiap-tiap warganegara hares menikmati tingkat kesedjahteraan jang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi jang tjepat dalam djangka waktu 25 tahun itu sekaligus djuga akan membawa perobahan-perobah-an jang mendasar daripada struktur ekonomi Indonesia.
Dewasa ini kerangka ekonomi Indonesia mempunjai sifat berikut:
— sebagian besar dari produksi nasional berasal dari sektor pertanian, jang banjak tergantung pada keada-an alam;
bagian terbesar dari Rakjat kita hidup dari sektor pertanian, jang baru dalam tingkat menggunakan teknologi jang sederhana;
bagian besar dari ekspor kita terdiri dari bahan-bahan mentah jang banjak dipengaruhi oleh konjunktur dunia.
Tampak, bahwa dalam keadaan jang demikian, ekonomi kita mengandung kelemahan-kelemahan strukturil dan konjunktu-ril. Keadaan ini harus kita robah. Dalam periode 25 tahun itu produksi nasional kita bukan sadja bertambah dengan tjepat, melainkan harus berobah pula komposisinja, sehingga produk-si nasional jang berasal dari sektor-sektor diluar pertanian akan merupakan bagian jang semakin besar. Demikian pula
48
bagian penduduk jang hidup dari sektor industri, sektor djasa-djasa dan sektor-sektor lain diluar pertanian akan semakin bertambah. Komposisi eksporpun akan berobah, artinja, ekspor bahan mentah mendjadi relatip ketjil sehingga lambat laun ekspor Indonesia semakin banjak terdiri dari bahan- bahan jang telah diolah dan bahan djadi. Perobahan-perobahan tali berarti rneningkatnja ketahanan ekonomi. Indonesia ter-hadap perobahan-perobahan keadaan alam dan kegontjangan-kegontjangan konjunktur dunia.
Peranan sektor pertanian tetap penting dalam keseluruhan perobahan-perobahan tadi, malahan tetap harus diperkuat dan djuga dipertjepat pertumbuhannja. Akan tetapi pertumbuhan disektor industri, djasa-djasa dan lain-lainnja akan tumbuh lebih tjepat lagi; sehingga tertjapainja pertumbuhan ekonomi jang lebih seimbang. Dalam REPELITA jang pertama se- karang ini, pembangunan sektor industri diutamakan pada industri-industri jang menundjang sektor pertanian; dalam REPELITA jang kedua nanti pembangunan industri akan mengutamakan pengolahan bahan-bahan mentah jang dihasil-kan dari Indonesia sendiri; dalam REPELITA jang ketiga ditingkatkan lagi kepada produksi barang-barang djadi. Dan demikian seterusnja.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi memerlukan investasi jang sangat besar. Hal ini berarti bahwa dalam REPELITA selandjutnja kita harus mengerahkan dana-dana investasi jang lebih besar lagi; jang bersumber pada tabungan masja rakat dan tabungan Pemerintah serta penerimaan devisa jang berasal dari ekspor dan djasa-djasa. Pengerahan dari dana dalam negeri dan dari penerimaan devisa harus meningkat dengan ketjepatan jang tinggi agar segera tiba saatnja kita dapat mengurangi peranan bantuan luar negeri, sehingga achirnja tidak diperlukan lagi.
Pertumbuhan ekonomi tadi djuga diarahkan dan sekaligus memetjahkan persoalan-persoalan prinsipiil lainnja; seperti
49
perluasan lapangan kerdja untuk memberantas pengangguran, penjebaran penduduk melalui tarnsmigrasi dan sebagainja. Malahan pemberantasan pengangguran itu djuga merupakan salah satu sasaran penting daripada pembangunan. Sebab itu apabila tadi saja menekankan perlunja teknologi dalam pembangunan —, maka dalam setiap REPELITA — jang sekarang dan jang akan datang — maka penggunaan teknologi dan penentuan sektor jang di-prioritas-kan dalam setiap tahap, djuga harus sekaligus berarti memberantas pengangguran ini.
Peningkatan kegiatan pembangunan jang saja gambarkan tadi bukan sadja dibutuhkan untuk meningkatkan sektor- sektor jang langsung produktip, melainkan djuga untuk mengembangkan sektor-sektor sosial seperti pendidikan, kese-hatan, agama, kebudajaan dan lain-lainnja. Malahan saja djuga jakin, bahwa kegiatan pembangunan itupun dapat sekaligus kita manfaatkan untuk membangun kehidupan politik jang lebih sehat.
Usaha-usaha pembangunan djangka pandjang ini akan ber-djalan lantjar dan berhasil apabila landasannja dan pengaman- an pelaksanaannja dapat ditjiptakan dan didjamin setjara serasi; oleh karena itu, kehidupan dan pembangunan sosial politik dan pertahanan-keamanan akan diusahakan seimbang dan dengan pembiajaan jang tidak akan mengganggu pelak-sanaan pembangunan dibidang sosial ekonomi dalam djangka pandjang.
Dengan usaha-usaha jang demikian itu barulah akan dapat ditjiptakan landasan untuk memungkinkan tertjapainja tjita- tjita masjarakat adil dan makmur. Dasar-dasar masjarakat adil dan makmur itu baru akan dapat kita lihat dan kita rasa- kan hasilnja dalam tempo 25 tahun didepan kita. 25 tahun, memang terasa lama bagi „kaum tua” jang hidup sekarang. Tetapi, bagi kehidupan suatu Bangsa, bagi usaha-usaha pem-bangunan dalam arti luas, bagi kepentingan generaisi-generasi jang akan datang, maka djangka waktu 25 tahun sekedar merupakan satu tahapan pendek.
50
Djangka waktu 25 tahun didepan kita itu sangat menentukan: apakah nanti kita mendjadi Bangsa jang terhormat ditengah-tengah dunia jang terus bertambah madju, atau kita hanja duduk termangu dipinggir-pinggir pergaulan hidup bangsa-bangsa dan hanja melihat kemadjuan bangsa-bangsa lain.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Tepat setahun jang lalu — dari mimbar ini djuga — saja mengadjak saudara-saudara menengok sedjarah kita seper- empat abad kebelakang, membuat neratja perdjoangan, me-ngenali kekuatan-kekuatan kita dan meneliti kekurangan-keku-rangan kita.
Dan hari ini, saja telah mengadjak saudara-sauudara meluas-kan pandangan seperempat abad kedepan. Pandangan kedepan ini perlu, bukan karena kita ingin melamun. Orientasi Bangsa jang membangun adalah pandangan kedepan, jang harus mem-buat kita djustru lebih bertanggung djawab mengenai masa depan; bukan hanja mengagumi kebesaran-kebesaran masa lampau.
Masa depan kita iitu tjukup indah; tetapi djalan jang kita tempuh bukannja mudah. Masa depan kita itu penuh dengan harapan; tetapi djuga tidak sepi .dari tantangan-tantangan.
Marilah kita berkemas-kemas menghadapi pekerdjaan besar dalam membangun masa depan itu. Petani, buruh, pengusaha, tjendekiawan, rochaniawan, pemuda-pemudi, pegawai negeri, pradjurit, guru, — pendeknja kita semua tanpa ketjuali — harus telah menjiapkan diri dibidang masing-masing.
Sementara pikiran kita mendjaangkau dasawarsa-dasawarsa dimuka, sementara semangat hidup kita lebih dibangkitkan lagi oleh idam-idaman jang serba indah itu; djangan kita lengah terhadap tugas-tugas masa sekarang. Tugas-tugas masa seka-rang harus kita selesaikan, agar idam-idaman tadi mendjadi kenjataan.
Saja ulangi lagi. Inilah tugas kita masa sekarang: memper- kuat stabilitas Nasional dan memperhebat pelaksanaan pem-bangunan, chususnja menjelesaikan REPELITA jang pertama.
51
Kesempatan untuk membuat hidup kita jang lebih baik, sungguh, sekarang telah tergenggam ditangan kita sendiri. Ke-sempatan ini tidak boleh terlepas lagi.
Untuk itu, pada hari-hari kita memperingati ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan sekarang ini, marilah kita member-baharui tekad untuk bekerdja lebih djudjur, lebih tekun dan lebih tertib.
Kita tjukup memberi banjak pengorbanan untuk mentjapai Kemerdekaan ini. Kita tjukup memeras keringat dan mengeras-kan ikat pinggang memperbaiki ekonomi dan melaksanakan pembangunan dalam lima tahun jang terachir
Marilah kita selesaikan pembangunan, Bangsa ini., agar Ke-merdekaan kita tidak sia-sia.
Semoga Tuhan Jang Maha Esa selalu memberkahi dan mem-beri kekuatan lahir-batin kepada Bangsa Indonesia.
Sekian dan terima kasih.


Djakarta, 16 Agustus 1971. Presiden Republik Indonesia,
SOEHARTO
DJENDERAL TNI
52