Thursday 2 October 2014

Menggagas Perumahan Layak bagi Keluarga Miskin Perkotaan

Menggagas Perumahan Layak bagi Keluarga Miskin Perkotaan

Cite:
Rohman, Arif. (2005). 'Menggagas Perumahan Layak bagi Keluarga Miskin Perkotaan'. Menuju Indikator Keluarga Sejahtera. Jakarta: Departemen Sosial RI. pp. 31-37.

A. Pendahuluan
Kota-kota di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, telah mengalami berbagai permasalahan berkenaan dengan pertumbuhannya. Salah satu masalah yang timbul adalah adalah masalah pemukiman. Masalah tersebut tidak terlepas dari berbagai masalah lain yang ada di perkotaan, seperti masalah wilayah komersial, industri, tempat-tempat umum, monumen-monumen, jalan dan lalu lintas, rekreasi dan olah raga, sanitasi, kesehatan umum, pekuburan, dan lain sebagainya. Disamping itu, masalah jalur kereta api dan pola pertumbuhan pemukiman pita (ribbon building), yaitu pola pembangunan bangunan hunian, toko-toko dan tempat-tempat berjualan, bangunan-bangunan pemerintah, yang dilakukan di sepanjang tepi-tepi jalan dan jalur-jalur kereta api di perkotaan.
Di daerah perkotaan, pola pemukiman pita ini menyebabkan keruwetan dan ketidakteraturan yang sudah ada menjadi lebih kompleks lagi. Wertheim (1958), mengatakan bahwa untuk mengatasinya..............




For Full Text Pdf Download Here

Tentang Penjara Swasta: Akankah kita mengarah ke sana?

Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University



Cite:
Rohman, Arif. (2013). Tentang Penjara Swasta: Akankah kita mengarah ke sana?. Kompasiana, 4 August 2013.

Beberapa waktu yang lalu publik di Indonesia sempat dikejutkan oleh kisruh di beberapa lembaga pemasyarakatan (penjara), yang disinyalir karena fasilitas lembaga pemasyarakatan yang tidak memadai serta kapasitas penjara yang terlalu penuh (overcrowded). Pertanyaan yang kerap muncul adalah bagaimana sebenarnya pengelolaan institusi penjara di negeri kita dan tidak adakah terobosan-terobosan baru yang bisa dipakai untuk menjawab persoalan tersebut?
Sebenarnya persoalan penjara yang kapasitasnya berlebihan dan fasilitasnya yang minim, tidak hanya dialami negara kita saja. Negara maju semacam Amerika, Inggris dan Australia juga sebenarnya dipusingkan oleh masalah ini. Puncaknya adalah pada tahun 1992 di Inggris, dibangunlah private prison atau biasa disebut dengan istilah penjara swasta. Konsep penjara swasta dianggap sebagai alternatif solusi terhadap pandangan miring seputar penjara negara (public prison). Dibanding Inggris, Amerika sebenarnya lebih dulu menggagas konsep penjara ini pada tahun 1980-an dan pada tahun 1984 mulai dibangun penjara-penjara swasta yang lebih modern. Di Australia, pada awal tahun 2013 diberitakan Queensland akan memprivatisasi................



For Full Text Pdf Download Here

Belajar dari ‘Baba Amte’ dalam Memanusiakan Orang dengan Penyakit Kusta

Belajar dari ‘Baba Amte’ dalam Memanusiakan Orang dengan Penyakit Kusta



Cite:
Rohman, Arif. (2014). Belajar dari ‘Baba Amte’ dalam Memanusiakan Orang dengan Penyakit Kusta. Kompasiana, 10 August 2013.

Bayangkan anda sebagai orang tua sebentar lagi anak anda akan menikah. Tentu saja anda akan mencari tahu siapa orang tua dari si calon menantu. Dan apabila orang tua calon menantu anda menderita penyakit kusta apa yang pertama anda lakukan? Tentu saja sebagian orang akan merasa keberatan dan tidak mau anaknya beresiko.
Bayangkan ada guru mengaji yang menderita penyakit kusta, masihkah anda akan mengirim anak anda untuk mengaji di tempat guru mengaji tersebut? Sebagian orang tentu memilih untuk melarang dan cenderung mencari guru mengaji yang dianggap tidak membahayakan anaknya.
Bayangkan anda ketika ada acara makan-makan tiba-tiba datang seorang dengan penyakit kusta disebelah anda, mengajak anda bersalaman, dan kemudian makan disamping anda. Sebagian orang memilih untuk menghindar dan segera mencuci tangannya karena takut tertular penyakit satu ini.
Beberapa contoh di atas seringkali kita jumpai dalam keseharian kita, dan kita merasa memiliki hak untuk melakukan dan membenarkan tindakan-tindakan tersebut. Tapi tanpa kita sadari, sebenarnya kita telah memberikan stigma pada orang dengan penyakit kusta sekaligus melakukan diskriminasi terhadap mereka.
Studi yang dilakukan oleh Bonney (2011) mengungkapkan bagaimana orang dengan penyakit kusta tersingkir dalam kehidupan sosial masyarakat dan dalam mengakses pekerjaan serta.................




For Full Text Pdf Download Here

A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’

A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’



Cite:
Rohman, A. (2013). A Critical Review of Laura Mulvey’s Work: ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema (1975)’. Kompasiana, 13 December 2013.


The second feminist wave in the 1960s has influenced feminists to increase their ideology against patriarchy in almost all areas. One of the areas which made women very vulnerable is the issue of women in cinema. This is based on the assumption that Hollywood traditional movies have a strong gender bias and position women as subordinate (Marshment, 1997: 126). Therefore studying the representation of women in narrative cinema became a big issue due to the film fascination which could affect the spectators.
Mulvey in her seminal essay ‘Visual pleasure and narrative cinema’ tries to reveal the Hollywood misogyny................





 For Full Text Pdf Download Here

Bisakah Kita Menjadi Captain America bagi Anak? - Memahami Fenomena Kekerasan pada Anak di Sekolah

Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University


Cite:
Rohman, Arif. (2014). Bisakah Kita Menjadi Captain America bagi Anak? - Memahami Fenomena Kekerasan pada Anak di Sekolah. Kompasiana, 16 April 2014.

Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta International School seperti memberikan tamparan yang keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Anak laki-laki umur 6 tahun keturunan Belanda yang sekolah di Jakarta International School (JIS) Pondok Indah disodomi oleh para petugas cleaning service di sekolahnya. Pertanyaan yang banyak bermunculan adalah pertama, apakah korban satu orang atau lebih, karena bisa jadi praktik bejat ini juga pernah menimpa anak-anak yang lain. Kedua, jika ini terjadi sekolah yang standar kualitasnya internasional dan dengan pengawasan yang kuat lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah lain? Tulisan ini akan mengupas secara singkat tentang tindak kekerasan di sekolah dengan seluruh dimensinya dalam konteks ilmu pekerjaan sosial.

Secara umum kekerasan anak anak dapat dibagi menjadi 3 kategori. Pertama, kekerasan fisik, yaitu bentuk kekerasan yang berakibat pada luka fisik pada diri anak seperti memukul, menjewer, menampar, mencubit, dan aksi lain yang serupa. Kedua, kekerasan verbal, yaitu bentuk kekerasan non fisik yang mengakibatkan ketidaknyamanan pada diri dan psikis anak, seperti membentak, mengata-ngatai secara kasar, menghina, perkataan rasis - diskriminatif, dan perkataan-perkataan lain yang serupa yang dapat menjatuhkan mental anak. Terakhir, kekerasan seksual, yaitu meliputi.............




For Full Text Pdf Download Here

Lanjut Usia di Indonesia: Mengapa Kita Perlu Memberikan Perlindungan Sosial?

Arif Rohman
School of Humanities and Social Sciences
Charles Sturt University


Cite:
Rohman, A. (2014). Lanjut Usia di Indonesia: Mengapa Kita Perlu Memberikan Perlindungan Sosial?. Kompasiana, 12 September 2014.

Lanjut Usia di Indonesia
Lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari Pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan secara demografis jumlah lanjut usia di Indonesia terus meningkat. Terkait dengan populasi lanjut usia, kita perlu secara jeli memperhatikan angka harapan hidup (life expectancy) di Indonesia. Pada tahun 1970 angka harapan hidup di Indonesia yaitu 45,7 tahun. Angka ini meningkat pada tahun 1990 menjadi 59,8 tahun, sebelum akhirnya pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 68,7 tahun. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2010 dinyatakan bahwa angka harapan hidup manusia Indonesia mencapai 70,8 tahun. Faktor yang mungkin............................




For Full Text Pdf Download Here

Virginity Tests & Stray Marriages: A Study of the Samin People of Klopoduwur, Blora, Central Java

VIRGINITY TESTS & STRAY MARRIAGES: Rumours and Realities of Marriage Practices in Contemporary Samin Society (A Study of the Samin People of Klopoduwur, Blora, Central Java)
Price: $14.00
From the mid – 19th century the Samin people have made a contribution to resistance to Dutch colonial rule in rural Java by their non-violence movement and passive resistance (lijdelijk verset). History also notes that they have a unique culture and system of values which reflect their own local wisdom. However, many negative rumours have become widespread regarding this community. This book explores the marriage practices in Samin society and finds out how Samin society gives meaning to these marriage practices. It examines whether the practice of ‘virginity tests’ and ‘stray marriages’ exist in contemporary Samin society. To know the actual marriage practices of the Samin Klopoduwur, the author during his research used a feminist ethnography approach. Reading this book, the author invites us to enter this community and to look up many interesting aspects, such as their cultures, beliefs, customs and local wisdom.



For Full Text Pdf Download Here


Product Details

ISBN: 9781291494778
Copyright: JASPRO PRESS (Standard Copyright Licence)
Published: Jakarta, 2012
Language: English

This eBook is available at:

This Book is available at:


Feminist Thought in Adrian Howe’s Book: ‘Chamberlain Revisited: A 25th Anniversary Retrospective’

Title:
Feminist Thought in Adrian Howe’s Book: ‘Chamberlain Revisited: A 25th Anniversary Retrospective’
Author:
Arif Rohman 
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2013). Feminist Thought in Adrian Howe's Book: 'Chamberlain Revisited: A 25th Anniversary Retrospective'. Int J Soc Com & Hum, 1(7), 80-87 
Abstract:
It is well-known that Lindy Chamberlain experienced a form of gender inequality and gender bias during her trial in 1980s. This challenged Adrian Howe to write a book which aims to counter a gender bias mindset that still exists in some people’s belief. Howe uses genealogy as a part of discourse analysis method by representing selected letters written by people, mainly women who are from different religions, ethnicity and age who supported Lindy Chamberlain. In this article I will try to analyse and evaluate academic areas of investigation as they have been reflected in Howe’s book in terms of what ways the scholars in Howe’s book represent mainstream gender as a bias operating in the legal and social attitudes that emerge in the book.
Number of Pages in PDF File: 8
Keywords: Lindy Chamberlain, Adrian Howe, gender, women, inequality
JEL Classification: I31, J18, J71, J78
Accepted Paper Series
For Full Text Pdf Download Here

Women and Leadership in Islam: A Case Study in Indonesia

Title:
Women and Leadership in Islam: A Case Study in Indonesia
Author:
Arif Rohman
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2013). Women and Leadership in Islam: A Case Study in Indonesia. Int J Soc Sci, 16(1), 46-51 

Abstract:      
Women in leadership positions is a sensitive issue in most Moslem societies. Even though reality has shown that women can compete with men, some people continue to use ‘religious reasons’ to block women’s advancement to leadership roles and maintain the status quo. This article will examine the conservative and liberal thinking about women as leaders in Muslim society especially in Indonesia.
Number of Pages in PDF File: 6
Keywords: women, leadership, Islam, gender
JEL Classification: I31, J18, J71, J78
Accepted Paper Series 
For Full Text Pdf Download Here

Reinterpret Polygamy in Islam: A Case Study in Indonesia

Title:
Reinterpret Polygamy in Islam: A Case Study in Indonesia
Author:
Arif Rohman
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2013). Reinterpret Polygamy in Islam: A Case Study in Indonesia. Int J Hum & Soc Sci Inv, 2(10), 68-74
Abstract:
It is the consensus of ulema (religious leader) in Indonesia that polygamy is allowed in Islam, while polyandry is prohibited. That is why even though that the practice of monogamy has negative impacts to women, some people still conduct it and believe that polygamy is sunnah (the manner or deeds of Muhammad) and part of syariah (Islamic law). This article will explore the perspective of fundamentalist and modernist about polygamy and how the modernist Muslim scholars in Indonesia fight for opposing polygamy.
Number of Pages in PDF File: 7
Keywords: Polygamy, Gender, Islam, Fundamentalist, Modernist, Indonesia, Women, Religion
JEL Classification: I31, J71
Accepted Paper Series
For Full Text Pdf Download Here

Does Education Empower the Indonesian Women?

Title:
Does Education Empower the Indonesian Women?
Author:
Arif Rohman
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2013). Does Education Empower the Indonesian Women? Jurnal Ultima Humaniora, 1(2), 212-217
Abstract:
The second feminist wave in the 1960s has influenced feminists to increase their campaign against patriarchy in almost all areas. This campaign aims to achieve equal legal, political and social rights for women. In this context, they view education as a vehicle to empower women in societies. Using Javanese culture as an example, this article will examine whether education has much impact on it, and to identify factors which prevent education from empowering women in Indonesia. From the analysis, it has shown that educated women still faced many obstacles to participate in economical, political and social aspects.
Number of Pages in PDF File: 6
Keywords: Javanese, Gender, Education, Empowerment, Indonesia
JEL Classification: I20, I21, I30, I31
Accepted Paper Series
For Full Text Pdf Download Here

The Changed and Unchanged Situation in the Representation of Women in Contemporary Cinema

Title:
The Changed and Unchanged Situation in the Representation of Women in Contemporary Cinema
Author:
Arif Rohman
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2013). The Changed and Unchanged Situation in the Representation of Women in Contemporary Cinema. Jurnal Humaniora, 25(2), 175-183
Abstract:
The second feminist wave in the 1960s has influenced feminists to increase their campaign against patriarchy in almost all areas. One of the areas which has made women very vulnerable is the issue of women in cinema. This article analysed some changes in the representation of women in cinema by comparing four movies: Stepford Wifes (1975), Orlando (1992), When Night Is Falling (1995), and Stepford Wives (2004). This study was conducted by using modern hermeneutics method. From the analysis, these four films appear to contain three changed aspects regarding women, including the equality of work, the expression of sexual identity, and the image of ‘higher-education-woman’. The films also show some remain unchanged aspects in the representation of women, such as the expectation of motherhood, the myth of sexuality, and the position of women as victims.
Number of Pages in PDF File: 9
Keywords: women, gender, cinema, hermeuneutics, feminists
JEL Classification: I31, J18, J71, J78
Accepted Paper Series
For Full Text Pdf Download Here

Rumours and Realities of Marriage Practices in Contemporary Samin Society

Title:
Rumours and Realities of Marriage Practices in Contemporary Samin Society
Author:
Arif Rohman
Institution:
Charles Sturt University
Cite:
Rohman, A. (2010). Rumours and Realities of Marriage Practices in Contemporary Samin Society. Jurnal Humaniora, 22 (2), 113-124
Abstract:
From the mid-19th century the Samin people have made a contribution to resistance to Dutch colonial rule in rural Java by their non-violence movement and passive resistance (lijdelijk verset). History also notes that they have a unique culture and system of values which reflect their own local wisdom. However, many negative rumours have become widespread regarding this community. This article explores the marriage practices in Samin society and finds out how Samin society gives meaning to these marriage practices. It examines whether the practice of ‘virginity tests’ and ‘stray marriages’ exist in contemporary Samin society.
Number of Pages in PDF File: 12
Keywords: Samin, Marriage, Rumours, Virginity Tests, Stray Marriages
JEL Classification: J71, I30, I31
Accepted Paper Series
For Full Text Pdf Download Here

Wednesday 6 August 2014

DOA SEORANG IBU MISKIN

DOA SEORANG IBU MISKIN

Semasa kerajaan Bani Umaiyah berkuasa di bawah pemerintahan Khalifah Mu'awiyah  bin Abu Sufyan, terdapat seorang janda daripada keturunan Nabi Muhammad Sallallahu `alaihi wasallam. Dia mempunyai tiga orang anak perempuan yang masih  kecil dalam  kedaaan hidupnya sangat dhaif dan menyedihkan.

Pada suatu hari anak-anaknya menangis tidak berhenti-henti, kerana tidak tahan  lagi menanggung kelaparan. Sudah puas ibunya memujuk menyuruh  bersabar namun anak-anak itu terus menangis dengan kuatnya.

"Tunggulah sampai besok nak, nanti ibu akan pergi ke pejabat kadi bertemu tuan hakim meminta sesuatu daripada harta Baitulmal' mudah-mudahan dia menghulurkan sedikit bantuan untuk kita. " Ujar ibu itu berjanji mengharapkan  anak-anaknya akan diam.

Maka pada keesokan harinya, pagi-pagi lagi ibu tadi beserta anak-anak itu datang ke pejabat tuan hakim. Setelah agak lama menunggu, barulah tuan hakim datang. Melihat ibu  dan anak-anak kecil berada di hadapan pejabatnya, tuan hakim bertanya :

"Ada apa kamu sekalian menunggu di sini ?"

"Tuan Hakim ! Kami sudah lama tidak menjamah makanan. Saya sendiri bolehlah tahan, tapi anak-anak kecil ini tidak sanggup menahan lapar, jadi kami datanglah ke mari moga-moga Tuan dapat memberikan sedikit sedekah kepada kami." Kata ibu tadi mengharap belas kasihan daripada tuan hakim itu.

"Baiklah, hari ini kembalilah dulu ! Besok aku akan berikan kamu sesuatu," tegasnya.
Wajah ibu itu ceria sedikit bila mengetahui bantuan yang diharap-harapkan itu akan diterimanya esok. Tapi bila memikirkan keadaan anak-anaknya yang sedang kelaparan itu maka timbul di hatinya untuk merayu kepada tuan hakim itu supaya bantuan itu diberikan pada hari itu juga.

"Tuan Hakim ! Terima kasih banyak di atas pertimbangan Tuan yang baik itu, tapi alangkah baiknya kalau bantuan itu diberikan sekarang ini juga kerana anak-anakku sedang kelaparan." Ibu itu merayu.

"Sudahlah, bukankah aku sudah katakan besok saja, aku baru saja datang, takkan hendak menyelesaikan urusan kamu dahulu. "Sergah tuan hakim sambil minta si ibu itu keluar dari biliknya.

Ibu itu menarik tangan anaknya untuk pulang, namun anak yang tidak  mengerti itu lebih kuat lagi tangisannya kerana dillihatnya tidak ada sesuatu yang diberikan oleh tuan hakim itu.

Tuan hakim tak bagi kita apa-apa ibu? "Tanya anaknya yang agak besar itu."

"Tuan hakim sibuk hari ini nak, besok dia akan berikan sesuatu kepada kita." Pujuk si ibu.

Pada malam itu dia terpaksa mencari jalan untuk mententeramkan anak-anaknya agar tidak terus menangis  dan meyakinkan bahawa mereka pasti dapat bantuan daripada harta Baitulmal pada keesokan harinya. Namun anak-anak yang belum faham itu terus bertanya  kenapa mesti kena tunggu besok kalau tuan hakim betul-betul mahu bantu. Bagaimanapun akhirnya mereka semua tertidur di dalam keadaan perut yang kosong.

Pada keesokan paginya , ibu itu pergi seorang diri ke pejabat tuan hakim sementara anak-anaknya ditinggalkannya di rumah.

"Assalamualaikum Tuan Hakim, " ibu itu memulakan bicaranya.

"Ah, pagi-pagi buta begini engkau sudah sampai ke mari, ada apa ? "Bentak tuan hakim pura-pura bertanya.

Bukankah Tuan Hakim suruh saya datang hari ini kerana bantuan yang Tuan janjikan iru ? Kata ibu itu.

"Bantuan yang aku janjikan ? Eh... aku tak pernah berjanji kepada sesiapa pun." Kata tuan hakim dengan nada sombong.

"Bukankah saya yang datang kelmarin dengan anak-anak dan Tuan hakim menyuruh...."

Belum sempat ibu itu menghabiskan bicaranya untuk mengingatkan tuan hakim tentang janjinya, tiba-tiba tuan hakim dengan nada keras dan suaranya yang tinggi memerintah   pengawalnya.

"Hei pengawal ! Halau perempuan ini dari sini."

"Wahai Tuan hakim! kenapakah tuan bersikap zalim begini ?" Kata ibu dengan marah.

"Ah.... pergi saja dari sini, jangan bising-bising, buang masa  saja." Perintah Tuan hakim.

Dengan penuh perasaan malu, ibu itu keluar dari pejabat tuan hakim sambil menahan tangisannya. Dia tidak mahu menunjukkan dirinya rendah dan hina seperti seorang pengemis yang sudah tidak punya pendirian lagi. Dia tahu dirinya dari keturunan mulia, dari anak cucu Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam yang mesti menjaga harga diri.

Ibu itu cepat-cepat meninggalkan tempat itu dengan fikirannya yang berkecemuk memikirkan nasib malang yang menimpa dirinya.

"Apa yang akan aku katakan kepada anak-anakku yang sedang menunggu di rumah ? Aku katakan tuan hakim itu telah memungkiri janjinya ? Manalah anak-anak kecil itu tahu alasan-alasan seperti itu. " Bisik ibu itu di dalam hatinya.

Dia kemudian memesongkan  kakinya ke haluan jalan di mana terdapat sederetan rumah-rumah buruk yang sudah tidak berpenghuni lagi dan duduk di salah satu anak tangga di situ. Dia terus menangis sekuat-kuat hatinya sambil mengeluh : "Wahai Tuhanku! Apa yang akan aku katakan kepada anak-anakku yang sedang menunggu?  Aku tidak sanggup lagi melihat mereka menangis kerana kelaparan. Aku tidak dapat menipu mereka lagi dengan alasan-alasan yang tidak benar ! Tuhanku ! Berilah aku jalan keluar daripada kesempitan ini! Aku sendiri pun sudah tidak larat lagi menanggungnya, apatah lagi anak-anakku yang kecil yang belum tahu apa-apa pun!" Ibu itu mengadu kepada Allah.

Ibu  itu terus menangis dan merintih mengenangkan kesempitan hidupnya yang selalu sangat di dalam kelaparan dan dipandang hina oleh masyarakat setempat.

Sedang dia menangis tiba-tiba lalu dihadapannya dua orang pemuda yang kebetulan tadi
sempat mendengar keluhan dan tangisannya, lalu menegur.

"Wahai ibu, jangan takut.... kenapa ibu menangis di sini ? "Tanya pemuda itu.

"Wahai orang muda, kamu siapa ? Dan kenapa kamu datang ke sini ? "Ujar ibu itu pula sambil mengesatkan airmata dengan tangannya.

"Nama saya Saiduq, berbangsa Nasrani dan beragama Masihi. Semua orang kenal saya di sini, dan ini pengawal saya. "Kata pemuda itu sambil menunjukkan pengawalnya.

"Saiduq, saudagar Nasrani yang kaya raya itu ke ? "Tanya ibu itu yang pernah mendengar cerita tentang kekayaan Saiduq sebelum ini.

Kenapa ibu menangis di sini ? "Tanya Saiduq tanpa menghiraukan pertanyaan ibu itu.
Tak ada apa-apa. "Jawab ibu itu cuba menyembunyikan.

"Tak ada apa-apa takkan menangis ? Cuba ceritakan ! "Desak Saiduq lagi.

Setelah didesak berkali-kali akhirnya  ibu itu pun menceritakan nasibnya  yang malang itu dan bagaimana dia hidup menderita kesusahan menanggung tiga orang anaknya yang masih  kecil.

Diceritakan juga apa yang berlaku di antaranya dengan tuan hakim yang sombong itu.
"Saya faham, ibu jangan menangis lagi ! "kata Saiduq.

Kemudian Saiduq menyuruh perempuan itu kembali dulu ke rumah dan menunggu bantuan yang akan dikirimkan kepadanya lalu memanggil pengawalnya dan berkata :

"Pengawal ! Berikan perempuan itu seribu dinar (nilai yang sangat tinggi waktu itu). Kemudian belikan dia dan anak-anaknya pakaian dan segala keperluan rumahnya sekarang juga! "Perintah Saiduq.

Ibu itu terkejut melihat seorang Nasrani yang  begitu murah hati terhadap orang yang susah  dan menderita  sepertinya. Dia tidak dapat mengatakan betapa terima kasihnya terhadap orang yang bertimbang rasa itu. Meskipun dia bukan seorang muslim, namun dia tetap seorang manusia yang mempunyai perasaan terhadap insan yang lain.

Orang suruhan Saiduq itu segera pergi ke pasar untuk membeli makanan, buah-buahan dan segala keperluan dapur yang diperlukan oleh sebuah rumah,  di samping pakaian untuk ibu dan anak-anaknya. Kesemuanya disampaikannya pada hari itu juga.

Anak-anaknya bergembira melihat barang-barang yang belum pernah dilihatnya seumur hidup. Ibu itu juga turut gembira, dan mulai hari itu  dia tidak menangis  lagi. Dalam tangannya sudah ada serbu dinar yang cukup untuk menjamin hidupnya  dua atau tiga tahun lagi.

"Sampaikan salam ku kepada Saiduq serta ucapan terima kasih banyak kepadanya",  kata ibu itu kepada pengawal tersebut.

Kemudian ibu itu pun berdoa kepada Allah: "Ya Allah ! Ya Tuhanku ! Berikanlah  si Saiduq itu taufiq dan hidayat  untuk memeluk Islam, dan berikanlah dia daripada kenikmatanMu di syurga!"

Sementara itu pada suatu malam tuan hakim yang sombong itu telah bermimpi melihat seolah-olah dia sedang  berada di Hari Kiamat. Manusia terlalu sibuk waktu itu, masing-masing mencari perlindungan mengikut amalan di dunia.  Tuan hakim dibawa malaikat menuju ke syurga. Kemudian di dalam syurga itu dia dibawa masuk ke dalam sebuah gedung besar yang tinggi, indah permai penuh dengan ukiran mas merah, tingkapnya daripada mutiara putih yang berkilau-kilauan. Di suatu tingkap di situ berdiri sekumpulan bidadari yang bercahaya lebih terang daripada cahaya matahari, dan lebih menarik dan cantik daripada cahaya bulan.

Apabila tuan hakim tiba disitu, semua bidadari itu bertempik di mukanya: "Orang yang tidak tahu diuntung ! Orang yang dalam kerugian ! Dulu kami semua adalah kepunyaanmu, dan gedung ini pula adalah milikmu. Tetapi sekarang sudah bertukar, alangkah malangnya nasibmu. Semuanya ini, termasuk kami bidadari akan menjadi hak milik Saiduq, seorang  berbangsa Nasrani itu. Sekarang pergi dari sini, kami bukan hak milik kamu lagi. Tempat yang layak bagi kamu adalah neraka." Kata suara tempikan yang sangat dahsyat.

Kemudian tuan hakim itu dibawa pula ke dalam neraka, dan ditunjukkan tempatnya di situ. Pada saat itulah tuan hakim itu tersedar daripada mimpinya. Dia terperanjat  dan merasa takut sekali. Dia tidak dapat tidur pada malam itu sampai ke pagi  memikirkan mimpinya yang menakutkan itu.

Pada keesokan paginya, tuan hakim bergegas  ke rumah Saiduq. Saiduq  berbangga  kerana tuan hakim datang ke rumahnya.

Tuan Hakim masuk ke dalam rumahnya lalu bertanya: "Ada apa-apa tak kebaikan yang kau lakukan semalam? "Tanya tuan hakim.

"Saya memang suka membuat kebaikan," jawabnya. Kebaikan yang macam mana?
Tanya  Saiduq kembali.

"Kebaikan apa saja, cuba terangkan!"

"Malam tadi saya menjamu kawan-kawan minum arak, dan saya minum lebih sedikit, maka saya mabuk, saya tidak ingat apa-apa." Saiduq memberitahu tuan hakim.

"Aku tidak mahu tahu dosa yang kau buat itu, yang aku maksudkan kebaikan apa yang kau buat untuk orang lain, cuba ingat," tuan hakim naik darah.

Setelah diingati betul-betul maka teringatlah Saiduq bahawa beberapa hari yang lalu dia telah  menolong seorang perempuan dan anak-anaknya yang di dalam kesusahan dan kelaparan.

"Barangkali kebaikan yang aku lakukan  terhadap seorang perempuan yang mempunyai tiga anak kecil jika tidak salah aku! "terang Saiduq.

"Ya...ya, itulah dia "pintas tuan hakim tidak sabar. "Apa yang kau berikan kepadanya ?"

"Apakah salah, jika aku berikan sesuatu kepadanya ? "Tanya Saiduq lagi.

"Bukan begitu, tetapi aku hendak tahu, apa yang kau berikan kepadanya, dan bagaimana kau boleh bertemu dengannya", kata tuan hakim lagi.

"Oh.... begitu ! Baiklah, mula-mula saya jumpa perempuan itu di deretan rumah-rumah yang roboh sambil menangis. Saya kasihan kepadanya, tanpa diminta saya berikan makanan, pakaian dan segala keperluannya serta anak-anaknya,"kata Saiduq sungguh-sungguh.

"Itu sajakah yang kau beri? "Tanya tuan hakim lagi.

"Ada lagi, "Jawab Saiduq.

"Apa dia? "Tanya tuan hakim memaksa.

"Saya beri dia seribu dinar untuk keperluan hidupnya. Saya berikan itu kerana Allah, saya kasihan kepadanya dan anak-anaknya,"Saiduq cerita kesemuanya.

Tuan hakim termenung sebentar kerana mengenangkan peristiwa yang berlaku antaranya dengan perempuan itu sebelum ini. Dihatinya sungguh menyesal perbuatannya yang angkuh itu yang menyebabkan beliau diperlihatkan bakal kehilangan segala-galanya di akhirat kelak.

"Tapi, saya ingin tahu juga apa sebabnya tuan hakim datang ke rumah saya pagi-pagi begini semata-mata hanya hendak bertanya perkara ini ? "Tanya Saiduq menduga.

Tuan hakim masih termenung, kemudian tunduk. Pada wajahnya ternyata seperti  seorang yang sedang memikirkan sesuatu dan tampak sedih sekali.

"Begini Saiduq, malam tadi aku bermimpi yang sungguh menyedihkan. "Kata tuan hakim perlahan.

"Mimpi yang menyedihkan tuan ? "Saiduq  terperanjat "Tapi apa kena mengenanya dengan diri saya? Tanyanya lagi.

Tuan hakim tidak punya pilihan lain, terpaksa menceritakan segala yang berlaku di dalam mimpinya. Dia menceritakan segala gedung dan bidadari-bidadari di syurga nanti yang asalnya menjadi miliknya telah bertukar menjadi milik Saiduq kerana semata-mata kebaikan yang dilakukan itu kepada seseorang yang memerlukannya.

Mendengar cerita itu, gementerlah badan Saiduq dan dengan tiba-tiba dia menghulurkan tangannya kepada  tuan hakim, katanya :

"Tuan hakim ! Sekarang saksikanlah  ...... bahwa saya menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah, Yang Esa, tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah, yang diutuskanNya membawa petunjuk dan agama yang benar."

Tuan hakim terpaksa menyaksikan keislaman Saiduq itu dengan hatinya sedih dan menyesal atas kelakuannya yang tidak berperikemanusiaan.

Begitulah manisnya iman. Seorang Nasrani yang berbudi mulia, dengan doa seorang perempuan miskin saja, dia telah diberi Allah petunjuk menemui jalan kebenaran, lalu menjadi golongan ahli syurga.



Dipetik daripada kitab Mukhtashar Raudhur-Raiyahin karangan Al-`Allamah al-Yafi`i

Sunday 3 August 2014

Surat Romantis

Sayangku Leni,

Setiap hari Minggu aku selalu melihat foto-foto orang yang menikah di surat kabar. Aku terus mencari. Mencari apakah ada pengantin wanita yang secantik dirimu dulu. Dan aku selalu melakukan itu sejak 18 April 2005.

Sejujurnya, aku sudah mengetahui jawabannya. Tidak ada, dan tidak akan pernah ada untukku, wanita yang bisa menyaingi kecantikanmu. Pada hari pernikahan kita, kau adalah makhluk tercantik yang pernah kulihat. Dan sejujurnya, sampai saat ini pun kau masih yang tercantik.

Selamat hari ulang tahun pernikahan, Sayang. Kau telah membuatku sebagai suami yang paling bahagia dan paling bersyukur. Aku dengan senang hati akan mengarungi 100 tahun pernikahan lagi denganmu. Tapi di atas segalanya, aku berdoa agar kita menghabiskan keabadian bersama.

Dengan seluruh cintaku,

Arif.

Adaptasi surat Bob ke Gail.

Saturday 2 August 2014

HIKMAH BERBAKTI KEPADA KEDUA IBUBAPA

HIKMAH BERBAKTI KEPADA KEDUA IBUBAPA


Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.
Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman. Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu heran, "Kubah apakah gerangan ini?" fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya.
"Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?" tanya Nabi Sulaiman kehairanan.
"Aku adalah manusia", jawab pemuda itu perlahan.
"Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?" tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan.
Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit.
"Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya." Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu.
"Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut.
"Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah."
"Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?"
"Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu."
"Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?" tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin hairan.
"Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam."
Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah hikmah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua-dua ibu bapa.

Hutang dan Saksi

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah saw bersabda bahwasanya beliau menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil lainnya agar memberinya utang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang mengutanginya berkata, ‘Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (utangmu ini)’. Ia menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!’ Orang itu berkata, ‘Datangkanlah seseorang yang bisa menjamin(mu)!’ Ia menjawab, ‘Cukuplah Allah yang menjaminku!’ Orang yang mengutanginya pun lalu berkata, ‘Engkau benar!’ Maka utang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan.

(setelah lama) Orang yang berutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluannya. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarkannya karena utangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan dimasukkannya uang 1000 dinar ke dalamnya berikut surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia pe menuju laut seraya berkata, ‘Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka kukatakan cukuplah Allah sebagai penjamin, dan ia rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan ia kepada-Mu’. Lalu ia melemparkannya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang.

Adapun orang yang telah memberi utang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat barangkai ada kapal yang membawa titipan uangnya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Lalu ia mengambilnya sebagai kayu bakar untuk istrinya. Namun ketika ia membelah kayu tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Setelah itu, datanglah orang yang berutang kepadanya. Ia membawa 1000 dinar seraya berkata, ‘Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang’. Orang yang mengutanginya berkata, ‘Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?’ Ia menjawab, ‘Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?’ Orang yang mengutanginya mengabarkan, ‘Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang telah engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung!’. (HR. Bukhari, 4/469, Kitabul Kafalah, dan Ahmad)

Kisah Islami

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda : “Ada seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebua guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, ‘Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak membeli emas!’ Orang yang memiliki tanah itupun menjawab, ‘Aku menjual tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya’. Lalu keduanya meminta keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata, ‘Apakah kalian berdua memiliki anak?’ Salah seorang dari mereka berkata, ‘Aku memiliki seorang anak laki-laki’. Yang lain berkata, ‘Aku memiliki seorang anak puteri’. Orang itu lalu berkata, ‘Nikahkanlah anak laki-laki(mu) dengan puteri(nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan bersedekahlah kalian dari padanya!” (HR. Bukhari dalam Akhbar Bani Israil, dan Muslim).

Friday 1 August 2014

Raja dan Pemuda Sholeh

Suatu ketika anak surau yang berjumlah 35
orang itu dikumpulkan. Maklum, para pengabdi
itu pun sudah dewasa dan mereka juga
memikirkan ujung pengabdian. Mereka harus
ke mana, mereka harus hidup berumah tangga,
mencari pekerjaan dan lain-lain. Guru bila
bercerita sangat menarik, mempesona dan
membuat pendengar tak bergerak. Guru
berkata, “Ada murid yang baru tamat berguru
lalu ia pulang ke rumahnya. Di tengah jalan
dilihatnya ada seorang putri raja yang aduhai
cantiknya, sang putri sedang duduk di depan
rumahnya yang indah. Si murid ini sangat
terpesona dan tertarik dengan paras cantik
putri itu. Dalam hatinya ia berkata, “Alangkah
eloknya jika ia jadi istri dan pendamping hidup
saya…?”
Terangan-angan paras gadis sampai di
rumahnya, ia berkata kepada ibunya, “Ibu, anak
gadis yang saya jumpai di rumah indah di
pinggir jalan itu apa sudah ada yang punya?”
Ibu menjawab, “Apa maksudnya?” ujar ibu
menimpali pertanyaan anaknya. Anaknya
berkata, “Kalau belum ada yang punya, tolong
ibu lamarkan untuk saya.” “Sadar nak” begitu
sergah ibunya. “Dia putri raja, kaya raya,
sedangkan engkau anak orang biasa dan
miskin.”
Untuk tidak mengecewakan anaknya yang baru
lulus berguru dan pantas menikah itu. Sebagai
ibu yang bijaksana, sang ibu pergi mencoba
bertanya. Ia pergi ke rumah gadis tersebut.
Maka ibu mengetok pintu sambil mengucap
salam “Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikum
salam”, jawab tuan rumah. “Ada apa bu?” kata
tuan rumah. “Ini anak saya kemarin lewat di
depan rumah raja kebetulan dilihatlah olehnya
seorang gadis manis putri raja dan ia merasa
tertarik. Si anak baru tamat berguru pada wali
Allah (tidak disebut nama si wali), dan maksud
kedatangan hamba kemari ingin melamar anak
gadis raja itu, bila raja berkenan dan bila putri
itu belum ada yang punya!”
Raja memang bijaksana, untuk menolak
dengan terang-terangan dan supaya tidak
menyakiti hati sebagian rakyatnya ia
menjawab, “Oh, ibu mau melamar untuk anak
ibu. Begini bu, saya tidak bisa memutuskan
sendiri, apakah lamaran itu diterima atau tidak.
Karena ini adalah masalah Negara maka saya
akan panggil dan mengumpulkan semua
menteri untuk memutuskan hal ini. Dan ibu
sebaiknya pulang dulu dan barang seminggu
sudah ada keputusan.”
Sesampainya di rumah, si anak bertanya
“Bagaimana bu, beritanya?” “Oh tunggu
seminggu lagi nak, karena raja tidak bisa
memutuskan seorang diri maka raja akan
panggil menteri-menterinya untuk membahas
masalah ini.” Raja memanggil menteri-menteri
dan memberitahukan bahwa anak si ibu yang
bernama Fulana telah datang menemui raja
dengan maksud ingin melamarkan si anak
pada putri raja dan bagaimana caranya supaya
lamaran di tolak, dengan tidak menyakiti hati
ibunya.” “Ah itu mudah raja” jawab menteri.
“Buat saja persyaratan yang berat kepadanya
yang sekiranya tidak dapat dipenuhi.” “Nah
apa itu?” kata raja. “Minta saja tujuh buah
mutiara sebesar telur, pasti ia tidak akan bisa
memenuhi dan karena itu persyaratan untuk
mempersunting putri raja menjadi gagal.” “Wah
pandai kau menteri. Aku setuju dengan caramu
itu, nanti akan aku katakan pada ibu si anak
itu jika ia datang ke sini untuk menanyakan
keputusan raja.” Benar saja seminggu
kemudian pintu raja terketuk dan terdengar
“Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam”,
pintu dibukakan dan si ibu pun dipersilakan
masuk untuk menanyakan bagaimana kabar
beritanya. “Begini, lamaran ibu diterima
asalkan anak ibu menyiapkan tujuh butir
mutiara sebesar telur lalu diserahkan pada
raja. Itu persyaratannya.” jelas raja. “Kalau
begitu saya beritahukan pada anak saya,
sanggup atau tidak.” jawab ibu. “Oh ya, ya
silakan.”
Si ibu pun pulang dari rumah raja, di pintu dia
sudah disambut oleh anak itu sambil bertanya,
”Bagaimana kabarnya bu?” ”Aduh itu nak, tujuh
turunan dari kakek sampai anak cucu, mencari
duit untuk tidak dibuat makan, tatapi dibuat
untuk membeli tujuh butir mutiara sebesar
telur ayam itu tidak akan bisa terkumpul.” “Oh
itu rupanya yang menjadi persyaratan
diterimanya lamaran saya Bu?” “Betul nak, itu
mana mungkin.” “Ah, Itu soal kecil, Bu!”
tanggap anaknya. “Ha, soal kecil?” ibunya
terheran. “Allah Ta’ala kan kaya bu” kata si
anak, dan si ibu dibuat bingung
mendengarnya. Si anak berkata, “Mutiara
sebesar dan sebanyak itu hanya ada di Laut
Cina Selatan.”
Diam-diam si anak keluar dengan membawa
tempurung kelapa dan pergi ke Laut Cina
Selatan. Dia kuras laut itu dengan batok kelapa
(tempurung kelapa) sambil membaca: laa
ilaaha illa Allah pada tiap kurasan, sehingga
hampir habis air laut itu(secara gaib). Tiba-
tiba geger penghuni-penghuni laut, berupa jin-
jin penjaga laut itu dan mereka berteriak,
“Stop…stop…! jangan kau teruskan nanti kering
laut ini dan matilah anak buah kami.
Sebenarnya apa yang engkau cari?” “Saya
akan mencari tujuh butir mutiara sebesar telur
ayam dan mutiara itu hanya ada di laut ini.
Karena itu saya harus menguras dan
mengeringkan laut ini.” begitu kata si murid
wali itu dengan tegas.
Panglima jin penghuni laut itu berkata, “Kalau
soal itu gampang, nanti saya akan
memerintahkan anak buahku untuk mencari
mutiara-mutiara itu dengan menyelami laut ini,
dan tidak usah kau teruskan untuk menguras
laut.” “Nah kalau kau sudah menjamin begitu,
baiklah akan saya hentikan menguras laut ini.”
Sesaat kemudian anak buah penghuni Laut
Cina Selatan itu diperintahkan menyelam ke
dasar laut sampai ditemukan ketujuh batu
mutiara, lalu oleh penghulu jin mutiara itu
disampaikan pada anak tadi dan ketujuh butir
mutiara itu dibawa pulang oleh anak tadi.
Sesampainya di rumah, ibu menyapa “Sudah
datang nak?” “Ya sudah datang dan ini tujuh
buah mutiara yang diminta raja” kata anaknya.
Oleh ibunya ketujuh butir mutiara itu di ambil
dan ditimang-timang, dibalik-balik setengah
tidak percaya. Lalu si anak menyeletuk, “Itu
mutiara asli, bukan batu atau plastik bu!”
meyakinkan pada ibunya. Sang ibu pun
terdiam.
Esok harinya si ibu mengantarkan ketujuh butir
mutiara itu kehadapan raja.” Assalamu’alaiku”
“Wa’alaikum salam. Apa kabar bu?” “Kabar
baik, dan ini tujuh butir mutiara yang raja
minta dari anak saya, saya disuruh untuk
mengantarkannya ke hadapan raja dan
menyerahkannya.
Ketujuh butir mutiara itu pun diterima oleh
raja, si raja terbelalak kedua matanya,
terheran-heran hampir tidak percaya, seolah-
olah dalam mimpi saja. Di balik-balik mutiara-
mutiara itu, terheran melebihi kehendaknya.
Raja terkagum diam. lalu si ibu berkata, “Tak
usah khawatir raja, itu asli mutiara, bukan
palsu, batu, atau plastik mainan, kata anak
saya.” Raja pun terhentak dan akhirnya
perkawinan pun dilaksanakan

Kisah Karomah Petani yang Wali Allah

Kisah Karomah Petani yang Wali Allah

Kisah wali Allah kali ini adalah seorang petani salih dari negeri Syiria. Pada Zaman Al-Faqh Al-Muthahhar Muhammad bin Al-sham terjadi sebuah kisah yang aneh dan menakjubkan tepatnya di daerah Al-Humrah negeri Syiria. Di sana tinggal seorang petani yang shalih dan suka berderma.

Ia membangun sebuah masjid. Bila malam tiba ia senantiasa pergi ke masjidnya untuk sholat dan selalu membawa lampu dan berbekal santap malam. Jika Allah mentaqdirkan ada orang yang membutuhkan sedekah, ia berikan bekal santap malamnya. Jika tidak ada, ia makan sendiri, baru kemudian melakukan sholat. Setiap hari demikian berlangsung terus.

Pada suatu saat Allah takdirkan di daerah ini terjadi krisis air. Banyak sumur yang kering, termasuk sumur miliknya. Petani itu dibantu oleh anak-anaknya bermaksud memperdalam sumurnya agar memperoleh air. Ketika ia sedang berada di dalam sumur tiba-tiba bibir sumur ambrol, sebongkah bibir sumur jatuh dan menguburnya.

Anak-anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melakukan penggalian mencari jasad ayahnya yang tertimbun, karena resikonya adalah nyawa mereka sendiri. Mereka pasrah, dan menjadikan disitulah kuburan ayahnya.

Enam tahun kemudian… Anak-anaknya sedang memperbaiki sumur tersebut. Ketika penggalian sampai di bagian bawah, antara percaya dan tidak, mereka mendapati ayahnya masih hidup. Berceritalah ayahnya, “Di dalam sumur itu ternyata ada goa, ketika dulu jatuh aku masuk ke dalam goa itu, aku tidak terkubur karena sebatang kayu mendahului jatuh di depan mulut goa sehingga menghalangi bongkahan–bongkahan bibir sumur yang ambruk.

Di dalam goa amat gelap, beberapa saat kemudian Allah memberi pertolongan berupa munculnya sebuah lampu dan makanan yang biasa aku bawa ke masjid setiap malam, sehingga aku bisa bertahan hidup selama enam tahun”.

Tersiarlah peristiwa ini dan menjadi pelajaran yang berharga dan ramai diperbincangkan oleh manusia di pasar-pasar negeri Syiria. Imam Muhammad bin Ali Asy-Syakani dalam Kitab Al-Badru Ath-Tholi’ (I/492) dalam biografi Ali bin Muhammad Al-Bakri berkata, “Penulis Kitab Mathla’ Al-Budur”. Di antara orang yang pernah mengunjungi Petani tersebut ialah Muhammad bin Al-Asham.