Showing posts with label Cerpen Arif. Show all posts
Showing posts with label Cerpen Arif. Show all posts

Friday 12 November 2010

Ndhek mau esuk

Ndhek mau esuk


Arif Rohman

Ndhek mau esuk aku tangi karo moto isih kriyip-kriyip. Iki lantaran sworo gedhebak-gedhebuk nang siseh kamarku. Aku wis ngiro yen bocah wedhok kuwi bakalan nyanyi, moco puisi, jingkrak-jingkrak ora jelas yen wayah esuk. Aku biasane mung nutupi endhas lan kupingku karo selimut sing anget kuwi. Biasane dheweke terus adus karo nyanyi-nyanyi. Mulane nyanyiane welek banget, tapi yen dirungok-rungokake kok enak. Dheweke kerep nawari aku mangan bareng tapi aku ora gelem. Masalahe aku ora pati doyan mangan babi. Yen tahu tempe aku doyan wong kuwi kan makanan pokokku. Bocah siji iki memang urakan banget. Irunge dikei anting-anting lan sakbendino wong lanang gonta-ganti mlebu kamare jarene sih pacare. Sing gawe aku kesel kadang nek nyetel tip kenceng2 sampek kamarku 'shacking up and down' maksudku isi kamarku podo mencelat kuabeh. Aku ndonga mugo-mugo bocah kuwi sadar nek suarane tape kuwi iso krungu sampai tekan canberra utowo perth. Bengi kuwi aku kaget reti dheweke nangis. Tak takoni kenopo dheweke mung jawab koncone bar mati bunuh diri. Lho kenopo? Tibake dheweke kulino ngonsumsi obat sing terlarang (iki maksude sejenis narkotik, dudu koyok wong indonesia sing demen ngonsumsi baygon utowo air keras terus mati). Dheweke ngaku yen gonta-ganti pacar amargo frustasi. Dheweke sebenere lesbi cuma ora disetujui karo wong tuwane. Pacare kuwi frustasi lan ngobat amargo frustasi ping pindo. Ditolak wong tuwane bocah kuwi lan ngeti yen bocah kuwi saiki pacare akeh. Lanang gonta-ganti sisan. Bocah kuwi jur tak takoni, lha kowe nangis bengi rino koyok ngene opo ora marake awakmu rusak. Bocah kuwi terus tak ceplokake endog goreng lan tak kei sambel terasi. Dheweke terus meneng ora nangis meneh. Masalahe dheweke kepedesen. Sesuke dhewee ngilang aku ora tahu reti kabare. Jare wis balik nang london.. Ninggalake surat isine.. What the hell food that you had given to me. I was suffering like in hell after consuming it. Tibake dhewee mulih nang london goro-goro mencret terus sebab mangan sambel trasi sing takwenehi. (Iki cerito khayal ojo dipercoyo).




Hatiku selembar daun...

Ilmu Dari Australia

Ilmu Dari Australia



Sering sekali orang menanyakan ilmu baru apa yang saya bawa dari Australia. Kadang saya menjawabnya hanya dengan senyum. Karena biasanya itu hanya ungkapan biasa yang digunakan di kantor untuk menyapa orang yang baru menyelesaikan studynya.

Suatu pagi saya bertemu dengan orang yang saya kagumi. Mengingat kebaikan beliau terhadap saya. Akhirnya saya pun bercerita. Satu hal yang saya pelajari dari sana adalah rasa kebersamaan, tolerance dan egalitarian. Saya masih ingat kata teman baik saya di sana. Australia adalah negara koloni. Tapi dia menjadi besar dan maju bukan karena kerja satu orang. Tetapi kerja banyak orang. Team Work. Team Work itu lebih mengedepankan WE, kami, kita, daripada I, saya atau aku.

Orang di sana itu moderate. Moderate artinya bijak dan bersedia menerima perubahan. Jika ada orang baru masuk dalam kelompok, mereka akan menyambut dengan gembira dan membantunya dalam proses adaptasi. Kata 'kita' memang tidak muncul secara serta merta. Tapi begitu kata itu muncul, terkesan begitu kuatnya. Seperti budaya 'football' mereka. Siapapun yang mencetak angka, siapapun yang menghalangi musuh, siapapun yang melempar bola, tujuannya cuma satu 'menang'.

Di kita saya rasakan sebaliknya. Setiap orang ingin menonjolkan ke-aku-annya masing-masing. menonjolkan dirinya sendiri. Sebagai akibatnya kelompok hanya dijadikan alat pencapaian kepentingan pribadi. Karena itulah seringkali kalau ada anggota baru yang masuk, sering dianggap sebagai saingan, ancaman, atau semacamnya. Mereka tidak welcome. Mereka cenderung mempertahankan keadaan yang sudah ada. Status Quo. Tidak dinamis. Dan itu adalah penyakit. Kita sulit bekerja sama. Kita tidak diajarkan untuk menerima orang lain sebagai partner.

Saya berkeyakinan bahwa fenomena ini adalah akibat lama terjajah. Kolonial Belanda telah berhasil menanamkan sebuah dogma. Hierarchy yang tegas antara majikan atau budak. Majikan senang, budak menderita. Pada akhirnya semua orang ingin menjadi majikan. Semua majikan ingin menjadi pemimpin.

Akibatnya lebih banyak hidden agendas demi kepentingan diri sendiri daripada niat tulus mencapai tujuan kelompok. Pada akhirnya masing-masing anggota tidak kompak dan sering menjatuhkan satu sama lain.

Inilah tradisi Divide et Impera yang sudah berhasil tertanam dan merasuki otak orang Indonesia. Itulah sebabnya lama sekali kita terjajah. Lama sekali kita baru merdeka. Kataku sambil bersemangat. Beliau tersenyum.. Matanya menatapku lembut. Tapi hatiku kosong.


Salemba, 1 September 2009.




Hatiku selembar daun...

Thursday 11 November 2010

CLEOPATRA DAN CINTA

CLEOPATRA DAN CINTA

Arif Rohman


Siapa bilang Mesir adalah Negara yang tandus, kering dan tak sedap dipandang? Pandangan yang negatif mengenai Mesir itu telah sirna. Semua itu adalah berkat ratunya yang cantik. Ratu itu bernama Cleopatra. Cleopatra dipuja oleh setiap rakyatnya terutama kaum lelaki karena kecantikannya yang takkan mungkin tertandingi oleh siapapun.

Pada senja yang temaram di Pulau Cyprus di sebuah kapal perang yang mewah, sang ratu tersenyum penuh kemenangan walau dia sudah tahu bahwa tentara Antonius sudah bercerai berai kalah oleh armada angkatan laut Octavianus yang kuat dan berdisiplin tinggi. Dia masih saja tersenyum sambil memandangi Laut Tengah yang memisahkan Pulau Cyprus dan Pulau Kreta. Kilauan kebiruan laut itu membawa angan sang ratu itu pada kenangan yang indah.

Dulu berkat kecantikannya saja, Julius Caesar Sang Kaisar Romawi yang punya semboyan Vini, Vidi, Vici justru bertekuk lutut di bawah kakinya dan tidak meneruskan penyerangan ke negeri Mesir. Berkat kecantikannya pula Antonius memerangi Lepidus sahabat sejatinya. Dan berkat kecantikan itu, Antonius sekarang berada di ketiaknya seperti seorang bayi yang tak mau ditinggal oleh induk semangnya. Apalagi sekarang yang datang hanya Octavianus. Ya Octavianus, kemenakan dari Julius Caesar yang dulu pernah menjadi kekasihnya.

‘Lapor Sang Ratu, pasukan Octavianus sudah masuk ke Kota Raja Actium’, lapor sang prajuritnya.
Sang Ratu hanya diam saja sambil mengibaskan tangan yang menunjukkan bahwa dia tidak takut dan tak gentar. Ketenangannya inilah yang membuat para pengikutnya heran bukan main. Betapa tidak, Actium sudah hampir ditaklukkan oleh Octavianus.

‘Lapor Sang Ratu, pasukan Octavianus telah menghancurkan kita dan Paduka Antonius telah bunuh diri’, lapor seorang prajurit kemudian.

Sekali lagi Sang Ratu hanya diam, tak memberikan reaksi gentar ataupun takut. Dia tetap tenang bagai tenangnya Laut Tengah, bahkan tersenyum misterius yang susah dimengerti. Dia yakin dengan kekuatan cintanya, dia bisa mempermainkan siapa saja.

’Demi Yupiter Dewa langit, aku akan menaklukkan Octavianus. Bagiku laki-laki sama saja akan terkecoh dengan bujuk rayuku yang lebih mematikan daripada pasukan perang Aries Sang Dewa Perang. Aku Cleopatra wanita tercantik di Mesir yakin akan kemampuanku’, demikian bisik Cleopatra.

ooooooooooooooooo

Setelah mengalahkan Antonius, Octavianus segera menduduki Kota Raja. Mendengar bahwa Cleopatra berada di Pulau Cyprus, dengan menggunakan baju perang kebesarannya dan ribuan pasukan mereka pergi ke Pulau Cyprus.

Malam yang indah, bulan terang bundar, tersenyum manis, senyum yang misterius. Octavianus menaiki kapal perang mewah itu. Semua prajurit musuh takluk dan berlutut dan menjadi tawanan perang. Suasana yang indah itu bercampur dengan rasa hormat akan kebesaran Kaisar Agustus Octavianus.

’Masuklah ke dalam kamar hamba, Paduka Yang Mulia. Hamba Cleopatra memberikan hormat pada Paduka yang agung’, demikian Cleopatra dengan suaranya yang lembut merangsang memecah kesunyian.

’Demi Zeus Raja Para Dewa, tak seharusnya penguasa yang takluk tidak menyambut rajanya, malah bersembunyi di kamar. Sungguh Ratu yang tak punya etika. Keluarlah!’, kata Octavianus dengan tegas.

Maaf Yang Mulia. Sekali lagi maaf. Bukan maksud hamba merendahkan Yang Mulia. Hamba akan segera keluar’. Berbareng dengan itu, pintu kamar Sang Ratu yang temaram pun terbuka. Keluarlah wanita dengan paras yang cantik, diselingi dengan harum bunga mawar yang menusuk setiap orang.

Semua pasukan Octavianus memandang takjub pada Sang Ratu Cleopatra yang cantik bagaikan bidadari dan mungkin tak kalah cantik dengan Aprodite Dewi Kecantikan. Sejenak Octavianus terdiam.

’Oh inilah Cleopatra yang kecantikannya terkenal sampai ke negeriku, yang membuat Julius Caesar pamanku lupa daratan, dan sahabatku Antonius membunuh Lepidus’, membatin Octavianus.

Namun di sisi lain Cleopatra tak kalah terkejutnya. Octavianus yang dalam benaknya adalah lelaki biasanya, ternyata sangat tampan sekali. Jauh lebih tampan dari Julius Caesar maupun Antonius sebelumnya. Lama sekali dia takjub memandang trepana diam tak bergerak. Paras yang tampan, gagah, tegap dan tegar adalah sosok yang baru kali ini ditemuinya.

‘Demi Yupiter yang menguasai langit, lelaki ini sangat tampan dan gagah. Aku.. Aku.. terpesona dibuatnya. Aku bersumpah untuk dapat menaklukkannya. Aku ingin memilikinya. Ya, aku harus memiliki dia. Mungkinkah aku jatuh cinta?’, hati Cleopatra dag dig dug tak menentu.

‘Kamukah Cleopatra yang membujuk Antonius untuk membunuh Lepidus dan ingin mendirikan Kerajaan Yunani Baru di Alexandria?’, begitulah Octavianus berkata dengan suara yang sangat berwibawa.
Lagi-lagi Cleopatra hampir tak dapat menahan perasaannya. Hatinya telah jatuh oleh ketampanan Octavianus. Senyum licikpun menghias wajahnya.

’Hamba Yang Mulia. Karena itu hamba akan meminum racun ini Paduka. Untuk menebus kesalahan dan dosa-dosa hamba yang telah lalu.’

Demikian Cleopatra kemudian hendak meminum racun di cawan yang telah disiapkannya, sambil mengerling indah kepada Octavianus. ’Hmm.. Dia pasti akan menghentikan aku meminum racun ini..’, bisiknya dalam hati sambil menyingkap sedikit kain yang menutupi pahanya.

Peristiwa itu berlangsung cepat, cepat sekali dan Octavianus hanya diam dengan sorotan yang berwibawa sekali, tenang dan tak bereaksi. Prajurit Romawi yang melihatpun terpana dan dalam hati tak tega melihat kejadian itu.

‘Demi Aprodite yang maha cantik, kenapa kau tak mencegahku Octavianus? Apakah kau tak tertarik padaku? Kecantikanku? Indahnya tubuhku? Kau.. Kau.. Sungguh kejam..’. Dan Cleopatra pun tersungkur. Nyawanya terbang. Mati. Tanpa mendapatkan jawaban yang dinantinya dari Kaisar Agustus. Semua orang yang di situ pun heran dan bertanya-tanya. Tapi pertanyaan itu selalu tersimpan dalam hati.

’Itulah hukuman yang setimpal untuk Ratu yang terlalu mendewakan kecantikannya dan mengesampingkan etika kesusilaan’, demikian Octavianus pergi dan meninggalkan kapal perang mewah itu.

Tak seorang pun yang tahu apa yang ada dalam benak Sang Kaisar yang agung. Malam itu bulan purnama tersenyum indah berbeda dengan senyum Cleopatra yang kecut. Bulan itu tahu karena Octavianus sedang menunggu kelahiran putranya dari isteri yang dicintainya, yang semuanya itu cukup untuk mengalahkan rayuan Sang Ratu Cinta.



Demak, Agustus 2002

Arif Menulis Cerpen :
Cleopatra dan Cinta Si Gadis Desa 1.




Hatiku selembar daun...

MENCARI NELANGSA

MENCARI NELANGSA


Arif Rohman


Semua muka yang ada di pendopo itu tertunduk lesu, pucat seperti mayat. Betapa tidak, saat itu Yudhistira sedang tiwikrama menjadi raksasa bermuka merah dan mengerikan. Jangankan para punakawan, raja-raja dan para ksatria yang bersimpati pada Pandawa saja menahan nafasnya dan tidak ada yang bergerak. Suara serak menggelegar pun memecah keheningan.

‘Sekali lagi Arjuna, kau tidak pernah memberikan kontribusi sedikitpun bagi perjuangan Pandawa. Kamu klelar kleler dan bisamu hanya merayu para gadis-gadis. Sekali pun kamu belum pernah berkelahi membela kita. Lihat akibat perbuatanmu, Kurawa telah menghina kita!’, Yudhistira berucap.

‘Aduh Kakang.. Aku memang tidak suka berkelahi Kakang. Aku bahkan tidak ingin Perang Bharatayudha terjadi Kakang. Aku terus bermimpi darah di Padang Kurusetra bak lautan. Mayat-mayat bergelimpangan. Untuk apa semua ini kalau hanya untuk sekedar kekuasaan belaka. Lebih baik hidup menjadi petani yang bahagia dan tenang. Karena itulah Kakang aku tidak mau berkelahi dengan kadangku sendiri para Kurawa dan aku tidak mau berlatih memanah seperti halnya para ksatria lain..’, rintih Arjuna sendu sambil mukanya masih tertunduk, tidak berani menatap raksasa itu.

‘Kamu memang tampan tidak hanya parasmu Arjuna, tetapi kelihaianmu dalam berkata tidak ada tandingannya. Kata-katamu tadi telah melemahkan hampir separo dari semangat prajurit dan sekutu kita. Demi tegaknya keadilan untuk Pandawa, mulai sekarang aku tidak mau melihat wajahmu lagi Arjuna. Pergilah dari hadapanku sekarang. mataku sepet melihat dirimu. Minggat sana!’, demikian berkata Yudhistira sambil mengepalkan tangannya.

‘Duh kakang.. Setelah orang tua kita meninggal, hanya ada Kakang pengganti orang tua. Sejak kecil aku selalu menuruti kata-kata Kakang. Sepatah pun aku tak berani membantah. Mengapa Kakang tega berucap demikian. Aku hanya ingin hidup tenteram, bebas, dan merdeka. Begitu pula rakyat Astina, siapapun yang menjadi raja tidak masalah asalkan mereka dapat hidup damai dan tenteram..’, berkata Arjuna sambil meneteskan air mata di pipinya.

‘Berani kamu saur manuk dihadapan Kakangmu ini. Ksatria cengeng. Tak bisa memanah. Pandawa tidak membutuhkanmu. Biarlah Pandawa berkurang satu asal Kurawa dapat dibasmi. Pergi kamu!’, sekali lagi Yudhistira meraung. Kecewa, marah karena harapannya agar Arjuna mau belajar memanah, menjadi ksatria digdaya dan membela hak-hak Pandawa tidak terpenuhi.

Setelah memberikan hormat pada Yudhistira, Arjuna yang hatinya tak kalah pedihnya pun pergi dengan gontai. Dalam hati Arjuna berpikir, apakah kekuasaan lebih lebih berharga dibandingkan dengan kehidupan rakyat miskin. Apakah dirinya salah ingin menjadi rakyat biasa? Apakah salah tidak mau belajar memanah yang hanya dijadikan senjata berkelahi? Apakah salah dirinya selalu bertutur dengan sopan dan lembut pada setiap gadis. Bukankah dirinya dibesarkan oleh seorang wanita yang tanpa daya yang hak-haknya sering terabaikan oleh para pria. Apakah benar ia salah terlalu menghargai dan menjunjung tinggi kaum wanita? Semua pikiran itu berkecamuk dalam diri Arjuna. Dan ketika sadar, ia telah jauh meninggalkan negerinya. Di depannya adalah daerah Mintaraga yang banyak terdapat goa. Di goa tersebutlah Arjuna memutuskan untuk bertapa mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengusik hatinya.

Setelah kepergian Arjuna, pendopo Amarta jadi sunyi dan sepi. Pada saat itulah Semar sebagai pengasuh Pandawa memecah keheningan.

’Sudahlah Ngger.. Jangan diteruskan lagi pertengkaranmu dengan Arjuna. Ini jelas akan merusak persatuan Pandawa, dan justru akan menguntungkan Kurawa. Eling Ngger.. Eling.. Arjuna itu sejak kecil sudah hidup sendiri ditinggal mati oleh Bapaknya. Ngger Yudhistira adalah anak tertua Pandawa harusnya lebih berlapang dadanya dan mau menerima pendapat orang lain..’, begitulah nasehat dari Semar yang dikenal sebagai penjelmaan dari Bathara Ismaya, yang disegani oleh semua Dewa di kahyangan.

Kata-kata Semar seperti air es yang mengguyur kepala Yudhistira yang panas menggelegak menyadarkan dia pada kemarahan yang sebenarnya tidak perlu. Ketika sadar, Yudhistira berubah menjadi sosok manusia lagi, bukti amarahnya telah mereda. Tangispun kembali memecah keheningan itu. Tangis, kecewa, menyesal, gegetun yang tak alang kepalang. Tapi nasi telah menjadi bubur. Bima, Nakula, dan Sadewa pun ikut menangis. ‘Itulah takdir’, demikian kata Semar. Takdir baik atau buruk manusia tak ada yang tahu. Hikmahnya hádala para Pandawa harus lebih sabar dan tidak menuruti hawa nafsunya dalam bertindak. Hal ini juga berlaku pada semua orang yang ada dalam pendopo tersebut. Setelah semua orang menyadari apa yang terjadi, akhirnya diambillah kesepakatan untuk mencari Arjuna yang hilang entah kemana.

ooooooooooooooooo

Berbulan-bulan sudah para kadang Pandawa mencari keberadaan Arjuna tapi hasilnya masih saja nihil. Pertemuan di Pendopo Agung Amarta tetap saja lengang semenjak peristiwa Arjuna pergi. Pertemuan itu semakin lengang ketika mereka membicarakan raksasa yang sedang mengamuk dan merusak persawahan, perumahan dan mengacau di negeri Amarta. Semua prajurit, ksatria dan preetapa pun tak bisa mengatasinya. Akhirnya mereka hanya bisa berdoa lepada para Dewa untuk dihindarkan dari angkara murka itu.

Setelah mereka berdoa secara khusyuk dan bersemadhi, muncullah Bathara Indra yang memberikan wangsit bahwa akan datang seorang ksatria muda yang bernama Mintaraga yang bisa mengalahkan raksasa yang sedang mengamuk di negeri Amartha. Kemudian Bathara Indra pun lenyak kembali ke kahyangan. Semua yang ada di pendopo itu pun lega sambil terus berharap siapakah gerangan Mintaraga, ksatria yang dapat mengalahkan raksasa itu?

ooooooooooooooooo

Kahyangan geger, para Dewa dan Dewi tidak bisa tenang. Hawa panas dan goncangan-goncangan seakan menandakan bahwa telah terjadi peristiwa yang Sangay Herat yang bakal terus menyerang kahyangan. Dan benar saja, kejadian itu sampai berbulan-bulan lamanya, yang memaksa Bathara Indra untuk Turín ke dunia.

Bathara Indra Turín tepat di Goa Mintaraga asal hawa panas yang mengguncang isi kahyangan. Terlihat sosok pemuda yang tampan tapi sedikit lebih kurus yang sedang bersamadi dengan khusyuk.

‘Cukup Ngger.. Cukup. Hentikan tapamu. Apa yang kau pinta kepada Dewa Ngger cah bagus..? Katakan saja..’, kata Bathara Indra.

Arjuna pun membuka matanya sambil tersenyum tenang dia memberikan sembah pada Bathara Indra. Kata-katanya yang lembut menawan seolah membuktikan bahwa dia adalah Arjuna yang terkenal dengan ketampanan dan kehalusan budi pekertinya.

‘Duh Sinuhun.. Saya Arjuna putera Pandu ingin hidup tenang dan tenteram bagaimanakah caranya? Saya hanya ingin menjadi rakyat biasa.. Apakah saya salah Sinuhun.. Saya tidak ingin bertapa untuk mencari kesaktian, tetapi bertapa untuk ketenangan hidup..’, kata Arjuna pelan.

‘Ngger cah bagus.. Hidup semua sudah ada yang mengatur. Manusia tidak bisa hidup sendiri karena sudah dari sananya mereka harus bersama dan saling tolong menolong. Kedamaian dan ketenteraman datangnya dari hati bukan dari apakah kita petani atau bukan. Hatimu yang mulia dan tutur katamu yang lembut adalah modal untuk mencapai ketenteraman. Ketenteraman lahir manakala kamu dapat membuat rakyat menjadi tenteram. Kedamaian hati tercipta saat kamu membasmi angkara murka dan membuat hidup masyarakat menjadi damai. Apa yang Ngger Arjuna inginkan sebenarnya adalah dari hati kita masing-masing.. Sudah jelas Ngger anakku?’, kata Bathara Indra sambil mengelus kepala Arjuna.
‘Sekarang ini Amartha telah diganggu oleh raksasa yang bernama Winantakala. Hanya kamulah yang sanggup mengalahkannya Ngger cah bagus..’, lanjut Bathara Indra.

‘Katur sembah nuhun Sinuhun.. Tapi saya tidak pandai memanah dan berkelahi, bagaimana saya dapat mengalahkannya..’, berkata Arjuna setengah berbisik.

‘Jangan khawatir Ngger cah bagus. Kuberikan kamu ilmu yang bernama Sepiangin. Pergunakan ilmu ini untuk membela rakyatmu Ngger cah bagus..’, kata Bathara Indra. Bersamaan dengan itu memancarlah cahaya dari tangan Bathara Indera dan memasuki tubuh Arjuna.

Setelah menerima ilmu Sepiangin, Arjuna meninggalkan Mintaraga dan berjalan menuju Amartha. Dalam perjalanan, Arjuna banyak menyelamatkan penduduk-penduduk desa yang menemui kesulitan. Karena ketampanannya para wanita, tua muda, gadis janda memuja-mujinya, bahkan para Dewa pun menjadi iri akan ketampanannya. Konon Dewa Kamajaya yang tertampan dari para Dewa pun gerah mendapat saingan. Tapi karena tindak-tanduk Arjuna yang lembut dan welas asih dalam bersikap maupun bertutur kata Kamajaya sendiri diam-diam memujanya.

Dalam perjalanan itu pula Arjuna sering bertapa. Bertapa tidak harus menyendiri, tapi dimanapun dalam situasi apapun harus berusaha menyingkirkan nafsu angkara murka yang ada dalam diri dan mengubah perbuatan-perbuatan yang tercela. Banyak Dewa yang menyayanginya. Bahkan Bathara Indra pun akhirnya mengangkat Arjuna sebagai anaknya dengan gelar Indra Tanaya. Arjuna pun mendapatkan panah Pasopati, panah Sarutama, panah Ardha Dhedali, Cundha Manik, Keris Pulanggeni dan cincin Sotyaningampal.

ooooooooooooooooo

Akhirnya saat yang dinanti pun tiba. Arjuna bertarung dengan Winatakala yang bisa mengeluarkan api dari mulutnya. Hampir sama seperti pertarungan-pertarungan sebelumnya, Arjuna pun mengeluarkan panah-panah saktinya. Dan akhirnya Arjuna berhasil mengalahkan raksasa tersebut.

Setelah mengalahkan raksasa tersebut Arjuna bertemu dengan kadang pandawa lainnya. Tangis haru dan rindu pun membahana di ruangan pendopo itu. Yah, tangis bahagia yang timbul dari kesalahpahaman yang sebenarnya tak perlu. Pemuda Mintaraga yang sakti mandraguna ternyata adalah Pamadya Pandawa yang nantinya membantu memenangkan perang di Kurusetra. Tapi semua orang tak tahu bahwa ketika Arjuna mengeluarkan panahnya, jutaan wanita berdoa untuk kemenangannya. Doa itu menjelma menjadi sinar yang memancar terang menyilaukan yang memaksa para Dewa mau tidak mau terpaksa memenangkan Arjuna. Oh lelananging jagad..



Demak, Agustus 2002

Arif Menulis Cerpen :
Cleopatra dan Cinta Si Gadis Desa 2



Hatiku selembar daun....

DIGEROGOTI NASIB

‘Cinta itu seperti aliran sungai di Kali Kracaan. Kadang dia deras, kadang mengalir lembut, kadang tenang. Meskipun musim kemarau tiba, dia tetap berusaha mengalirkan air dari pori-porinya.. Tapi ketika engkau meremehkan dia, dia akan menelanmu dengan air matanya..’ (Suatu waktu di tepi Kali Kracaan Demak).


DIGEROGOTI NASIB

Arif Rohman


‘Aku ingin jadi manusiaaa…!!’, begitu teriak Pat Kay dengan keras. Suara itu menggema diperbukitan Kun Lun San di Nanking. Dari nada yang terdengar terlihat bahwa orang itu sedang marah, kesal, sedih, putus asa yang menyatu. Tapi tetap saja tak ada yang mendengar. Mungkin semua orang sudah terlelap dengan mimpinya. Hanya suara jangkrik saja yang terdengar bersahutan, seakan turut bersimpati dengan kesedihan yang dialami oleh pemuda itu.

Sejenak pemuda itu termenung memandang air telaga yang kehijauan dikelilingi dedaunan yang rimbun. Sayup-sayup terdengar gemersik dedaunan yang ditiup oleh angina malam yang melintas tanpa permisi lebih dahulu.

‘Salahkah aku mencintai seorang gadis? Salahkah aku menyukai seorang wanita? Apakah status sosial harus membedakan dan menghancurkan kisah cinta antara Dewa dan anak manusia? Apakah langit begitu kejamnya hingga memberikan peraturan yang saklek dan tak dapat ditawar lagi?’, Pat Kay membatin dengan perasaan tak menentu.

Sekali lagi benak pemuda itu melayang entah kemana. Di telaga itulah pertama kali dia turun ke bumi. Di telaga Kun Lun San itulah cinta Pat kay bersemi. Betapa tidak? Beberapa waktu yang lalu dia tanpa sengaja melihat seorang Dewi telah mandi di telaga yang segar tersebut. Namun anehnya, sang Dewi berpakaian sederhana tak seperti kebanyakan gadis yang lain. Gemercik air telaga dan keelokan paras sang Dewi telah membuat hatinya bergelora, darahnya menjadi panas tak tertahankan. Namun walau Dewi itu terlihat sangat sederhana sekali, kecantikan dan liuk tubuhnya yang lemah gemulai mungkin tak tersaingi oleh Dewi-Dewi yang ada di kahyangan.

‘Siapa itu? Beraninya mengintip aku yang sedang mandi? Dasar laki-laki kurang ajar!’, teriak sang gadis sambil mukanya merah dan bersemu dadu, melihat ada yang melihatnya tatkala sedang mandi di telaga itu. Memang sebenarnya ia lah yang salah karena teriknya panas matahari sehabis bepergian ke Lo Yang ke tempat pamannya, tanpa meneliti di sekitarnya terlebih dahulu, dia lantas mandi begitu saja.
‘Maaf nona, aku tak sengaja. Aku tak bermaksud mengintip. Aku.. Aku..’, mulut Pat Kay tak dapat mengeluarkan suara, tenggorokannya seperti tercekik, mungkin karena kaget dan malu. Pemuda itu lalu meminta maaf sambil menyoja kea rah nona itu.

Tapi hati wanita memang susah ditebak, melihat sikap pemuda itu yang sopan dan tidak cengengesan, dia pun langsung memaafkannya, walau demikian air mata yang bercucuran pun tak pelak jatuh ke pipinya.

‘Jangan menangis nona, wajahmu jadi jelek sekali. Aku Ciu Pat Kay, jadi bingung melihat kamu menangis. Katakana pa yang harus kulakukan untuk menebus dosaku..’, demikian Pat Kay bertanya pada nona yang cantik tersebut. Dia berpikir bahwa gadis itu adalah seorang Dewi yang sedang menyamar menjadi manusia. Sebetulnya dia dapat saja lari terbang ke angkasa, namun hatinya yang paling dalam menolak dan ingin tetap berada di tempat tersebut.

‘Dengarlah.. Aku adalah seorang gadis. Segala kehormatanku telah kau lihat semuanya. Hanya kematian yang bisa menghapuskan aib yang kualami..’, kata gadis tersebut sambil menangis terisak-isak.

‘Jangan begitu nona. Kehidupan adalah suci, kau tak dapat melakukan itu. Biarlah kita cari jalan keluarnya..’, ucap Pat Kay membujuk.

‘Cara satu-satunya adalah.. Cara satu-satunya adalah kita harus menghadap ke orang tuaku bersama-sama’, kata gadis itu meragu.

‘Baiklah kalau itu satu-satunya cara, aku akan menurut. Tapi siapakah namamu? Dari tadi kita berbicara tapi kau tak pernah menyebutkan nama..’, Pat Kay pun berkata sambil tersenyum. Mungkin senyum bahagia.

‘Namaku Sui Lian, aku she Tio. Tapi aku adalah anak orang miskin Pat Kay Koko. Ayahku hanya penjual tahu dan ibuku telah lama meninggal dunia. Kita tidak sederajat Pat Kay Koko, apakah kamu tidak menyesal punya isteri miskin seperti aku..’, kata Sui Lian dengan wajah yang sangat murung.

‘Aa.. Apa.. Ti.. Tidak mengapa. Bagiku status kaya dan miskin tidak menjadi persoalan. A.. Aku.. Aku…’, jawab Pat Kay terbata-bata. Betapa tidak? Gadis yang dia kira adalah seorang Dewi kahyangan seperti halnya dirinya ternyata adalah seorang manusia! Bagaimana ini? Ini jelas menyalahi kehendak langit.

‘Ada apa Pat Kay Koko? Apakah kau menyesal? Katakan padaku Koko..’, Sui Lian pun berusaha mendesak apa yang sedang dipikirkan kekasihnya.

‘Bukan begitu Lian Moy.. Pernikahan adalah urusan besar . Katanya lahir sekali, menikah sekali dan matipun sekali. Karena itulah aku harus mengabarkan berita baik ini kepada orang tuaku. Apakah kau tak keberatan..?’, bisik Pat Kay kepada kekasihnya, walaupun ia sebenarnya bingung sekali terhadap permasalahan yang dihadapinya.

‘Kenapa aku harus marah Koko? Itu adalah justru yang harus kau lakukan. Jangan sampai nanti kamu kamu dicap putauw (durhaka) oleh orang tuamu sendiri’, kata Sui Lian dengan lembut penuh pengertian.
‘Bagaimana aku harus menyakiti perasaan gadis ini? Walaupun dia ternyata bukan seorang Dewi seperti yang aku perkirakan, namun kecantikannya, kelembutan hatinya, dan perangainya yang mempesona telah membuatku jatuh cinta. Jadi bagaimana aku bisa menyakitinya? Aduh bagaimana ini.. Sudah menjadi nasib bahwa Dewa tak bisa bersatu dengan manusia. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan perbuatanku ini..?’, Pat Kay membatin.

Kalau begitu, begini saja Moymoy. Tunggulah aku di telaga Kun Lun san ini pada tanggal 15 bulan purnama mendatang. Aku pasti datang. Aku pasti datang Moymoy. Tunggulah aku..’. Dan ciuman lembut nan mesra pun mendarat di pipi Sui Lian.

Sui Lian pun memejamkan matanya seakan tak ingin ciuman itu berakhir, karena ciuman itu adalah kebahagiaan. Ketika matanya terbuka, Pat Kay kekasihnya sudah menghilang lenyap bagaikan angin yang menuruni lereng Kun Lun San.

ooooooooooooooooo

Pemuda itu tersadar dari lamunannya. Di telaga nan jernih itu matanya menatap nanar. Kisah cintanya yang indah selalu terbayang di matanya. Dia masih ingat besok adalah tempo dimana dia akan bertemu dengan Sui Lian kekasihnya. Walaupun para Dewa geger, marah dan kahyangan telah gempar akibat perbuatannya, dia tetap tak peduli. Hidup bersama Sui Lian sang kekasih tercintanya adalah impian hidupnya. Dia tak ingin ada yang mengekang, membelenggu dan menjajah kemerdekaan jiwanya. Dia ingin seperti kuda putih yang lari bebas kemana dia suka. Maharaja Langit, Dewa Kwan Im, Dewa Erlang dan Dewa-Dewa kahyangan lainnya pun menggelar konferensi darurat membahas perihal Pat kay yang dianggap tidak lazim di kalangan Dewa. Namun Pat kay tetaplah Pat Kay. Sehebat apapun rintangan dan tantangan yang akan dihadapinya, ia tetap bersikukuh dengan keinginannya.

Sebentar lagi sang kekasihnya datang! Itulah yang dia harapkan saat ini. Senyum bahagia pun segera menghiasi wajahnya. Hatinya dag dig dug tak keruan. Tapi entah kenapa cuaca hari itu tak seperti biasanya. Angin bertiup kencang aneh. Langit menjadi gelap dan hawa dingin pun menyeruak. Tapi tetap saja Pat kay tersenyum, senum kasmaran. Ia jatuh cinta!

Iseng Pat Kay melangkah menuju tepian telaga, dipandanginya air telaga yang bening itu.

‘A.. Apa.. Wajahku.. Wajahku.. Kenapa jadi begini.. Kenapa ini.. Apa.. Apa… Yang terjadi..’, Pat Kay pun kaget setengah mati memandang wajahnya yang berubah. Parasnya yang tampan berubah menjadi jelek bukan main. Hidungnya yang mancung menjadi besar dan menjorok ke depan. Telinganya telah berubah menjadi besar dan panjang dan terakhir dia tak bisa berkata sepatahpun kata.

‘Grhoook.. Grhok.. Grhk..’, suara dan wajahnya telah berubah seperti seekor babi. Terakhir ketika dia melihat perutnya, hampir saja dia pingsan, Perutnya telah berubah gendut besar bukan main!
Air mata pun menetes dari pipi Pat Kay ke bumi. Ketakutan-ketakutan pun muncul. Takut akan kehilangan kekasihnya.

‘Aaaaaaaaaaaaa... Aaaaaaaaaaa.. Langit tidak adil! Kenapa Dewa tidak bisa jatuh cinta dengan anak manusiaaaaaaaaaaaaaa!!’, diapun berteriak dengan keras sekali. Dia mengamuk habis-habisan.Pohon-pohon tumbang dibuatnya. Setelah lelah diapun mendeprok ke tanah. Rasa kecewa, sedih, marah pun menjadi satu. Yang dapat dilakukannya sekarang ini adalah menangis. Ya, menangis. Air mata, oh air mata..

Karena gundah dan bingung, Pat Kay pun berlari menuruni lereng bukit itu sambil meraung sedih. Sedih karena dia yakin bahwa Sui Lian tidak akan dapat menerima keadaannya sekarang ini. Dia lari sangat kencang sekali yang dalam beberapa waktu saja sudah tidak kelihatan.
Tapi Pat Kay tak tahu bahwa sedari awal sudah ada sosok dengan mata indah yang mengawasinya. Dari bibir yang indah itu terucap kata-kata :

‘Pat Kay Koko.. Walau apapun yang terjadi denganmu, aku tetap mencintaimu Koko.. Mencintaimu.. Selalu.. Kenapa kau pergi Koko.. Kenapa kau meragukan cintaku? Kenapa kau membatasi dan menghina cintaku dengan ukuran fisikmu Koko.. Kenapa kau pergi Koko.. Koko.. Tahukah kau.. Cintaku abadi..’, demikian gadis itu berbisik dengan air mata bercucuran. Tapi Pat kay tak pernah kembali.





Demak, Agustus 2002

Arif Menulis Cerpen : Cleopatra dan Cinta Si Gadis Desa 3.




Hatiku selembar daun...

CINTAKU DI MOSKOW

CINTAKU DI MOSKOW

Arif Rohman


Hari ini aku senang bukan main. Permohonan cutiku dikabulkan oleh perusahaan. Itu berarti keinginanku untuk berlibur ke Rusia akan terlaksana. Sudah beberapa tahun ini aku bekerja dan bekerja tanpa mengenal lelah. Sampai-sampai aku tak berlibur selama tiga tahun. Karena itulah aku memutuskan cuti selama sepuluh hari. Dan tidak main-main, aku berencana pergi ke Rusia. Apa karena tempatnya yang cocok untuk main sky atau memang aku sangat tertarik dengan Marxism, Lenin maupun Stalin, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku akan segera meninggalkan Jakarta yang penuh polusi, macet dan pekerjaan yang menumpuk. Kalau diteruskan lagi bisa stress aku! Aku berencana seminggu di sana. Santai dan menikmati liburan. Maklum masih bujang, jadi yang dicari hanya pengalaman dan hiburan.


Moskow, Hari Pertama
Dari bandara, aku langsung diantar ke sebuah hotel berbintang lima yang terlihat mewah sekali. Tapi bagiku hal itu sudah bukan hal yang luar biasa. Sebagai ahli dalam bidang arsitektur jebolan institut di Jerman, gajiku lebih dari cukup untuk tidur setiap hari di hotel seperti ini.

Sesampai di kamar, kurebahkan tubuhku yang lumayan penat. Tapi ternyata mata tak bisa terpejam. Akhirnya kuputuskan untuk berjalan-jalan di taman Gorky Park yang terletak di pusat kota. Moskow memang kota yang tertib dan rapi, mungkin karena penegakan hukum yang benar-benar menuntut kedisiplinan dari aparat penegak hukumnya sendiri.

Udara di Moskow memang dingin. Maklum saat itu musim salju. Ketika angin menerpa, kurapatkan syal yang ada di leherku dan mantel tebalku. Agak sepi memang, tapi bagiku itulah yang kuharapkan. Di sini aku bisa melakukan perenungan-perenungan terhadap apa yang telah kulakukan selama ini, terutama sejak aku lulus dari Jerman.

‘Hmm.. Cuacanya sepertinya cocok untuk main sky’, kataku kepada seorang receptionist yang rada sedikit cantik.

‘Iya sir.. Tapi tempat yang cocok untuk main sky adalah di daerah Gorky. Sekitar satu jam dari sini. Di pinggiran kota Moskow..’, jawab receptionist itu dengan senyum manis yang terlalu dipaksakan. Formalitas! Tapi kuakui pelayanan untuk turis di Moskow memang memuaskan. Ramah dan profesional kupikir.

‘Oh ya nona.. Terima kasih. Mungkin besok pagi saja aku berangkat’, kataku sambil melangkah menuju kamarku.

‘Maaf sir.. Tadi ada telepon dari Jakarta menanyakan anda’, katanya kemudian.

‘Terima kasih nona, tapi aku tak mau diganggu oleh siapapun selama liburanku OK?!’, kataku kepada wanita itu dengan sedikit agak kesal.

Wanita itu hanya manggut-manggut saja, tapi sepertinya dia tahu maksudku yang seperti kebanyakan turis-turis lainnya yang tak mau diganggu dengan urusan pekerjaan.

Di kamar aku segera mandi air hangat dan segera tidur . Besok aku akan main sky di Gorkiy. Semoga akan menyenangkan karena cuacanya sedang baik.


Gorkiy, Hari Kedua
Setelah satu jam naik bus, aku telah sampai di Gorkiy. Di situ ada sebuah tempat yang menyewakan peralatan sky.

‘Cuaca bagus ha?!’, kataku kepada lelaki brewokan yang punya tempat sewa.

‘Benar, bahkan sangat bagus. Sayang dalam beberapa waktu ini jarang yang datang untuk main ke sini..’, katanya sambil mengambilkan beberapa alat yang sudah dipajang sebelumnya.

‘Terima kasih..’, kataku kepada lelaki itu.

Banyak orang yang menanyakan kepadaku, kenapa aku suka sky. Mereka tak tahu bahwa ketika kita meluncur ke bawah, perasaan kita seperti terbang. Lepas bagai seekor burung. Merdeka tanpa kekangan dan belenggu.

Semua sudah siap. Aku akan segera meluncur. Tapi tiba-tiba mataku melihat seorang gadis dengan mantel merah sudah meluncur dengan asyiknya. Wajahnya memang tak kelihatan. Tapi rambutnya yang panjang riap-riapan terlihat sangat anggun sekali.

Seakan ada kekuatan yang menggerakkan, aku segera meluncur mengikutinya. Dan aku pun berhasil mengikutinya. Di bawah, dia berhenti dan memperlihatkan wajahnya.

‘Wow cantik sekali..’, desisku. Sesaat aku tertegun memandangi wajah yang cantik itu. Wajah khas Eropa. Hatiku langsung dag dig dug tak keruan.

‘Hi.. Main sky?’, katanya padaku. Senyum manis pun merekah dari bibirnya yang aduhai.

‘I.. Iya. Perkenalkan namaku Andre. Bolehkah saya tahu namamu?’, kataku membuka salam perkenalan.

‘Namaku Stephanie. Kamu boleh memanggilku Tiffanie..’, jawabnya.

‘Ups.. Nama yang indah. Kenapa main sendirian?’, tanyaku asal, mengingat tak ada topik yang terlintas di benakku.

‘Aku lagi pusing.. Biasanya kalau ada masalah, aku main sky sendirian. Ya sendirian..’, katanya sambil menampakkan mimik yang kurang bahagia.

‘Maaf membuatmu bersedih. Jika tak keberatan, aku akan menemanimu main sky’, kataku menawarkan diri walau sebenarnya aku tak yakin akan diluluskan.

‘OK. Teman kadang datang disaat yang dib utuhkan’, katanya dengan nada yang penuh keceriaan.

Sebuah awal yang baik. Taffanie orangnya ramah, cantik dan seksi. Baju merah yang dipakainya, demikian serasi dengan potongan tubuhnya yang indah. Sehabis main sky, kamu pun ngobrol berdua dengan asyiknya. Tiffanie berasal dari Krasnoyarks. Dia kemudia ikut orang tuanya ke Moskow. Sekarang dia sedih karena habis putus cinta dengan pacarnya. Tragis memang, gadis secantik dia diduakan oleh pemuda yang goblok menurutku. Tak tahu bahwa Tiffanie orangnya cantik. Bahkan dalam hidupku baru kali ini kutemukan. Face-nya yang ala Eropa dengan rambut keemasan dan hidung mancung serta bola mata yang biru indah membuat kecantikannya nyaris sempurna.

Waktu memang sulit ditebak, pertemuan yang secara kebetulan itu membuat kami cepat akrab. Karena waktu yang sudah mulai senja, kami memutuskan untuk kembali ke Moskow. Dan hatiku pun semakin berbunga-bunga manakala dia menawarkan diri menjadi guide berkeliling Moskow. Amboi, senang nian hati ambo!

Di hotel aku tak bisa memejamkan mata barang sedikitpun. Bayang-bayang Taffanie selalu menghantuiku. Kadang aku senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Tapi tak masalah, yang penting aku bahagia, titik.


Belomorsk, Hari Ketiga
Belomorsk adalah kota yang indah di utara Rusia. Di situ ada sebuah danau yang bernama Danau Oneya. Danau yang jernih dan masih alami itu memang agak sedikit tertutup salju. Namun ada juga angsa-angsa yang berenang dengan senangnya. Hatikupun merasa bahagia. Apa lagi ketika Tiffanie menggandeng tanganku mengelilingi pinggir danau. Hatiku berdetak keras. Baru kali ini aku digandeng seorang gadis cantik, sarjana soiologi lagi. Ahh.. Semoga jangan cepat berakhir..

Karena terlalu terburu-buru, Tiffanie pun terpeleset jatuh. Namun aku dengan sigap menangkap dan memeluk tubuhnya. Bau wangi menyeruak menusuk hidungku. Wangi yang tak akan terlupa dalam hidupku.

Entah setan apa, yang merasuki kami berdua. Bibir kami segera bertemu dan kecupan lembut Tiffanie pun mendarat di bibirku. Aku seperti terpagut ular. Aku segera menarik tubuhku.
‘Maaf.. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi. Kita baru saja berkenalan. Jadi.. Jadi..’, kataku terbata-bata.

‘It’s OK. Harusnya aku yang meminta maaf. Aku suka kamu. Kamu elegan..’, katanya dengan raut muka serius.

Aku tak menjawab, hanya sedikit mengangguk. Takut merusak suasana. Dan ketika sambil berjalan dia menggelitik pinggangku, aku pun jadi tertawa. Suasana pun kembali mencair. Kami pun makan di sebuah restoran di pinggir Danau Oneya. Suasana sungguh romantis sekali. Lagu-lagu lembut dari Queen seakan mengilhami kami untuk berpegangan tangan. Merangkul dan ciuman. Pelajaran bercinta yang sedang kujalani cepat kutangkap. Aku pun sudah terbiasa dengan pelukan dan ciuman dari Tiffanie. Pengalaman yang aneh dan baru pertama kali dalam hidupku..


Swerdlowsk, Hari Keempat
Di sebelah timur Rusia, ada sungai yang indah, yang terkenal dengan sebutan sungai Irtisyi. Sungainya sangat indah dan kadang terlihat pecah menjadi anak-anak sungai. Kedekatanku dengan Tiffanie bagaikan batang sungai dengan anak sungai tak terlepaskan, mungkin oleh kekuatan apapun juga.

‘Andre.. Aku suka kamu. Do you have a girl friend?’, katanya terus terang padaku. Orang bule memang kalau berbicara suka blak-blakan.

‘No, I don’t..’, kataku sambil mengawasi mimik dari Tiffanie. Dan kulihat dia senang sekali. Kami pun berpelukan kembali. Sepertinya pelukan bukan hal yang tabu lagi bagiku. Aku kadang tak mengerti, apakah adat ketimuranku sudah terkikis atau tidak, aku tak peduli. Yang penting hidup matiku hanya untuk Tiffanie seorang.

‘Cuaca semakin dingin. Ini ambillah topi kelinciku sebagai hadiah..’, katanya lirih.

Aku diam tak bergerak. Di Jawa, ada mitos bahwa pemberian yang berupa kain atau sejenisnya dari seorang kekasih, maka umur percintaan itu tak kan lama. Tapi peduli setan! Tiffanie sudah menjadi milikku. Dan ini Eropa bung!

‘Terima kasih, my dearr..’, kataku sambil memeluk tubuhnya. Ahh.. Belahan hidupku, kekasih jiwaku, Tiffanie..


Izywsk, Hari Kelima
Pada hari kelima aku bersama Tiffanie ke pegunungan Ural di daerah Izywsk. Banyak pepohonan yang dilapisi salju sangat indah sekali seperti lukisan. Seakan-akan memberikan petunjuk bahwa aku tak akan terpisahkan dengan Tiffanie.

Malam itu di Hotel Izywsk, udara sangat dingin. Kami pun ngobrol di kamar Tiffanie. Saking asyiknya ngobrol tak terasa waktu sudah semakin larut malam. Ketika dingin menyeruak, suasana sepi, hanya iringan musik klasik Pavarotti mengalun pelan. Kulihat Tiffanie duduk di tempat tidur dengan santai. Terlihat pahanya mulus indah. Lekuk tubuhnya membuatku bergelora. Seperti ada kekuatan misterius aku pun diam terpaku. Dia lalu menghampiriku sambil berbisik :

‘Aku mencintaimu Andre. Aku tak bisa hidup tanpamu..’, katanya mendesah. Aku pun berusaha mengikuti geraknya. Dan musik Pavarotti pun terus mengalun sampai pagi.


Moskow, Hari Keenam
Cuaca di Moskow masih saja dingin. Tapi hatiku tidak. Hatiku hangat menggelora. Dengan Tiffanie di sampingku, aku tak takut pada apa pun. Di hotel aku rebah di kasur membayangkan hari-hari yang kulewati selama liburan. Nyaris sempurna tak ada cacatnya. Liburan ini telah menumbuhkan semangat hidup yang baru.

Tiba-tiba telepon berdering. Si gadis receptionist pun menyampaikan pesan.

‘Mr. Andre, teman anda Miss Tiffanie memberi pesan bahwa anda ditunggu malam ini di hotel Kazani, sebelah timur Taman Gorky. Cuma itu saja..’, katanya dan kemudian menutup gagang telepon dengan pelan.

Aku pun segera bersiap-siap. Kupakai bajuku yang terindah dan termahal. Cuma seperempat jam saja denga taxi aku sudah sampai ke sana. Dalam perjalanan aku senyum-senyum sendiri kayak orang gila.
Kulangkahkan kakiku ke lobby dan bertanya pada receptionist.

‘Miss Tiffanie.. Mm.. Maksudku Stephanie..’, kataku pelan.

‘Lantai 3 di ruang pertemuan..’, katanya singkat.

‘Thanks..’, kataku sambil menuju lift yang ada di sebelah kiri.

Aku agak sedikit heran. Kenapa dia menunggu di ruang pertemuan? Tapi tak tahulah, yang terpenting sekarang aku ketemu Tiffanie.

Ketika aku masuk ruangan, aku sedikit heran. Banyak makanan dan orang-orang yang berdansa. Ketika seseorang yang membawakan acara mengatkan bahwa ini perkawinan Tiffanie, aku tak percaya. Sungguh aku tak percaya. Kukira mungkin ini sebuah lelucon. Tapi kemudian aku diam. Faktanya memang ini adalah pesta perkawinan. Dan Tiffanie memakai gaun putih dan bersanding dengan seorang pria Rusia.

Ketika Tiffanie menghampiriku, seribu pertanyaan siap kuluncurkan. Tapi melihat wajahnya aku tak tega. Mulutku kelu.

‘Andre kau datang. Ini adalah upacara perkawinanku dengan Menhem kekasihku..’, katanya dengan ceria.

‘Tapi Tiffanie kemarin malam.. Kemarin malam, kita.. Kita..’, kataku setengah berbisik.

‘Ahh.. Lupakanlah. Itu hal yang biasa di Rusia’, katanya santai.

‘Tapi kemarin kau bilang kau mencintaiku..’, kataku merasa dibohongi.

‘Kemarin aku hanya suntuk saja. Sekarang tidak. Dan mengenai hotel Izywsk, tak masalah. Aku melakukannya karena suka. Itu saja. Jangan diingat lagi.. Carilah pasangan untuk berdansa’, katanya padaku.

Kata-kata itu seperti sebuah sembilu yang menusuk hatiku. Aku frustasi. Kuambil beberapa gelas minuman. Dan aku tak ingat apa pun. Ketika aku sadar, aku sudah ada di kamarku. Ingin mati rasanya.


Moskow, Hari Terakhir
Dengan lesu kukepaki barang-barangku. Aku kaget ketika melihat sebuah surat tergeletak di atas meja. Huhh.. Dari Tiffanie! Aku tak membaca surat itu. Surat itu langsung kumasukkan dalam jaketku. Bagiku Taffanie adalah mimpi buruk. Nightmare yang meremukkan hatiku.

Dalam pesawat menuju Jakarta, kucoba pahami arti dari semua ini. Maklum aku berasal dari teknik arsitektur. Yang selalu kuhadapi hanya kertas, gambar, disain, material dan rumus-rumus. Hidupku selalu berhubungan dengan benda mati, bukan dengan manusia. Itu salahnya. Bahkan celakanya di kala berhubungan dengan manusia, aku gagal. Ya, gagal. Kami orang teknik terus terang jarang tersenyum. tampang kami selalu serius. Prestisius selalu diukur dengan daya cipta mati-matian, yang kadang mengesampingkan hubungan dengan manusia yang lain.

Setelah aku sadar akan semua ini, tanpa kusadari aku melayangkan senyum untuk pertama kali kepada seorang anak kecil di samping kiriku. Senyumanku tulus. Dan dia membalas senyuman itu! Entah kenapa hatiku menjadi bahagia.

Pada waktu akan mendarat, rasa ingin tahuku akan surat dari Tiffanie memaksa aku untuk mengambil surat itu dan membacanya,

Dear Andre,

Setelah menerima surat ini pergilah ke Zlatousi. Kutunggu kau di sana. Aku telah lari dari perkawinan paksaan orang tua ku. Jika kau tak datang, aku akan pergi. Aku takut kembali ke Moskow. Kutunggu sampai jam 10.00. Aku mencintaimu. Semoga kau datang.

Kekasihmu,

Tiffanie.

Aku tak percaya ini semua. Kupelototi jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 21.00. Kemana harus kucari Tiffanie? Rusia begitu luas! Ahh.. Kenapa ini? Satu pelajaran lagi yang kuperoleh dari Tiffanie, jangan pernah takut menghadapi kenyataan! Aku sadar akan hal itu. Jika saja kubuka surat itu pada waktu aku akan berangkat.. Dan ketika pesawat tiba di Jakarta, aku hanya bisa tertawa. Getir.


Demak, Agustus 2002

Arif Menulis Cerpen : Cleopatra dan Cinta Si Gadis Desa 4.




Hatiku selembar daun...

PEMUDA DESA YANG LUGU

PEMUDA DESA YANG LUGU

Arif Rohman



Seribu tahun yang lalu ada seorang pemuda desa dari Trowulan bernama Pembangun. Pembangun adalah anak yang lugu, pemberani dan patuh pada orang tuanya. Meskipun hatinya baik bak intan, namun parasnya tidak begitu tampan. Tapi dunia memang sungguh adil. Ada seorang kembang desa yang bernama Saraswati yang elok nan rupawan mencintai dia. Mereka sangat bahagia dan saling mencintai. Namun kemudian datanglah prahara, raja Majapahit Jayanegara bermodal seribu pasukan mengepung desa itu dan membawa Saraswati untuk diperistri. Pada waktu itu Pembangun sedang nyangkul di sawah. Begitu tahu Saraswati mau dijadikan selir Jayanegara, Pembangun seorang diri datang ke kota raja Majapahit dan menantang seluruh pasukan yang diketuai Panglima Nala. Sungguh aneh, dikepung seribu pasukan dia tetap tenang, mungkin karena doa dari ibunya, dia mati tertombak lembing, tertusuk anak panah dan tergores keris, tapi dia hidup lagi, begitu berkali-kali, sampai bajunya penuh darah. Ketika Panglima Nala turun tangan sendiri pun, dia baru tahu kalau Pembangun anak desa yang kerjanya nyangkul itu begitu sakti mandraguna. Setiap keris mengena tubuhnya, tubuh pembangun langsung mburup (keluar apinya). Panglima Nala dan seribu pasukannya pun menyerah. Prabu Jayanegara pun kemudian mengembalikan Saraswati ke pemuda itu. Pembangun kemudian justru dijadikan bekel di trowulan dan dikasih banyak intan permata sebagai bentuk penyesalan dan penghargaan Jayanegara terhadap keberanian, kesaktian, dan rasa cinta Pembangun yang begitu besar pada Saraswati. Jayanegara juga memberikan gelar GADJAH MADA kepada pemuda itu. Pemuda itupun berkata kepada kekasihnya, "Eh, Dik Saras... Banyak banget ya intan yang dikasih raja Majapahit itu.. Lihat aku juga dijadikan bekel di Trowulan.. Lihat aku diberikan gelar Gadjah Mada.. Tidak tahukah kamu kalau semua prajurit Majapahit semua tunduk ketika menatap wajahku...". Perempuan muda cantik itu pun berkata lirih, "Mas.. Aku tidak memperhatikan itu semua.. Yang aku perhatikan hanyalah ada seorang pemuda lugu dari desa yang ngluruk tanpa bala (melawan seorang diri tanpa pasukan) hanya untuk kekasihnya...".



Salemba, 30 Maret 2010.
*Cerita ini ngarang abis dan dibuat dalam tempo 5 minutes.



Hatiku selembar daun...

Semoga Gw Yang Salah

Semoga Gw Yang Salah


Arif Rohman


Once again, a good paper. This essay contained good evidence of thinking logically through the issues and reading appropriate texts. A good grasp of the issues. The essay has a straightforward structure, which is easy to follow, presents an argument, has a clear writing style, and shows, well-developed analytical skills. Your paper does reflect considerable thought and effort. You have provided a coherent response to the topic and your ideas and opinions were presented in a clear and logical fashion. Analytical skills are evident. You are a genious. Well done.





Baru kali ini seumur-umur gw dipuji sama dosen. Bule lagi.. Pendidikan di Barat memang benar-benar terkesan menghargai sebuah usaha dan pemikiran studentnya. Ada semacam semangat egaliter, dan kebersamaan di dalamnya.. Mungkin tidak semua, tapi kebanyakan mengarah ke sana.. Gw jadi teringat cerita teman yang sekolah di ITB drop-out, tapi disekolahin professornya di Amerika, ehh.. Malah lulus Cum-Laude. Gw jadi bertanya-tanya apa ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara kita? Apakah memberikan penghargaan untuk student adalah sesuatu yang sangat mahal? Seumur-umur jujur gw kagak pernah nerima feed-back dari dosen atas tulisan-tulisan yang gw produce. Tahu-tahu nilai sudah keluar.. Jujur gw gembira, tapi itu tidak membuat gw bahagia. Gw sempat berpikir semoga tulisan-tulisan yang dulu gw tulis, ga dibuang ke tempat sampah atau dijadikan bungkus kacang. Dan semoga tulisan-tulisan itu benar-benar dibaca dosen-dosen dan dikritisi secara ilmiah. Kalau tidak, pantaslah perkembangan pendidikan di Indonesia disalip oleh negara-negara tetangga sebelah. Menurut gw, sekolah yang baik adalah sekolah yang benar-benar mampu meningkatkan potensi para studentnya, mengukur tingkat pemahaman mahasiswanya, menunjukkan kesalahan studentnya dalam berpikir ilmiah dengan pendekatan yang membangun, mencetak budaya diskusi ilmiah, dan tak kalah pentingnya yaitu memberikan sentuhan personal kepada studentnya dalam situasi khusus. Ironisnya, saat ini, gw merasa 'belum' melihat itu. Tapi, semoga penilaian gw lah yang salah.. Bukankah di negeri yang 'ramah' ini ngomong jujur malah dianggap aneh dan bila perlu dihukum beramai-ramai? Bukankah ngomong jujur di negara ini sudah dianggap sebagai pendosa? Memang, dimanapun pendekatan penghukuman terasa lebih mudah daripada repot-repot mengurusi suatu perbaikan yang seringkali njlimet? Tapi bukankah itu yang harus dilakukan untuk sebuah kemajuan? Benar, gw seringkali iri melihat para journalists dan sastrawan. Bagi gw, mereka adalah pendekar-pendekar demokrasi. Walaupun kadang ada juga dari mereka yang melacurkan informasi. Tapi setidaknya, sebagian besar mereka, memperjuangkan kebebasan dengan torehan tinta dan puisi-puisi mereka. Jujur, gw sungguh kagum.. Kembali ke masalah kritik dalam pendidikan. Gw selalu ngomong dari apa yang gw lihat dan apa yang gw rasakan. Dan bisa jadi penilaian gw salah. Dan gw sudah menjelaskan berkali-kali sampai mulut gw berbusa-busa (bc. sampai mau muntah) bahwa pendapat gw, tidak lebih hanyalah sebuah penilaian subyektif. Jika ada yang merasa berseberangan dan tidak senang, itu hak mereka, dan bukankah itu hal yang biasa dalam sebuah negara demokrasi? Jika gw memang salah, apakah kemudian gw harus menjadi 'sais kereta kuda untuk membuat semua orang yang berseberangan dengan gw menjadi senang dan berbahagia?'. Bukankah manusia diciptakan tuhan dengan segala kesempurnaan dan keunikannya? Bukankah kita bisa mengendarai seekor kuda dari puncak gunung menuju ke sungai, tapi kita tidak bisa memaksa kuda tersebut untuk minum air sungai itu? Bukankah perbedaan justru melambangkan kebhinnekaan yang oleh para founding father kita selalu digadang-gadangkan? Sejarah membuktikan bahwa si penentang norma yang conservative dan orthodox harus lari semisal dari Perancis ke Inggris dan terbang ke Australia ataupun ke Amerika untuk memperjuangkan kemerdekaan berpendapat dan kebebasan berpikirnya? Dan sejarah juga mencatat bahwa perbedaan-perbedaan itu adalah 'syarat perlu' untuk sebuah kehidupan yang progressive dan humanis? Well, gw sudah kehabisan kata.. Condemnation is easier than introspection.. Tapi sekali lagi, semoga penilaian gw yang salah. Dan sekarang ini, jika ada anggur atau air sumur yang bisa membuat gw 'sama dengan orang lain', gw akan dengan senang hati meminumnya. Tapi bukankah itu mengkhianati kodrat penciptaan Tuhan yang maha misterius?? Sigh..!! Dunia memang benar-benar panggung sandiwara, dan gw adalah salah satu korbannya..




Armidale, 30 June 2009.Menanti-nanti turunnya salju sambil berucap, 'Tulisan untuk seni dan kebebasan memang harus dibayar mahal..'




Hatiku selembar daun...
Pesan Mbah Demak Di Hari Lebaran


Arif Rohman





Orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki pemikiran positif. Tipe berpikir orang-orang sukses ini adalah:



1. Big picture thinking bukan small thinking

Ojo mikir sing cilik-cilik, kudu sinau terus-terusan, rungokake omongane liyan, dadi utekmu kuwi wawasane dadi luas. Ndonya kuwi ora

mung demak.



2. Focused thinking bukan scattered thinking

Nek mikir kuwi sing tenanan, ojo angger ngawur lumpat-lumpat ora jelas. Nek mikirake belimbing demak yo belimbing demak, ojo nganti

mikir belimbing depok, citayam opo maneh, belimbing wuluh.



3. Creative thinking bukan restrictive thinking

Mikir ojo nggur mikir, tapi sing kreatip sitik. Misale ketinggalan kreta depok, ojo njur mutung lan mlaku depok jakarta, nek kuwi jenengane

edan.



4. Realistic thinking bukan fantasy thinking

Yen mikir ojo sing ora-ora, opo maneh mikir sing jorok-jorok, kayal, lan nglantur, mbok yo sing opo anane ae. Misale rupane elek, akeh kukule, tapi ngarep-arep dipacari luna maya. nek kuwi jenenge ora nggrayangi getokke. ngoco lo ngoco.



5. Strategic thinking bukan random thinking

Mikir kuwi koyok dolanan sekak, kudu kuat lan pinter itung-itungane, ojo asal-asalan, nek mung ngono bocah cilik yo iso. Misale kowe

kerjo nang Kalimantan terus adikmu arep kawinan sesok. Kowe yo kudu korban duwit sitik numpak pesawat, ojo malah pingin ngirit

numpak kapal, pas kowe nyampe panganane yo wis entek, eneke yo piring rusoh karo utang sing kudu dibayar.



6. Possibility thinking bukan limited thinking

Nek mikir kuwi sing bebas, ora ono beban, ojo kepikiran sing ora-ora, opo maneh sing ora penting. Misale pingin halal bi halal karo pak

sby, kudu mikirake ramene wong sing podo mrono, ojo nganti awake dhewe desek-desekan, kepidak, terus mati.



7. Reflective thinking bukan impulsive thinking

Mikir kuwi yo dirasak-rasake apik orane, ojo pas lagi nesu, kuwi lo contone Arya Panangsang mati sak durunge dadi rojo, amargo emosi

nglawan musuhe dhewekan, padalen dheweke nduwe prajurit akeh. Kuwi jenenge kuthuk marani sunduk, alias ora nggowo sim, stnk,

helm, spion, wani-wanine lewat nang ngarepe pulisi. Ojo ngono, nek kuwi jenenge prustasi..



8. Innovative thinking bukan popular thinking

Mikir sing apik kuwi sing ngasilake pemikiran sing anyar sing iso nyelesekke masalah, ojo mung mikir tapi hasile biasa-biasa ae. Misale nek

numpak kreta ora kebagian kursi kanggo lungguh, yo kudune mikir tuku kursi cilik sing didol nang stasiun opo tuku koran kanggo

nglesot. Ojo malah nesu-nesu mbalangi koco, terus mecotot nang dhuwure kreta. Nek kuwi jenenge ngedan.



9. Shared thinking bukan solo thinking

Mikir bareng-bareng kuwi luwih apik tinimbang kowe mikir dhewekan. Contone tukar kawruh nyambi ngopi, mangan telo godhok, gedang

goreng, opo buah belimbing. Ojo malah mikir nglangut karokan ngelamun, nglamune nang kuburan akeh lamuk sisan. Nek kuwi horror

banget.



10. Unselfish thinking bukan selfish thinking

Mikir kuwi ojo kanggo awake dhewe thok, tapi kudu kanggo keapikane wong akeh. Misale mikir mbangun dalan kampung ojo sing dipikir

dalan neng ngarep omahe thok. Wong kampung bakalan ngamuk kabeh. Iso-iso sirahmu benjut kabeh.



11. Bottom line thinking bukan wishful thinking

Ojo mikir sing sifate ngarep-arep ora jelas, mikir sing tenanan koyok dhene wong baris yoiku urut lan iso dimangerteni. Ojo mikir terus

piye corone macari cut tari, tapi mikiro piye corone entuk dhuwit kanggo operasi plastik lan tuku kebun belimbing sewu hektar ben

dheweke kesengsem.








Demak, 16 September 2010

Mbah Demak 'Mario Cleguk'





Hatiku selembar daun...

Sunday 19 July 2009

Di Sebuah Taman

Di Sebuah Taman


Arif Rohman




Malam jam 20.00 di kota sepi, sendiri berjalan menyusuri dinginnya kota. Terdengar kadang satu dua mobil tapi kemudian suaranya kembali ditelan sunyi. Dari sebuah perempatan dua anak perempuan sedang bernyanyi-nyanyi sambil memaki-maki. Berteriak, tertawa kemudian berpelukan.. Dua anak perempuan berjalan sambil menyanyi dan disetiap akhir nyanyiannya mereka selalu berteriak kemudian sunyi. Sampai didepanku mereka memandangku dengan senyum nakal dan meminta sebatang rokok. Aku hanya tersenyum saat mereka bilang,'Ooo.. Damn!!' Sambil berlalu. Tak seberapa lama datang seorang ibu setengah baya dengan muka dipencang-pencongkan minta 20 bucks. Dia bilang butuh uang untuk bayar taksi. Aku hanya tersenyum dan bilang maaf. Dia mengikutiku dan kemudian memaki ga keruan. Aku hanya tersenyum kecil. Di sebuah taman di pusat kota bernama Central Park seorang nenek tua mendatangiku dengan ramah. Bertanya tentang apa yang terjadi. Kemudian aku ceritakan dengan singkat pengalamanku dalam 1-2 jam yang lalu. Dia bilang sering sekali orang asing datang ke rumahnya pagi-pagi minta uang. Diberikannya 2 dollar tapi orang tersebut marah dan meminta 20 dollar. Dia segera meberikannya. Maklum seorang nenek tua umur 75 an sendiri dan tidak mau kaca depan rumahnya hancur karena lemparan batu. Dia kemudian menawari aku tumpangan ke flatku salah satu bangunan tertua di kota itu. Aku bilang maaf aku bisa jaga diri. Dia bilang kasihan lihat orang Asia bila di 'mob' sama orang-orang 'itu'. Aku hanya menurut.. Kududukkan tubuhku pada sebuah jok yang empuk, rapi dan harum.. Lima menit aku sudah sampai. Hati-hati jangan keluar lewat taman lewat jam 20.00 katanya. Aku hanya mengangguk. Dia senang melihat anggukanku dan melambaikan tangannya. Pergi dengan mobil putihnya. Orang tua yang perhatian.. Anganku terbang 7 tahun silam di jakarta, hampir tiap malam orang mati merebutkan kekuasaan dan mengais rejeki dari jambret, jual cimeng, sampai maling siang bolong. Lima orang mengelilingi mangsa dengan cukup membisikkan 'Berikan semua barang elo atau elo gw teriakin MALING'. Hukum rimba kadang bisa lebih kejam dari hukum negara. Pembakaran 'maling' entah itu maling benar atau tidak ga ada yang mau tahu. Yang pasti di jaman yang serba susah ini ada 'maling'. Pembakaran hanyalah sebuah pelampiasan. Karena hukum kadang tidak berjalan. Polisi hanya datang sekedar melihat dari 'jauh'. Aku hanya bisa gelengkan kepala.. Kota ini tidak seberapa.. Aku masuk ke kamarku. Menguncinya dan beranjak tidur. Kututup kedua mataku sambil kulafalkan doaku. Semoga nenek tua yang ramah itu tidak akan pernah menginjakkan kakinya ke senen..

Armidale, 11 May 2009.


Mengenal Philosophy 1 (Heraclitus, Socrates & Plato)

Mengenal Philosophy 1
Kelamnya kehidupan philosophers (Heraclitus, Socrates & Plato)

Arif Rohman



Tahukah saudara kalau istilah filosofi itu mempunyai latar sejarah yang panjang, penuh perdebatan dan sebuah perjalanan yang kelam? Filosofi bisa diartikan sebagai 'sudut pandang atau opini tentang dunia dan bagaimana kehidupan seharusnya ditempatkan'. Ahli filsafat adalah para perintis ilmu berpikir dan pengetahuan modern sekarang ini. Namun sayangnya banyak yang masih awam tentang orang-orang yang berjasa yang membawa kita dari dunia kegelapan, dan salah satunya adalah saya. Tulisan ini saya rangkum dari tulisan-tulisan kecil pada waktu saya membaca buku-buku filsafat. Mungkin lebih tepat disebut serpihan ''notes' kecil daripada tulisan diskusi yang 'njlimet'. Semoga tulisan ini bisa membuat adik-adik kita yang masih kecil nantinya menyukai pelajaran sejarah dan filsafat. Tulisan ini saya persembahkan untuk anak-anak dari kampung saya (Demak), anak-anak dari gang tongkang dan gang 21 (Senen). Semoga si kecil-si kecil yang lucu tumbuh jadi pemikir-pemikir yang perkasa.

Heraclitus (535–475 BC) adalah ahli filsafat Yunani sebelum Socrates. Dia terkenal dengan doktrinnya bahwa segala sesuatu di dunia ini selalu berubah. Sebagai perumpamaan dia menunjuk pada seseorang yang berjalan menyeberangi sungai untuk kedua kalinya, maka air yang mengalir mengenainya bukanlah air yang sama ketika dia menyeberang untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, perubahan adalah pusat dari semesta. Sayang tulisan Heraclitus tidak selesai karena dia menderita melancholia (mental disorder, sering depresi, dan derajat entushiasm yang rendah). Maka dia sering disebut dengan 'the weeping philosopher', jago filsafat yang mudah menitikkan air mata. Ini berbeda dengan Democritus yang justru kebalikannya dengan gaya 'tertawanya'. Heraclitus berpendapat bahwa substansi alamiah suka 'menyembunyikan diri'. Menurutnya jika segala sesuatu selalu bergerak berubah, maka jika ada muda ada tua, jika ada awal tentu ada akhir, sehingga menuju keadaan yang seimbang yang dia sebut 'harmony'. Pemikiran Heraclitus banyak mempengaruhi Plato dan Aristotle. Aliran Heraclitus sering disebut 'Heracliteans'. Heraclitus meninggal dalam keadaan yang menyedihkan dengan kerusakan pada matanya.

Socrates (469-399 BC) disebut juga orang suci, 'nabi', dan sekaligus guru dalam filsafat. Dengan metode pemikirannya yang lebih terkenal dengan sebutan 'elenchus' dia banyak memberikan kontribusi pada ranah 'etika' yang terutamanya pada aspek diskusi dan menelurkan konsep 'pedagogy' atau model dialog orang dewasa. Dimana model pengajaran yang baik menurut Socrates adalah dengan memperhatikan latar belakang dan pengetahuan seorang murid, situasi personal dan lingkungan sekitar. Dia juga banyak menyumbang untuk epistemology (sifat, keluasan, dan batasan-batasan pengetahuan) dan logic (mengemukakan alasan, argumentasi, dan ide dalm kerangka dialektika). Namun sayangnya, Socrates tidak menuliskan pemikirannya dalm bentuk teks. Pemikirannya malah diketahui dari tulisan-tulisan muridnya seperti Plato dan Aristotle. Metode 'elencus' nya banyak dipakai untuk kalangan praktisi hukum modern sekarang ini. Dia memulai pertanyaannya dengan mempersoalkan 'Apakah sebenarnya keadilan itu?'. Dia beranjak pada kesimpulan bahwa keadilan adalah universal dan itu dibentuk dari fakta-fakta yang spesifik. Metode ini lebih dikenal dengan istilah 'inductive reasoning' yaitu menarik kesimpulan dari hal yang sifatnya khusus (potongan-potongan fakta) menuju hal yang sifatnya umum (gambar besar). Dia menjelaskan metodenya dengan berani dihadapan para juri (kumpulan hakim pemutus) tentang nilai-nilai moral mereka yang salah. Socrates sering dihubungkan dengan istilah 'paradox' dengan pernyataannya, 'Saya ini orang yang tidak tahu apapun sama sekali'. Socrates lebih sering nangkring di pasar Athena untuk menghindari istrinya yang cerewet. Dari pada bekerja untuk keperluan hidupnya, dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan berdebat mengenai pemikirannya dan kritik-kritiknya tentang 'conventional wisdom' pada masa itu. Menurutnya, kekayaan materi itu tidak penting, yang terlebih penting adalah pertemanan dan solidaritas dalam sebuah komuniti. Karena pemikirannya yang radikal, Socrates dianggap telah 'meracuni' pemikiran anak-anak muda dan 'menipiskan' keyakinan akan agama, akhirnya dia dihukum mati. Sebenarnya dia bisa lolos dari tahanan karena para pengikutnya bisa menyuap penjaga tahanannya, namun dia memilih untuk tetap tinggal dan menunggu kematian. Keputusan sikapnya didasarkan pada beberapa alasan yaitu: (1) Lari dari kematian bagi seorang filosofer adalah pengkhianatan bagi keyakinannya akan sebuah ajaran kebenarannya; (2) Lari dari kematian hanyalah akan membuktikan pada pengikutnya bahwa ajarannya layak dipertanyakan; dan (3) Dia percaya pada kosep 'social contract' bahwa semua warga negara adalah sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan dia juga harus menerima hukuman mati sebagaimana itu juga bisa terjadi pada orang lain. Demi mempertahankan 'konsistensi' nya dia akhirnya meminum racun dan mati dengan tenang dipangkuan para pengikutnya.

Adalah Plato (427-347 BC) yang memulai pemikiran kritisnya dengan mengambil contoh orang yang dipenjara di goa bawah tanah dan dirantai sejak kecil. Tahanan ini hanya bisa melihat apa yang ada di depannya. Api disampingnya membentuk obyek bayangan di dinding goa. Plato menarik kesimpulan bahwa pengetahuan kita tentang subyek nyata tidak lengkap ibarat tahanan dalam goa. Melalui filsafat dan refleksi kecerdasan, kita bisa melarikan diri dari 'dunia bayang-bayang yang semu' dan melihat kenyataan yang sebenarnya. Jika seseorang balik ke 'dunia goa' maka bagi Plato itu adalah sesuatu yang menggelikan. Dia mencontohkan bentuk-bentuk pohon dimana semuanya pendek tapi selalu ada yang lebih tinggi atau paling tinggi. Namun kita tetap bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah pohon. Jadi dia berkesimpulan bahwa bentuk dari sebuah gagasan akan sesuatu adalah tetap dan itu hanya bisa dipahami oleh orang yang menggunakan 'otak'nya. Berdasarkan perenungannya inilah Plato mengemukakan teorinya yang terkenal dengan nama 'teori bentuk" (theory of forms). Pemikiran plato banyak diapresiasi sejak kecil dimana 'pemikirannya sangat cepat' (cerdas) tapi dia sangat sederhana dan rendah hati. Bagi generasi sebelumnya pemikiran Plato adalah 'buah manis' akan semangat dan kerja kerasnya akan 'kesukaannya pada belajar'. Plato adalah murid Socrates yang mati menggenaskan. Pemikirannya yang terkenal adalah konsep tentang jiwa manusia yang terdiri dari appetite, spirit dan reason. Menurutnya orang yang masih terlalu banyak memikirkan perut, dia lebih produktif dan cocok untuk jadi 'pekerja'. Mereka yang terorientasi pada dada, dia lebih bersifat protektif dan suka melindungi dengan penuh keberanian dan kekuatannya, dan cocok jadi ksatria atau military. Terakhir, Plato merujuk pada kepala, dia lebih cerdas, rasional, bisa mengkontrol diri dan membuat keputusan, keputusan dalam sebuah komuniti, dan dia adalah kalangan pemikir atau raja. Plato menggarisbawahi bahwa tipe 'kepala' atau pemikir ironisnya justru yang jarang diketemukan. Dalam bukunya 'Sophist', para filsuf dibagi menjadi dua, yaitu mereka yang berjuang untuk kahyangan dan dunia yang ideal, mempertahankan substansi pemikiran yang fundamental untuk mencapai keadaan yang benar-benar nyata dan ada, yang dia sebut dengan golongan 'dewa' atau disebut juga 'idealist'. Sebaliknya ada golongan filsuf yang disebut 'raksasa' yang bertarung untuk bumi, dimana 'sesuatu' adalah primer dan layak dipertahankan, Plato menyebut mereka sebagai kalangan 'materialists'. Menurutnya pertarungan besar antara idealists dan materialists tak akan pernah selesai dan tidak ada yang kalah atau menang. Plato banyak menelurkan scholars dan salah satu muridnya yang terkenal adalah Aristotle. Plato mengakhiri hidupnya dengan menyedihkan yaitu sebagai tahanan rumah Dionysius II, seorang 'tyrant muda'. Sebelum akhirnya dia dibunuh di Sicily. Sampai sekarang kuburannya belum pernah diketemukan.

Untuk sementara, saya tidak berusaha menarik kesimpulan karena tulisan kecil saya anggap kurang valid untuk sebuah kesimpulan. Saya hanya mencoba menggarisbawahi begitu kelamnya kehidupan philosophers jaman dulu, dan kita sungguh beruntung sekarang dapat memakai pemikiran-pemikirannya tanpa menanggung resiko seperti mereka. Bagi saya, mereka adalah pahlawan sejati meskipun tanpa pedang atau tombak di tangan, tapi mereka punya keyakinan atas sebuah pemikiran..


Bersambung... (Aristotle, Thomas Aquinas & Rene Descartes).


Khoo Ping Hoo dan Video Games

Khoo Ping Hoo dan Video Games


Arif Rohman



Saya semenjak masih SD sangat menyukai bacaan komik silat seperti Khoo Ping Hoo, Gan KL, Khu Lung, Chin Yung, Gan KH, OKT, dan Batara. Saya tidak tahu kenapa. Tapi yang pasti, komik-komik sejenis Khoo Ping Hoo hampir rata-rata kebanyakan sang tokoh biasanya adalah orang yang miskin, sengsara, teraniaya, tak berdaya. Selanjutnya entah itu karena nasib baik atau kemauan yang keras, biasanya dia bertemu dengan guru-guru atau tokoh dunia persilatan yang kondang dan sakti. Disitulah dia mendapat pencerahan dan moment terselamatkan hidupnya. Seperti titik balik.. Setelah itu sang pendekar biasanya sangat lugu kemudian turun gunung dan mengamalkan ilmunya demi kebaikan (menentang kejahatan). Pas turun gunung inilah si tokoh menjadi pribadi yang matang. Seperti ungkapan 'pintar didapat di sekolahan, dewasa didapat di luar sekolahan'. Dan biasanya dalam cerita-cerita, dengan keberaniannya dan kegagahannya (hohan) dia kemudian mendapat julukan tayhiap (pendekar besar) atas prestasinya di dunia kangouw (wuxia=jianghu) dan biasanya jago-jago kosen yang sudah senior (para loocianpwee) biasanya pingin menguji sang tokoh yang baru muncul. Jamak dalam cerita-cerita biasanya jago muda karena darahnya masih segar dan semangatnya masih tinggi kemudian bisa melewati batas para loocianpwee tersebut (semisal Kwee Ceng mengalahkan si telunjuk budha dari selatan, yoko mengalahkan si botak dari mongol, thio bu kie mengalahkan si bikhuni kematian dari gobypay, dan seterusnya). Makanya dikenal istilah 'di atas langit masih ada langit'. Ilmu itu tidak statis namun berkembang terus.. Sebagaimana Thio Sam Hong jebolan Shaolin menciptakan ilmu baru yang beda dengan ajaran shaolin yang mengandung kecepatan dan kekuatan, tapi malah dia menciptakan jurus Tai Chi yang justru kebalikannya yaitu mengandalkan ketenangan dan kelembutan, dan selanjutnya dia mendirikan perguruan Butongpay yang ga kalah kerennya.. Padahal dijaman itu, siapa yang berani menggunakan jurus selain perguruan bakalan dicap murtad! Nasib Thio Sam Hong dulu ga kalah sengsaranya. Dia adalah kacung di kuil Shaolin dan tidak pernah diajarkan Kungfu. Tapi justru dia diajari oleh tukang masak dari Shaolin yang justru menguasai ilmu tertinggi Shaolin yaitu Kiu Yang Sinkang (ilmu pukulan sembilan matahari). Setelah diusir dari Shaolin karena membela gurunya si tukang masak akhirnya dia berjualan tahu di pasar untuk hidup. Tapi intan tetaplah intan, biarpun namanya diubah, biarpun dia ditempatkan diantara batu-batuan, biarpun dia kena lumpur, dia akan tetap berkilau.. Komik silat semacam Khoo Ping Hoo disamping mengajarkan kerasnya kehidupan, buku-buku ini juga mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, menghormati ibu bapak, menghargai rakyat jelata, keberanian memperjuangkan kebenaran, kesetaraan gender (laki-laki dan perempuan sama peluangnya untuk jadi pendekar), dan yang terakhir adalah CINTA TANAH AIR, seperti dalam cerita PATRIOT PADANG RUMPUT ataupun PENDEKAR SETENGAH JURUS. Tapi sayang komik-komik ini sudah langka, kalah dengan television, cinema dan video game. Ironis.. Anaqk Huang Shi Kwan (pendekar dari Shaolin, kamar 34) memberikan anaknya 2 pilihan, pedang atau mainan. Semoga anakku nanti kalo dah gedhe dan bisa baca lebih memilih Khoo Ping Hoo daripada video games.. Huahaha..!!Armidale, April 2009.


Influence Factors of Children Who Had Committed Murders in Bandung West Java (2000).

Sebotol Anggur Coonawarra, La Trobe University dan Ideologi Kiri

Sebotol Anggur Coonawarra, La Trobe University dan Ideologi Kiri


Arif Rohman



Jum'at malam pukul 7 tepat sebuah mobil abu-abu lewat di depan flatku. Aku beranjak turun dan memasuki mobilnya dan duduk disampingnya. Kami meluncur ke sebuah restoran China 'Mun Hing' untuk makan malam. Tapi kami tidak langsung masuk karena, malam itu terlalu pagi untuk sekedar makan..

Kami berjalan menyusuri lorong sepi sampai ke sebuah market. Kami berjalan menuju arah sudut yang paling kanan. Disitu adanya cuma botol-botol beraneka ragam yang indah.. Terkesan mahall!! Ini dia wine dari kampungku, serunya sambil menunjuk sebotol anggur coonawarra dari South Eastern Australia. Kamu mau ini?? Ini dari kampungku.. Kampungku!! Teriaknya padaku. Aku hanya tersenyum kecil.. Aku kemudian membayarnya dengan uang 50 an dollar dan membawa botol itu yang sudah dibungkus kertas coklat.

Mun Hing Restoran..!! Sebuah restoran China yang terkenal di kota ini. Kami berdua layaknya dua orang yang super cuek dan cewawakan segera masuk dan memesan tempat untuk dua orang. Kami mendapatkan tempat duduk paling pojok, bersampingan dengan sebuah keluarga dengan 2 anak kecilnya. Kami kemudian makan spring role sambil ketawa-ketawa bebas ngomongin tentang banjarmasin, bali, jogja, jakarta dan travel warning, dimana semua pelajar, mahasiswa dan dosen begitu sulitnya pergi liburan ke Indonesia. Sementara Indonesia hanya memberikan ijin untuk para pemakai visa, itupun harus bayar mahal dan cuma untuk waktu 1 bulan saja. Jadi aku mengerti kenapa setelah bom bali angka turis menurun, bukan karena bom balinya saja, tapi kebijakan 30 hari pemerintah yang bikin orang Australia terlalu cepat untuk menikmati keindahan Indonesia yang terpapar dari Sabang sampai Merauke. Kami tahu di Australia orthodox makan tidak boleh sambil bicara, tapi kami melanggar adat itu. Hihi.. Dua orang teman beda benua asyik menikmati malam dan hanya ada canda tawa.

Ceritakan aku tentang kampungmu!! Aku meminta dia cerita. Dia pun bercerita dengan penuh kebanggaan.. Di tempatku itu kota kecil. Banyak dari kami yang menanam anggur dan mengolahnya sendiri untuk dijual dalam bentuk wine. Kami bisa tahu mana anggur yang baik, anggur yang disimpan seratus tahun malah semakin enak, anggur yang diminum setelah 5 tahun semakin enak, atau anggur yang justru harus diminum sebelum tahun tertentu agar rasanya tidak hilang. Dan khusus anggur ini harus diminum dalam keadaan dingin. Kalau tidak tastenya bakal hilang.. Dia bercerita sambil memegang botol anggur dari kampungnya. Seorang pelayan cantik, masih muda datang ke meja kami dengan membawa tempat es khusus untuk menaruh botol wine supaya dingin.. Aku pernah lihat di library. Kayaknya dia ngambil communication studies.. Malam semakin larut, obrolan semakin kacau, kami terlarut dalam obrolan sehingga tidak menyadari kalau orang-orang sudah pada pergi.

Ceritakan aku tentang ideologimu!! Kataku ke dia. Dia pun bercerita dengan penuh semangat.. Keluarga kami di South Eastern Australia dibesarkan dalam tradisi kiri. Ideologi kami adalah ideologi kiri. Jadi kami kemana saja selalu ikut organisasi buruh. Ikut partai ya pasti partai buruh. Kami selalu jadi ketuanya. Kamu tahu ga La Trobe University? Dia didirikan tahun 1960'an bareng dengan Flinders University.. Mereka adalah dua organisasi kiri. Tahun pertama yang kuliah adalah orang-orang miskin kelas bawah. Mereka bangga kuliah di dua university ini. La Trobe dan Flinders adalah bagaikan dua saudara menentang hegemony University of Sydney, UNSW ataupun University of Melbourne. Aku pernah menjadi ketua mahasiswa di Flinders. Jadi La Trobe University itu universitas yang bagus. Universitas yang kiri, jadi kalau mau belajar ideologi yang kuat kamu harus kuliah di sana. Ideologi itu penting.. Kamu harus ngelanjutin studi kamu ke sana! La Trobe University..

Hmm.. Aku tersenyum simpul. La Trobe University.. Terlalu muluk buat aku untuk bisa study kesana.. Tapi entah kenapa nama university ini sudah memenangkan ruang dalam hatiku.. University ini seperti akrab di hatiku.. Semoga ini benar-benar de javu.. Kami segera membayar dan pergi. Dalam perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Dia pun tersenyum padaku.. 'Suatu saat kamu pasti bisa study kesana', katanya padaku.. Huahahaha!! Tertawaku kencang.. Tanda keceriaanku dah muncul kembali. Tanda semangat itu telah datang kembali..

Armidale, 2 April 2009.






Dua Wanita Tua

Dua Wanita Tua


Arif Rohman



Petang itu dua orang wanita tua menyambutku di depan pintu. Dari wajahnya tergurat keceriaan. Mereka mengundangku dinner di rumahnya di Moshmann St. Jarang sebenarnya seseorang mengundang makan malam jika tidak mengenal betul personality orang yang diundang. Mereka berumur sekitar 70 'an. Yang satu adalah pensiunan social worker dari Deakin University dan yang satunya lagi adalah lawyer dari University of Sydney. Mereka tidak menikah dan tidak punya saudara. Hidup sendiri. Aktivitas mereka hanya membaca novel, memasak, berkebun, menulis diary dan mendengarkan musik.

Dua orang wanita tua duduk melingkar di sebuah meja yang bersih dan putih. Dibentangkannya garpu besar dan garpu kecil disebelah kiriku sementara sendok besar, sendok kecil dan pisau makan di sebelah kananku. Sebuah lilin besar dinyalakan, lampu dimatikan membuat suasana jadi tambah mengesankan. Dua buah kartu ucapan selamat diberikan kepadaku. Disisipkannya sebuah kado kecil. Aku membuka kartu-kartu dan kado itu dengan meminta ijin sebelumnya. Mereka sepertinya gembira dan meminta aku untuk segera membukanya. Yang pertama adalah sebuah kartu berwarna biru langit dengan isinya yang bertuliskan 'Wishing you a very happy birthday' dan yang satunya kartu seukuran dua ujung jemariku bergambar rose dengan tulisan 'Happy birthday and Love'. Indah sekali.. Dua kata sederhana tapi mengingatkanku kalau masih ada cinta di dunia ini. Kubuka kado kecil itu, isinya sebuah pena merek parker yang indah. Katanya, sekarang jaman modern dan komputer tapi kamu masih butuh pulpen untuk menulis. Pulpen yang berwarna perak, indah, elegan itu dibelikan khusus untukku.. Aku terharu dengan kedua wanita tua itu. Aku mengagumi kedua wanita itu. Yang satu menguasai bahasa France, Germany dan sebuah dictionary selalu terbuka di salah satu mejanya. Hal yang tidak pernah aku lihat di Indonesia yang kecintaan akan bahasanya sendiri mulai diragukan. Hampir setiap rumah memiliki Oxford Dictionary. Aku hanya tersenyum kecut.. Tidak pernah kulihat seseorang di Indonesia menyimpan Kamus Bahasa Indonesia di rumahnya. Sedangkan nenek tua yang satunya walaupun sudah berkepala tujuh tapi masih sekolah dan mengambil jurusan ilmu komputer. Sekali lagi aku tersenyum pelan.. Di Indonesia nenek tua dianggap tidak tahu diri kalau masih kuliah dan paling-paling kerjaannya hanya momong cucu.

Dua wanita tua menemani aku berbincang ditemani segelas kecil rum, segelas anggur merah dan secawan teh buatan Cina. Kehangatan minuman itu semakin menambah kehangatan diantara kami. Makanan dan minuman terkadang bisa menjembatani pertemanan diantara beberapa manusia. Diantara senyum, gelak tawa, menyusup susana kehangatan yang mengingatkanku pada Ibu dan keluargaku.. Secuil keju kumasukkan ke dalam mulutku yang menambah gairah persaudaraan di malam itu.

Dua orang wanita tua berbisik ingin mendengarkan harapanku. Di sini sebuah mimpi, sebuah harapan, sebuah cita-cita sekecil apapun itu selalu dihargai.. Aku bercerita tentang bintang dan rembulan. Tentang angin, api dan sejuknya air. Aku bercerita tentang laut-laut, pohon, dedaunan dan gunung-gunung. Mereka terpesona mendengarkan ceritaku. Dan entah kenapa dua nenek tua itu menangis. Aku tidak tahu kenapa mereka harus menangis. Bukankah ini hari ulang tahunku? Tak seharusnya mereka menangis.. Bukankah bintang, rembulan, angin, api, air, laut-laut, pohon, dedaunan dan gunung-gunung adalah sesuatu yang biasa kita temui dalam hidup? Mengapa harus menangis? Dan dari kedua bibir mungil dua wanita tua itu keluarlah beberapa patah katanya kepadaku, 'For I know the plans I have for you declares the Lord, plans to prosper you and not to harm you. Plans to give you hope and a future..'

Akankah do'a dua wanita tua akan mengubah jalan hidupku? Akankah do'a dua wanita tua itu mampu mengetuk jiwa sang maha pencipta? Aku tidak tahu.. Benar-benar tidak tahu.. Kucium kedua tangannya, sebagaimana akar budaya Jawa yang kuat tertanam dalam jiwaku.. Mereka terharu akan budaya ketimuran yang luhur dan merekapun kemudian memberikan ciuman sayang padaku. Hangat sekali. Aku merasakan nuansa kehangatan dan ketulusan. Kehangatan yang menyeruak di dinginnya malam pada pukul sepuluh. Akupun berunjuk pamit. Dua wanita tua itupun menangis.. Menangisi kepergianku dengan doa-doanya.. Kulihat dari jauh mereka masih berdiri di depan pintu rumah dengan ribuan air mata yang mengalir di sela-sela pipinya. Kugenggam tanganku erat-erat, kupaksakan terus melangkah, walaupun dinginnya kota menyergapku dari segala arah. Heaven knows...

Armidale, March 2009.


Sunday 20 July 2008

Email Nyasar dari - Gelandangan Masa Kini

Email Nyasar dari - Gelandangan Masa Kini


Ini email nyasar atau memang ditujukan kepada saya, saya tidak tahu... Berikut emailnya :

Suatu kali pernah mendengar nama Parsudi. Dulu sekali. Tidak pernah mengenal beliau secara pribadi. Hanya sepintas lalu. Melalui nara sumber katanya lalu membaca profil beliau dari berbagai sumber, sepertinya saya bisa mengenal setingkat lebih tinggi. Membuat hati ingin berguru padanya. Namun sayang, sudah terlambat. Begitu juga dengan salah satu penulis yang mengupas secara detail beliau (Walau agak sedikit sulit dimengerti. Setidaknya bisa dipahami). Mengamati dari jauh perjalanannya yang panjang. Mundur hitungan hari ke masa lalu, pernah ada yang berkata, "Saya takut, ngeri tinggal di Jakarta". Sudah teraba maksud kalimat singkat, walau tidak jelas. Abstrak apa yang ditakutinya karena terlihat dengan jelas di mata, bahwa si pengucap, akan menjadi sesuatu kelak. Tak terucap. Ada rasa takut mendahului yang maha kuasa. Terlihat dari jauh, sepertinya sedikit demi sedikit sesuatu yang tak ter visualisasikan kala itu, mulai nampak siluetnya. Kecintaannya pada sang bunda, membuat jalannya dipermudah. Dari cara merangkaikan huruf untuk menjadi kata, terjalin menjadi kalimat yang kemudian dikumpul menjadi paragraf. Tampak seperti film yang diputar, jelas wujudnya. "Sesuatu". Orang awam itu dikaruniai kemampuan yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Sepertinya, dia tidak menyadarinya. Atau pura2 tidak menyadarinya? Selalu saja sebegitu rendahnya merendahkan diri di depan publik. Kadang terlihat begitu meyakini diri sendiri. Sekarang, nyata di depan mata. Jangan kau pungkiri lagi.




ASTHA BRATA

Kerajaan Astina dan Amartha sedang bergejolak. Pasca kemenangan Pandawa atas Kurawa dalam perang maha bharata, negara yang sekarang sudah menjadi satu itu bukannya malah sejahtera tapi justru makin kacau. Kondisi ini diperparah dengan rumor bahwa Semar tidak mau lagi tinggal di istana. Usut punya usut, Bethara Ismaya yang namanya pernah mengguncang langit ini justru lebih suka tinggal di pertapaan Parikesit cucu Arjuna. Ternyata Semar telah jatuh hati padanya. Dalam cintanya, dia berikan sumpahnya. Barang siapa menyakiti Parikesit, sama saja dengan menyakiti dirinya. Dalam sayangnya, dia berikan petuah-petuah bijaknya. Petuah itu adalah Astha Brata (Matahari, Rembulan, Awan, Bintang, Air, Angin, Bumi dan Api). Berikut adalah wejangan Semar pada Parikesit :

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti MATAHARI….?”
“Matahari selalu menerangi dan memberikan cahayanya tanpa kenal lelah. Begitu juga para penguasa. Penguasa yang baik harus selalu mengingat tujuan mereka yaitu mengabdi pada bangsa dan negaranya dengan sungguh-sungguh, tanpa pamrih dan tidak pernah mengeluh...”.

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti REMBULAN….?”.
“Rembulan memancarkan cahayanya di kala bumi sedang gelap gulita. Penguasa yang baik harus bisa memunculkan ide-ide, inovasi dan kreativitas. Mereka dituntut untuk mempunyai visi yang jelas dan membawa pencerahan bagi rakyat yang dipimpinnya…”

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti AWAN….?”
“Awan selalu menakutkan bagi setiap orang karena menandakan akan datangnya hujan yang terkadang disertai badai, hujan, guntur dan lain sebagainya. Padahal datangnya awan belum pasti diikuti hujan. Penguasa yang baik harus bisa berwibawa, trengginas dan disegani oleh rakyatnya. Namun demikian, ketika rakyatnya dalam kesulitan dengan serta merta dia akan menolong secepatnya…”.

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti BINTANG…..?”
“Bintang selalu memberikan petunjuk bagi orang yang kehilangan arah. Karena itulah penguasa yang baik harus bisa menunjukkan dan memperbaiki segala bentuk pemyimpangan-penyimpangan yang membahayakan kepentingan rakyatnya…”.

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti AIR…..?”
“Air merupakan sumber kehidupan. Dia selalu menetes ke bawah. Demikian juga dengan penguasa. Penguasa yang baik harus bisa menyelami dan mendalami kebutuhan rakyatnya. Dia selalu tenang, sehingga segala kebijakan dan tingkah polahnya tidak akan bertentangan dengan kepentingan rakyatnya….”

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti ANGIN…..?”
“Angin selalu berubah-ubah dan bergerak ke arah 5 penjuru. Seorang penguasa yang baik harus bisa bergaul dengan siapa saja dan masuk ke dalam setiap lapisan rakyatnya, sehingga tercipta komunikasi dan silaturahmi untuk menunjang pembangunan yang dilaksanakannya….”

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti BUMI…..?”
“Bumi adalah lambang kesuburan dan kemakmuran. Penguasa yang baik harus menomorsatukan kesejahteraan rakyatnya, sehingga rakyatnya dapat hidup dengan tenteram dan bahagia serta mencintai penguasa yang telah memenuhi kebutuhan hidupnya….”

“Kenapa pemimpin harus bisa seperti API…..?”
“Api sifatnya panas dan bisa membakar apa saja. Penguasa yang baik harus bisa membakar semangat para rakyatnya agar terus maju dan tidak putus asa dalam melakukan pekerjaannya. Dia adalah kehidupan dan sekaligus energi kedua bagi seluruh rakyatnya. Lebih mementingkan penyelesaian masalah daripada memperdebatkannya….”

“Kenapa semua nampaknya berat..? Saya tidak sanggup. Lebih baik badan sahaya dimakan murkanya Bethari Durga, dari pada saya menjadi penguasa yang salah sedikit sahaja, bisa membuat rakyat sahaya menderita. Sahaya tidak sanggup… Sungguh sahaya tidak sanggup…”.

“Karena itulah aku memilihmu, ngger cah bagus… Karena inti dari semua wejanganku adalah mau berkorban. Dari situlah dia akan berusaha bekerja keras siang malam untuk kemakmuran rakyatnya. Kemudian seluruh rakyat akan mendukungnya. Karena tidak bisa disebut penguasa kalau tanpa ada pendukungnya. Kamu terpilih ngger... Kamulah orangnya… Kamulah penguasa itu… Kamulah pemimpin itu…”.

Sejak dipimpin Parikesit, Negara Astina-Amartha makmur sejahtera. Tidak ada keangkaramurkaan. Cerita wayang mengalami kemandegan. Tidak ada cerita lagi yang patut diceritakan. Semua sudah sesuai dengan pakem. Dan itulah akhir dari sebuah pewayangan. Akhir dari sebuah drama kehidupan….

April 15, 2007