Monday 20 December 2010

Demak Kerajaan Islam Pertama Di Jawa

Adalah Seorang Raden Patah yang menjadi perintis kerajaan Islam di Jawa.
Ia disebut-sebut
sebagai putra Raja Majapahit Brawijaya V dengan putri asal Campa (kini Kamboja)
yang telah masuk
Islam. Masa kecilnya dihabiskan di Pesantren Ampel Denta -pesantren yang
dikelola Sunan Ampel. Ibu
Sunan Ampel (istri Maulana Malik Ibrahim) juga putri penguasa Campa ketika
Majapahit melemah dan
terjadi pertikaian internal, Raden Patah melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit dan membangun
Kesultanan Demak. Dalam konflik dengan Majapahit, ia dibantu Sunan Giri.
Berdirilah Kesultanan Demak
pada 1475 atau beberapa tahun setelah itu.


Kelahiran Demak tersebut mengakhiri masa Kerajaan Majapahit. Konon sebagian
penganut Hindu
kemudian hijrah ke Bali dan sebagian mengasingkan diri ke Tengger.

Babad Tanah Jawi menyebutkan bahwa pengganti Raden Patah adalah Pangeran
Sabrang Lor. Dia yang
menyerbu Portugis di Malaka pada 1511. Pangeran Sabrang Lor ini tampaknya
adalah Dipati Unus menurut
sumber Portugis. Pada 1524-1546, kekuasaan Demak dipegang oleh Sultan Trenggono
yang dilantik oleh
Sunan Gunung Jati -Sultan Cirebon yang juga salah seorang "walisongo".

Dalam buku "Sejarah Ummat Islam Indonesia" yang diterbitkan Majelis Ulama
Indonesia, Trenggono
banyak membuat langkah besar. Pada masanya, Sunda Kelapa (kini Jakarta)
digempur. Berbagai wilayah
lain ditaklukkannya. Namun ia tewas dalam pertempuran menaklukkan Panarukan -
Jawa Timur. Ia diganti
adiknya, Sunan Prawoto, yang lemah. Banyak adipati memberontak. Prawoto dibunuh
Adipati Jipang, Ario
Penangsang.

Demak berakhir. Jaka Tingkir atau Sultan Adiwijaya -menantu
Trenggono-memindahkan kerajaan ke
Pajang. Atas bantuan Senopati, anak Ki Ageng Pemanahan, Ario Penangsang dapat
dikalahkan. Senopati
dijadikan menantu Sultan. Begitu Adiwijaya wafat, dia mengambil alih kekuasaan
dan memindahkannya ke
Mataram.

Senopati berkuasa dengan tangan besi. Legenda rakyat menyebut ia membunuh
menantunya sendiri, Ki
Mangir, dengan menghantamkan kepala korban ke batu. Ia digantikan anaknya,
Pangeran Seda ing Krapyak
yang meninggal pada 1613. Pemerintahan dilanjutkan oleh anak Seda ing Krapyak,
Mas Rangsang yang
kemudian bergelar Sultan Agung (1613-1645).

Sultan Agung memegang erat kekuasaan dengan gaya yang anggun. Wilayah demi
wilayah ditaklukkannya
untuk tunduk ke Mataram. Adipati Ukur di Sumedang diserangnya. Panembahan Kawis
Gua -pelanjut Sunan
Giri- berhasil dibekuk dan ditawan di Mataram. Blambangan digempur.

Kesultanan Cirebon diikatnya dengan perkawinan. Putri Sultan Agung menikah
dengan Pangeran Cirebon.
Adipati Surabaya yang memberontak dikalahkannya, lalu Pangeran Pekik, putra
adipati itu diambilnya
sebagai menantu.

Ia juga mengirim utusan ke Mekah, menggunakan kapal Inggris, untuk memperoleh
gelar Sultan. Tahun
1641, gelar itu diperolehnya. Jadilah Mataram bukan hanya pusat kekuasaan namun
juga pusat Islam di
Jawa. Sultan Agung mengubah penanggalan Jawa dari Tahun Saka menjadi Tahun
Hijriah. Ia juga
memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis 'Babad Tanah Jawi'.

Setelah era Demak, Sultan Agung adalah satu-satunya kekuasaan yang berani
menggempur asing. Pada
1618, VOC Belanda bertikai dengan Jepara yang berada di pihak Mataram. Pada
1628 dan 1629, Sultan
Agung dua kali menyerang markas VOC di Batavia. Upayanya gagal setelah gudang
persediaan makanannya
dibakar Belanda.

Pada Februari 1646, Sultan Agung wafat. Ia dimakamkan di puncak bukit imogiri
/daerah wonosari
jogya, komplek pemakaman yang dibangunnya pada 1631,dan sekarang menjadi
komplek pemakaman raja raja
tarh Mataram dari Solo dan Jogyakarta

Sang anak, Amangkurat II, seorang ambisius. Ia ingin sesegera mungkin naik
tahta menganti ayahnya.
Ia bersama seorang Madura, Trunojoyo, untuk memberontak. Trunojoyo menguasai
kerajaan. Pada 1677
itu, di saat rakyat tertimpa musibah kelaparan hebat, Amangkurat I
terlunta-lunta mengungsi hingga
meninggal di daerah Tegal. Sejak Amangkurat I,nampaknya kekuasaan di Jawa
sepenuhnya dalam pengaruh
pihak Belanda.

Amangkurat II kemudian berkoalisi dengan Belanda untuk mengalahkan Trunojoyo.
Bahkan Amangkurat II
menikam sendiri perut sahabat dekatnya tersebut. Amangkurat II ini yang
menurunkan Dinasti
Pakubuwono di Solo dan Hamengkubuwono di Yogya. Dari Pakubuwono kemudian pecah
Dinasti Mangkubumi.
Sedangkan dari Hamengkubuwono lahir Dinasti Paku Alam.

Masjid Agung Demak


Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama
dalam tempo satu
malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399
(1477) yang ditandai
oleh candrasengkala "Lawang Trus Gunaningjanmi", sedang pada gambar bulus yang
berada di mihrab
masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini
berdiri tahun 1479.


Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian
serambi berukuran 31 m
x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru),
yang dibuat oleh
empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan
Ampel, sebelah barat daya
buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang
sebelah timur laut yang
tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong
balok yang diikat
menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya
dengan delapan buah
tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus
atau pangeran Sabrang
Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting.
Wali inilah yang
berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga
memperoleh wasiat antakusuma,
yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju "hadiah" dari Nabi Muhammad SAW,
yang jatuh dari
langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan
pun juga mewarnai
perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari
masuknya agama Islam
ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama Islam
disekitar tahun 1500 bernama
raden Patah/Jin Bun/R. Bintoro dan berkedudukan di Demak, secara terbuka
memutuskan ikatan dari
Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain
yang telah Islam
(seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat
di Demak.

Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan.
Dimasa pemerintahan
raja Trenggono, walau berhasil menalukkan Mataram dan Singhasari. Tapi
perlawanan perang dan
pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat
keyakinan Hindu. Sehingga,
daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi
bagian dari Bali yang
tetap Hindu. Di tahun 1548, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya
bernama pangeran
Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549). Sang adik berjuluk pangeran Seda
Lepen terbunuh di tepi
sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeran Seda
Lepen yang bernama Arya
Panangsang.

Tahta Demak dikuasai Arya Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai
orang, sehingga timbul
pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi
ketika adipati Japara
yang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari
adipati japara berjuluk
Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam
bentuk gerakan melawan
Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernama
Hadiwijoyo berjuluk Jaka
Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu Trenggono yang masih
ada hubungan darah
dengan sang raja.

Jaka Tingkir, yang berkuasa di Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil
membunuh Arya Penangsang.
Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja
pertama di Pajang.
Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

Nempil kumeluning donga utama

Ilening bengawan daup samodra

Nuring kartika tekaning surya

Obahing angin basuhing sukma

No comments: