Showing posts with label Cerita Bijak. Show all posts
Showing posts with label Cerita Bijak. Show all posts

Friday 12 November 2010

Cerita Menolak Kekerasan

Cerita Menolak Kekerasan


Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi
buta yang setiap
harinya
selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,
Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang
gila, dia itu
pembohong,
dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian akan
dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW
mendatanginya dengan membawakan
makanan,
dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW
menyuapkan makanan yang
dibawanya
kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak
mengetahui bahwa yang
menyuapinya
itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan
hal ini setiap hari
sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang
yang membawakan
makanan setiap
pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari
sahabat terdekat
Rasulullah SAW yakni
Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang
tidak lain tidak
bukan merupakan
isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada
anaknya itu,Anakku,
adakah kebiasaan
kekasihku yang belum aku kerjakan?

Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang
ahli sunnah dan
hampir tidak ada
satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali
satu saja.
Apakah Itu?, tanya Abubakar RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar
dengan
membawakan
makanan untuk
seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata
Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan
membawa makanan untuk
diberikan kepada
pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu
memberikan makanan
itu kepadanya.
Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah
sambil menghardik,
Siapakah kamu?
Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi
engkau).
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,
bantah si
pengemis
buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini
memegang dan tidak
susah mulut ini mengunyah.
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku,
tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut,
setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu
melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia
menangis sambil berkata
kepada pengemis itu,
Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku
adalah salah
seorang
dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad
Rasulullah SAW.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar
penjelasan Abubakar
RA, dan kemudian berkata,
Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya,
memfitnahnya,
ia tidak pernah memarahiku sedikitpun,
ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia
begitu mulia....

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di
hadapan Abubakar RA
saat itu juga
dan sejak hari itu menjadi muslim.



Hatiku selembar daun...

Karena sebutir korma

Karena sebutir korma



Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa.
Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT," kata malaikat yang satu.
"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi..
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.
"Astaghfirullahal adzhim" Ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya Ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?". Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.
"Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?".
"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang.
Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya." "Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra.
Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
"Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu.. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain.
Sekarang ia sudah bebas."
Pada hadits yang lain beliau bersabda; 'Siapa yang merampas hak orang Islam dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkannya masuk surga. Seorang laki-laki bertanya, walaupun sedikit ya Rasulullah? Nabi menjawab, walaupun sebatang kayu sugi.'
(Riwayat Muslim).



Hatiku selembar daun...

Cerita nenek Tua dari madura

Cerita nenek Tua dari madura


"Dahulu kala di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunga nya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, iapergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudu, masuk mesjid, dan melakukan shalat Dhuhur. setelah membaca wirid sekadarnya, ia keluar masjid dan membungkuk - bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembarpun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. padahal matahari madura di siang hari itu sungguh menyengat. Keringat nya membasahi seluruh tubuhnya.


Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. pada suatu hari takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. usai shalat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satupun daun terserak di situ. ia kembali ke masjid dan menangis keras. Ia mempertanyakan mengapa daun - daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang - orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "jika kalian kasihan kepadaku." kata nenek itu. "Berikan kesempatan padaku untuk membersihkannya."


Singkat cerita , nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. seorang kiai yang terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan daun - daun itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya;kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh ,pak Kiai." tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Kangjeng nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya"



Hatiku selembar daun...

Thursday 11 November 2010

Kisah Si Rusa Emas

Kisah Si Rusa Emas



Dikisahkan ada seorang raja yang sangat serakah. Supaya diri dan kerajaannya semakin kaya, ia akan berbuat apa saja. Suatu hari ia mendengar, bahwa di hutan nun jauh di sana ada seekor rusa emas. Katanya setiap kali rusa itu menghentakkan kakinya, satu keping emas akan jatuh di depannya. Raja yang serakah itu sangat ingin memiliki rusa emas ajaib itu. Sudah puluhan prajurit beliau kirim untuk menangkap rusa emas itu, tapi selalu tidak berhasil. Karena gagal, ya kepalanya dipancung.

Akhirnya raja memerintahkan panglimanya sendiri untuk menangkap rusa itu. Ia terkenal sangat baik, suka menolong dan murah hati.Selama berbulan-bulan ia berada di hutan, tapi tidak sekalipun melihat rusa ajaib itu. Ia hampir putus asa. Suatu hari, tiba-tiba lewat di depannya seekot rusa yang dikejar oleh tiga orang pemburu dan anjing mereka. Rusa itu dalam keadaan luka parah. Selain gembira karena rusa itu adalah rusa emas yang dicari-carinya, ia juga terkejut, sebab ia berlari kepadanya dan minta disembunyikan dari kejaran tiga orang pemburu dan anjing-anjingnya. “Bantu saya. Sekali kelak saya akan membantumu”, pintanya. Panglima itu langsung memapah si rusa masuk ke sebuah gua di dekatnya. Bahkan ia juga menjaga di mulut gua. Lalu dengan pemburu yang merangsek masuk, panglima itu menghadapinya. Perkelahian tiga lawan satu terjadi. Si rusa emas menyaksikannya penuh kagum terhadap pelindungnya. Walau penuh luka, panglima berhasil menang. Si rusa emas pun bertanya, “Mengapa Anda berada di hutan ini?” Panglima menjawab pertanyaan itu terus terang, dan berkata, “Saya akan pulang dan melaporkannya kepada raja, bahwa saya gagal menangkap rusa yang dirindukannya. Kalau karena itu saya dipancung, saya siap”. Mendengar itu, si rusa emas berkata, “Paduka telah menolong saya. Sekarang giliran saya untuk menolong paduka. Marilah kita pergi menemui sang raja!”

Ketika raja yang serakah itu melihat panglimanya pulang dan membawa rusa emas, hatinya bersorak senang. Rusa emas kini dijadikan dewa kekayaan, dan semua rakyat disuruh menyembahnya. Dan raja sendiri minta, supaya rusa emas itu mulai menurunkan emas bagi kerajaannya. Tapi… sebelum rusa emas memenuhi keinginan raja, ia mengajukan satu syarat, “Saya akan menurunkan emas, tapi baginda raja tidak pernah boleh menghentikannya. Kalau baginda menyuruh berhenti, maka semua emas itu akan berubah menjadi abu”. Dengan gembiranya raj berkata, “Tentu… tentu… saya tidak akan menyuruh berhenti”.

Maka mulailah si rusa emas menghentakkan kakinya. Dan setiap kali ia melakukan itu, sekeping emas jatuh di depan kaki baginda. Tumpukan keping emas makin lama makin tinggi menggunung, sampai setinggi kepala raja dan menutupi seluruh badannya. Karena panik, raja berteriak, “Berhenti… berhenti…”. Seketika itu juga semua emas itu berubah menjadi abu dan raja mati terkubur abu tanah yang menggunung itu.



Hatiku selembar daun...

KAPAN TUHAN MENDENGARKAN KELUH KESAHKU?

KAPAN TUHAN MENDENGARKAN KELUH KESAHKU?



Ada seorang anak muda yang bersahabat akrab dengan seorang pengkhotbah tua. Suatu hari, anak muda ini kehilangan pekerjaannya dan tidak tahu lagi harus
berbuat apa. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari si pengkhotbah tua itu



Ketika berada di ruang belajar si pengkhotbah, si pemuda ini berteriak-teriak tentang problem hidupnya. Akhirnya dengan kalap dia mengepal-ngepalkan tinjunya, sambil berteriak, "Saya memohon Tuhan agar menolong saya. Tapi hai pengkhotbah, mengapa Dia tidak menjawab saya?"

Si pengkhotbah tua itu pergi ke ruang lain dan duduk di sana. Lalu dia berbicara sesuatu dan menanti jawaban si pemuda. Tentu saja si pemuda itu tidak mendengarkan dengan jelas, sehingga dia ikut-ikutan pindah ruangan.

"Apa sih katamu?" tanya si pemuda penasaran. Si pengkhotbah itu mengulangi kata-katanya dengan perlahan sekali, seperti sedang bergumam sendiri. Tetapi si pemuda belum menangkap bisikan si pengkhotbah. Dia terus mendekati si pengkhotbah tua ini dan duduk di bangku sebelahnya.

Si pemuda itu lagi-lagi bertanya, "Apa katamu? maaf, saya tadi belum mendengarnya."

Dengan lembut, si pengkhotbah memegang pundak si pemuda, "Saudaraku, Allah kadang-kadang berbisik, jadi kita perlu lebih dekat menghampiriNya, agar dapat mendengar Dia dengan lebih jelas lagi." Si pemuda itu tertegun dan akhirnya dia mengerti.




Hatiku selembar daun...

Ahh... Kalung Mutiara!!

Ahh... Kalung Mutiara!!



Alkisah ada seorang gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari, ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, gadis cilik itu melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2.5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya

Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu." "Okay," kata si gadis setuju.

Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, sang gadis dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulangtahunnya juga diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain, dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya. Dia juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya.

Setiap menjelang tidur, sang ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya. Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepadanya: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah." "Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah." "Ya, ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru. Tapi, jangan ayah ambil kalungku." "Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Sang Ayah lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah."

Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayahnya bertanya lagi: "Anakku, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu." "Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?" "Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan? Itu mainan favoritku. Rambutku panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya, dan sebagainya. Ambillah, Yah. Asal ayah jangan minta kalungku. Ya?" "Sudahlah, nak. Lupakanlah," kata sang ayah.

Beberapa hari setelah itu, Si gadis cilik terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak. Beberapa hari kemudian, ketika ayahnya membacakan cerita, dia duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya, sambil berkata: "Ayah, terimalah ini".

Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut berpidah ke tangan sang ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu Kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah, dan sangat mahal.

Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.



Hatiku selembar daun...

Pengusaha dan Anaknya

Pengusaha dan Anaknya


Ada seorang pengusaha Cina kaya raya. Ia sudah tua dan ingin pensiun.Dia memanggil ketiga puteranya dan berkata Saya tidak akan membagi perusahaan saya dan memberikannya pada kalian bertiga. Hal yang ingin ku ketahui adalah : diantara kalian bertiga siapakah usahawan yang paling baik? Karena itu saya akan menguji kalian bertiga. Siapa yang memenangkan ujian ini akan memperoleh seluruh perusahaan saya.

Maka pengusaha tua tersebut memberikan ketiga puteranya uang Rp. 22.500,- Ketiganya harus menggunakan uang tersebut untuk membeli sesuatu yang dapat memenuhi sebuah ruangan kosong. Anak yang berhasil memenuhi ruangan itu yang akan menang.
Anak pertama segera pergi dan membeli sebatang pohon rindang, dan memotong-motongpohon itu dan diseretnya kedalam ruangan. Potongan-potongan pohon itu hanya memenuhi setengah ruangan.

Anak kedua juga pergi dan membeli rumput alang-alang yang dipotong oleh para petani dari sawah mereka. Para petani membawa rumput alang-alang itu kedalam ruangan dan ternyata hanya memenuhi sebagian besar ruangan.

Anak ketiga rupanya yang paling cerdik. Dia pergi ke sebuah kios dan membeli sebuah lilin seharga Rp. 500. Di malam hari, dia memanggil ayahnya untuk masuk ke dalam ruangan dan menyalakan lilin kecil itu di lantai bagian tengah ruangan itu. Setelah semenit ia pun menoleh kepada ayahnya dan berkata, Ayah,apakah ada satu bagian yang tidak terisi oleh cahaya lilin kecil ini?.

Anak laki-laki itulah yang kemudian mendapatkan perusahaan ayahnya.



Hatiku selembar daun...

Kisah Cincin Zen-sei

Kisah Cincin Zen-sei


Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti
mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana.
Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya
untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya,
lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu
lakukan satu hal untukku.Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang
sana.
Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?" Melihat cincin Zen-sei yang
kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini
bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang
kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya.
Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka
menawarnya hanya satu keping perak.
Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.
Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani
menawar lebih dari satu keping perak."

Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata,"Sekarang pergilah kamu ke toko
emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang
emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan
penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud.Ia kembali kepada Zen-sei
dengan raut wajah yang lain.Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang
di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas
menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu
kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih,"Itulah jawaban atas pertanyaanmu
tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya.
Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian.
Namun tidak bagi "pedagang emas".




Hatiku selembar daun...

Pertapa Muda dan Kepiting

*Pertapa Muda dan Kepiting*

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda
sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian
pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak
beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya.
Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi
berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga>
tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan.
Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk
membantunya.
Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa
muda.
Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati
pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya.
Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara
yang sama dari arah tepi sungai.
Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama.
Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan
jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi.

Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin
membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri
dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah
cerminan hatimu yang baik.
Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit
kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda.
Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih.
Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa
menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab
si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas
kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah
ranting.
Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali
melawan arus sungai.
Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.
"Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik,
tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan.
Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak
harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita
manfaatkan, betul kan ?"

Seketika itu, si pemuda tersadar.
"Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu.
*Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. **
*Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman
ajarkan."




Hatiku selembar daun...

Jangan berpikir dirimu lebih saleh..

Jangan berpikir dirimu lebih saleh..


Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka sudah yatim piatu sejak remaja.Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap .
Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
Untuk datang ke tempat pengajian, Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, dia jabatannya naim dia menjadi kepercayaan sang direktur.Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki.Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.
Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.
Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.
Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo'a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a.
Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, " Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. "
Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

----
Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.
Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat dan ada kalimah di akhir do'anya:
"Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do'a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.,"
Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya.Dia telah salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya..
Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan jangalah putus asa karena kemiskinan..
”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13).




Hatiku selembar daun...

3 x 8 = 23

3 x 8 = 23




Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".
Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu". Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.

Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan
Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya..

Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan
membunuh." Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu.

Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut
malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan
seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?" Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu." Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya.
Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (suami tidak betah di rumah)
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman).




Hatiku selembar daun...

KISAH ANAK KECIL DAN POHON APEL

KISAH ANAK KECIL DAN POHON APEL



Si Pohon Apel Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. ” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali.. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua… Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.



Hatiku selembar daun...

PENDAKI GUNUNG DAN HARTA KARUN

PENDAKI GUNUNG DAN HARTA KARUN


Pada suatu hari, seorang climber (pendaki gunung) mengajak beberapa temannya untuk mendaki sebuah gunung yang tinggi sekali. Gunung itu menjulang megah, namun penuh dengan jurang-jurang yang terjal. Konon katanya, di puncak gunung itu ada harta karun yang tersembunyi selama berabad-abad lamanya. Jarang sekali orang dapat sampai ke sana. Kalau pun sampai, harta karun itu tetap tak pernah diketemukan. Gunung itu memang penuh dengan misteri.

Sebelum memulai perjalanan, sang pendaki gunung dan teman-temannya mempersiapkan segala perlengkapan pendakian. Mereka membawa air minum, makanan secukupnya, kompas, peta, parang, dan lain-lain. Pokoknya segala perlengkapan yang diperlukan dalam perjalanan yang jauh. Setelah berbagi tugas, mereka pun memulai perjalanan. Suasana dingin dan berkabut, ditambah pemandangan kiri-kanan yang mengerikan. Tampaklah jurang-jurang bebatuan yang terjal dan pemandangan ke bawah yang menciutkan hati. Untuk mendaki, mereka harus bekerjasama, saling mengulurkan tangan dan membantu, bergantian membawa tas teman yang kelelahan, dan sebagainya.

Namun ada seorang teman yang kecewa dengan jalan yang telah mereka tempuh. Dia menunjuk ke satu arah yang tampaknya lebih nyaman untuk dijalani. Semua temannya yang lain tidak setuju. Namun karena dia bersikeras, akhirnya dia memilih jalan lain tersebut. Teman-temannya tidak bisa berbuat lain kecuali merelakan dirinya. Untuk itu, dia harus menuruni jurang terjal dengan susah payah untuk mencapai perbukitan kecil yang berada di seberang. Sementara dia menuju ke lembah, sang pendaki gunung bersama teman-temannya yang lain sudah meninggalkannya jauh di depan.

Sang climber dan teman-temannya terus berjalan. Kendati sulit, mereka saling membantu satu sama lain. Temannya yang berada di depan bertugas sebagai perintis jalan, yang berada di tengah sebagai pembuang sampah, dan yang berada di belakang mulai menandai pepohonan sebagai penunjuk jalan bila mereka sesat. Yang lain lagi bertugas sebagai penghibur lewat ceritanya yang lucu mau pun nyanyiannya yang menyenangkan hati.

Akhirnya, mereka pun sampai di puncak yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Kendati lelah, mereka berbahagia karena telah dapat menaklukkan gunung misteri itu. Bagi mereka, harta karun misterius itu tidak berarti apa-apa lagi. Mereka telah menemukan bahwa harta karun yang mereka cari selama ini sesungguhnya ada di antara mereka sendiri. Harta karun itu adalah: semangat persaudaraan yang kokoh di antara mereka.





Hatiku selembar daun...

RAJA DAN SAIS KERETA

RAJA DAN SAIS KERETA


Pada suatu hari Raja Benares dan Raja Kosala bertemu di sebuah jalan sempit. Masing-masing duduk di dalam kereta perang. Keduanya menolak memberikan jalan bagi yang lain.

Sais kereta Raja Benares berusaha menyelesaikan masalah itu dengan mempersilahkan raja yang lebih tua untuk berjalan lebih dulu. Namun, setelah bertanya kepada sais kereta Raja Kosala, ternyata kedua raja memiliki usia yang sama.

Kemudian, ia bertanya tentang luas kerajaan masing-masing. Ternyata, keduanya sama-sama memerintah kerajaan yang mempunyai tiga ratus suku. Dalam hal kekayaan dan keluarga, keduanya juga sebanding.

Akhirnya sais Raja Benares berpikir, "Aku akan memberikan Jalan bagi raja yang paling adil," Maka, ia pun bertanya, "Keadilan macam apa yang telah dilakukan rajamu?"
Sais kereta Raja Kosala menyatakan rajanya demikian :

“Yang kuat diruntuhkannya dengan kekuatan.
Yang lembut juga dengan kelembutan.
Yang baik ditaklukkan dengannya dengan kebaikan,
dan yang jahat dengan kejahatan pula.
Begitulah sifat raja ini!
Minggirlah. Sais!”

Namun sais kereta Raja Benares sama sekali tidak terkesan.
“Yang kau katakan tadi adalah kebaikan rajamu, lalu apa saja kejelekannya?” Dan sais itu pun mulai menceritakan kebaikan Raja Benares.

“Kemarahan ditaklukkanya dengan ketenangan,
dan kebaikan terhadap yang jahat.
Yang kikir ditaklukkannya dengan pemberian,
dan kebenaran terhadap pembohong.
Begitulah sifat raja ini!
Minggirlah, Sais!”

Ketika Raja Kosala mendengar hal itu, ia dan saisnya segera turun dari kereta dan memberi jalan kepada Raja Benares.




MAKNA CERITA:
Lemah liat kayu. Akar, di-lentok boleh, di-patah ta’dapat.
Seorang dipomat seharusnya luwes dan lentur seperti sulur, yang dapat dibengkokkan, tapi tidak dapat dipatahkan.






Hatiku selembar daun....

WASHINGTON DAN NYONYA KAYA

WASHINGTON DAN NYONYA KAYA


Sesaat setelah Booker T. Washington menjadi kepala Tuskee Institute di Alabama, ia berjalan melewati rumah sebuah keluarga kaya. Nyonya rumah itu, mengira Washington adalah salah satu pekerja kebun yang dipekerjakan suaminya, dia bertanya apakah Washington mau membelah kayu untuknya. Profesor Washington tersenyum, mengangguk, melepaskan jasnya dan membelah kayu.

Ternyata gadis pelayan mengenalinya dan berlari menemui majikannya untuk memberitahukan identitas Washington. Pagi berikutnya wanita itu muncul di kantor Washington untuk meminta maaf. Washington menjawab dengan murah hati, “Sama sekali tidak apa-apa, nyonya. Saya suka bekerja dan saya senang memberi pertolongan kepada teman-teman saya.”

Terkesan dengan kerendahan hati Washington, wanita ini memberi sumbangan yang besar kepada institut itu. Dia pun kemudian menggerakkan teman-temannya yang kaya untuk melakukan hal yang sama.

Orang besar selalu bersedia menjadi kecil. Kesediaan untuk melayani orang lain merupakan inti dari kepemimpinan sejati. Kerendahan hati itu nampak bukan melalui kalimat-kalimat indah yang diucapkan tetapi melalui kesediaan melakukan tindakan yang melayani dengan tulus.





Hatiku selembar daun...

CERITA ISENG

CERITA ISENG



Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Sebelum meninggal, ayah mereka berpesan dua hal :
1. Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu
2. Jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak. Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang ibupun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung :
Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.



Hatiku selembar daun...

PERBINCANGAN DUA ORANG PESAKITAN

PERBINCANGAN DUA ORANG PESAKITAN



Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya.

Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu.

Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah. Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah tembok kosong..

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.


"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.




Hatiku selembar daun...

OBROLAN IBU DAN ANAKNYA

OBROLAN IBU DAN ANAKNYA


Ada sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anak laki-laki dan perempuan. Sang ayah seorang ilmuwan yang telah memiliki berbagai macam piagam penghargaan dan ditempelkan di dinding ruang keluarga. Berderet-deret tersusun rapi dan teratur.

Anak pertama keluarga tersebut seorang laki-laki yang pandai dan juga memilik banyak piagam penghargaan dan aneka tropi yang diperolehnya serta di pajang di ruang keluarga berderet rapi dan teratur berdampingan dengan piagam penghargaan milik sang ayah.

Tak ketinggalan pula prestasi yang telah diperoleh oleh si bungsu yang masih SD. Aneka piagam penghargaan yang diperolah setelah memenangkan aneka perlombaan, dari melukis, mengarang, dan lomba masak.

Suatu ketika si sulung sedang asik menikmati berbagai piagam yang diperolah keluarga tersebut. Lalu dia berkomentar, "Semua telah menyumbangkan berbagai macam piagam penghargaan, kecuali Mama."

"Ma, mana piagam yang pernah mama perolah, agar dinding kita ini semakin lengkap dengan adanya piagam penghargaan yang mama perolah."

Sang mama hanya termenung sebentar kemudian tertawa pelan. Dan keluarga tersebut tetap hangat dan akrab meski tanpa piagam dari mama.

Namun suatu pagi saat sang mama membersihkan ruang tengah, kata-kata si sulung telah membuka ingatan sang mama. Dia memang pernah sekolah dan seingat dia pernah memperolah beberapa sertifikat. Maka sang mama membongkar arsip-arsipnya, dan dia menemukan dua sertifikat yang didapatnya dengan penuh kebanggan. Dipandangnya sertifikat itu dengan penuh keharuan, lalu di laminating dan diberi pigura yang indah serta kemudian di pasang dipojok paling bawah dari dinding itu.
Sertifikat itu adalah akte kelahiran anak sulung dan anak bungsunya. Itulah piagam penghargaan yang terindah yang didapat sang mama, pemberian yang tak ada bandingnya di dunia ini dari Tuhan. Serta akan dijaganya dengan taruhan nyawanya sendiri.




Hatiku selembar daun...

Dua Pemburu Yang Akrab

Dua Pemburu Yang Akrab


Dua orang pemburu sedang berburu bersama. Tiba-tiba muncul seekor beruang besar menghadang. Mereka tak sempat mempersiapkan diri. Salah seorang pemburu segera lari memanjat pohon dan berdiam mendekam di dahan erat-erat melihat dirinya akan diserang beruang itu. Pemburu yang lain segera menjatuhkan ke tanah ketika beruang mendatangi mengendus-endus seluruh tubuhnya. Pemburu itu menahan napas selama mungkin. Ia pura-pura mati. Tak lama beruang itu meninggalkannya. Pikirnya, "Aku tak mau memamgsa orang yang sudah mati". Ketika situasi sudah tenang, pemburu pertama turun dari pohon dan mengolok-olok pemburu yang berpura-pura mati, "Kawan, apa yang dikatakan oleh tuan beruang tadi kepadamu?". "Oh tuan beruang itu memberikan nasehat kepadaku", jawab pemburu yang kedua, "Jangan pernah berburu dengan orang yang membiarkan kau terancam dan tak menolongmu dari bahaya".



Hatiku selembar daun...

ALEXANDER THE GREAT DAN PRAJURITNYA

ALEXANDER THE GREAT DAN PRAJURITNYA



Alexander The Great, atau yang lebih dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya. Suatu waktu Alexander The Great, memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.

Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir. Sang Raja berkata, “ Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!”. Masihkah ada pemimpin seperti itu??




Hatiku selembar daun..