CERITA ISENG
Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Sebelum meninggal, ayah mereka berpesan dua hal :
1. Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu
2. Jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.
Jawab anak yang bungsu :
Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak. Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang ibupun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.
Hatiku selembar daun...
Thursday, 11 November 2010
PERBINCANGAN DUA ORANG PESAKITAN
PERBINCANGAN DUA ORANG PESAKITAN
Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya.
Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.
Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.
Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.
"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."
Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu.
Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah. Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.
Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah tembok kosong..
Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.
Hatiku selembar daun...
Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya.
Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.
Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.
Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.
"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."
Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu.
Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah. Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.
Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah tembok kosong..
Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.
Hatiku selembar daun...
OBROLAN IBU DAN ANAKNYA
OBROLAN IBU DAN ANAKNYA
Ada sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anak laki-laki dan perempuan. Sang ayah seorang ilmuwan yang telah memiliki berbagai macam piagam penghargaan dan ditempelkan di dinding ruang keluarga. Berderet-deret tersusun rapi dan teratur.
Anak pertama keluarga tersebut seorang laki-laki yang pandai dan juga memilik banyak piagam penghargaan dan aneka tropi yang diperolehnya serta di pajang di ruang keluarga berderet rapi dan teratur berdampingan dengan piagam penghargaan milik sang ayah.
Tak ketinggalan pula prestasi yang telah diperoleh oleh si bungsu yang masih SD. Aneka piagam penghargaan yang diperolah setelah memenangkan aneka perlombaan, dari melukis, mengarang, dan lomba masak.
Suatu ketika si sulung sedang asik menikmati berbagai piagam yang diperolah keluarga tersebut. Lalu dia berkomentar, "Semua telah menyumbangkan berbagai macam piagam penghargaan, kecuali Mama."
"Ma, mana piagam yang pernah mama perolah, agar dinding kita ini semakin lengkap dengan adanya piagam penghargaan yang mama perolah."
Sang mama hanya termenung sebentar kemudian tertawa pelan. Dan keluarga tersebut tetap hangat dan akrab meski tanpa piagam dari mama.
Namun suatu pagi saat sang mama membersihkan ruang tengah, kata-kata si sulung telah membuka ingatan sang mama. Dia memang pernah sekolah dan seingat dia pernah memperolah beberapa sertifikat. Maka sang mama membongkar arsip-arsipnya, dan dia menemukan dua sertifikat yang didapatnya dengan penuh kebanggan. Dipandangnya sertifikat itu dengan penuh keharuan, lalu di laminating dan diberi pigura yang indah serta kemudian di pasang dipojok paling bawah dari dinding itu.
Sertifikat itu adalah akte kelahiran anak sulung dan anak bungsunya. Itulah piagam penghargaan yang terindah yang didapat sang mama, pemberian yang tak ada bandingnya di dunia ini dari Tuhan. Serta akan dijaganya dengan taruhan nyawanya sendiri.
Hatiku selembar daun...
Ada sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anak laki-laki dan perempuan. Sang ayah seorang ilmuwan yang telah memiliki berbagai macam piagam penghargaan dan ditempelkan di dinding ruang keluarga. Berderet-deret tersusun rapi dan teratur.
Anak pertama keluarga tersebut seorang laki-laki yang pandai dan juga memilik banyak piagam penghargaan dan aneka tropi yang diperolehnya serta di pajang di ruang keluarga berderet rapi dan teratur berdampingan dengan piagam penghargaan milik sang ayah.
Tak ketinggalan pula prestasi yang telah diperoleh oleh si bungsu yang masih SD. Aneka piagam penghargaan yang diperolah setelah memenangkan aneka perlombaan, dari melukis, mengarang, dan lomba masak.
Suatu ketika si sulung sedang asik menikmati berbagai piagam yang diperolah keluarga tersebut. Lalu dia berkomentar, "Semua telah menyumbangkan berbagai macam piagam penghargaan, kecuali Mama."
"Ma, mana piagam yang pernah mama perolah, agar dinding kita ini semakin lengkap dengan adanya piagam penghargaan yang mama perolah."
Sang mama hanya termenung sebentar kemudian tertawa pelan. Dan keluarga tersebut tetap hangat dan akrab meski tanpa piagam dari mama.
Namun suatu pagi saat sang mama membersihkan ruang tengah, kata-kata si sulung telah membuka ingatan sang mama. Dia memang pernah sekolah dan seingat dia pernah memperolah beberapa sertifikat. Maka sang mama membongkar arsip-arsipnya, dan dia menemukan dua sertifikat yang didapatnya dengan penuh kebanggan. Dipandangnya sertifikat itu dengan penuh keharuan, lalu di laminating dan diberi pigura yang indah serta kemudian di pasang dipojok paling bawah dari dinding itu.
Sertifikat itu adalah akte kelahiran anak sulung dan anak bungsunya. Itulah piagam penghargaan yang terindah yang didapat sang mama, pemberian yang tak ada bandingnya di dunia ini dari Tuhan. Serta akan dijaganya dengan taruhan nyawanya sendiri.
Hatiku selembar daun...
KI AGENG SELA : PENANGKAP PETIR DARI DEMAK
KI AGENG SELA : PENANGKAP PETIR DARI DEMAK
Cerita Ki Ageng Sela merupakan cerita legendaris. Tokoh ini dianggap sebagai penurun raja - raja Mataram, Surakarta dan Yogyakarta sampai sekarang. Ki Ageng Sela atau Kyai Ageng Ngabdurahman Sela, dimana sekarang makamnya terdapat di desa Sela, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Dati II Grobogan, adalah tokoh legendaris yang cukup dikenal oleh masyarakat Daerah Grobogan, namun belum banyak diketahui tentang sejarahnya yang sebenarnya. Dalam cerita tersebut dia lebih dikenal sebagai tokoh sakti yang mampu menangkap halilintar (bledheg).
Menurut cerita dalam babad tanah Jawi ( Meinama, 1905; Al - thoff, 1941), Ki Ageng Sela adalah keturunan Majapahit. Raja Majapahit : Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning. Dari putri ini lahir seorang anak laki - laki yang dinamakan Bondan Kejawan. Karena menurut ramalan ahli nujum anak ini akan membunuh ayahnya, maka oleh raja, Bondan Kejawan dititipkan kepada juru sabin raja : Ki Buyut Masharar setelah dewasa oleh raja diberikan kepada Ki Ageng Tarub untuk berguru agama Islam dan ilmu kesaktian. Oleh Ki Ageng Tarub, namanya diubah menjadi Lembu Peteng. Dia dikawinkan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan. Ki Ageng Tarub atau Kidang Telangkas tidak lama meninggal dunia, dan Lembu Peteng menggantikan kedudukan mertuanya, dengan nama Ki Ageng Tarub II. Dari perkawinan antara Lembu Peteng dengan Nawangsih melahirkan anak Ki Getas Pendowo dan seorang putri yang kawin dengan Ki Ageng Ngerang.
Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh orang yaitu : Ki Ageng Sela, Nyai Ageng Pakis, Nyai Ageng Purna, Nyai Ageng Kare, Nyai Ageng Wanglu, Nyai Ageng Bokong, Nyai Ageng Adibaya.
Kesukaan Ki Ageng Sela adalah bertapa dihutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi - bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Bahkan akhirnya Ki Ageng Sela mendirikan perguruan Islam. Muridnya banyak, datang dari berbagai penjuru daerah. Salah satu muridnya adalah Mas Karebet calon Sultan Pajang Hadiwijaya. Dalam tapanya itu Ki Ageng selalu memohon kepada Tuhan agar dia dapat menurunkan raja - raja besar yang menguasai seluruh Jawa .
Impian tersebut mengandung makna bahwa usaha Ki Ageng Sela untuk dapat menurunkan raja - raja besar sudah di dahului oleh Jaka Tingkir atau Mas Karebet, Sultan Pajang pertama. Ki Ageng kecewa, namun akhirnya hatinya berserah kepada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya kemudian kepada Jaka tingkir, Ki Ageng sela berkata :
Suatu ketika Ki Ageng Sela ingin melamar menjadi prajurit Tamtama di Demak. Syaratnya dia harus mau diuji dahulu dengan diadu dengan banteng liar. Ki Ageng Sela dapat membunuh banteng tersebut, tetapi dia takut kena percikan darahnya. Akibatnya lamarannya ditolak, sebab seorang prajurit tidak boleh takut melihat darah. Karena sakit hati maka Ki Ageng mengamuk, tetapi kalah dan kembali ke desanya : Sela. Selanjutnya cerita tentang Ki Ageng Sela menangkap “ bledheg “ cerita tutur dalam babad sebagai berikut :
Ketika Sultan Demak : Trenggana masih hidup pada suatu hari Ki Ageng Sela pergi ke sawah. Hari itu sangat mendung, pertanda hari akan hujan. Tidak lama memang benar - benar hujan lebat turun. Halilintar menyambar. Tetapi Ki Ageng Sela tetap enak - enak menyangkul, baru sebentar dia mencangkul, datanglah “ bledheg “ itu menyambar Ki Ageng, berwujud seorang kakek - kakek. Kakek itu cepat - cepat ditangkap nya dan kena, kemudian diikat dipohon gandri, dan dia meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah cukup, dia pulang dan “ bledheg “ itu dibawa pulang dan dihaturkan kepada Sultan demak. Oleh Sultan “ bledheg “ itu ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun - alun. Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud “ bledheg “ itu. Ketika itu datanglah seorang nenek - nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek “ bledheg “ dan diminumnya. Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek “ bledheg : tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek “ bledheg hancur berantakan.
Kemudian suatu ketika Ki Ageng nanggap wayang kulit dengan dhalang Ki Bicak. Istri Ki Bicak sangat cantik. Ki Ageng jatuh cinta pada Nyai Bicak. Maka untuk dapat memperistri Nyai Bicak, Kyai Bicak dibunuhnya. Wayang Bende dan Nyai Bicak diambilnya, “ Bende “ tersebut kemudian diberi nama Kyai Bicak, yang kemudian menjadi pusaka Kerajaan Mataram. Bila “ Bende “ tersebut dipukul dan suaranya menggema, bertanda perangnya akan menang tetapi kalau dipukul tidak berbunyi pertanda perangnya akan kalah.
Peristiwa lain lagi : Pada suatu hari Ki Ageng Sela sedang menggendong anaknya di tengah tanaman waluh dihalaman rumahnya. Datanglah orang mengamuk kepadanya. Orang itu dapat dibunuhnya, tetapi dia “ kesrimpet “ batang waluh dan jatuh telentang, sehingga kainnya lepas dan dia menjadi telanjang. Oleh peristiwa tersebut maka Ki Ageng Sela menjatuhkan umpatan, bahwa anak turunnya dilarang menanam waluh di halaman rumah memakai kain cinde .
Dalam hidup berkeluarga Ki Ageng Sela mempunyai putra tujuh orang yaitu : Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba ( Wanasaba ), Nyai Ageng Basri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen, Nyai Ageng Pakis Dadu, dan bungsunya putra laki - laki bernama Kyai Ageng Enis. Kyai Ageng Enis berputra Kyai Ageng Pamanahan yang kawin dengan putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya, pendiri Kerajaan Mataram. Adik Nyai Ageng Pamanahan bernama Ki Juru Martani. Ki Ageng Enis juga mengambil anak angkat bernama Ki Panjawi. Mereka bertiga dipersaudarakan dan bersama - sama berguru kepada Sunan Kalijaga bersama dengan Sultan Pajang Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ). Atas kehendak Sultan Pajang, Ki Ageng Enis diminta bertempat tinggal didusun lawiyan, maka kemudian terkenal dengan sebutan Ki Ageng Lawiyan. Ketika dia meninggal juga dimakamkan di desa Lawiyan. ( M. Atmodarminto, 1955 : 1222 ) .
Dari cerita diatas bahwa Ki Ageng Sela adalah nenek moyang raja - raja Mataram Surakarta dan Yogyakarta. Bahkan pemujaan kepada makam Ki Ageng Sela sampai sekarang masih ditradisikan oleh raja - raja Surakarta dan Yogyakarta tersebut. Sebelum Garabeo Mulud, utusan dari Surakarta datang ke makam Ki Ageng Sela untuk mengambil api abadi yang selalu menyala didalam makam tersebut. Begitu pula tradisi yang dilakukan oleh raja - raja Yogyakarta Api dari Sela dianggap sebagai keramat .
Bahkan dikatakan bahwa dahulu pengambilan api dilakukan dengan memakai arak - arakan, agar setiap pangeran juga dapat mengambil api itu dan dinyalakan ditempat pemujaan di rumah masing - masing. Menurut Shrieke ( II : 53), api sela itu sesungguhnya mencerminkan “asas kekuasaan bersinar “. Bahkan data - data dari sumber babad mengatakan bahkan kekuasaan sinar itu merupakan lambang kekuasaan raja - raja didunia. Bayi Ken Arok bersinar, pusat Ken Dedes bersinar; perpindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak diwujudkan karena adanya perpindahan sinar; adanya wahyu kraton juga diwujudkan dalam bentuk sinar cemerlang .
Dari pandangan tersebut, api sela mungkin untuk bukti penguat bahwa di desa Sela terdapat pusat Kerajaan Medang Kamulan yang tetap misterius itu. Di Daerah itu Reffles masih menemukan sisa - sisa bekas kraton tua ( Reffles, 1817 : 5 ). Peninggalan itu terdapat di daerah distrik Wirasaba yang berupa bangunan Sitihinggil. Peninggalan lain terdapat di daerah Purwodadi .
Sebutan “ Sela “ mungkin berkaitan dengan adanya “ bukit berapi yang berlumpur, sumber - sumber garam dan api abadi yang keluar dari dalam bumi yang banyak terdapat di daerah Grobogan tersebut .
Ketika daerah kerajaan dalam keadaan perang Diponegoro, Sunan dan Sultan mengadakan perjanjian tanggal 27 September 1830 yang menetapkan bahwa makam - makam keramat di desa Sela daerah Sukawati, akan tetap menjadi milik kedua raja itu. Untuk pemeliharaan makam tersebut akan ditunjuk dua belas jung tanah kepada Sultan Yogyakarta di sekitar makam tersebut untuk pemeliharaannya. ( Graaf, 3,1985 : II ). Daerah enclave sela dihapuskan pada 14 Januari 1902. Tetapi makam - makam berikut masjid dan rumah juru kunci yang dipelihara atas biaya rata - rata tidak termasuk pembelian oleh Pemerintah.
Hatiku selembar daun...
Cerita Ki Ageng Sela merupakan cerita legendaris. Tokoh ini dianggap sebagai penurun raja - raja Mataram, Surakarta dan Yogyakarta sampai sekarang. Ki Ageng Sela atau Kyai Ageng Ngabdurahman Sela, dimana sekarang makamnya terdapat di desa Sela, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Dati II Grobogan, adalah tokoh legendaris yang cukup dikenal oleh masyarakat Daerah Grobogan, namun belum banyak diketahui tentang sejarahnya yang sebenarnya. Dalam cerita tersebut dia lebih dikenal sebagai tokoh sakti yang mampu menangkap halilintar (bledheg).
Menurut cerita dalam babad tanah Jawi ( Meinama, 1905; Al - thoff, 1941), Ki Ageng Sela adalah keturunan Majapahit. Raja Majapahit : Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning. Dari putri ini lahir seorang anak laki - laki yang dinamakan Bondan Kejawan. Karena menurut ramalan ahli nujum anak ini akan membunuh ayahnya, maka oleh raja, Bondan Kejawan dititipkan kepada juru sabin raja : Ki Buyut Masharar setelah dewasa oleh raja diberikan kepada Ki Ageng Tarub untuk berguru agama Islam dan ilmu kesaktian. Oleh Ki Ageng Tarub, namanya diubah menjadi Lembu Peteng. Dia dikawinkan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan. Ki Ageng Tarub atau Kidang Telangkas tidak lama meninggal dunia, dan Lembu Peteng menggantikan kedudukan mertuanya, dengan nama Ki Ageng Tarub II. Dari perkawinan antara Lembu Peteng dengan Nawangsih melahirkan anak Ki Getas Pendowo dan seorang putri yang kawin dengan Ki Ageng Ngerang.
Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh orang yaitu : Ki Ageng Sela, Nyai Ageng Pakis, Nyai Ageng Purna, Nyai Ageng Kare, Nyai Ageng Wanglu, Nyai Ageng Bokong, Nyai Ageng Adibaya.
Kesukaan Ki Ageng Sela adalah bertapa dihutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi - bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Bahkan akhirnya Ki Ageng Sela mendirikan perguruan Islam. Muridnya banyak, datang dari berbagai penjuru daerah. Salah satu muridnya adalah Mas Karebet calon Sultan Pajang Hadiwijaya. Dalam tapanya itu Ki Ageng selalu memohon kepada Tuhan agar dia dapat menurunkan raja - raja besar yang menguasai seluruh Jawa .
Impian tersebut mengandung makna bahwa usaha Ki Ageng Sela untuk dapat menurunkan raja - raja besar sudah di dahului oleh Jaka Tingkir atau Mas Karebet, Sultan Pajang pertama. Ki Ageng kecewa, namun akhirnya hatinya berserah kepada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya kemudian kepada Jaka tingkir, Ki Ageng sela berkata :
Suatu ketika Ki Ageng Sela ingin melamar menjadi prajurit Tamtama di Demak. Syaratnya dia harus mau diuji dahulu dengan diadu dengan banteng liar. Ki Ageng Sela dapat membunuh banteng tersebut, tetapi dia takut kena percikan darahnya. Akibatnya lamarannya ditolak, sebab seorang prajurit tidak boleh takut melihat darah. Karena sakit hati maka Ki Ageng mengamuk, tetapi kalah dan kembali ke desanya : Sela. Selanjutnya cerita tentang Ki Ageng Sela menangkap “ bledheg “ cerita tutur dalam babad sebagai berikut :
Ketika Sultan Demak : Trenggana masih hidup pada suatu hari Ki Ageng Sela pergi ke sawah. Hari itu sangat mendung, pertanda hari akan hujan. Tidak lama memang benar - benar hujan lebat turun. Halilintar menyambar. Tetapi Ki Ageng Sela tetap enak - enak menyangkul, baru sebentar dia mencangkul, datanglah “ bledheg “ itu menyambar Ki Ageng, berwujud seorang kakek - kakek. Kakek itu cepat - cepat ditangkap nya dan kena, kemudian diikat dipohon gandri, dan dia meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah cukup, dia pulang dan “ bledheg “ itu dibawa pulang dan dihaturkan kepada Sultan demak. Oleh Sultan “ bledheg “ itu ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun - alun. Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud “ bledheg “ itu. Ketika itu datanglah seorang nenek - nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek “ bledheg “ dan diminumnya. Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek “ bledheg : tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek “ bledheg hancur berantakan.
Kemudian suatu ketika Ki Ageng nanggap wayang kulit dengan dhalang Ki Bicak. Istri Ki Bicak sangat cantik. Ki Ageng jatuh cinta pada Nyai Bicak. Maka untuk dapat memperistri Nyai Bicak, Kyai Bicak dibunuhnya. Wayang Bende dan Nyai Bicak diambilnya, “ Bende “ tersebut kemudian diberi nama Kyai Bicak, yang kemudian menjadi pusaka Kerajaan Mataram. Bila “ Bende “ tersebut dipukul dan suaranya menggema, bertanda perangnya akan menang tetapi kalau dipukul tidak berbunyi pertanda perangnya akan kalah.
Peristiwa lain lagi : Pada suatu hari Ki Ageng Sela sedang menggendong anaknya di tengah tanaman waluh dihalaman rumahnya. Datanglah orang mengamuk kepadanya. Orang itu dapat dibunuhnya, tetapi dia “ kesrimpet “ batang waluh dan jatuh telentang, sehingga kainnya lepas dan dia menjadi telanjang. Oleh peristiwa tersebut maka Ki Ageng Sela menjatuhkan umpatan, bahwa anak turunnya dilarang menanam waluh di halaman rumah memakai kain cinde .
Dalam hidup berkeluarga Ki Ageng Sela mempunyai putra tujuh orang yaitu : Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba ( Wanasaba ), Nyai Ageng Basri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen, Nyai Ageng Pakis Dadu, dan bungsunya putra laki - laki bernama Kyai Ageng Enis. Kyai Ageng Enis berputra Kyai Ageng Pamanahan yang kawin dengan putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya, pendiri Kerajaan Mataram. Adik Nyai Ageng Pamanahan bernama Ki Juru Martani. Ki Ageng Enis juga mengambil anak angkat bernama Ki Panjawi. Mereka bertiga dipersaudarakan dan bersama - sama berguru kepada Sunan Kalijaga bersama dengan Sultan Pajang Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ). Atas kehendak Sultan Pajang, Ki Ageng Enis diminta bertempat tinggal didusun lawiyan, maka kemudian terkenal dengan sebutan Ki Ageng Lawiyan. Ketika dia meninggal juga dimakamkan di desa Lawiyan. ( M. Atmodarminto, 1955 : 1222 ) .
Dari cerita diatas bahwa Ki Ageng Sela adalah nenek moyang raja - raja Mataram Surakarta dan Yogyakarta. Bahkan pemujaan kepada makam Ki Ageng Sela sampai sekarang masih ditradisikan oleh raja - raja Surakarta dan Yogyakarta tersebut. Sebelum Garabeo Mulud, utusan dari Surakarta datang ke makam Ki Ageng Sela untuk mengambil api abadi yang selalu menyala didalam makam tersebut. Begitu pula tradisi yang dilakukan oleh raja - raja Yogyakarta Api dari Sela dianggap sebagai keramat .
Bahkan dikatakan bahwa dahulu pengambilan api dilakukan dengan memakai arak - arakan, agar setiap pangeran juga dapat mengambil api itu dan dinyalakan ditempat pemujaan di rumah masing - masing. Menurut Shrieke ( II : 53), api sela itu sesungguhnya mencerminkan “asas kekuasaan bersinar “. Bahkan data - data dari sumber babad mengatakan bahkan kekuasaan sinar itu merupakan lambang kekuasaan raja - raja didunia. Bayi Ken Arok bersinar, pusat Ken Dedes bersinar; perpindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak diwujudkan karena adanya perpindahan sinar; adanya wahyu kraton juga diwujudkan dalam bentuk sinar cemerlang .
Dari pandangan tersebut, api sela mungkin untuk bukti penguat bahwa di desa Sela terdapat pusat Kerajaan Medang Kamulan yang tetap misterius itu. Di Daerah itu Reffles masih menemukan sisa - sisa bekas kraton tua ( Reffles, 1817 : 5 ). Peninggalan itu terdapat di daerah distrik Wirasaba yang berupa bangunan Sitihinggil. Peninggalan lain terdapat di daerah Purwodadi .
Sebutan “ Sela “ mungkin berkaitan dengan adanya “ bukit berapi yang berlumpur, sumber - sumber garam dan api abadi yang keluar dari dalam bumi yang banyak terdapat di daerah Grobogan tersebut .
Ketika daerah kerajaan dalam keadaan perang Diponegoro, Sunan dan Sultan mengadakan perjanjian tanggal 27 September 1830 yang menetapkan bahwa makam - makam keramat di desa Sela daerah Sukawati, akan tetap menjadi milik kedua raja itu. Untuk pemeliharaan makam tersebut akan ditunjuk dua belas jung tanah kepada Sultan Yogyakarta di sekitar makam tersebut untuk pemeliharaannya. ( Graaf, 3,1985 : II ). Daerah enclave sela dihapuskan pada 14 Januari 1902. Tetapi makam - makam berikut masjid dan rumah juru kunci yang dipelihara atas biaya rata - rata tidak termasuk pembelian oleh Pemerintah.
Hatiku selembar daun...
Dua Pemburu Yang Akrab
Dua Pemburu Yang Akrab
Dua orang pemburu sedang berburu bersama. Tiba-tiba muncul seekor beruang besar menghadang. Mereka tak sempat mempersiapkan diri. Salah seorang pemburu segera lari memanjat pohon dan berdiam mendekam di dahan erat-erat melihat dirinya akan diserang beruang itu. Pemburu yang lain segera menjatuhkan ke tanah ketika beruang mendatangi mengendus-endus seluruh tubuhnya. Pemburu itu menahan napas selama mungkin. Ia pura-pura mati. Tak lama beruang itu meninggalkannya. Pikirnya, "Aku tak mau memamgsa orang yang sudah mati". Ketika situasi sudah tenang, pemburu pertama turun dari pohon dan mengolok-olok pemburu yang berpura-pura mati, "Kawan, apa yang dikatakan oleh tuan beruang tadi kepadamu?". "Oh tuan beruang itu memberikan nasehat kepadaku", jawab pemburu yang kedua, "Jangan pernah berburu dengan orang yang membiarkan kau terancam dan tak menolongmu dari bahaya".
Hatiku selembar daun...
Dua orang pemburu sedang berburu bersama. Tiba-tiba muncul seekor beruang besar menghadang. Mereka tak sempat mempersiapkan diri. Salah seorang pemburu segera lari memanjat pohon dan berdiam mendekam di dahan erat-erat melihat dirinya akan diserang beruang itu. Pemburu yang lain segera menjatuhkan ke tanah ketika beruang mendatangi mengendus-endus seluruh tubuhnya. Pemburu itu menahan napas selama mungkin. Ia pura-pura mati. Tak lama beruang itu meninggalkannya. Pikirnya, "Aku tak mau memamgsa orang yang sudah mati". Ketika situasi sudah tenang, pemburu pertama turun dari pohon dan mengolok-olok pemburu yang berpura-pura mati, "Kawan, apa yang dikatakan oleh tuan beruang tadi kepadamu?". "Oh tuan beruang itu memberikan nasehat kepadaku", jawab pemburu yang kedua, "Jangan pernah berburu dengan orang yang membiarkan kau terancam dan tak menolongmu dari bahaya".
Hatiku selembar daun...
MAHASISWA MISKIN YANG KELAPARAN
MAHASISWA MISKIN YANG KELAPARAN
Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut. “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.”
Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya. Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan: “dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum: “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!” Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : “kuah sayur gratis.” Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
“Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”
Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini. “Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya!”
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?
Suaminya kemudian membisik kepadanya: “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ket empat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”
“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain. “Terima kasih, saya sudah selesai makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka. “Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!” katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi. Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi. Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid. “Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.” “Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.
“Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.” Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Hatiku selembar daun...
Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut. “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.”
Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya. Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan: “dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum: “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!” Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : “kuah sayur gratis.” Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
“Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”
Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini. “Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya!”
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?
Suaminya kemudian membisik kepadanya: “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ket empat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”
“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain. “Terima kasih, saya sudah selesai makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka. “Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!” katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi. Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi. Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid. “Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.” “Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.
“Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.” Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Hatiku selembar daun...
Kisah Seekor Anak Anjing (Sad Story)
Kisah Seekor Anak Anjing (Sad Story)
Pada suatu hari di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak di Tk tersebut memberi hadiah kepada guru tersebut karena guru itu sedang ulang tahun. Yang pertama dari anak yg orang tuanya bekerja sebagai Penjual bunga memberinya hadiah. Kemudian si guru tsb menerimanya dan berkata, "Pasti saya tahu apa isinya... Bunga khan". "Ya betul" kata si anak
tsb,"tapi darimana ibu tau?""Oh cuma nebak aja ."kata si guru.
murid yg kedua orang tuanya bekerja pada Toko Permen. si guru tsb memegangnya hadiah tsb, dan berkata,"Hmmm..Saya bisa menebaknya... Sebungkus permen khan ?".
"Kok ibu tau ?" tanya si murid,
" ya cuma nebak" kata si guru.
Murid yang ketiga orang tuanya bekerja sebagai pemilik toko minuman. si guru tsb memegangnya tapi ternyata bungkusan tsb bocor. Dengan menggunakan tangannya kemidian si guru menjilatnya, " Apakah ini Anggur
(wine)"tanyanya. "Tidak" jawab si murid. kemudian guru tsb menjilatnya lagi "Apakah ini minuman Sampanye (champagne)?".
"Tidak" kata si murid.
"Saya nyerah deh, Kalo begitu apa isinya ?".
murid tersebut menjawab dengan entengnya " Anak Anjing"
Huahaha.. Hatiku selmbar daun...
Pada suatu hari di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak di Tk tersebut memberi hadiah kepada guru tersebut karena guru itu sedang ulang tahun. Yang pertama dari anak yg orang tuanya bekerja sebagai Penjual bunga memberinya hadiah. Kemudian si guru tsb menerimanya dan berkata, "Pasti saya tahu apa isinya... Bunga khan". "Ya betul" kata si anak
tsb,"tapi darimana ibu tau?""Oh cuma nebak aja ."kata si guru.
murid yg kedua orang tuanya bekerja pada Toko Permen. si guru tsb memegangnya hadiah tsb, dan berkata,"Hmmm..Saya bisa menebaknya... Sebungkus permen khan ?".
"Kok ibu tau ?" tanya si murid,
" ya cuma nebak" kata si guru.
Murid yang ketiga orang tuanya bekerja sebagai pemilik toko minuman. si guru tsb memegangnya tapi ternyata bungkusan tsb bocor. Dengan menggunakan tangannya kemidian si guru menjilatnya, " Apakah ini Anggur
(wine)"tanyanya. "Tidak" jawab si murid. kemudian guru tsb menjilatnya lagi "Apakah ini minuman Sampanye (champagne)?".
"Tidak" kata si murid.
"Saya nyerah deh, Kalo begitu apa isinya ?".
murid tersebut menjawab dengan entengnya " Anak Anjing"
Huahaha.. Hatiku selmbar daun...
IBU YANG MENYAYANGI ANAKNYA
IBU YANG MENYAYANGI ANAKNYA
"Huuu....uuura!"
Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: "Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?"
Ibu: "Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!"
Si Anak: "Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?"
Ibu: "......oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?" - nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: "Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!"
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: "Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?"
Si Anak: "...tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!"
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: "Na...ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!"
Si Anak: "...tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!"
Si Ibu: "Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti."
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya...
Hatiku selembar daun...
"Huuu....uuura!"
Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: "Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?"
Ibu: "Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!"
Si Anak: "Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?"
Ibu: "......oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?" - nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: "Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!"
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: "Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?"
Si Anak: "...tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!"
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: "Na...ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!"
Si Anak: "...tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!"
Si Ibu: "Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti."
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya...
Hatiku selembar daun...
IBU PENJUAL KUE DAN ANAKNYA
IBU PENJUAL KUE DAN ANAKNYA
“Sreeng..., sreng...” bunyi potongan tahu tenggelam dalam minyak goreng yang telah mendidih. Pukul 03.10 WIB, seorang Ibu yang memiliki 4 orang anak sedang sibuk membuat barang dagangannya (pisang goreng, tahu isi, tempe goreng, dsb) yang akan dijual setelah matahari terbit nanti. Di belakangnya, terdengar bunyi “sreg, sreg, sreg....” berulang-ulang gesekan parut dan singkong mentah, salah seorang anaknya membantu menyiapkan bahan jajanan.
“Cepat sedikit, Nang! Tahu isinya sudah hampir selesai”, sang Ibu memerintahkan anaknya.
“iya, Bu” sahut anaknya dan sembari mengusulkan, “apa mas dan adik perlu dibangunkan untuk membantu kita?”.
“Tidak usah, asal kamu bekerja capat saja bisa selesai. Mereka mungkin masih capek menyiapkan bahan yang semalam.” Jawab sang Ibu.
Beberapa saat hanya berisik suara dapur yang terdengar. Tiba-tiba sang anak bertanya kepada sang Ibu, “Bu, uang kuliah Mas belum dibayar yah? Padahal paling lambat hari Senin depan”.
“Nanti pasti dapat rejeki, semoga jajanan kita laris dan tidak ada yang kembali”, jawab sang Ibu dengan santai walaupun dengan kerut wajah serius melihat ke arah penggorengannya.
“Bu, bagaimana kalo tahun ini saya tidak usah kuliah? Saya kuliah tahun depan saja, ngurus kuliahnya Mas saja dulu.”
Tanpa rasa cemas sang Ibu memberikan jawaban yang meyakinkan sang anak, “Kamu kuliah tahun ini memang Ibu tidak punya uang. Kamu kuliah tahun depan, Ibu juga tidak punya uang. Mendingan... kamu kuliah secepatnya tahun ini!”.
Sang Ibu kemudian bercerita, “ Hmm...kemarin tetangga sebelah bikin telinga Ibu panas, Nang. Dia mengoceh, “memangnya kalau waktu orang asik tidur, kita sibuk-sibuk bekerja...bisa naik haji apa?!”. Itu maksudnya menyindir Ibu. Tapi biarkan saja. Tidak usah didengar. Investasi Ibu hanya pada kalian, pada anak-anak Ibu. Makanya, Ibu selalu berdoa..”cepatlah malam dan cepatlah siang”. Ibu pengin cepat melihat keluarga siapa di daerah ini yang paling berhasil nanti. Tidak terasa ‘kan... sudah 3 tahun kita berjualan sejak Bapak kamu bikin bangkrut perusahaan kita sehingga Ibu lepas perusahaan ke Oom kamu dan kamu sudah mau lulus SMA sekarang”.
Sang anak dengan perasaan bergejolak berujar, “ Jangan kuatir, Bu. Kita pasti “juara” dan akan kita “kuasai” daerah ini seperti dulu! Saya pasti bisa membiayai Ibu naik haji! ”
Hampir 12 tahun telah berlalu.....
ketiga anak Ibu tersebut telah menjadi sarjana dan si bungsu masih kuliah;
sang anak telah menjadi manager yang cukup disegani di suatu lembaga;
sang kakak bekerja sembari menjaga sang Ibu;
sang adik menjadi karyawan di instansi pemerintahan di ibukota, bahkan telah mendapatkan gelar double “Master” dari dalam dan luar negeri.
Ibu penjual kue itu sendiri telah menunaikan Ibadah Haji dengan sang kakak tahun lalu.
Diceritakan oleh: Mokhammad Khoiri
Hatiku selembar daun...
“Sreeng..., sreng...” bunyi potongan tahu tenggelam dalam minyak goreng yang telah mendidih. Pukul 03.10 WIB, seorang Ibu yang memiliki 4 orang anak sedang sibuk membuat barang dagangannya (pisang goreng, tahu isi, tempe goreng, dsb) yang akan dijual setelah matahari terbit nanti. Di belakangnya, terdengar bunyi “sreg, sreg, sreg....” berulang-ulang gesekan parut dan singkong mentah, salah seorang anaknya membantu menyiapkan bahan jajanan.
“Cepat sedikit, Nang! Tahu isinya sudah hampir selesai”, sang Ibu memerintahkan anaknya.
“iya, Bu” sahut anaknya dan sembari mengusulkan, “apa mas dan adik perlu dibangunkan untuk membantu kita?”.
“Tidak usah, asal kamu bekerja capat saja bisa selesai. Mereka mungkin masih capek menyiapkan bahan yang semalam.” Jawab sang Ibu.
Beberapa saat hanya berisik suara dapur yang terdengar. Tiba-tiba sang anak bertanya kepada sang Ibu, “Bu, uang kuliah Mas belum dibayar yah? Padahal paling lambat hari Senin depan”.
“Nanti pasti dapat rejeki, semoga jajanan kita laris dan tidak ada yang kembali”, jawab sang Ibu dengan santai walaupun dengan kerut wajah serius melihat ke arah penggorengannya.
“Bu, bagaimana kalo tahun ini saya tidak usah kuliah? Saya kuliah tahun depan saja, ngurus kuliahnya Mas saja dulu.”
Tanpa rasa cemas sang Ibu memberikan jawaban yang meyakinkan sang anak, “Kamu kuliah tahun ini memang Ibu tidak punya uang. Kamu kuliah tahun depan, Ibu juga tidak punya uang. Mendingan... kamu kuliah secepatnya tahun ini!”.
Sang Ibu kemudian bercerita, “ Hmm...kemarin tetangga sebelah bikin telinga Ibu panas, Nang. Dia mengoceh, “memangnya kalau waktu orang asik tidur, kita sibuk-sibuk bekerja...bisa naik haji apa?!”. Itu maksudnya menyindir Ibu. Tapi biarkan saja. Tidak usah didengar. Investasi Ibu hanya pada kalian, pada anak-anak Ibu. Makanya, Ibu selalu berdoa..”cepatlah malam dan cepatlah siang”. Ibu pengin cepat melihat keluarga siapa di daerah ini yang paling berhasil nanti. Tidak terasa ‘kan... sudah 3 tahun kita berjualan sejak Bapak kamu bikin bangkrut perusahaan kita sehingga Ibu lepas perusahaan ke Oom kamu dan kamu sudah mau lulus SMA sekarang”.
Sang anak dengan perasaan bergejolak berujar, “ Jangan kuatir, Bu. Kita pasti “juara” dan akan kita “kuasai” daerah ini seperti dulu! Saya pasti bisa membiayai Ibu naik haji! ”
Hampir 12 tahun telah berlalu.....
ketiga anak Ibu tersebut telah menjadi sarjana dan si bungsu masih kuliah;
sang anak telah menjadi manager yang cukup disegani di suatu lembaga;
sang kakak bekerja sembari menjaga sang Ibu;
sang adik menjadi karyawan di instansi pemerintahan di ibukota, bahkan telah mendapatkan gelar double “Master” dari dalam dan luar negeri.
Ibu penjual kue itu sendiri telah menunaikan Ibadah Haji dengan sang kakak tahun lalu.
Diceritakan oleh: Mokhammad Khoiri
Hatiku selembar daun...
Aku, Suami dan Ibu Mertuaku
Aku, Suami dan Ibu Mertuaku
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong... Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku..Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi.."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut... Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh..suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung..."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.
Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika........ ......dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"" .Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."" Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku.. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa.. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. . Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........ . , itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya...aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara. ....Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum... ......... ...anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata........ . ......... ...
sahabat terkasih, aku sharing cerita ini kepada sahabat, agar kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur hidup...!!
Cerita oleh: Lu Di
Diedit oleh: Lian Shu Xiang
Sumber: Erny Susanti
Sumber: Nadia Saleh Alatas
Hatiku selembar daun...
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong... Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku..Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi.."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut... Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh..suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung..."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.
Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika........ ......dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"" .Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."" Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku.. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa.. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. . Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........ . , itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya...aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara. ....Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum... ......... ...anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata........ . ......... ...
sahabat terkasih, aku sharing cerita ini kepada sahabat, agar kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur hidup...!!
Cerita oleh: Lu Di
Diedit oleh: Lian Shu Xiang
Sumber: Erny Susanti
Sumber: Nadia Saleh Alatas
Hatiku selembar daun...
Kekasih Yang Setia
Kekasih Yang Setia
Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
Hatiku selembar daun...
Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
Hatiku selembar daun...
ANAK YANG SAYANG PADA IBUNYA
ANAK YANG SAYANG PADA IBUNYA
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.
Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.
Hatiku selembar daun...
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.
Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.
Hatiku selembar daun...
PEMUDA YANG BERBUAT KESALAHAN
PEMUDA YANG BERBUAT KESALAHAN
Arif Rohman
Tom Watson, pendiri IBM, tahu persis nilai sebuah kesalahan. Suatu saat, seorang pegawai membuat kesalahan besar yang merugikan IBM senilai jutaan dollar. Sang pegawai yang dipanggil ke kantor Watson, berkata “Anda pasti menghendaki saya mengundurkan diri” Jawab Watson, “Anda pasti bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik anda…”
Di Depsos (sekarang Kementerian Sosial) beberapa tahun yang lalu ada cerita yang hampir sama. Seorang karyawan yang masih lugu disuruh membuat surat balasan dalam bahasa Inggris ke Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat tentang Penanganan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak di Indonesia. Dan surat yang dibikin pemuda itu ternyata salah. Ketika dia dipanggil ke ruangan pimpinannya, pemuda itu takutnya setengah mati. Ternyata, di ruangan pimpinannya tersebut, si pemuda bukannya dimarahi, tetapi justru diberitahu kesalahan-kesalahannya. Setahun kemudian, dia disekolahkan oleh pimpinannya tersebut ke Australia untuk memperdalam bahasa Inggrisnya.
Hatiku selembar daun...
Arif Rohman
Tom Watson, pendiri IBM, tahu persis nilai sebuah kesalahan. Suatu saat, seorang pegawai membuat kesalahan besar yang merugikan IBM senilai jutaan dollar. Sang pegawai yang dipanggil ke kantor Watson, berkata “Anda pasti menghendaki saya mengundurkan diri” Jawab Watson, “Anda pasti bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik anda…”
Di Depsos (sekarang Kementerian Sosial) beberapa tahun yang lalu ada cerita yang hampir sama. Seorang karyawan yang masih lugu disuruh membuat surat balasan dalam bahasa Inggris ke Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat tentang Penanganan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak di Indonesia. Dan surat yang dibikin pemuda itu ternyata salah. Ketika dia dipanggil ke ruangan pimpinannya, pemuda itu takutnya setengah mati. Ternyata, di ruangan pimpinannya tersebut, si pemuda bukannya dimarahi, tetapi justru diberitahu kesalahan-kesalahannya. Setahun kemudian, dia disekolahkan oleh pimpinannya tersebut ke Australia untuk memperdalam bahasa Inggrisnya.
Hatiku selembar daun...
PEMUDA DESA YANG LUGU
PEMUDA DESA YANG LUGU
Arif Rohman
Seribu tahun yang lalu ada seorang pemuda desa dari Trowulan bernama Pembangun. Pembangun adalah anak yang lugu, pemberani dan patuh pada orang tuanya. Meskipun hatinya baik bak intan, namun parasnya tidak begitu tampan. Tapi dunia memang sungguh adil. Ada seorang kembang desa yang bernama Saraswati yang elok nan rupawan mencintai dia. Mereka sangat bahagia dan saling mencintai. Namun kemudian datanglah prahara, raja Majapahit Jayanegara bermodal seribu pasukan mengepung desa itu dan membawa Saraswati untuk diperistri. Pada waktu itu Pembangun sedang nyangkul di sawah. Begitu tahu Saraswati mau dijadikan selir Jayanegara, Pembangun seorang diri datang ke kota raja Majapahit dan menantang seluruh pasukan yang diketuai Panglima Nala. Sungguh aneh, dikepung seribu pasukan dia tetap tenang, mungkin karena doa dari ibunya, dia mati tertombak lembing, tertusuk anak panah dan tergores keris, tapi dia hidup lagi, begitu berkali-kali, sampai bajunya penuh darah. Ketika Panglima Nala turun tangan sendiri pun, dia baru tahu kalau Pembangun anak desa yang kerjanya nyangkul itu begitu sakti mandraguna. Setiap keris mengena tubuhnya, tubuh pembangun langsung mburup (keluar apinya). Panglima Nala dan seribu pasukannya pun menyerah. Prabu Jayanegara pun kemudian mengembalikan Saraswati ke pemuda itu. Pembangun kemudian justru dijadikan bekel di trowulan dan dikasih banyak intan permata sebagai bentuk penyesalan dan penghargaan Jayanegara terhadap keberanian, kesaktian, dan rasa cinta Pembangun yang begitu besar pada Saraswati. Jayanegara juga memberikan gelar GADJAH MADA kepada pemuda itu. Pemuda itupun berkata kepada kekasihnya, "Eh, Dik Saras... Banyak banget ya intan yang dikasih raja Majapahit itu.. Lihat aku juga dijadikan bekel di Trowulan.. Lihat aku diberikan gelar Gadjah Mada.. Tidak tahukah kamu kalau semua prajurit Majapahit semua tunduk ketika menatap wajahku...". Perempuan muda cantik itu pun berkata lirih, "Mas.. Aku tidak memperhatikan itu semua.. Yang aku perhatikan hanyalah ada seorang pemuda lugu dari desa yang ngluruk tanpa bala (melawan seorang diri tanpa pasukan) hanya untuk kekasihnya...".
Salemba, 30 Maret 2010.
*Cerita ini ngarang abis dan dibuat dalam tempo 5 minutes.
Hatiku selembar daun...
Arif Rohman
Seribu tahun yang lalu ada seorang pemuda desa dari Trowulan bernama Pembangun. Pembangun adalah anak yang lugu, pemberani dan patuh pada orang tuanya. Meskipun hatinya baik bak intan, namun parasnya tidak begitu tampan. Tapi dunia memang sungguh adil. Ada seorang kembang desa yang bernama Saraswati yang elok nan rupawan mencintai dia. Mereka sangat bahagia dan saling mencintai. Namun kemudian datanglah prahara, raja Majapahit Jayanegara bermodal seribu pasukan mengepung desa itu dan membawa Saraswati untuk diperistri. Pada waktu itu Pembangun sedang nyangkul di sawah. Begitu tahu Saraswati mau dijadikan selir Jayanegara, Pembangun seorang diri datang ke kota raja Majapahit dan menantang seluruh pasukan yang diketuai Panglima Nala. Sungguh aneh, dikepung seribu pasukan dia tetap tenang, mungkin karena doa dari ibunya, dia mati tertombak lembing, tertusuk anak panah dan tergores keris, tapi dia hidup lagi, begitu berkali-kali, sampai bajunya penuh darah. Ketika Panglima Nala turun tangan sendiri pun, dia baru tahu kalau Pembangun anak desa yang kerjanya nyangkul itu begitu sakti mandraguna. Setiap keris mengena tubuhnya, tubuh pembangun langsung mburup (keluar apinya). Panglima Nala dan seribu pasukannya pun menyerah. Prabu Jayanegara pun kemudian mengembalikan Saraswati ke pemuda itu. Pembangun kemudian justru dijadikan bekel di trowulan dan dikasih banyak intan permata sebagai bentuk penyesalan dan penghargaan Jayanegara terhadap keberanian, kesaktian, dan rasa cinta Pembangun yang begitu besar pada Saraswati. Jayanegara juga memberikan gelar GADJAH MADA kepada pemuda itu. Pemuda itupun berkata kepada kekasihnya, "Eh, Dik Saras... Banyak banget ya intan yang dikasih raja Majapahit itu.. Lihat aku juga dijadikan bekel di Trowulan.. Lihat aku diberikan gelar Gadjah Mada.. Tidak tahukah kamu kalau semua prajurit Majapahit semua tunduk ketika menatap wajahku...". Perempuan muda cantik itu pun berkata lirih, "Mas.. Aku tidak memperhatikan itu semua.. Yang aku perhatikan hanyalah ada seorang pemuda lugu dari desa yang ngluruk tanpa bala (melawan seorang diri tanpa pasukan) hanya untuk kekasihnya...".
Salemba, 30 Maret 2010.
*Cerita ini ngarang abis dan dibuat dalam tempo 5 minutes.
Hatiku selembar daun...
ANAK KECIL YANG SERING DIPUKULI
ANAK KECIL YANG SERING DIPUKULI
Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, saya harus segera berangkat ke kantor, anak masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badanke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut! Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat: "Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya ... Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya... Saya minta maaf Dad ... ". Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal.... Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu..... Beberapa hari setelah penghukuman, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin, dan hari Natal telah tiba. Semangat Natal ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang... Lagu-lagu Natal terdengar diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu. Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk mommy.....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan .... Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya,
jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu. Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
'Mommy sayang',
Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Mommy, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat mommy? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?
Hatiku selembar daun...
Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, saya harus segera berangkat ke kantor, anak masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badanke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut! Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat: "Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya ... Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya... Saya minta maaf Dad ... ". Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal.... Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu..... Beberapa hari setelah penghukuman, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin, dan hari Natal telah tiba. Semangat Natal ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang... Lagu-lagu Natal terdengar diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu. Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk mommy.....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan .... Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya,
jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu. Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
'Mommy sayang',
Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Mommy, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat mommy? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?
Hatiku selembar daun...
ALEXANDER THE GREAT DAN PRAJURITNYA
ALEXANDER THE GREAT DAN PRAJURITNYA
Alexander The Great, atau yang lebih dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya. Suatu waktu Alexander The Great, memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.
Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir. Sang Raja berkata, “ Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!”. Masihkah ada pemimpin seperti itu??
Hatiku selembar daun..
Alexander The Great, atau yang lebih dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya. Suatu waktu Alexander The Great, memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.
Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir. Sang Raja berkata, “ Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!”. Masihkah ada pemimpin seperti itu??
Hatiku selembar daun..
SI BOCAH YANG SELALU GAGAL
SI BOCAH YANG SELALU GAGAL
Banyak orang tidak tahu bahwa kisah hidup sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia terus bermimpi dan bermimpi… Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya. Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel. Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Saat ini Honda menetap di Demak! Hehehe...
Hatiku selembar daun...
Banyak orang tidak tahu bahwa kisah hidup sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia terus bermimpi dan bermimpi… Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya. Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel. Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Saat ini Honda menetap di Demak! Hehehe...
Hatiku selembar daun...
NEGERI BELIMBING YANG PUNAH
NEGERI BELIMBING YANG PUNAH
Wajah Asih terlihat gembira begitu tiba di kios milik Arifah, di Pasar Bintoro, Demak, Jawa Tengah. Buah yang diburu selama tiga bulan itu bisa didapatkan di kios ini. Bukan buah impor yang dicarinya, tapi belimbing kunir berwarna kuning dan berukuran besar. "Alhamdulillah, hari ini ada," ujar perempuan berusia 26 tahun yang tengah ngidam anak pertamanya ini. Tak perlu menunggu pulang ke rumah, Asih dengan lahap langsung menyantap buah yang telah diidam-idamkannya itu. Untuk mendapatkan buah yang dibeli dengan harga Rp 12.500 per kilogram ini, Asih dan suaminya perlu menempuh perjalanan cukup jauh dari rumahnya di Desa Gondang, Kecamatan Ngadsirejo, Kabupaten Temanggung. Belimbing yang dicari Asih memang khas Demak. Rasanya manis, hampir tak ada rasa sepat. Bentuknya montok, berwarna cerah, dan mudah dikenali. Lima tahun lalu belimbing Demak semacam itu banyak dijual di depan Masjid Agung Demak, kompleks makam Kadilangu, dan pasar-pasar. Tapi sekarang untuk mendapatkan belimbing ini sangatlah sulit. Demak kini lebih banyak dibanjiri belimbing Welahan, Jepara, Grobogan, atau daerah lainnya. Kondisi itu terjadi karena petani belimbing Demak tak bisa memenuhi permintaan pasar. Menurut Arifah, para pedagang terpaksa mendatangkan belimbing Welahan karena memiliki kemiripan dengan belimbing Demak, terutama besar dan tebal dagingnya. Selain rasa dan ukurannya, belimbing Demak banyak dicari karena kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Konon, dari belimbing Demak inilah Sunan Kalijaga, yang dimakamkan di Demak, menciptakan syair Ilir-ilir, sebuah lagu yang hingga kini banyak dinyanyikan di masjid-masjid dan musala-musala. Salah satu penggalan lagu itu adalah: Cah angon....cang angon....penekno belimbing kuwi. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dadatira... (Hai anak gembala...tolong panjat dan ambilkan buah belimbing itu. Selicin-licinnya pohon itu, tolong tetap panjat dan ambilkan untuk membasuh kainku). Buah belimbing yang memiliki lima sudut atau linggir menjadi simbol ajaran Islam. Lima sudut itu diasosiasikan sebagai Rukun Islam, pokok ajaran bagi umat Islam yang juga berjumlah lima. Wilayah yang menjadi sentra belimbing Demak ada di empat kelurahan: Betokan, Tempuran, Singorejo, dan Bintoro. Ada tiga jenis belimbing yang dihasilkan dari Demak, yakni belimbing kunir (warna kuning), belimbing kapur (warna putih), dan belimbing jingga (warna merah). Bibit belimbing ini tidak jelas asal-usulnya. Namun, dapat berkembang dengan baik di Demak. Kartono, salah satu petani asal Batokan yang berhasil membudidayakan buah belimbing ini, mengatakan bahwa memelihara belimbing Demak tidak semudah yang dia bayangkan. Sekitar 15 tahun Kartono bergelut di kebun belimbing. Ia memiliki 146 pohon terhampar di atas tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi. "Buah ini sudah dikenal luas, maka sangat sayang jika tidak dipelihara," ucapnya. Kartono mengaku, sejumlah instansi pemerintah dari luar Demak, antara lain Dinas Pertanian DKI Jakarta dan Makassar, Sulawesi Selatan, pernah melakukan studi banding ke kebunnya. "Banyak yang membeli bibit belimbing," ujar petani yang biasa menjual bibit seharga Rp 10 ribu per batang itu. Kendati buah dan bibitnya laku, Kartono prihatin dengan merosotnya produksi belimbing di Demak. Sudah hampir empat tahun terakhir ini produksi belimbing menurun tajam. Persoalan yang dihadapi adalah banjir yang sering merendam pohon belimbing akibat belum adanya gorong-gorong untuk menyalurkan air hujan. Genangan air menyebabkan tanaman belimbing tidak produktif, lalu sebagian besar petani beralih ke tanaman jambu air. "Kalau jambu tergenang air masih bisa berbuah meski sedikit. Tapi untuk belimbing pasti mati," ujar Ramisah, petani asal Batokan yang memiliki 100 lebih pohon belimbing. Merosotnya produksi juga dipengaruhi sulitnya perawatan. Setiap 2-3 bulan petani harus menyemprot obat antihama. Pohon belimbing juga butuh pengairan yang cukup dan peremajaan ranting. Kartono dan Ramisah berharap belimbing Demak dapat berjaya kembali. Kedua petani ini masih ingat, pada 1990-an pohon belimbing mampu membuat mereka naik haji dan menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Namun, kini belimbing Demak terancam punah karena kian sedikitnya petani yang mau menanamnya. Buah belimbing asli Demak, yang selama ini menjadi ikon Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terancam punah karena petani cenderung beralih ke budi daya jambu. "Sekarang sudah merosot jauh, karena bahan-bahan untuk memelihara seperti pupuk semakin mahal, sehingga hasilnya tidak bagus," katanya seorang petani belimbing Demak, Kastolani, di Demak, Sabtu. Ia mengakui budi daya belimbing asli daerah itu butuh ketelitian dan perhatian yang lebih besar ketimbang buah lainnya. Ia menyebut pada era 1990-an budi daya belimbing Demak mencapai puncak kejayaan. Hingga saat ini, katanya, dirinya memiliki kebun seluas dua ribu meter persegi yang ditanami 146 pohon belimbing. Pada masa lalu, katanya, kebunnya menjadi tempat studi banding berbagai instansi seperti Dinas Pertanian Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Sulawesi Selatan. Seorang pedagang belimbing di Pasar Bintoro, Demak, Arafah, mengatakan, belimbing asli daerah itu semakin sulit diperoleh sehingga dirinya mendatangkan dari daerah lain seperti Welahan, Jepara, dan Grobogan. "Di Kabupaten Demak sendiri sudah jarang yang menanam, pohonnya kebanyakan ditebangi dan beralih ke pohon jambu, kami harus mendatangkan dari daerah lain yang hampir mirip besarnya dan rasanya," katanya. Sekitar lima tahun lalu, katanya, belimbing Demak relatif masih banyak dijual para pedagang di depan Masjid Agung Demak, Kompleks Makam Kadilangu, dan pasar-pasar setempat. Kini, katanya, petani setempat tak mampu lagi memenuhi permintaan pasar sehingga para pedagang mendatangkan dari daerah lain. Ia menyebutkan beberapa ciri khas belimbing Demak antara lain rasanya lebih enak dan bentuknya lebih besar ketimbang belimbing dari daerah lain. Selain itu, katanya, masyarakat memiliki anggapan khusus tentang belimbing Demak. Buah itu terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. "Yang banyak mencari dan membeli belimbing Demak justru pengunjung dari daerah lain," katanya. Seorang tokoh agama Islam di Desa Bintoro, Kecamatan Demak, Musyafak (50), menyatakan membenarkan bahwa belimbing Demak terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam. Ia menjelaskan, Sunan Kalijaga, salah satu di antara sejumlah tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa, menciptakan lagu berjudul "Ilir-Ilir" sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam. Hingga saat ini, lagu tersebut masih sering dilantunkan umat Islam dalam berbagai kesempatan di masjid dan musala. Syair lagu itu menyebut kata "belimbing". "Syair ini adalah salah satu hal yang menjadikan belimbing Demak menjadi terkenal dan dijadikan ikon Kabupaten Demak," katanya. Ia mengatakan, belimbing memiliki lima "lingir" dan hal itu sesuai dengan ajaran tentang Rukun Islam. Ia menyebutkan beberapa tempat yang menjadi pusat budi daya belimbing asli Demak antara lain Kelurahan Batokan, Tempuran, Singorejo, dan Bintoro. Belimbing Demak terdiri atas tiga jenis yakni belimbing kuning (warna kuning), kapur (putih), dan jingga (merah). Pemerintah Kabupaten Demak saat ini berupaya keras membangkitkan kembali ikon buah segar belimbing. Buah belimbing saat ini pamornya anjlok, dan diperkirakan tinggal 20 persen saja pohon belimbing yang masih dipelihara petani dari total jumlahnya pernah mencapai 71.500 pohon. Sejak 2005, komoditas belimbing ditinggalkan oleh petani. Mereka beramai-ramai beralih ke pohon jambu delima merah, setelah diketahui pohon jambu itu bisa menghasilkan panen minimal 120 kg per tahun untuk satu pohon. "Produksi yang menggiurkan dengan harga jual rata-rata Rp 6.000 per kg," kata Kepala Seksi Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Demak, Djoko Budhiono, Rabu (9/12) di Demak. Djoko Budhiono mengatakan, bila belimbing Demak pernah jaya era 1990-an dan sempat menjadi buah kesayangan yang pernah selalu tersaji di Istana Presiden, kini belimbing ditinggalkan petani maka petani. Saat petani beralih ke jambu delima, puluhan ribu pohon belimbing ditebang dan lahannya ditanami pohon jambu. Untuk itu, pihaknya kini berupaya keras untuk mengembalikan pola budidaya belimbing supaya buah bersegi lima yang warnanya cerah kuning dengan daging empuk dan rasa manis itu tidak punah. Caranya, akan segera dilakukan penyebaran benih pohon belimbing untuk petani di sentra-sentra belimbing yang dulu pernah jaya. Petani di Demak, Atmin mengaku, dulu pernah memiliki pohon belimbing sampai 25 pohon. Namun kini pohon belimbing sudah ditebang dan diganti pohon jambu. Dengan menanam pohon jambu, pihaknya bisa panen jambu per pohon minimal 70 kg per tahun. "Kalau harga jual minimal Rp 6.000 per kg saja, pendapatan dari panen jambu itu mencapai Rp 420.000 per pohon. Sekarang saya memiliki 25 pohon jambu dengan usia rata-rata empat tahun dan bisa panen terus selama enam bulan," kata Atmin.
BELIMBING DEMAK KUNIR
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Berasal dari daerah yang sama dengan belimbing demak kapur. Jenis belimbing ini juga sudah dilepas sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian. Buahnya berwarna kuning keemasan merata. Rasanya sangat manis dengan kandungan air banyak dan tekstur daging buahnya agak halus. Aromanya cukup harum dan tajam. Keadaan biji buahnya tak jauh berbeda dengan belimbing demak kapur. Beratnya rata-rata 200-350 g per buah. Produktivitas buahnya cukup tinggi, antara 15.0-350 buah/tahun. Pada umur 2-3 tahun belimbing ini mulai berbuah dan mampu berbuah terus menerus.
BELIMBING DEMAK KAPUR
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Belimbing manis ini berasal dari Demak, Jawa tengah, dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul. warna buah putih merata dan rasanya manis menyegarkan karena mengandung banyak air. Tekstur daging buahnya agak halus dengan aroma yang cukup harum, tetapi kurang tajam. Bijinya sedikit, antara 5-10 biji per buah dengan bentuk lonjong, pipih kecil, dan ujungnya meruncing. Ukuran buah cukup besar, berat rata-rata per buah antara 200-400 g. Produksi buah per pohon antara 150-300 buah/ pohon/tahun. Mulai berbuah pada umur 2-3 tahun dan dapat berbuah terus menerus sepanjang tahun.
BELIMBING DEMAK JINGGA
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Belimbing jenis ini juga berasal dari daerah- Demak, Jawa Tengah. Bentuk buah lonjong dengan lima buah rusuk. Belinabingan lebar memipih dengan daging buah tipis. Warna buah kuning kemerahan. Rasa buah manis agak sepet dan mengandung sedikit air. Namun demikian, aromanya merangsang selera. Berat rata-rata 200-400 g/buah. Produktivitas kira-kira 150-350 buah/pohon. Meskipun ada sedikit rasa sepet, namun belimbing ini cukup digemari. Hal ini antara lain disebabkan oleh warnany a yang menarik dan aromanya yang merangsang. Sehingga tidak mengherankan jika kekurangan pada rasanya tertutupi dengan penampilannya yang menarik.
Manfaat:
Buah-buahan
Syarat Tumbuh:
Tanaman belimbing akan tumbuh baik di tempat dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tinggi dan mendapat cukup cahaya matahari. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah yang gembur, berdrainase baik, dan dapat menahan air.
Pedoman Budidaya:
Memperbanyak tanaman dengan: biji cangkokan okulasi. - Dengan biji. Ada bahayanya, sebab kemungkinan akan diperoleh pohon yang mempunyai sifat lain daripada induknya. Kalau ingin memperbanyak dengan biji, maka biji-biji blimbing dideder dulu, 6 minggu kemudian dipindahkan ke pesemaian dengan jarak 30x 30 cm. Pesemaian mendapatkan perlindungan ringan. Pada umur 1 tahun bibit dipindahkan ke kebun: - Dengan cangkokan. Untuk cabang cangkokan dipilih cabang yang tumbuhnya tegak ke atas. Kalau tidak ada cabang yang demikian, maka salah satu cabang yang mendatar dipotong. Nanti akan tumbuh cabangcabang yang tegak tumbuhnya. Dari salah satu cabang tersebut dibuat cangkokan. - Dengan okulasi. Blimbing manis hanya diokulasi dengan jenisnya sendiri. Waktu bertanam yang baik ialah pada permulaan musim hujan dengan jarak 6 x 6 m. Pohon-pohon perlu disemprot dengan obatobatan.
Pemeliharaan:
Untuk menjaga jangan sampai buah blimbing mendapat gangguan hama, seperti lalat buah, burung, kalong dsb., maka sebaiknya buah-buah tersebut dibungkus secara rapi dengan kertas, daun, kain dll. Bersamaan pembungkusan itu dilakukan penjarangan buah. Dengan penjarangan akan diperoleh buah yang besar. Penjarangan dan pembungkusan dilakukan pada waktu buah sebesar telur ayam.
Hama dan Penyakit:
Penyakit becak daun (Cercospora averrhoa) dan penyakit lembayung (Corticium) menyerang tanaman belimbing di Asia Tenggara, tetapi penyakit busuk pasca panen lebih gawat lagi, setidak-tidaknya pada buah belimbing manis; cacat kulit sedikit saja akan mengundang serangan jamur-jamur Ceratocystis, Colletotrichum, Dothoriella, dan Phomopsis. Ulat-ulat (Pingasa, Pseudoterpna, Diacotrichia) menyerang bunga dan daun muda. Buah belimbing manis sangat parah terserang lalat buah dewasa, terutama Dacus dorsalis (di Asia Tenggara), dan oleh ngengat penghancur buah (Othreis spp. di Australia); pembungkusan buah dapat mencegah serangan.
Panen dan Pasca Panen:
Pohon blimbing manis dapat berbunga sepanjang tahun, hingga dapat dipungut 3x setahun, yakni: pada akhir musim kemarau, musim labuh dan permulaan inusim hujan: Waktu berbuah paling lebat ialah pada permulaan musim hujan.
HIDUP DEMAAAKKK!!!
Hatiku selembar daun...
Wajah Asih terlihat gembira begitu tiba di kios milik Arifah, di Pasar Bintoro, Demak, Jawa Tengah. Buah yang diburu selama tiga bulan itu bisa didapatkan di kios ini. Bukan buah impor yang dicarinya, tapi belimbing kunir berwarna kuning dan berukuran besar. "Alhamdulillah, hari ini ada," ujar perempuan berusia 26 tahun yang tengah ngidam anak pertamanya ini. Tak perlu menunggu pulang ke rumah, Asih dengan lahap langsung menyantap buah yang telah diidam-idamkannya itu. Untuk mendapatkan buah yang dibeli dengan harga Rp 12.500 per kilogram ini, Asih dan suaminya perlu menempuh perjalanan cukup jauh dari rumahnya di Desa Gondang, Kecamatan Ngadsirejo, Kabupaten Temanggung. Belimbing yang dicari Asih memang khas Demak. Rasanya manis, hampir tak ada rasa sepat. Bentuknya montok, berwarna cerah, dan mudah dikenali. Lima tahun lalu belimbing Demak semacam itu banyak dijual di depan Masjid Agung Demak, kompleks makam Kadilangu, dan pasar-pasar. Tapi sekarang untuk mendapatkan belimbing ini sangatlah sulit. Demak kini lebih banyak dibanjiri belimbing Welahan, Jepara, Grobogan, atau daerah lainnya. Kondisi itu terjadi karena petani belimbing Demak tak bisa memenuhi permintaan pasar. Menurut Arifah, para pedagang terpaksa mendatangkan belimbing Welahan karena memiliki kemiripan dengan belimbing Demak, terutama besar dan tebal dagingnya. Selain rasa dan ukurannya, belimbing Demak banyak dicari karena kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Konon, dari belimbing Demak inilah Sunan Kalijaga, yang dimakamkan di Demak, menciptakan syair Ilir-ilir, sebuah lagu yang hingga kini banyak dinyanyikan di masjid-masjid dan musala-musala. Salah satu penggalan lagu itu adalah: Cah angon....cang angon....penekno belimbing kuwi. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dadatira... (Hai anak gembala...tolong panjat dan ambilkan buah belimbing itu. Selicin-licinnya pohon itu, tolong tetap panjat dan ambilkan untuk membasuh kainku). Buah belimbing yang memiliki lima sudut atau linggir menjadi simbol ajaran Islam. Lima sudut itu diasosiasikan sebagai Rukun Islam, pokok ajaran bagi umat Islam yang juga berjumlah lima. Wilayah yang menjadi sentra belimbing Demak ada di empat kelurahan: Betokan, Tempuran, Singorejo, dan Bintoro. Ada tiga jenis belimbing yang dihasilkan dari Demak, yakni belimbing kunir (warna kuning), belimbing kapur (warna putih), dan belimbing jingga (warna merah). Bibit belimbing ini tidak jelas asal-usulnya. Namun, dapat berkembang dengan baik di Demak. Kartono, salah satu petani asal Batokan yang berhasil membudidayakan buah belimbing ini, mengatakan bahwa memelihara belimbing Demak tidak semudah yang dia bayangkan. Sekitar 15 tahun Kartono bergelut di kebun belimbing. Ia memiliki 146 pohon terhampar di atas tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi. "Buah ini sudah dikenal luas, maka sangat sayang jika tidak dipelihara," ucapnya. Kartono mengaku, sejumlah instansi pemerintah dari luar Demak, antara lain Dinas Pertanian DKI Jakarta dan Makassar, Sulawesi Selatan, pernah melakukan studi banding ke kebunnya. "Banyak yang membeli bibit belimbing," ujar petani yang biasa menjual bibit seharga Rp 10 ribu per batang itu. Kendati buah dan bibitnya laku, Kartono prihatin dengan merosotnya produksi belimbing di Demak. Sudah hampir empat tahun terakhir ini produksi belimbing menurun tajam. Persoalan yang dihadapi adalah banjir yang sering merendam pohon belimbing akibat belum adanya gorong-gorong untuk menyalurkan air hujan. Genangan air menyebabkan tanaman belimbing tidak produktif, lalu sebagian besar petani beralih ke tanaman jambu air. "Kalau jambu tergenang air masih bisa berbuah meski sedikit. Tapi untuk belimbing pasti mati," ujar Ramisah, petani asal Batokan yang memiliki 100 lebih pohon belimbing. Merosotnya produksi juga dipengaruhi sulitnya perawatan. Setiap 2-3 bulan petani harus menyemprot obat antihama. Pohon belimbing juga butuh pengairan yang cukup dan peremajaan ranting. Kartono dan Ramisah berharap belimbing Demak dapat berjaya kembali. Kedua petani ini masih ingat, pada 1990-an pohon belimbing mampu membuat mereka naik haji dan menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Namun, kini belimbing Demak terancam punah karena kian sedikitnya petani yang mau menanamnya. Buah belimbing asli Demak, yang selama ini menjadi ikon Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terancam punah karena petani cenderung beralih ke budi daya jambu. "Sekarang sudah merosot jauh, karena bahan-bahan untuk memelihara seperti pupuk semakin mahal, sehingga hasilnya tidak bagus," katanya seorang petani belimbing Demak, Kastolani, di Demak, Sabtu. Ia mengakui budi daya belimbing asli daerah itu butuh ketelitian dan perhatian yang lebih besar ketimbang buah lainnya. Ia menyebut pada era 1990-an budi daya belimbing Demak mencapai puncak kejayaan. Hingga saat ini, katanya, dirinya memiliki kebun seluas dua ribu meter persegi yang ditanami 146 pohon belimbing. Pada masa lalu, katanya, kebunnya menjadi tempat studi banding berbagai instansi seperti Dinas Pertanian Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Sulawesi Selatan. Seorang pedagang belimbing di Pasar Bintoro, Demak, Arafah, mengatakan, belimbing asli daerah itu semakin sulit diperoleh sehingga dirinya mendatangkan dari daerah lain seperti Welahan, Jepara, dan Grobogan. "Di Kabupaten Demak sendiri sudah jarang yang menanam, pohonnya kebanyakan ditebangi dan beralih ke pohon jambu, kami harus mendatangkan dari daerah lain yang hampir mirip besarnya dan rasanya," katanya. Sekitar lima tahun lalu, katanya, belimbing Demak relatif masih banyak dijual para pedagang di depan Masjid Agung Demak, Kompleks Makam Kadilangu, dan pasar-pasar setempat. Kini, katanya, petani setempat tak mampu lagi memenuhi permintaan pasar sehingga para pedagang mendatangkan dari daerah lain. Ia menyebutkan beberapa ciri khas belimbing Demak antara lain rasanya lebih enak dan bentuknya lebih besar ketimbang belimbing dari daerah lain. Selain itu, katanya, masyarakat memiliki anggapan khusus tentang belimbing Demak. Buah itu terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. "Yang banyak mencari dan membeli belimbing Demak justru pengunjung dari daerah lain," katanya. Seorang tokoh agama Islam di Desa Bintoro, Kecamatan Demak, Musyafak (50), menyatakan membenarkan bahwa belimbing Demak terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam. Ia menjelaskan, Sunan Kalijaga, salah satu di antara sejumlah tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa, menciptakan lagu berjudul "Ilir-Ilir" sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam. Hingga saat ini, lagu tersebut masih sering dilantunkan umat Islam dalam berbagai kesempatan di masjid dan musala. Syair lagu itu menyebut kata "belimbing". "Syair ini adalah salah satu hal yang menjadikan belimbing Demak menjadi terkenal dan dijadikan ikon Kabupaten Demak," katanya. Ia mengatakan, belimbing memiliki lima "lingir" dan hal itu sesuai dengan ajaran tentang Rukun Islam. Ia menyebutkan beberapa tempat yang menjadi pusat budi daya belimbing asli Demak antara lain Kelurahan Batokan, Tempuran, Singorejo, dan Bintoro. Belimbing Demak terdiri atas tiga jenis yakni belimbing kuning (warna kuning), kapur (putih), dan jingga (merah). Pemerintah Kabupaten Demak saat ini berupaya keras membangkitkan kembali ikon buah segar belimbing. Buah belimbing saat ini pamornya anjlok, dan diperkirakan tinggal 20 persen saja pohon belimbing yang masih dipelihara petani dari total jumlahnya pernah mencapai 71.500 pohon. Sejak 2005, komoditas belimbing ditinggalkan oleh petani. Mereka beramai-ramai beralih ke pohon jambu delima merah, setelah diketahui pohon jambu itu bisa menghasilkan panen minimal 120 kg per tahun untuk satu pohon. "Produksi yang menggiurkan dengan harga jual rata-rata Rp 6.000 per kg," kata Kepala Seksi Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Demak, Djoko Budhiono, Rabu (9/12) di Demak. Djoko Budhiono mengatakan, bila belimbing Demak pernah jaya era 1990-an dan sempat menjadi buah kesayangan yang pernah selalu tersaji di Istana Presiden, kini belimbing ditinggalkan petani maka petani. Saat petani beralih ke jambu delima, puluhan ribu pohon belimbing ditebang dan lahannya ditanami pohon jambu. Untuk itu, pihaknya kini berupaya keras untuk mengembalikan pola budidaya belimbing supaya buah bersegi lima yang warnanya cerah kuning dengan daging empuk dan rasa manis itu tidak punah. Caranya, akan segera dilakukan penyebaran benih pohon belimbing untuk petani di sentra-sentra belimbing yang dulu pernah jaya. Petani di Demak, Atmin mengaku, dulu pernah memiliki pohon belimbing sampai 25 pohon. Namun kini pohon belimbing sudah ditebang dan diganti pohon jambu. Dengan menanam pohon jambu, pihaknya bisa panen jambu per pohon minimal 70 kg per tahun. "Kalau harga jual minimal Rp 6.000 per kg saja, pendapatan dari panen jambu itu mencapai Rp 420.000 per pohon. Sekarang saya memiliki 25 pohon jambu dengan usia rata-rata empat tahun dan bisa panen terus selama enam bulan," kata Atmin.
BELIMBING DEMAK KUNIR
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Berasal dari daerah yang sama dengan belimbing demak kapur. Jenis belimbing ini juga sudah dilepas sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian. Buahnya berwarna kuning keemasan merata. Rasanya sangat manis dengan kandungan air banyak dan tekstur daging buahnya agak halus. Aromanya cukup harum dan tajam. Keadaan biji buahnya tak jauh berbeda dengan belimbing demak kapur. Beratnya rata-rata 200-350 g per buah. Produktivitas buahnya cukup tinggi, antara 15.0-350 buah/tahun. Pada umur 2-3 tahun belimbing ini mulai berbuah dan mampu berbuah terus menerus.
BELIMBING DEMAK KAPUR
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Belimbing manis ini berasal dari Demak, Jawa tengah, dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul. warna buah putih merata dan rasanya manis menyegarkan karena mengandung banyak air. Tekstur daging buahnya agak halus dengan aroma yang cukup harum, tetapi kurang tajam. Bijinya sedikit, antara 5-10 biji per buah dengan bentuk lonjong, pipih kecil, dan ujungnya meruncing. Ukuran buah cukup besar, berat rata-rata per buah antara 200-400 g. Produksi buah per pohon antara 150-300 buah/ pohon/tahun. Mulai berbuah pada umur 2-3 tahun dan dapat berbuah terus menerus sepanjang tahun.
BELIMBING DEMAK JINGGA
Family: Oxalidaceae
Deskripsi:
Belimbing jenis ini juga berasal dari daerah- Demak, Jawa Tengah. Bentuk buah lonjong dengan lima buah rusuk. Belinabingan lebar memipih dengan daging buah tipis. Warna buah kuning kemerahan. Rasa buah manis agak sepet dan mengandung sedikit air. Namun demikian, aromanya merangsang selera. Berat rata-rata 200-400 g/buah. Produktivitas kira-kira 150-350 buah/pohon. Meskipun ada sedikit rasa sepet, namun belimbing ini cukup digemari. Hal ini antara lain disebabkan oleh warnany a yang menarik dan aromanya yang merangsang. Sehingga tidak mengherankan jika kekurangan pada rasanya tertutupi dengan penampilannya yang menarik.
Manfaat:
Buah-buahan
Syarat Tumbuh:
Tanaman belimbing akan tumbuh baik di tempat dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tinggi dan mendapat cukup cahaya matahari. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah yang gembur, berdrainase baik, dan dapat menahan air.
Pedoman Budidaya:
Memperbanyak tanaman dengan: biji cangkokan okulasi. - Dengan biji. Ada bahayanya, sebab kemungkinan akan diperoleh pohon yang mempunyai sifat lain daripada induknya. Kalau ingin memperbanyak dengan biji, maka biji-biji blimbing dideder dulu, 6 minggu kemudian dipindahkan ke pesemaian dengan jarak 30x 30 cm. Pesemaian mendapatkan perlindungan ringan. Pada umur 1 tahun bibit dipindahkan ke kebun: - Dengan cangkokan. Untuk cabang cangkokan dipilih cabang yang tumbuhnya tegak ke atas. Kalau tidak ada cabang yang demikian, maka salah satu cabang yang mendatar dipotong. Nanti akan tumbuh cabangcabang yang tegak tumbuhnya. Dari salah satu cabang tersebut dibuat cangkokan. - Dengan okulasi. Blimbing manis hanya diokulasi dengan jenisnya sendiri. Waktu bertanam yang baik ialah pada permulaan musim hujan dengan jarak 6 x 6 m. Pohon-pohon perlu disemprot dengan obatobatan.
Pemeliharaan:
Untuk menjaga jangan sampai buah blimbing mendapat gangguan hama, seperti lalat buah, burung, kalong dsb., maka sebaiknya buah-buah tersebut dibungkus secara rapi dengan kertas, daun, kain dll. Bersamaan pembungkusan itu dilakukan penjarangan buah. Dengan penjarangan akan diperoleh buah yang besar. Penjarangan dan pembungkusan dilakukan pada waktu buah sebesar telur ayam.
Hama dan Penyakit:
Penyakit becak daun (Cercospora averrhoa) dan penyakit lembayung (Corticium) menyerang tanaman belimbing di Asia Tenggara, tetapi penyakit busuk pasca panen lebih gawat lagi, setidak-tidaknya pada buah belimbing manis; cacat kulit sedikit saja akan mengundang serangan jamur-jamur Ceratocystis, Colletotrichum, Dothoriella, dan Phomopsis. Ulat-ulat (Pingasa, Pseudoterpna, Diacotrichia) menyerang bunga dan daun muda. Buah belimbing manis sangat parah terserang lalat buah dewasa, terutama Dacus dorsalis (di Asia Tenggara), dan oleh ngengat penghancur buah (Othreis spp. di Australia); pembungkusan buah dapat mencegah serangan.
Panen dan Pasca Panen:
Pohon blimbing manis dapat berbunga sepanjang tahun, hingga dapat dipungut 3x setahun, yakni: pada akhir musim kemarau, musim labuh dan permulaan inusim hujan: Waktu berbuah paling lebat ialah pada permulaan musim hujan.
HIDUP DEMAAAKKK!!!
Hatiku selembar daun...
JENDERAL YANG BERNASIB BAIK
JENDERAL YANG BERNASIB BAIK
Pada jaman dahulu ada seorang Jendral dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak. Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar kalau-kalau akan menderita kekalahan dan mati sia-sia. Di tengah perjalanan menuju medan perang, Jendral itu singgah di sebuah kuil kecil. Ia sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa. Sedangkan prajuritnya menanti di luar kuil itu dengan harap-harap cemas. Tak lama kemudian, sang Jendral keluar dari kuil tersebut. Ia berteriak pada seluruh pasukannya, “Kita telah mendapat petunjuk dari langit.” Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, “Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita adakan toss. Bila kepala yang muncul, maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada nasib.” Jendral lalu melempar koin emas itu ke udara. Koin emas pun berputar-putar di udara. Lalu jatuh berguling-guling di tanah. Seluruh pasukan mengamati apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari, koin itu terhenti. Dan yang muncul adalah KEPALA !!! Kontan seluruh pasukan berteriak kesenangan. “Horeeee..!!! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita, Ayo serbu dan hancurkan musuh. Kemenangan telah pasti.” Dengan penuh semangat Jendral dan pasukan itu bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Ternyata dengan keyakinan dan tekad yang membaja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya dapat dikalahkan. Jendral dan seluruh pasukannya betul-betul senang. Seorang prajurit berkata, “Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib.” Sesampai di ibu kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun terkagum-kagum mendengar kisah peperangan yang dashyat itu. Beliau bertanya pada sang Jendral bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani. Sang Jendral kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, “Paduka, inilah yang memberikan mereka nasib baik.” Raja menerima dan mengamati koin emas itu yang ternyata kedua sisinya bergambarkepala.
Hatiku selembar daun...
Pada jaman dahulu ada seorang Jendral dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak. Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar kalau-kalau akan menderita kekalahan dan mati sia-sia. Di tengah perjalanan menuju medan perang, Jendral itu singgah di sebuah kuil kecil. Ia sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa. Sedangkan prajuritnya menanti di luar kuil itu dengan harap-harap cemas. Tak lama kemudian, sang Jendral keluar dari kuil tersebut. Ia berteriak pada seluruh pasukannya, “Kita telah mendapat petunjuk dari langit.” Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, “Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita adakan toss. Bila kepala yang muncul, maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada nasib.” Jendral lalu melempar koin emas itu ke udara. Koin emas pun berputar-putar di udara. Lalu jatuh berguling-guling di tanah. Seluruh pasukan mengamati apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari, koin itu terhenti. Dan yang muncul adalah KEPALA !!! Kontan seluruh pasukan berteriak kesenangan. “Horeeee..!!! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita, Ayo serbu dan hancurkan musuh. Kemenangan telah pasti.” Dengan penuh semangat Jendral dan pasukan itu bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Ternyata dengan keyakinan dan tekad yang membaja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya dapat dikalahkan. Jendral dan seluruh pasukannya betul-betul senang. Seorang prajurit berkata, “Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib.” Sesampai di ibu kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun terkagum-kagum mendengar kisah peperangan yang dashyat itu. Beliau bertanya pada sang Jendral bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani. Sang Jendral kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, “Paduka, inilah yang memberikan mereka nasib baik.” Raja menerima dan mengamati koin emas itu yang ternyata kedua sisinya bergambarkepala.
Hatiku selembar daun...
Tuan Goen Yang Tidak Lagi Mencatat Di Pinggiran
Tuan Goen Yang Tidak Lagi Mencatat Di Pinggiran
oleh: esito
Tuan Goen, masih hidup dia rupanya. Walaupun uban tidak lagi sanggup
diperam perawan, dia masih kuasa berjalan. Tuan Goen hidup dari kata dan
mantera. Dia menyisipkan pesan mingguan, bagai khutbah manusia
prasejarah pada zaman yang tidak lagi menghendakinya. Lihatlah Tuan Goen
menapaki jalan, dari belukar Utan Kayu hingga rindangnya Salihara. Dia
renta, tertatih dengan langkah terseok tetapi Tuan Goen percaya dia lah
pengemban wahyu untuk menyelamatkan peradaban. Tetapi pada zaman ini,
siapakah lagi yang mengerti dengan mantera Tuan Goen. Generasi kami,
Tuan Goen, bukanlah pemamah biak mantera berbalut estetika. Dan kami
tidak punya waktu melayani orang tua cengeng yang sepanjang hidupnya
bermimpi menjadi Albert Camus. Kami bukanlah pelayan mimpi-mimpimu Tuan
Goen. Tiap minggu kau bisa menggoda kami dengan rayuan gombal catatan
pinggirmu, tetapi kau tahu Tuan Goen, karena kami terlahir durhaka maka
mudah bagi kami memisahkan dusta dari kata. Lagipula, bukankah tulisanmu
lebih banyak kutipan mantra asingnya daripada mantra mu sendiri. Tuan
Goen tidak mendapat tempat di generasi kita, lalu dia beralih pada
penguasa. Tertatih mendaki tangga istana, Tuan Goen mendapati dirinya
dilarikan kereta. Di Bandung sana, Tuan Goen berikrar akan melanggengkan
kekuasaaan dengan warna-warni Amerika. Ohh Tuan Goen, sudah pikun dia
rupanya, ini Indonesia bukan negara bagian Amerika. Mari ucapkan mantera
generasi kita; sudahlah Bro, secara lo udah tuwir gitu loch…
Di Bandung sana, Tuan Goen gagah menyampaikan orasi budaya. Dia
memulai orasi dengan pekik merdeka tetapi panggungnya dihiasi triwarna
merah putih biru. Dia mengungkit Soekarno untuk menyanjung Boediono.
Tuan Goen memberi garansi kepada kita, bahwa Boediono dan tentu saja SBY
layak untuk dipilih sebab dia bukan politisi juga bukan pemain
sinetron. Dan yang lebih penting sepanjang hidupnya, Boediono dihidupi
oleh negara bukan lewat bisnis yang menjadi haram dalam panggung itu.
Bagi Tuan Goen yang katanya sering berjuang untuk menghilangkan
Islamophobia bangsa barat, mengumpulkan kekayaan dari pajak atas jasa
pada negara jauh lebih mulia daripada berniaga. Tuan Goen dan anak-anak
salah asuhannya tentu, sebagaimana Boediono, sangat percaya pada tangan
tidak terlihat yang bisa melakukan intervensi terhadap pasar. Masyarakat
sipil perlu diperkuat dengan melemahkan fungsi negara. Wajar bila
pengidap sipilis semakin meningkat. Tetapi pernahkah Tuan Goen berpikir,
dalam konsep kami masyarakat awam, di pasar-pasar rakyat tangan tidak
terlihat itu wujudnya sangat jelas yaitu copet. Itulah jenis manusia
yang selalu menerima curiga, sebab senantiasa mengambil sesuatu yang
bukan hak nya. Tuan Goen, apakah tangan tidak terlihat yang Tuan suka
itu tiada beda dengan tangan tidak terlihat yang kami mengerti?
Bukankah, tangan tidak terlihat itu yang membuat jurang antara yang
miskin dan kaya semakin besar. Bukankah, tangan tidak terlihat itu yang
membuat generasi kami mulai bosan dengan ketidakadilan. Bah, lupa aku,
Tuan Goen tentu tidak akan sanggup menjawabnya, sebab dalam referensi
Albert Camus, pertanyaan ini belum pernah muncul. Begitulah di Bandung
sana, Pak Tua Goen tidak ingin menerima takdir usia senja.
Politik adalah sebuah tugas. Tanpa diminta, Tuan Goen menuliskan
pembelaannya, kenapa dia memihak. Sang Albert Camus wanna be
ini seperti biasa merangkai kata dari beragam kutipan yang panjangnya
melebihi gagasannya sendiri. Sederhana bukan, sama sederhananya dengan
merangkai meja belajar olympic, bahan dan sekrup sudah tersedia
kau tinggal menyatukannya. Lantas kau memuji kerja kau yang tidak
seberapa itu sebagai sebuah prakarya pribadi. Tuan Goen tidak usah
berkecil hati, kau punya tulisan masih ciamik punya. Bagai rokok,
nikmatnya masih melebihi kadar Tar dan Nikotin. Tetapi inilah hukum
rokok Tuan Goen, kita menikmatinya tetapi kemudian kita lupa gunanya
untuk apa. Kau menulis, Politik adalah tugas merambah jalan di
belukar membuka celah agar keadilan itu datang. Terkadang tangan jadi
kotor, hati jadi keras – dan itu menyebabkan rasa sedih tersendiri.
Aku menghisap mantera mu dalam-dalam Tuan Goen, tetapi nafasku sesak.
Paru-paru ku memberontak sementara jantung menginginkan revolusi. Di
usia senjamu, kau masih jumawa berkehendak membuka jalan yang tidak kami
butuhkan. Kau tahu politik itu kotor Tuan Goen, kau memasukinya lewat
rusuk penguasa, ah betapa tambah kotornya kau ini. Kau menyebut nama
Munir, berharap keadilan pada penguasa yang tidak kunjung mampu
menyelesaikannya. Kau, yang menganggap dirimu intelektual publik,
menolak untuk ongkang-ongkang kaki bermatabatkan mahligai. Tetapi Pak
Tua, kenapa baru sekarang kau berani berkata, justru pada saat kau
menyokong penguasa. Kenapa dulunya mahligai mu itu susah sekali digapai
pada saat banyak sekali hal yang tidak sesuai. Tuan Goen yang
bercita-cita menjadi martir kebebasan di Indonesia justru di usia senja
terpenjara oleh kepikunannya sendiri.
Tuan Goen, sudahlah, aku lihat kau sudah lelah. Tiada guna lagi kau
berulah. Mantera-mantera mu tidak lagi bisa mengobati sakitnya generasi
kami. Tidak usah pula tubuh rentamu itu kau paksakan untuk memikirkan
masa depan kami. Masa-masa dimana kau sudah tidak ada lagi dan kami
tidak tahu, akankah kami mengenangmu sebagai seseorang, atau hanya
sebuah bidak biasa dalam panggung kampanye presiden Amerika di Bandung
sana. Pak Tua Goen, saatnya undur diri, bagi kami kau tiada guna lagi.
Perawan-perawan generasi kami tidak lagi tersihir oleh mantera mu.
Mereka suka yang praktis Pak Tua, bukan yang rethoris. Kau sudah
berbuat, kami tidak akan menghapus jejakmu. Masalah penilaian serahkan
kepada masa depan.
Pak Tua Goen sudahlah, kau tidak akan pernah lagi bisa mencatat dari
pinggiran.
http://esito/. web.id/2009/ 06/tuan-goen- yang-tidak- lagi-mencatat- di-pinggiran/
oleh: esito
Tuan Goen, masih hidup dia rupanya. Walaupun uban tidak lagi sanggup
diperam perawan, dia masih kuasa berjalan. Tuan Goen hidup dari kata dan
mantera. Dia menyisipkan pesan mingguan, bagai khutbah manusia
prasejarah pada zaman yang tidak lagi menghendakinya. Lihatlah Tuan Goen
menapaki jalan, dari belukar Utan Kayu hingga rindangnya Salihara. Dia
renta, tertatih dengan langkah terseok tetapi Tuan Goen percaya dia lah
pengemban wahyu untuk menyelamatkan peradaban. Tetapi pada zaman ini,
siapakah lagi yang mengerti dengan mantera Tuan Goen. Generasi kami,
Tuan Goen, bukanlah pemamah biak mantera berbalut estetika. Dan kami
tidak punya waktu melayani orang tua cengeng yang sepanjang hidupnya
bermimpi menjadi Albert Camus. Kami bukanlah pelayan mimpi-mimpimu Tuan
Goen. Tiap minggu kau bisa menggoda kami dengan rayuan gombal catatan
pinggirmu, tetapi kau tahu Tuan Goen, karena kami terlahir durhaka maka
mudah bagi kami memisahkan dusta dari kata. Lagipula, bukankah tulisanmu
lebih banyak kutipan mantra asingnya daripada mantra mu sendiri. Tuan
Goen tidak mendapat tempat di generasi kita, lalu dia beralih pada
penguasa. Tertatih mendaki tangga istana, Tuan Goen mendapati dirinya
dilarikan kereta. Di Bandung sana, Tuan Goen berikrar akan melanggengkan
kekuasaaan dengan warna-warni Amerika. Ohh Tuan Goen, sudah pikun dia
rupanya, ini Indonesia bukan negara bagian Amerika. Mari ucapkan mantera
generasi kita; sudahlah Bro, secara lo udah tuwir gitu loch…
Di Bandung sana, Tuan Goen gagah menyampaikan orasi budaya. Dia
memulai orasi dengan pekik merdeka tetapi panggungnya dihiasi triwarna
merah putih biru. Dia mengungkit Soekarno untuk menyanjung Boediono.
Tuan Goen memberi garansi kepada kita, bahwa Boediono dan tentu saja SBY
layak untuk dipilih sebab dia bukan politisi juga bukan pemain
sinetron. Dan yang lebih penting sepanjang hidupnya, Boediono dihidupi
oleh negara bukan lewat bisnis yang menjadi haram dalam panggung itu.
Bagi Tuan Goen yang katanya sering berjuang untuk menghilangkan
Islamophobia bangsa barat, mengumpulkan kekayaan dari pajak atas jasa
pada negara jauh lebih mulia daripada berniaga. Tuan Goen dan anak-anak
salah asuhannya tentu, sebagaimana Boediono, sangat percaya pada tangan
tidak terlihat yang bisa melakukan intervensi terhadap pasar. Masyarakat
sipil perlu diperkuat dengan melemahkan fungsi negara. Wajar bila
pengidap sipilis semakin meningkat. Tetapi pernahkah Tuan Goen berpikir,
dalam konsep kami masyarakat awam, di pasar-pasar rakyat tangan tidak
terlihat itu wujudnya sangat jelas yaitu copet. Itulah jenis manusia
yang selalu menerima curiga, sebab senantiasa mengambil sesuatu yang
bukan hak nya. Tuan Goen, apakah tangan tidak terlihat yang Tuan suka
itu tiada beda dengan tangan tidak terlihat yang kami mengerti?
Bukankah, tangan tidak terlihat itu yang membuat jurang antara yang
miskin dan kaya semakin besar. Bukankah, tangan tidak terlihat itu yang
membuat generasi kami mulai bosan dengan ketidakadilan. Bah, lupa aku,
Tuan Goen tentu tidak akan sanggup menjawabnya, sebab dalam referensi
Albert Camus, pertanyaan ini belum pernah muncul. Begitulah di Bandung
sana, Pak Tua Goen tidak ingin menerima takdir usia senja.
Politik adalah sebuah tugas. Tanpa diminta, Tuan Goen menuliskan
pembelaannya, kenapa dia memihak. Sang Albert Camus wanna be
ini seperti biasa merangkai kata dari beragam kutipan yang panjangnya
melebihi gagasannya sendiri. Sederhana bukan, sama sederhananya dengan
merangkai meja belajar olympic, bahan dan sekrup sudah tersedia
kau tinggal menyatukannya. Lantas kau memuji kerja kau yang tidak
seberapa itu sebagai sebuah prakarya pribadi. Tuan Goen tidak usah
berkecil hati, kau punya tulisan masih ciamik punya. Bagai rokok,
nikmatnya masih melebihi kadar Tar dan Nikotin. Tetapi inilah hukum
rokok Tuan Goen, kita menikmatinya tetapi kemudian kita lupa gunanya
untuk apa. Kau menulis, Politik adalah tugas merambah jalan di
belukar membuka celah agar keadilan itu datang. Terkadang tangan jadi
kotor, hati jadi keras – dan itu menyebabkan rasa sedih tersendiri.
Aku menghisap mantera mu dalam-dalam Tuan Goen, tetapi nafasku sesak.
Paru-paru ku memberontak sementara jantung menginginkan revolusi. Di
usia senjamu, kau masih jumawa berkehendak membuka jalan yang tidak kami
butuhkan. Kau tahu politik itu kotor Tuan Goen, kau memasukinya lewat
rusuk penguasa, ah betapa tambah kotornya kau ini. Kau menyebut nama
Munir, berharap keadilan pada penguasa yang tidak kunjung mampu
menyelesaikannya. Kau, yang menganggap dirimu intelektual publik,
menolak untuk ongkang-ongkang kaki bermatabatkan mahligai. Tetapi Pak
Tua, kenapa baru sekarang kau berani berkata, justru pada saat kau
menyokong penguasa. Kenapa dulunya mahligai mu itu susah sekali digapai
pada saat banyak sekali hal yang tidak sesuai. Tuan Goen yang
bercita-cita menjadi martir kebebasan di Indonesia justru di usia senja
terpenjara oleh kepikunannya sendiri.
Tuan Goen, sudahlah, aku lihat kau sudah lelah. Tiada guna lagi kau
berulah. Mantera-mantera mu tidak lagi bisa mengobati sakitnya generasi
kami. Tidak usah pula tubuh rentamu itu kau paksakan untuk memikirkan
masa depan kami. Masa-masa dimana kau sudah tidak ada lagi dan kami
tidak tahu, akankah kami mengenangmu sebagai seseorang, atau hanya
sebuah bidak biasa dalam panggung kampanye presiden Amerika di Bandung
sana. Pak Tua Goen, saatnya undur diri, bagi kami kau tiada guna lagi.
Perawan-perawan generasi kami tidak lagi tersihir oleh mantera mu.
Mereka suka yang praktis Pak Tua, bukan yang rethoris. Kau sudah
berbuat, kami tidak akan menghapus jejakmu. Masalah penilaian serahkan
kepada masa depan.
Pak Tua Goen sudahlah, kau tidak akan pernah lagi bisa mencatat dari
pinggiran.
http://esito/. web.id/2009/ 06/tuan-goen- yang-tidak- lagi-mencatat- di-pinggiran/
Subscribe to:
Comments (Atom)